ABSTRACT CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF RAPE CRIME AGAINST CHILDREN IN THE DISTRICT COURT OF KALIANDA JURISDICTION By Arief Satria Wibowo, Sunarto, Firganefi Email : ariefsatriawibowo96gmail.com

  

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PEMERKOSAAN

TERHADAP ANAK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN

NEGERI KALIANDA

(Jurnal)

Oleh

JURNAL ARIEF SATRIA WIBOWO (1342011032)

  

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

  

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PEMERKOSAAN TERHADAP

ANAK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI KALIANDA

Oleh

Arief Satria Wibowo, Sunarto, Firganefi

  

Email :

Sesuai dengan perkembangan zaman kerap sekali terjadi kejahatan pemerkosaan yang

dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak kandung dan tetangga, itu terjadi karena ada

faktor penyebabnya antara lain karena tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh

orang tua, terpengaruh oleh pergaulan lingkungan sekitar, perkembangan pembangunan

yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.Permasalahan adalah apa saja faktor-faktor penyebab

terjadinya pemerkosaan terhadap anak secara berlanjut dan bagaimanakah upaya

penanggulangan.Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis

normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh

dengan cara wawancara data sekunder yang di peroleh melalui studi kepustakaan.

Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dengan cara identifikasi, editing, klasifikasi

dan penyusunan data serta penarikan kesimpulan. Data hasil pengolahan tersebut

dianalisis secara deskriptif kualitatif.

  Hasil Penelitian dan Pembahasan yaitu, faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan pemerkosaan terhadap anak yaitu karena faktor lingkungan pergaulan, keluarga serta perkembangan zaman (kemajuan teknologi). Upaya penanggulangan kejahatan pemerkosaan yang dilakukan seseorang adalah tindakan preventif dengan cara non penal artinya mengupayakan mengenal diri dan menanamkan kepercayaan pada diri dengan cara mengidentifikasi minat, bakat, potensi, dan menyalurkan pada aktifitas positif dalam mengisi waktu luang dan tindakan represif dengan cara penal artinya yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana sebagaimana dalam contoh dua kasus yang sudah sampai putusan dengan hukuman maksimal 13 tahun dan 15 tahun antara lain dengan cara penyuluhan ke masyarakat agar menjaga dan memperhatikan pergaulan seseorang supaya prilaku dalam lingkungan masyarakat tidak menyimpang.

  

Saran, untuk mengurangi kejahatan pemerkosaan terhadap anak yaitu dari pihak

keluarga, upaya pemerintah dan juga upaya lingkungan masyarakat memang harus lebih

di efektifkan lagi. Karena yang melakukan kejahatan terhadap anak ini sangat kejam dan

harus mendapatkan hukuman yang sesuai.

  Kata kunci : Kriminologis, Pemerkosaan, Anak.

  

ABSTRACT

CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF RAPE CRIME AGAINST CHILDREN

  

IN THE DISTRICT COURT OF KALIANDA JURISDICTION

By

Arief Satria Wibowo, Sunarto, Firganefi

Email :

  

As the development of the modern era, the occurences of rape crime committed by adults

against children are getting worse due to several contributing factors, such as: the lack of

parental supervision, social environmental influences, the development of rapid technology,

globalization in communication and information, the advancement of science and technology

and the changes in life style and factor of opportunity to commit crime. The problems are

formulated as follows: what are the contributing factors of rape crime commited by adult

against children? and what kind of measures to against the rape crime? The approaches used

in this research were normative and empirical approaches. The data sources consisted of

primary data which were obtained through interviews and secondary data through library

research. While the calculation of the data were done by means of identification, editing,

classification and compilation of data, and the conclusions. The data processing results were

analyzed using descriptive qualitative. From the result and discussion, it can be concluded

that the rape crime committed by adult against children was caused by several factors like

social environment, family, and the technological advancement. In order to combat the rape

crime committed by adults, it is important to do a preventive action by way of non penal

measure, that is self identification and instill confidence by identifying their interests, talents,

potentials, and to channel the positive activities in their spare time; while the repressive penal

measure was carried out by law enforcement officers after a crime occurs by socializing to

the community to maintain and pay attention to each member of the community to minimize

the deviation of behavior. A criminal act as is the case of two cases which has come the

award by the utmost extent of 13 and 15 years between another by way of information to the

public to maintain and pay attention to someone that promiscuity unmannerly in the

community have not turned aside. It is suggested that in order to reduce the occurence of rape

crime committed by adults against children, it is expected that family, government and

community should synergize in a more effective measure. Also, it is important to improve the

effectiveness of the work performances of law enforcement officers. Besides, in dealing with

cases of children violence, one important thing to be considered is penalty with limits. It is

because the offenders who committed crime against children are considered very cruel and

should be punished accordingly.

