ABSTRACT CRIMINALOGICAL ANALYSIS CRIMINAL ACT OF ABUSE UNDERTAKEN A FATHER TO BOY BLADDER by Riska Putri Mulya, Firganefi, Eko Raharjo Email : riskaputrimulyagmail.com

  

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG

DILAKUKAN AYAH TERHADAP ANAK LAKI-LAKI KANDUNG

Oleh

  

Riska Putri Mulya, Firganefi, Eko Raharjo

Email : riskaputrimulya@gmail.com

  Kejahatan seksual merupakan suatu bentuk kejahatan yang sangat kejam yang terjadi pada anak, apalagi jika pelaku kejahatan seksual tersebut dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya sendiri yang pada hakikatnya ayah merupakan salah satu tempat berlindungnya seorang anak dari berbagai ancaman kejahatan apapun yang mengancamanya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi faktor penyebab dan bagaimana upaya penanggulan pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak laki-laki kandung. Metode yang digunakan di dalam memecahkan permasalahan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan secara yurisids normatif dan yuridis empiris. Responden dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat memberikan keterangan serta pendapat sesuai dengan fakta yang ada yaitu, Kasat Reskrim pada Polres Lampung Utara, Staf pada Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lampung Utara, Psikolog, Dosen bagian Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung, Tokoh Masyarakat, Pelaku tindak pidana pencabulan. Analisis terhadap data yang diperoleh dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan: (1) Faktor penyebab seseorang melakukan tindak pidana pencabulan terhadap anak kandungnya yaitu faktor biologis, faktor psikologis dan faktor sosiologis diantaranya karena adanya perilaku yang menyimpang, ketaatan dalam menjalankan perintah agama yang masih kurang baik, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan, serta keadaan keluarga yang tidak harmonis. (2) Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak laki-laki kandung yaitu dengan menggunakan: Upaya preventif yaitu memaksimalkan peran media massa untuk memberikan berbagai informasi yang sifatnya mencegah terjadinya kriminalitas seksual terhadap anak, Upaya represif yaitu dengan memberikan sanksi hukum berupa pidana yang berupa pidana dengan pemberatan.

  Kata Kunci : Tindak Pidana, Pencabulan, Anak Kandung

  

ABSTRACT

CRIMINALOGICAL ANALYSIS CRIMINAL ACT OF ABUSE

UNDERTAKEN A FATHER TO BOY BLADDER

by

Riska Putri Mulya, Firganefi, Eko Raharjo

  

Email : riskaputrimulya@gmail.com

  Sexual crime is a form of very cruelcrimes that occur in children, especially if sex offenders are committed by a father to his own child, which in its essence is one of the father of achild refuge from threat of any the crimes threaten it. The problem in this research is what the factors and how sexual abuse prevention efforts by father to his children. Methods use ini solving research problem is use normative juridicial approach and empirical juridicial. Respondents in this study are those that can provide information and opinions in accordance with the fact that there are, Criminal visible in North Lampung, Staff at the empowerment of women and protection of children in Nort Lampung, psychology , Lecturer of criminal section in faculty of law University of Lampung, Public figurer, the perpetrator of abuse. Analysis of the data obtained was done by qualitative descriptive analysis. Bared on the resulf of research and discussion it can be coclud: (1) factors causing a feluny abscenity againist its biological factors, psychological factors and sociological factors them for their deviant behavior, obedienci in running order religion that is still not good, low levels of education and knowledge, as well as the cirtumstances are not harmonious of family. (2) the response to sexual abuse comitted criminal acts is using: preventive measures that maximize the role of the mass media for giving all information that are preventing sexualcrimes against children, repressive measure is to give legal sanction in the form in accordance with provisions applicable rules.

  Key Word: Criminal act, abuse, biological children

I. PENDAHULUAN

  Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen dan perlakuan yang memperhatikan perkembangan dan peranan anak sebagai generasi penerus bangsa merupakan suatu hal yang harus dipegang oleh pemerintah. Anak yang belum matang secara mental dan fisik, kebutuhannya harus dicukupi, pendapatnya harus dihargai, diberikan pendidikan yang benar dan kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kejiwaannya, agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dapat diharapkan sebagai penerus bangsa.