  Keywords: Criminological, Rape, Child.

I. PENDAHULUAN

  Pada dasarnya menyelenggarakan sistem keadilan pidana (Criminal

  Justice Sistem ) maka pidana

  menempati satu posisi sentral. Hal ini disebabkan karena putusan didalam pemidanaan akan mempunyai konsekuensi yang luas, lebih-lebih apabila putusan pidana tersebut dianggap tidak tepat, maka akan menimbulkan reaksi yang “kontroversial”, sebab kebenaran didalam hal ini sifatnya adalah relatif tergantung dari mana kita memandangnya.

  melakukan suatu tindak pidana dapat dikenai sanksi pidana apabila perbuatannya tersebut memenuhi unsur unsur tindak pidana. Unsur- unsur tindak pidana yang harus dipenuhi antara lain adalah suatu perbuatan memenuhi rumusan Undang-undang dan bersifat melawan hukum dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap mampu bertanggungjawab.

  Tindak pidana pencabulan dengan kekerasan diatur dalam Pasal 285 dan Pasal 289 KUHP memutuskan “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan tindak pidana kesusilaan, dengan pidana paling lama dua belas tahun”. 1 Hukum Indo,

  ”Criminal Justice System”,http://hukum.indo.blogspot.co.id/201 1/11/criminal-justice-system-materi- kuliah.html?m=1, diakses tanggal 21 oktober

  Banyak hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya kejahatan oleh seseorang, karena suatu kejahatan terjadi disertai penyebab yang membuat seseorang tersebut melakukan suatu kejahatan antara lain, adanya pengaruh dari dalam diri seseorang yang mengakibatkan orang tersebut berbuat jahat, kemudian lingkungan tempat tinggal seseorang tersebut yang membentuk karakter diri seseorag tersebut menjadi baik atau jahat, tidak hanya itu faktor ekonomi seseorang yang kekurang dari segi materil akan membuat seseorang untuk melakukan perbuatan jahat juga, pendidikan yang rendah akan membuat pola berfikir seseorang untuk berbuat,selain itu dengan mudahnya untuk mengakses video porno dan pengaruh budaya asing yang masuk indonesia tanpa disaring oleh masyarakat, tidak hanya diperkotaan tetapi juga hingga kedesa-desa yang juga dapat menjadi faktor pendorong timbulnya kejahatan seksual, karena saat ini kejahatan seksual terhadap anak tidak lagi memonopoli masyarakat perkotaan, tetapi juga terjadi di pedesaan yang jauh dari keramaian kota. Era Lambroso juga menandai pendekatan baru dalam menjelaskan kejahatan, bahwa kejahatan itu ditentukan oleh berbagai faktor. Para tokoh biologis dan psikologis tertarik pada perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu. Para tokoh psikologis mempertimbangkan suatu variasi dari kemungkinan cacat dalam kesadaran, ketidakmatangan emosi, sosialisasi yang tidak memadai di masa kecil, kehilangan hubungan

1 Seseorang yang telah

  dengan ibu, perkembangan moral yang lemah. Kurangnya pengawasan dari orang tua, kesibukan orang tua mencari nafkah juga bisa jadi penyebab, mengapa anak rentan menjadi korban kejahatan seksual sepe rti persetubuhan sehingga anak kehilangan kendali hingga anak tidak menyadari bahaya yang mengintainya dan akibat apa yang dapat terjadi bila dirinya menjadi korban persetubuhan. Pada Pasal 81 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, yaitu “setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan denganya atau dengan orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)”. Anak menjadi korban dari kejahatan seksual tidak dibatasi oleh perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki maupun anak perempuan keduanya potensial menjadi korban dan sasaran dari kejahatan seksual yang berkembang dimasyarakat. Namun jumlah anak yang menjadi korban kejahatan seksual biasanya lebih dominan anak perempuan karena anak perempuan lebih lemah, lebih tergantung, lebih mudah dikuasai dan diancam oleh pelaku kejahatan.

  2 2 John Dirk Pasalbessy ,”Fenomena Kekerasan

  Terhadap Perempuan dan Anak ”,

  Masalah yang ditimbulkan antara lain terjadinya pergeseran nilai moral, kesenjangan keadaan sosial ekonomi, proporsi penduduk miskin yang makin besar, angka pengangguran yang makin tinggi, serta berbagai masalah sosial lain sementara pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup makin sulit dilakukan. Kondisi ini mendukung peningkatan tindak kekerasan seksual maupun persetubuhan, terutama golongan yang dianggap lemah dan rentan yaitu anak- anak. Begitu juga dengan tindak persetubuhan terhadap anak sangat potensial menjadi korban kejahatan seksual tanpa memandang usia, status sosial, atau bangsa.