  Anak bukanlah obyek tindakan kesewenangan dari siapapun atau dari pihak manapun, oleh karena itu komitmen dan perlakuan yang memperhatikan perkembangan dan peranan anak sebagai generasi penerus bangsa merupakan suatu hal yang harus dipegang oleh pemerintah. Kekerasan terhadap anak dominan terjadi di dalam rumah tangga yang sangat disesalkan yang sering terjadi adalah tindak kekerasan pada anak disertai dengan tindak pidana pencabulan pada anak.

  menghadapi berbagai macam bentuk kejahatan seksual. Pelaku kejahatan seksual tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun dapat juga dilakukan oleh anak-anak, begitu juga dengan korbannya. Kejahatan seksual juga tidak hanya dilakukan 1 Gadis Arivia, Potret Buram Eksploitasi

  Kekerasan Seksual pada Anak , Ford

  oleh laki-laki terhadap perempuan namun di jaman ini kejahatan seksual banyak dilakukan oleh laki-laki terhadap laki-laki. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan kenyataan yang terlihat sekarang bahwa sudah banyak anak- anak yang menjadi korban dari kejahatan seksual baik laik-laki maupun perempuan.

  Kejahatan seksual merupakan suatu bentuk kejahatan yang sangat kejam yang terjadi pada anak, apalagi jika pelaku kejahatan seksual tersebut dilakukan oleh ayah terhadap anak kandungnya sendiri yang pada hakikatnya ayah merupakan salah satu tempat berlindungnya seorang anak dari berbagai ancaman kejahatan apapun yang mengancamnya. Tindak pidana pencabulan adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif, seperti: rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri dan kehilangan kesucian

  2 Anak-anak membutuhkan per-

1 Dewasa ini bangsa Indonesia banyak

  lindungan dan perawatan khusus termasuk perlindungan hukum yang berbeda dari orang dewasa. Hal ini didasarkan pada alasan fisik dan mental anak-anak yang belum dewasa. Anak perlu mendapatkan suatu perlindungan yang seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, sosial, dan berakhlak 2

3 Tujuan perlindungan anak yang

  mulia.

  diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yaitu bahwa:

  “Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin sepenuhnya hak- hak anak agar dapat hidup, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas berakhlak mulia dan sejahtera.”

  Anak yang menjadi korban kejahatan seksual dalam kehidupan sehari-hari, yang menunjukkan bagaimana lemahnya posisi anak ketika mengalami kekerasan terhadap dirinya. Anak sangat rentan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya, di ruang- ruang publik, bahkan dirumahnya sendiri. Kekerasan terhadap anak dominan terjadi di dalam rumah tangga yang sebenarnya keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh besar bagi tumbuh kembangnya remaja.

  meresahkan warga masyarakat, salah satu kasus kejahatan pencabulan terhadap anak yang terjadi adalah di Desa Sidodadi, Lampung Utara.

  Kasus yang terjadi di Desa Sidodadi Lampung Utara yaitu kasus yang dilakukan oleh ayah terhadap anak laki-laki kandung, dalam perkara ini, 3 Komnas Ham, Anak-anak Indonesia Yang

  Teraniaya, Buletin Wacana, Edisi VII 4 Primautama Dyah Savitr, Benang Merah Tindak Pidana Pelecehan Seksual , Penerbit

  dengan terdakwa berjenis kelamin laki-laki berinisial SU (43) yang secara sah meyakinkan telah melakukan tindak pidana pencabulan berjenis kelamin laki-laki terhadap korban berisial AS (16) telah melakukan perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa, sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut yaitu dengan sengaja melakukan perbuatan tipu muslihat atau membujuk anaknya sendiri melakukan persetubuhan dengannya. Jika saksi korban menolak atau berontak, terdakwa selalu melakukan ancaman-ancaman yang membuat saksi korban merasa takut sehingga saksi korban menuruti permintaan terdakwa.

  5 Kasus pencabulan seperti ini sudah

  marak terjadi di Lampung Utara, khususnya pada tahun 2014-2016 dan pada tahun 2017 di bulan Januari terdapat kasus pencabulan seperti kasus tersebut yang terjadi di Lampung Utara yaitu di Desa Jaya Raya, pencabulan terhadap sesama jenis yang dilakukan oleh paman kandungnya sendiri yaitu pelaku berinisial (BS) melakukan tindak pidana pencabulan terhadap korban berinisial (ET).