  Tindak persetubuhan dipandang sebagai tindak kriminal yang tidak manusiawi berupa tindak kekerasan seksual yang dilakukan tanpa dikehendaki dan umumnya dengan sengaja melakukan kekerasan dan ancaman kekerasan yang memaksa anak untuk melakukan peretubuhan.

  Kejahatan seksual yang sering terjadi terhadap anak perempuan seperti persetubuhan, mengakibatkan terampasnya dan tertindasnya hak-hak anak. Anak yang mengalami tindak pidana persetubuhan dapat mengalami trauma yang mendalam dan gangguan psikologis maupun fisiknya karena pada hakikatnya anak harus dilindungi. Selain itu juga anak berhak atas perlindungan dari berbagai macam kekerasan.

  hukum/288-fenomena-kekerasan-terhadap- perempuan-dan-anak,diakses tanggal 24 Dalam Pasal 58 ayat (1) Undang- undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, bahwa anak juga berhak mendapat perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik maupun mental, pelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya atau pihak lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.

  Upaya perlindangan anak tersebut harus dilakukan sedini mungkin dan dalam pelaksanaannya perlu peran serta masyarakat baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakat- an, organisasi sosial atau lembaga pendidikan. Dengan demikian orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan memelihara anak sesuai dengan kewajiban yang telah dibebankan oleh hukum.

  Pemerintah dan negarapun bertanggungjawab mendukung per- lindungan anak dengan menyediakan fasilitas dan aksebilitas bagi anak agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat optimal dan terarah. Sama halnya dengan upaya penanggulangan kejahatan seksual terhadap anak, yang harus dilakukan secara konsekwen dan berkelanjutan khususnya kepada aparat penegak hukum dan masyarakat yang sama-sama mempunyai kewajiban dalam hal menanggulangi kejahatan seksual terhadap anak. Penulis menggunakan 2 (dua) sampel putusan dari Pengadilan Negeri Kalianda sebagai acuan dalam penyusunan skripsi ini, yang berbunyi sebagai berikut:

  Menyatakan terdakwa CARMADI Bin SALAMUN (Alm) bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain yang dilakukan secara berlanjut” sebagaimana dalam dakwaan tunggal Pasal 81 ayat (1) UU RI No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Dijatuhkan Pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dengan dikurangi seluruhnya dengan masa penahanannya telah dijalani dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan. PutusanNomor : 381/ Pid.Sus / 2015 / PN-Kla.

  3 Menyatakan terdakwa SUNARI Bin

  HANAFI bersalah melakukan tindakpidana “Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain secara b erlanjut”. Dijatuhkan pidana penjara selama 12 (duabelas) tahun dengan dikurangi seluruhnya dengan masa penahanannya telah dijalani dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp.1.000.000.000,- (satumilyar rupiah) subsidair 6 (enam) bulankurungan.PutusanNomor : 362 / Pid.Sus / 2015 / PN.Kla.

  4 Berdasrkan paparan latar belakang di

  atas maka Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan 3 PutusanNomor :381/Pid.Sus/2015/PN-Kla 4 judul “Analisis Kriminologis Kejahatan Pemerkosaan Terhadap Anak Secara Berlanjut (Studi kasus putusan Nomor: 381/Pid.Sus/2015/PN- Kla dan Putusan Nomor: 362/Pid.Sus /2015/PN-Kla) Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a.

  Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya kejahatan pemerkosaan terhadap anak di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kalianda? b. Bagaimanakah upaya penanggulangan terjadinya kejahatan pemerkosaan terhadap anak di wilayah Hukum Pengadilan Negeri Kalianda?

  Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara wawancara serta data sekunder yang di peroleh melalui studi kepustakaan. Sedangkan pngolahan data yang diperoleh dengan cara identifikasi, editing, klasifikasi dan penyusunan data, serta penarikan kesimpulan. Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis guna menjawab permaslahan yang ada.

  Bermula pada hari selasa tanggal 02 bulan juni tahun 2014 sekira jam 21:00 WIB, hari Rabu tanggal 17 bulan juni tahun 2015 sekira jam 21:00 dan hari Rabu tanggal 1 juli 2015 sekira jam 21:00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu dalam bulan juni dan juli tahun 2015 bertempet di rumah terdakwa di Pulau Jaya Rt/Rw 003/003 Desa Pulau Jaya Kec. Palas Kab.Lampung Selatan atau setidak-tidaknya pada tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kalianda, telah melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut, melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

  Perbuatan tersebut dilakukan dengan cara-cara terdakwa minum obat kuat dengan maksut akan menyetubuhi saksi Nur Aida Binti Yusman Sodikin (Alm) (seorang anak yang masih berumur 16 tahun ) yang merupakan anak tiri terdakwa kemudian terdakwa menyuruh saksi Nur Aida untuk masuk kedalam kamar terdakwa yang berada dibagian tengah, setelah saksi Nur Aida berada didalam kamar terdakwa kemudian terdakwa berkata kepada saksi Nur Aida “Nduk bapak mau masukin titit bapak kea nu kamu”, yang dijaw ab saksi Nur Aida “ya enggaklah pak”. Karena saksi Nur Aida tidak mau kemudian terdakwa mengancam dan membujuk saksi Nur Aida dengan kata-kata apabila Saksi Nur Aida tidak lagi oleh terdakwa”, sehingga Nur Aida merasa takut hingga akhirnya terdakwa dapat menyetubuhi Saksi Nur Aida dengan cara pada Saksi Nur Aida sedang tiduran terlentang tiba- tiba terdakwa langsung membuka

II. PEMBAHASAN A. Kasus Posisi

  paksa celana pendek dan celana dalam yang dipakai saksi Nur Aida dan saksi Nur Aida kemudian berusaha memberontak namun terdakwa memegangi kaki saksi Nur Aida kemudian terdakwa menjilati kemaluan Saksi Nur Aida selama kurang lebih 2 (dua) menit hingga terdakwa terangsang selanjutnya terdakwa lalu menggoyang-goyangkan kemaluan terdakwa maju mundur di dalam kemaluan saksi Nur Aida dan beberapa saat kemudian terdakwa mencabut kemaluan terdakwa dan mengeluarkan sperma diluar kemaluan saksi Nur Aida,setelah itu terdakwa keluar kamar. Bahwa perbuatan yang sama terhadap saksi Nur Aida telah terdakwa lakukan secara berulang sebanyak 3 (tiga) kali yakni yang kedua pada hari Rabu tanggal 17 juni 2015 sekira jam 21:00 WIB dengan cara saksi Nur Aida masuk kedalam kamar terdakwa kemudian terdakwa mengajak saksi Nur Aida untuk bersetubuh namun saksi Nur Aida menolak lalu terdakwa membujuk saksi Nur Aida dengan kata- kata “apabila saksi Nur Aida mau menuruti keinginan terdakwa maka terdakwa akan menuruti semua keinginan dan permintaan dari saksi Nur Aida”.namun saksi Nur Aida tidak mau menuruti kemauan terdakwa,namun terdakwa mengancam dengan kata- kata “saya tidak akan menguri si kamu lagi dan urus diri masing- masing”. Dikarnakan saksi Nur Aida tidak punya siapa-siapa lagi di desa Pulau Jaya maka saksi Nur Aida terpaksa menuruti kemauan Terdakwa.kemudian dilakukan kembali oleh terdakwa menyetubuhi saksi Nur Aida yang ketiga kalinya pada hari rabu tanggal 01 Juli 2015 sekira jam 21:00 WIB dengan cara terdakwa masuk kedalam kamar, kemudian terdakwa memasukkan kemaluannya kedalam kemaluan saksi Nur Aida namun tidak sampai mengeluarkan sperma setelah itu saksi pergi kekamar mandi dan terdakwa keluar dari kamar saksi kemudian saksi Nur Aida masuk kekamar lagi untuk tidur.

  B. Faktor Penyebab Terjadinya pemerkosaan terhadap anak di wilayah Hukum Pengadilan Negeri Kalianda

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara langsung di Pengadilan Negeri Kalianda, dan Kejaksaan Negeri Lampung Selatan, dengan dasar hasil wawancara yang dilakukan dengan sampel dua hakim yakni Dodik Setyo Wijayanto dan Yudha Dinata dan dua jaksa Firdaus Affandi dan Fransisca.dua narapidana Carmadi dan Sunari. Faktor penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan di pengaruhi oleh banyak faktor. Etiologi kejahatan adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan.

  5 Faktor tersebut

  dapat di timbulkan baik dari lingkungan, pendidikan, agama, ekonomi serta teknologi Ada beberapa faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan : faktor kejiwaan,faktor lingkungan, faktor ekonomi, faktor pendidikan dan faktor teknologi. 5 Djoko Prakoso. Perkembangan Delik-delik Khusus di Indonesia . Jakarta. Faktor Intern, yaitu : 1.

  Faktor Agama atau keimanan Seseorang melakukan kejahatan perkosaan karena landasan agamanya tidak kuat disebabkan tidak melaksanakan perintah agama yang dianjurkan semestinya, ia berprilaku sesuai dengan pandangan dirinya dan tidak mempunyai iman yang kuat terhadap pengaruh negatif.