  6 Pencabulan merupakan suatu

4 Kejahatan ini sudah sangat

  pelanggaran hak anak dan tidak ada suatu alasan yang dapat membenarkan tindak pidana tersebut, baik dari segi moral, susila dan agama. Apalagi perbuatan terdakwa tersebut dapat menimbulkan trauma fisik dan psikis terhadap korban terutama yang berusia anak-anak sehingga bisa berpengaruh pada perkembangan diri 5

  http://lampung.tribunnews.com/ 6 Laporan Penyidik Polres Lampung Utara, korban ketika dewasa nanti. Sebagai anggota masyarakat yang sadar akan hukum kita wajib membantu aparat penegak hukum untuk mencegah dan mengatasi sebuah kejahatan, Khususnya kejahatan seksual yang terjadi dalam keluarga terlebih kepada keluarga sendiri karna di dalam keluarga terdapat anak sebagai sasaran kejahatan yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap sebuah kejahatan. Masalah kejahatan merupakan bagian dari perubahan sosial dan bukan termasuk hal yang baru di kehidupan modernisasi ini. Semakin banyaknya jenis kejahatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat menunjukkan bahwa semakin banyak pula korban-korban berjatuhan dengan segala bentuk kerugian dan penderitaan yang besar. Kerugian yang timbul dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu kerugian fisik dan nonfisik. Pencegahan tindak pidana pencabulan dapat ditempuh dengan strategi mengutamakan hak anak dalam semua kebijakan dan program pemerintah dan masyarakat, memberdayakan anak sebagai subyek dari hak-haknya dalam menentang pencabulan, serta menyediakan akses pelayanan dasar bagi anak di bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

  “Analisis Kriminologis Pencabulan Yang Dilakukan Ayah Terhadap Anak Laki- laki Kandung”

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a.

  Apakah faktor penyebab terjadinya pencabulan yang dilakukan Ayah terhadap Anak laki-laki kandung? b. Bagaimanakah upaya penanggu- langan terhadap terjadinya pencabulan yang dilakukan Ayah terhadap anak laki-laki kandung?

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Responden dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat memberikan keterangan serta pendapat sesuai dengan fakta yang ada yaitu, Kasat Reskrim pada Polres Lampung Utara, Staf pada Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lampung Utara, Psikolog, Dosen bagian Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung, Tokoh Masyarakat, Pelaku tindak pidana pencabulan. Analisis terhadap data yang diperoleh dengan cara analisis deskriptif kualitatif.

  II. PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pencabulan yang dilakukan Ayah Terhadap Anak laki-laki Kandung

  Tindak pidana pencabulan kepada anak yang umumnya dilakukan oleh orang dewasa, baik yang masih ada hubungan keluarga maupun tidak memiliki hubungan keluarga bahkan yang paling ekstrim adalah melakukan persetubuhan terhadap anak kandungnya sendiri. Setiap kasus memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dan penyebab yang berbeda pula. Pada intinya semua bentuk pencabulan kepada anak tersebut berorientasi pada pemuasan hasrat dan nafsu seksual pelaku. Timbulnya Pencabulan didalam keluarga mengindikasikan adanya disfungsi dalam sistem keluarga. Disfungsi sistem keluarga adalah rusaknya organisasi dalam keluarga diwarnai rasa ketakutan akan ditinggalkan ayah sebagai tiang keluarga, yang akan menyebabkan kehancuran keluarga.

  Setiap anak yang menjadi korban pencabulan biasanya akan mengalami dampak buruk terhadap perkembangan kejiwaannya. Dampak jangka pendek yang dapat terjadi adalah anak menjadi pemurung, sedih, suka menyendiri, tidak mau bergaul dan menghindari bertemu dengan orang lain. Selain itu anak akan takut apabila bertemu dengan orang lain, khususnya orang yang belum dikenalnya, anak akan takut untuk bersentuhan dengan orang lain. Sementara itu, dampak jangka panjang yang dapat terjadi adalah anak akan mengalami trauma berkepanjangan, yang akan mempengaruhi perkembangan kejiwaannya bahkan sampai sang anak tersebut memasuki usia remaja dan dewasa, sebagai akibat dari pengalaman masa lalunya yang pernah dilecehkan secara seksual.

  ayah terhadap anak laki-laki kandungnya ini secara sosiologis merupakan homoseksual yaitu ketertarikan seseorang secara emosional dan seksual kepada 7 seseorang yang berjenis kelamin sama. Homoseksual adalah rasa ketertarikan romantis atau seksual perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Homoseksual dapat dimasukkan ke dalam kajian abnormalitas seksual yang terdapat dalam psikologi abnormal.

  Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan yang diperoleh dari pengalaman sewaktu kecil, maupun dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Perilaku seksual yang menyimpang ini lebih banyak dikuasai oleh dorongan-dorongan non seksual daripada kebutuhan erotis, yang pada akhirnya menuntun pasien pada tingkah laku komplusif dan patologis.

  Analisis dari penulis mengenai hal pencabulan yaitu, pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak kandungya sendiri sudah marak terjadi bahkan dalam kasus ini terhadap anak kandung laki-laki. Penyebab utamanya biasanya karena ketiadaan ibu sebagai pendamping ayah di dalam rumah tangga. Pada kondisi sang ibu sakit keras, sang ibu telah tiada, sang ibu meninggalkan rumah, dan lain sebagainya membuat seseorang ayah khilaf dan menjadikan anak kandungnya sebagai objek seksualnya. Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam teori kriminologi menurut teori Lambrosso yaitu Insane

7 Kasus pencabulan yang dilakukan

  Criminal dan Criminoloids, dimana

  Insane Criminal bukanlah penjahat sejak lehir, melainkan mereka menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang mengganggu kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah. Sedangkan Criminoloids mencakup suatu kejahatan ambigus yang termasuk penjahat kambuhan (habitul kriminal) yaitu penjahat karna nafsun dan berbagai tipe.

8 Teori ini mengemukakan bahwa

  seseorang melakukan kejahatan akan tergantung pada situasi dan kondisi. Responden berikutnya adalah poelaku tindak pidana pencabulan dengan anak laki-laki kandungnya yaitu, Surono

  9

  . Pelaku mencabuli anak laki-laki kandungnya sendiri selama tiga kali berturut-turut sejak bulan Agustus hingga September tahun 2016. Pelaku mengatakan bahwa faktor penyebab ia melakukan tindakan keji terhadap anaknya sendri ialah dikarenakan pasangan sudah lama tidak berhubungan seksual dengan isterinya karena isterinya sudah lama meninggalkan rumah. Dari pemaparan alasan pelaku tersebut terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah serta tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang kurang merupakan faktor utama yang membuat pelaku melakukan tindakan keji tersebut terhadap anak kandungnya sendiri. Keluarga yang tingkat pendidikan dan pergaulannya rendah mempengaruhi seseorang untuk berbuat suatu kejahatan dan karena faktor ilmiah kemampuan berfikir seseorang tidak berkembang. Faktor tersebut membuat mereka tidak berfikir logis, tidak memikirkan dampak kedepannya akan seperti 8 Ibid. hlm.38 9 Hasil Wawancara dengan Surono. Pelaku apa, yang difikiran mereka hanya untuk kepuasan semata. Selain itu tingkat keimanan dan kepercayaan pelaku terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berguna membentengi dirinya terhdapa perbuatan dosa sangatlah kurang, oleh sebab itu pelaku mampu melakukan perbuatan terlarang yang menyakiti anak kandungnya sendiri.

  a.

  Faktor Biologis Faktor biologis yaitu faktor sebagai hasrat pelaku kejahatan untuk menyalurkan kebutuhan seksual yang tidak tersalurkan, sehingga penyaluran tersebut dilakukan dengan melanggar hukum atau bukan pada tempat yang tepat karena kurangnya ketaatan dalam menjalankan perintah agama, kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai akidah dari dalam diri pelaku, keadaan keluarga yang tidak harmonis serta rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan sdari dalam diri pelaku.

  b.

  Faktor Psikologis Faktor psikologis yang menjelaskan sebab-musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat kejahatan, karena adanya perilaku seksual yang menyimpang sehingga menuntun seseorang tersebut kepada tingkah laku komplusif dan patologis. Hal ini disebabkan oleh multifaktoral, yang mencakup gejala-gejala di luar dan di dalam pribadi yang berkaitan.

  c.

  Faktor Sosiologis Faktor Sosiologis merupakan suatu penjelasan yang menjelaskan sumber timbulnya kejahatan berdasarkan interaksi

  sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur sosial dalam masyarakat. Dalam faktor sosiologis, timbulnya seseorang untuk melakukan kejahatan karena kurangnya perkembangan media, kurangnya pengawasan orang tua dan faktor masyarakat juga salah satu penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan. Berdasarkan analisis, penulis berpendapat bahwa kurangnya kontrol orang tua dan masyarakat pada anak-anak yang berpotensi menjadi korban tindak pidana pencabulan menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana ini. Hal ini dapat memberikan peluang kepada para pelaku kejahatan secara lebih leluasa berbuat jahat. Orang tua yang kurang memberikan perhatian dan pengawasan terhadap anak kandung mereka, baik lingkungan tempat bermain teman sepermainan maupun waktu bermain anak. Kurangnya perhatian dan pengawasan ini dapat disebabkan oleh seperti tingkat kesibukan orang tua pada pekerjaan atau usahanya, sehingga anak-anak kurang mendapat pengawasan. Selain itu pada masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau terbelakang, faktor pengetahuan yang rendah tentang upaya perlindungan hukum kepada anak juga menjadi pendukung terjadinya tindak pidana pencabulan terhadap anak laki-laki kandung. Orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah tidak memiliki dasar-dasar pengetahuan yang memadai untuk memberikan dan memperoleh perlindungan hukum bagi anak-anak mereka.

  Faktor masyarakat juga menjadi salah salah satu penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak laki- laki kandung. Menurut Aryani 10 rendahnya pengetahuan masyarakat pada umumnya tentang bagaimana dan kepada siapa mencari perlindungan hukum bagi anak-anak mereka yang menjadi korban tindak pidana pencabulan, karena kurangnya sosialiasi khususnya pada masyarakat di daerah terpencil, berpendidikan dan ekonomi rendah.

  Selain itu sampai dengan saat ini masih berkembang mitos di tengah- tengah masyarakat bahwa melakukan hubungan badan dengan anak-anak akan dapat meningkatkan keperkasaan seorang laki-laki dan membuat jadi awet muda. Mitos ini turut berpotensi meningkatkan jumlah anak-anak yang menjadi korban tindak pidana pencabulan.

  Berbagai pemaparan dari para responden di atas, maka penulis dapat menganalisi faktor- faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak laki- laki kandung yaitu: a.

  Adanya perilaku menyimpang; b.

  Keadaan keluarga yang tidak harmonis; c.

  Ketaatan dalam menjalankan perintah agama yang rendah; d.

  Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan;,

  10 Hasil Wawancara dengan Aryani. Tokoh

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencabulan Yang dilakukan Ayah Terhadap Anak Laki-laki Kandung

  Upaya penanggulangan tindak pidana pencabulan terhadap anak harus dilaksanakan secara komprehensif, dengan tujuan untuk pencegahan dan penanggulangan tindak pidana pencabulan terhadap anak, apalagi anak kandung sendiri. Perlindungan hukum kepada anak ini merupakan segala aktivitas yang dilakukan oleh perangkat pelaksana hukum untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sejumlah undang-undang di Indonesia yang berkaitan dengan perlindungan anak, misalnya Undang-undang Kesejahteraan Anak, Undang-undang Peradilan Anak, namun belum ada undang- undang yang secara utuh dapat mengatasi permasalahan anak. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dapat dilihat sebagai salah satu produk dari Konvensi Hak Anak (KHA) yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi anak sehubungan dengan upaya pemenuhan Hak Anak sehingga dapat mengurangi pelanggaran Hak Anak baik yang dilakukan oleh orangtua dalam konteks keluarga, masyarakat maupun negara. Undang- undang Perlindungan Anak dibuat berdasarkan empat prinsip KHA: non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk hidup, bertahan dan berkembang, dan hak anak untuk berpartisipasi.