  2. Faktor Keluarga Faktor keluarga, yaitu keluarga yang kurang memperhatikan segala aktivitas anggota keluarganya di luar maupun di dalam rumah dapat mengakibatkan seseorang mudah terjerumus pergaulan bebas, seperti menonton film porno, membuka situs porno di internet, membaca buku atau majalah dewasa.

  Keluarga yang kurang baik dan harmonis juga akan memberikan faktor negatif erhadap masing-masing individual dari keluarga tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam suatu keluarga untuk melakukan hal hal yang negatif jika tidak ada komunikasi serta hubungan yang baik didalam keluarga tersebut.

  Faktor Ekstern, yaitu : 1.

  Faktor Lingkungan Lingkungan yang kurang baik akan sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, yang berdampak pada diri seseorang yang bertempat tinggal dalam lingkungan tersebut, sehingga prilaku orang yang berada di lingkungan tersebut akan menjadi tidak baik juga.

  2. Faktor Teknologi Adanya kemajuan teknologi dan budaya yang menimbulkan keguncangan pada seseorang untuk menerima perubahan baru. Pergeseran nilai budaya dan moral oleh karena dasarnya informasi global melalui segala sesuatu dari media masa dan alat elektronik. Seseorang dapat dengan mudah mengakses segala bentuk produk asusila yang dihasilkan dari media masa, contoh pada saat ini televise telah terdapat beberapa channel, internet, media cetak, dan teknologi canggih untuk melakukan kejahatan pemerkosaan terhadap anak.

  Perkembangan teknologi yang menimbulkan kegoncangan para masyarakat yang memiliki mental untuk menerima perubahan baru. Media massa seperti film dan buku bacaan yang menggambarkan, tawuran, melakukan kejahatan, kelicikan, perampok, pencuri, cerita- cerita porno memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mengungkapkan rasa hati yang terpendam.

  3. Faktor Pendidikan Pendidikan memainkan peranan penting dari meningkatnya atau menurunnya jumlah kejahatan dalam suatu tempat. Hal tersebut oleh Tauchen yang menguji antara pekerjaan,pendidikan,dan kejahatan pada kelompok pemuda yang tinggal di Philladelpia antara umur

  10 (sepuluh) dan 18 (delapan belas) tahun Berdasarkan wawancara dengan dua Hakim Dodik Setyo Wijjayanto dan Yudha Dinata faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan adalah faktor intern agama dan keluarga sedangkan faktor ekstern lingkungan dan teknologi

  6

  menurut dua Jaksa yang menjadi faktor penyebab kejahatan adalah faktor internnya adalah keluarga dan pendidikan sedangkan faktor ekstern lingkungan dan pendidikan.

  7 Berdasarkan wawancara

  dengan narapidan faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan intern yaitu kejiwaan, keluarga sedangkan eksternnya pendidikan dan lingkungan.

  8 Menurut penulis setelah melakukan

  penelitian dan uraian di atas penulis berpendapat bahwa faktor penyebab yang paling mempengaruhi timbulnya kejahatan seseorang yaitu faktor dari dalam diri seseorang, keluarga, faktor agama, dan lingkungan pergaulan tempat tinggal. Kriminalitas itu pada umumnya merupakan kegagalan dari sistem pengontrol diri, juga menampilkan ketidakmampuan seseorang mengendalikan emosi-emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan yang bermanfaat. Perbuatan seseorang disebabkan oleh modernisasi, keadaan masyarakat yang belum siap menerimanya yang mengakibatkan hal-hal negatif kerap terjadi. Banyak kasus, perkosaan dilakukan oleh orang yang sudah sangat dikenal korban, sesuai dengan data kasus kejahatan terhadap perempuan dan anak yang bisa dilihat pada lembar latar belakang yaitu adanya 6 Wawancara dengan hakim dodik setyo

  wijayanto dan Yudha Dinata, 15 Desember 2016. 7 Wawancara dengan jaksa Firdaus Affandi dan Fransisca, 19 Desember 2016. 8 Wawancara dengan Narapidana Carmadi dan

  peningkatan kasus kejahatan persetubuhan terhadap anak dibawah umur dari tahun 2015 yaitu ada 9 (Sembilan) kasus dan 2016 naik menjadi 17 (tujuh belas) kasus kejahatan persetubuhan terhadap anak dibawah umur. misalnya teman dekat, kekasih, saudara, ayah, guru, pemuka agama, atasan, dan sebagainya. Dalam banyak kasus lainnya, perkosaan dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat. Banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang hingga melakukan tindak kejahatan, bahkan mengulanginya sampai beberapa kali.