  11 Upaya menanggulangi suatu

  kejahatan

  G. Peter Hoefnagels menyatakan bahwa ada dua upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi suatu kejahatan, yaitu upaya yang melalui jalur penal (hukum pidana) dan upaya yang melalui jalur non penal (di luar hukum pidana)

  12

  . Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat repressive (penindasan/ pemberantasan/ penumpasan) setelah terjadinya suatu kejahatan. Sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan/ penangkalan/ pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Upaya preventif ini dilakukan kejahatan tersebut terjadi, Pertama adalah dengan adanya layanan pengaduan yang dimana layanan pengaduan ini merupakan layanan pertama yang diberikan kepada korban dan didapat oleh korban pada waktu memasuki lembaga layanan. Layanan pengaduan ini berbentuk proses identifikasi kondisi korban, asesmen, persiapan penanganan untuk korban, dan rencana intervensi atau tindakan yang diperlukan oleh korban. Setelah menerima laporan, kepolisian langsung melakukan tindakan-tindakan represif yang sesuai dengan prosedur yang telag ditetapkan dan atas perintah atasan tertinggi kepolisian tersebut. 11 Gadis Arivia. Op. Cit. hlm.4 12 Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Pelaksanaan tugas dilakukan oleh kepolisian diarahkan pada upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat. Upaya tersebut terus dilaksanakan secara berkesinambungan oleh kepolisian dengan program- program sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak di bawah umur sebagai korban tindak pidana pencabulan, Kepolisian sesegera mungkin menanggapi setiap adanya laporan dari anggota masyarakat tentang adanya tindak pidana tindak pidana pencabulan dengan melakukan penyelidikan, karena laporan tersebut harus didukung oleh bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk sebagai tindak pidana atau bukan. Dalam penyelidikan ini, rangkaian tindakan penyelidik bertujuan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Rangkaian tindakan penyelidikan hanya dimaksudkan untuk menemukan peristiwa pidana dan tidak mencari/menemukan tersangka. Tindakan penyidikan tidak harus didahului dengan penyelidikan untuk menemukan peristiwa yang dinilai sebagai tindak pidana, dapat segera melakukan penyidikan.

  Setelah jelas dan cukup bukti bahwa laporan masyarakat tersebut benar, dan memang didapatkan bukti awal bahwa telah terjadi tindak pidana tindak pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur maka selanjutnya dilaksanakan penyidikan.

  Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik kepolisian dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Tujuan pokok tindakan penyidikan adalah utuk menemukan kebenaran dan menegakkan keadilan, bukan mencari-cari kesalahan seseorang. Dengan demikian, seseorang penyidik dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang- wenang, senantiasa berada dalam koridor penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

  Berdasarkan uraian di atas maka dapat dianalisis bahwa penanggulangan tindak pidana pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak laki-laki kandung oleh penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan merupakan faktor yang sangat penting sebagai pelaksanaan hukum. Hal ini disebabkan oleh karena undang-undang disusun untuk dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegakan hukum yang baik merupakan barometer kepastian hukum dan keadilan. Penegakan hukum yang baik ialah apabila sistem peradilan pidana bekerja secara obyektif dan tidak bersifat memihak serta memperhatikan dan mempertimbangkan secara seksama nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Penanggulangan tindak pidana pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak laki-laki kandungnya sendiri harus dilakukan secara terpadu baik perlindungan secara medis maupun secara psikologis. Perlindungan secara medis dilakukan untuk memulihkan kondisi fisik anak yang mungkin mengalami kerugian fisik (luka-luka, memar, lecet dan sebagainya) sebagai akibat dari tindak pidana pencabulan yang dialaminya. Perlindungan medis ini diberikan sampai anak korban tindak pidana pencabulan tersebut benar- benar sembuh secara fisik. Sementara itu perlindungan psikologis diberikan dengan melakukan pendampingan kepada anak korban tindak pidana pencabulan, yaitu dengan melaksanakan terapi kejiwaan atas trauma yang mereka alami akibat tindak pidana pencabulan. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi dampak jangka panjang bagi stabilnya perkembangan jiwa anak di bawah umur yang menjadi korban tindak pidana pencabulan.

  Berdasarkan analisis bahwa beberapa hal yang terkait melaksanakan perlindungan anak yang harus semaksimal mungkin diketahui adalah pengertian/ pemahaman tentang anak, sebab masyarakat pada kenyataannya dihadapkan pada perbedaan pandangan dan keyakinan yang kuat, yang berkaitan dengan masalah perlindungan anak seorang individu, kelompok organisasi swasta atau pemerintah. Hal lain berkaitan erat dengan latar belakang pendidikan, kepentingan, nilai-nilai sosial kepribadian yang bersangkutan, sehingga perlu adanya usaha mengatasi hambatan dalam masalah pengertian yang tepat mengenai anak, misalnya melalui pendidikan, penyuluhan yang meluas dan merata kepada partisipan dengan berbagai cara.

  Pengembangan pengertian yang tepat merupakan dasar seseorang mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan perlindungan anak.

  Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat menganilisis bahwa suatu tindak kejahatan kesusilaan di dalam keluarga terjadi karena kurangnya keharmonisan di dalam keluarga tersebut, dengan kata lain kurang baiknya komunikasi yang terjalin antar masing-masing anggota keluarga. Selain itu, yang terpenting adalah mempunyai pendidikan, pengetahuan dan pemahaman aqidah dalam agama yang tidak rendah sehingga seseorang tersebut tidak melakukan kejahatan seksual dengan cara menyakiti keluarganya sendiri yang dalam kasus ini ialah ayah terhadap anak kandungnya sendiri.

  III. PENUTUP Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan: 1.

  Faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang melakukan tindak pidana pencabulan terhadap anak kandungnya berdasarkan penelitian, yaitu: a.

  Faktor Biologis Faktor biologis yaitu faktor sebagai hasrat pelaku kejahatan untuk menyalurkan kebutuhan seksual yang tidak tersalurkan, sehingga penyaluran tersebut dilaku- kan dengan melanggar hukum atau bukan pada tempat yang tepat karena kurangnya ketaatan dalam menjalankan perintah agama, kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai akidah dari dalam diri pelaku, keadaan keluarga yang tidak harmonis serta rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan sdari dalam diri pelaku.

  b.

  Faktor Psikologis Faktor psikologis yang menjelaskan sebab-musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan- tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat kejahatan, karena adanya perilaku seksual yang menyimpang sehingga menuntun seseorang tersebut kepada tingkah laku komplusif dan patologis. Hal ini disebabkan oleh multifaktoral, yang mencakup gejala-gejala di luar dan di dalam pribadi yang berkaitan.

  c.

  Faktor Sosiologis Faktor Sosiologis merupakan suatu penjelasan yang menjelaskan sumber timbul- nya kejahatan berdasarkan interaksi sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur sosial dalam masyarakat. Dalam faktor sosiologis, timbulnya seseorang untuk melakukan kejahatan karena kurangnya perkembangan media, kurangnya pengawasan orang tua dan faktor masyarakat juga salah satu penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan.

  2. Upaya penanggulangan yang dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana pencabulan antara lain: a.

  Upaya yang bersifat preventif antara lain seperti memak- simalkan peran media massa untuk memberikan pem- beritaan yang sifatnya dapat membantu mencegah terjadinya kriminalitas seksual khususnya terhadap anak. Upaya ini tidak hanya melibatkan pihak kepolisian dan jurnalis saja, akan tetapi mengajak semua lapisan individu dan masyarakat serta pemerintah untuk turut serta dalam upaya pencegahan agar tidak terjadi lagi suatu tindak kejahatan asusila terhadap anak-anak dan individu yang lainnya.

  b.

  Upaya yang bersifat represif merupakan suatu bentuk upaya yang menitikberatkan pada suatu penindasan, pemberantasan dan penum- pasan untu memberikan efek jera bagi para pelaku tindak kejahatan. Upaya penang- gulanganini melibatkan para aparat penegak hukum yakni Kepolisian, Lembaga Per- lindungan Anak, Kejaksaan dan Pengadilan

  Saran 1.

  Kuantitas dan kualitas pencabulan terhadap anak kandung menunjukkan suatu peningkatan yang mengkhawatirkan, maka sebaiknya dibuat suatu program pencegahan yang terarah dan terpadu untuk penanganan kasus- kasus kesusilaan umumnya dan kasus pencabulan terhadap anak kandung sesama jenis khususnya.