  Tindak pidana perkosaan itu tidak terjadi begitu saja tanpa ada pemicunya. Seseorang yang melakukan tindak pidana perkosaan dapat saja mempunyai niat secara tiba- tiba. Niat yang secara tiba-tiba tersebut bisa dilihat dari faktor situasi dan kesempatan. Faktor situasi dan kesempatan tersebut meliputi keadaan sekitar yang sepi dan hanya ada korban,atau bahkan sebelumnya pelaku telah melihat gambar-gambar porno sehingga lebih meningkatkan gairah seksualnya.

  Perkosaan bisa terjadi pada siapapun, termasuk anak yang masih berada dibawah umur. Banyak pelaku yang memilih anak karena seorang pelaku merasa anak-anak mudah untuk dibujuk hingga seseorang pemerkosa dapat dengan leluasa melakukan aksi mereka untuk memperkosa. Muhammad Amin suma berpendapat tindak pidana secara sederhana merupakan suatu bentuk prilaku yang dirumuskan sebagai suatu tindakan yang membawa konsekwensi hukum berupa sanksi pidana siapapun yang melakukannya. Oleh karena perumusan suatu tindakan pidana akan selalu mengacu pada hal-hal diatas. Yakni suatu penentuan apakah suatu prilaku itu merupakan suatu hal yang diancam dengan sanksi pidana atau tidak. Suatu perilaku dikenakan pidana apabila itu dianggap dapat mengancam keseimbangan masyarakat.

  tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang, disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain, adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat dan disertai dengan arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika berpakaian yang menutup aurat, yang dapat merangsang pihak lain untuk berbuat tidak senonoh dan jahat.

  Tingkat control masyarakat yang rendah artinya berbagai perilaku yang diduga sebagai penyimpangan, melanggar hukum dan norma keagamaan kurang mendapatkan responsi dan pengawasan dari unsur- unsur masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya hidup masyarakat membawa perubahan sosial serta memberikan pengaruh terhadap nilai dan perilaku seseorang. 9 Muhammad amin suma, dkk, pidana islam Indonesia, pustaka firdaus, Jakarta , 2001.

  Serta nilai-nilai keagamaan yang semakin terkikis dimasyarakat atau pola relasi mental yang cenderung makin meniadakan peran agama adalah sangat potensial untuk mendorong seseorang berbuat jahat dan merugikan orang lain. Dampak negatif dari pembangunan yang cepat dan arus globalisasi yang pesat telah mempengaruhi perilaku seseorang, penyimpangan perilaku yang dilakukan seseorang antara lain, perampasan, pencabulan dan bahkan pemerkosaan.

9 Penyimpangan perilaku negatif bahkan

  C. Upaya Penanggulangan Kejahatan Pemerkosaan Terhadap Anak

  Dalam usaha untuk menanggulangi kejahatan mempunyai dua cara yaitu Preventif (mencegah sebelum Terjadinya Kejahatan) dan Represif (usaha sesudah terjadinya kejahatan).

  10 Dikatakan sebagai perbedaan secara

  kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas. Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah- masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan.

  1. Tindakan Preventif dengan Cara Non Penal 10 Firganefi dan Deni Achmad.2015 Pengantar

  Kriminologi dan Viktimologi.Bandar Artinya mengupayakan melakukan pencegahan oleh seseorang itu sendiri, antara lain dengan cara mengupayakan mengenal diri dan menanamkan kepercayaan pada diri dengan cara mengidentifikasi minat, bakat, potensi, dan menyalurkan pada aktifitas positif dalam mengisi waktu luang. Melakukan penyuluhan ke masyarakat agar menjaga dan memperhatikan sekeliling lingkungan.

  Penal Artinya tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana antara lain dengan cara pemberian sanksi atau pidana. Upaya penanggulangan kejahatan pemerkosaan terdapat beberapa cara yaitu:

  Tindakan ini bisa dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana, yaitu dengan cara pemberian sanksi ataupun pidana.tindakan ini bisa dilakukan oleh korban dengan cara melaporkannya ke aparat penegak hukum, akan tetapi sering terjadi kendala apabila pelaku yang melakukan kejahatan adalah anggota keluarga sendiri.sehingga korban tertekan dan cenderung takut untuk melaporkannya.

  Faktor Non Penal

  Tindakan ini dilakukan dengan cara sosialisasi kepada 11 Wawancara dengan Dosen Fakultas Hukum

  Unila, DR.Erna Dewi S.H.,M.H, 26 Desember

  masyarakat.kemudian dari sisi pendidikan agama juga sangat berpengaruh untuk terhindar dari kejahatan pemerkosaan dan mencegah melakukan kejahatan pemerkosaan serta kegiatan pengajian juga dapat menjadi salah satu upaya penanggulangan dengan adanya himbauan-himbauan serta masukan terhapad pribadi seseorang.