  2. Agar diintensifkan lagi penyuluhan dan sosialisasi oleh aparat penegak hukum maupun Undang-Undang Nomor 8 Tahun pemerintah ke desa-desa, supaya 1981 tentang Kitab Undang- dapat menambah pemahaman Undang Hukum Acara Pidana. warga masyarakat akan dampak dari melakukan suatu tindak Undang-Undang Nomor 39 Tahun pidana. 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

  DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 23 Tahun

  2002 jo Undang-Undang Arief, Barda Nawawi. 2010. Bunga Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

  Rampai Kebijakan Hukum Pidana . Jakarta: Prenada

  Media Group. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Arivia, Gadis. 2005. Potret Buram Saksi dan Korban.

  Eksploitasi Kekerasan Seksual pada Anak . Jakarta: Ford Undang-Undang Nomor 11 Tahun

  Foundation. 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Komnas Ham, Anak-anak Indonesia

  Yang Teraniaya, Buletin

  Sumber Lain

  Wacana, Edisi VII http://lampung.tribunnews.com/ Savitri, Primautama Dyah. 2006.

  Benang Merah Tindak Pidana No. HP: 082372099949 Pelecehan Seksual . Jakarta:

  Penerbit Yayasan Obor.

  Peraturan Perundang-Undang

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana.

  Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Dokumen yang terkait

ABSTRACT AN ANALYSIS ON SANCTIONS IMPLEMENTATION AGAINST CORRUPTION CRIME COMMITTED BY UNREGISTERED LEASING LEGAL ENTITIES FOR FIDUSIARY WARRANTY By Dita Risnia, Sunarto, Damanhuri WN Email : risnia_ditayahoo.co.id

0 0 15

ABSTRACT THE LAW ENFORCEMENT AGAINST THE PERPETRATOR OF DRUGS ABUSE BY COMMITTING A CRIMINAL THEFT WITH VIOLENCE AND PERSECUTION (A Case Study at Bandar Lampung Police Jurisdiction) By Deddyta Sitepu, Tri Andrisman, Gunawan Jatmiko Email : deditasitepugma

0 0 14

ABSTRACT ANALYSIS DECISION IN THE CASE JUDGE pretrial Corruption (Studies Pretrial Decision No. 14 Pid.Pra 2016 PN.Tjk) By: Wanda Rara Farezha, Eddy Rifa’i, Gunawan Jatmiko (wandararafarezhagmail.com)

0 0 14

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA (Studi di Wilayah Hukum Bandar Lampung) Ernita Larasati, Eko Raharjo S.H., M.H., Gunawan Jatmiko S.H., M.H. email: (ernita1995gmail.com) Abstrak - ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERH

0 0 8

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA DI DALAM LEMBAGA PERMASYRAKATAN (Studi pada Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda)

0 0 14

ABSTRACT POLICY ANALYSIS FORMULATION OF THE ACT WHICH OBSTRUCT THE TRIAL (CONTEMPT OF COURT) IN THE INDONESIAN JUSTICE SYSTEM By Dimas Abimayu, Erna Dewi, Eko Rahardjo Email : dabimayu.dagmail.com

0 0 14

ABSTRACT THE LAW ENFORCEMENT AGAINST CORRUPTORS BY THE CORRUPTION COURT IN LAMPUNG By Della Rahmaswary, Eddy Rifai, Diah Gustiniati Email : dellarahmasyahoo.co.id

0 0 15

ABSTRACT CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF RAPE CRIME AGAINST CHILDREN IN THE DISTRICT COURT OF KALIANDA JURISDICTION By Arief Satria Wibowo, Sunarto, Firganefi Email : ariefsatriawibowo96gmail.com

1 0 14

ABSTRACT ANALYSIS ADDITIONAL CRIMINAL ON PERSON OF SEXUAL VIOLENCE AGAINST CHILDREN BASED ON GOVERNMENT REGULATION IN LIEU OF LAW NUMBER 17 YEAR 2016 By Andre Rinaldy.T , Nikmah Rosidah, Damanhuri.WN

0 0 12

ABSTRACT THE POLICE ROLE IN THE ERADICATION OF CRIMINAL ACT ONLINE PROSTITUTION BY HIGH SCHOOL STUDENTS IN BANDAR LAMPUNG (Study at Bandar Lampung Police) By Tutut Wuri Hastuti

0 0 16