  Menurut pendapat para ahli upaya- upaya dalam penanggulangan masalah ini, yaitu dengan cara : 1.

2. Tindakan Refresif dengan Cara

  Upaya dilingkungan Keluarga a.

  Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan seseorang lebih sering tinggal dirumah dari pada keluyuran diluar.

11 Faktor Penal

  b.

  Memberikan kemerdekaan kepada setiap anggota keluarga untuk mengemukakan pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu.dengan tindakan seperti ini seseorang dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga mereka dapat lebih bertanggungjawab terhadap apa yang mereka kerjakan.

  c.

  Orang tua selalu berbagi pngalaman, cerita dan informasi kepada anak-anak sehingga mereka dapat memilih figure dan sikap yang cocok untuk dijadikan pegangan dalam bertingkah laku agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang kerap terjadi. d. tua sebaiknya kurangnya landasan agama dan Orang memperlihatkan sikap-sikap tidak ada disiplin diri. Kurangnya yang pantas dan dapat kesadaran pada diri seseorang diteladani oleh anak-anak tersebut. Faktor ekstern yaitu, mereka. faktor lingkungan pergaulan yang salah dan buruk dapat memicu

  2. seseorang berbuat hal yang tidak

  Upaya di lingkungan Masyarakat a. baik, faktor perkembangan zaman

  Menegur sekelompok orang yang sedang melakukan (kemajuan teknologi), yang tindakan-tindakan yang sudah menimbulkan keguncangan melanggar norma, seperti seseorang untuk menerima norma agama, norma perubahan baru, kecanggihan alat kesopanan, norma kesusilaan. elektronik yang dapat mudahnya b. mengakses segala bentuk produk

  Menjadi masyarakat eladan yang baik bagi orang-orang asusila membuat seseorang dengan yang tinggal dilingkungan mudahnya tergiur untuk melakukan tempat tinggalnya. Baik itu di keahatan pemerkosaan . dalam masyarakat perkotaan 2.

  Upaya penanggulangan kejahatan atau pedesaan. pemerkosaan yang dilakukan terhadap anak adalah dengan

  3. Pemerintah yang tindakan preventif dengan cara non Upaya diwujudkan dalam kegiatan- penal yaitu mengupayakan kegiatan untuk mencegah mengenal diri dan menanamkan terjadinya perilaku kejahatan kepercayaan pada diri dengan cara perkosaan yang dilakukan oleh menyalurkan pada aktifitas positif orang dewasa terhadap anak dalam mengisi waktu luang juga dengan cara melakukan sosialisasi dengan penyuluhan kelingkungan di masyarakat. masyarakat serta sekolah-sekolah agar menjaga dan memperhatikan

III. PENUTUP kegiatan atau prilaku seseorang

  agar tidak menyimpang. Tindakan Refrensif dengan cara penal artinya A.

   Kesimpulan

  Setelah melakukan pembahasan tindakan yang dilakukan oleh terhadap data yang diperoleh dalam aparatur penegak hukum sesudah penelitian maka sebagaimana terjadinya kejahatan atau tindak penutupan dari pembahasan atas pidana antara lain dengan cara permasalahan atau permasalahan pemberian sanksi atau pidana. dalam skripsi ini, penulis menarik kesimpulan : 1. penyebab terjadinya B.

  Faktor Saran kejahatan pemerkosaan terhadap Adapun saran yang diberikan penulis anak yaitu dari faktor intern dan demi kelancaran penegakan hukum : faktor ekstern. Faktor intern antara

  1. mengurangi kejahatan Untuk lain, faktor keluarga, hancurnya pemerkosaan yang dilakukan hubungan dalam suatu keluarga terhadap anak, upaya-upaya yang telah disebutkan seperti diatas tadi Suma,Muhammad Amin. 2001. seperti upaya dari pihak keluarga,

  Pidana Islam Indonesia, Pustaka upaya pemerintah dan upaya Firdaus , Jakarta , 2001. Hlm.

  lingkungan masyarakat memang 179. harus lebih diefektifkan lagi, setidaknya untuk meminimalisir PutusanNomor :362/Pid.Sus/2015/PN- kejahatan terhadap anak. Kla 2. Peningkatan keefektifan kerja para aparat penegak hukum perlu PutusanNomor :381/Pid.Sus/2015/PN- ditingkatkan kembali. Kla

  3. menangani perkara Dalam kejahatan terhadap anak perlu ada Dirk Pasalbessy, Jo hn. “Fenomena hal-hal yang diperhatikan, seperti Kekerasan Terhadap Perempuan pemberian sanksi yang maksimal. dan Anak

  ”, 24 oktober Hakim yang berperan dalam 2016.http://fhukum.unpatti.ac.id/ menyelesaikan perkara kejahatan penegakan-hukum/288- pemerkosaan terhadap anakpun fenomena-kekerasan terhadap- dalam memvonis dan memberikan peempuan-dan-anak. hukuman harus memberikan http://fhukum.unpatti.ac.id/penegakan- hukuman yang maksimal harus hukum/288-fenomena- dibedakan dengan vonis yang kekerasan-terhadap-perempuan- diberikan jika yang melakukan dan-anak kejahatan pemerkosaan adalah anak

  Indo, Hukum. “Criminal Justice terhadap anak. Seseorang

  system

  ”21 oktober melakukan kesalahan tidak lepas 2016,http://hukum indo. dari lingkungan sekitar yang blogspot. co. id/2011/11/ mempengaruhi untuk melakukan criminal-justice-system-materi- perbuatan salah tersebut. kuliah.html?m=1.

  DAFTAR PUSTAKA No. Hp : 082269019595

  Mustofa, Muhammad. 2013

  Metodologi Penelitian Kriminologi , Jakarta. Kencana.

  Prodjodikuro, Wirjono. 1974. Tindak-

  Tindak Pidana Trtentu Di Indonesia . jakarta-Bandung.

  Sigit Angger dan Fuandy, Sistem

  Peradilan Pidana Anak, Jakarta: Pustaka Yustisia, 2015.

Dokumen yang terkait

PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK SECARA MUFAKAT DAN DEMOKRATIS DISPUTE RESOLUTION OF INTERNAL POLITICAL PARTIES IN CONSENSUS AND DEMOCRATIC

0 0 12

PERANAN PERADILAN AGAMA DALAM MELINDUNGI HAK PEREMPUAN DAN ANAK MELALUI PUTUSAN YANG MEMIHAK DAN DAPAT DILAKSANAKAN THE ROLE OF RELIGIOUS COURT IN WOMEN AND CHILDREN RIGHTS PROTECTION THROUGH PARTIAL AND EXECUTABLE DECISION

0 0 22

IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TEACHING PROGRAM FOR PRISONERS AS PART RESISTANCE RESISTANCE IN POLICE RESORT OF BANDAR LAMPUNG

0 0 14

ABSTRACT AN ANALYSIS OF FREE DECISION ON THE CASE NUMBER: 241 Pid.B 2011 PN.Mgl ON CRIME DECENCY PERFORMED BY CHILDREN IN MENGGALA By: Andika Nafi Saputra, Tri Andrisman, Rini Fathonah

0 0 8

ABSTRACT AN ANALYSIS ON SANCTIONS IMPLEMENTATION AGAINST CORRUPTION CRIME COMMITTED BY UNREGISTERED LEASING LEGAL ENTITIES FOR FIDUSIARY WARRANTY By Dita Risnia, Sunarto, Damanhuri WN Email : risnia_ditayahoo.co.id

0 0 15

ABSTRACT THE LAW ENFORCEMENT AGAINST THE PERPETRATOR OF DRUGS ABUSE BY COMMITTING A CRIMINAL THEFT WITH VIOLENCE AND PERSECUTION (A Case Study at Bandar Lampung Police Jurisdiction) By Deddyta Sitepu, Tri Andrisman, Gunawan Jatmiko Email : deditasitepugma

0 0 14

ABSTRACT ANALYSIS DECISION IN THE CASE JUDGE pretrial Corruption (Studies Pretrial Decision No. 14 Pid.Pra 2016 PN.Tjk) By: Wanda Rara Farezha, Eddy Rifa’i, Gunawan Jatmiko (wandararafarezhagmail.com)

0 0 14

Abstract LAW ENFORCEMENT BY POLICE AGAINST CRIME MOTOR VEHICLE THEFT WITH VIOLENCE (STUDY IN POLRES EAST LAMPUNG) By Rama Adi Putra,Sunarto,Gunawan Jatmiko (email:ramaraprapgmail.com)

0 0 12

ABSTRACT POLICY ANALYSIS FORMULATION OF THE ACT WHICH OBSTRUCT THE TRIAL (CONTEMPT OF COURT) IN THE INDONESIAN JUSTICE SYSTEM By Dimas Abimayu, Erna Dewi, Eko Rahardjo Email : dabimayu.dagmail.com

0 0 14

ABSTRACT THE LAW ENFORCEMENT AGAINST CORRUPTORS BY THE CORRUPTION COURT IN LAMPUNG By Della Rahmaswary, Eddy Rifai, Diah Gustiniati Email : dellarahmasyahoo.co.id

0 0 15