LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ALAM PERASA (1)

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ALAM
PERASAAN

Disusun oleh : Kelompok 3
1. Hesti Tri S.

(201301054)

2. Dwi Rahayu N.

(201301070)

3. Irza Aulia N.

(201301073)

4. Nadia Oktaviana

(201301078)

5. Retno Wati


(201301080)

6. Badrul Qomar

(201301082)

7. Dwi Iswidiyanto

(201301083)

8. Novian Setya S.

(201301106)

Program Studi : S1 Keperawatan
Kelas : 3-B

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2015 - 2016


Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN PADA GANGGUAN ALAM
PERASAAN”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang bilangan. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Gangguan Alam Perasaan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.

Mojokerto, 25 Oktober 2015

Penyusun

[i]

Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1.

Latar Belakang..............................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3.

Tujuan...........................................................................................................2

1.4.

Manfaat.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

2.1.

Definisi..........................................................................................................4

2.2.

Klasifikasi.....................................................................................................5

2.3.

Etiologi..........................................................................................................6

2.4.

Patofisiologi..................................................................................................9

2.5.

Manifestasi Klinis.........................................................................................9


2.6.

Pencegahan..................................................................................................11

2.7.

Pengobatan..................................................................................................11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM
PERASAAN.................................................................................................................14
3.1.

Pengkajian...................................................................................................14

3.2.

Masalah Keperawatan.................................................................................16

3.3.


Diagnosa Keperawatan................................................................................17

3.4.

Perencanaan.................................................................................................18

3.5.

Evaluasi.......................................................................................................25

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................26
4.1.

Kesimpulan....................................................................................................26

4.2.

Saran...............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27

[ii]

[iii]

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh

seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam perasaan
adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi
kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau
total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.
Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan
elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbsons, 1960 di kutip dari Townsend,
M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer juga memiliki
implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin, dopamine dan serotonin
berimplikasi pada etiologi gangguan emosi tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi

dan mania. Norepinefrin dan dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi
dan meningkatkan derajat mania sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar
depresi (Suliswati,2005).
Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh
karena mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga
berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang pembelajaran
yang akan berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan.

[1]

1.2.

1.3.

Rumusan Masalah
1)

Apa definisi dari gangguan alam perasaan ?


2)

Apa saja Klasifikasi gangguan alam perasaan?

3)

Apa Etiologi dari gangguan alam perasaan ?

4)

Bagaimana Patofisiologi dari gangguan alam perasaan?

5)

Apa saja Manifestasi klinis dari gangguan alam perasaan

6)

Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari gangguan alam perasaan?


7)

Bagaimana Pencegahan dari gangguan alam perasaan?

8)

Apa saja Komplikasi dari gangguan alam perasaan ?

9)

Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?

Tujuan
1.3.1.

Tujuan Umum

Setelah mengikuti seminar tentang gangguan alam perasaan ini peserta diharapkan
mampu untuk mengetahui, melaksanakan dan memahami gangguan alam perasaan beserta

asuhan keperawatannya
1.3.2.

Tujuan Khusus

a.

Mengetahui definisi gangguan alam perasaan.

b.

Mengetahui etiologi gangguan alam perasaan.

c.

Mengetahui patofisiologi gangguan alam perasaan.

d.

Mengetahui manifestasi klinis gangguan alam perasaan.

e.

Mengetahui pemeriksaan diasnotik gangguan alam perasaan

f.

Mengetahui penatalaksanaan gangguan alam perasaan.

g.

Mengetahui komplikasi gangguan alam perasaan..

h.

Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
alam perasaan.

[2]

1.4.

Manfaat
 Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebabserta upaya pencegahan
gangguan alam perasaan terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
 Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang gangguan alam perasaan
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit
tersebut.
 Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
gangguan alam perasaan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
lebih baik.
 Dapat menambah informasi tentang gangguan alam perasaan serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.

[3]

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Definisi
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi

seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai
oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat
atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.
Gangguan Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang
mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi hidup seseorang.
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan
motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan
terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan
kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual.
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, keindahan, rasa putus asa dan tidak ber daya, serta gagasan
bunuh diri (Kaplan, Sadock, 1998).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kekecewaan pada alam perasaan,
(affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah
hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Dadang Hawari, 2001)
Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang ber lebihan, murung tidak bersemangat,
merasa tak berguna, merasa tak berharga, merasa kosong dan tak ada harapan berpusat pada

[4]

kegagalan dan bunuh diri, sering disertai ide dan pikiran bunuh diri klien tidak berniat pada
pemeliharaan diam dan aktivitas sehari-hari (Budi Anna Kaliat, 1996)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam
perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatik yang terjadi akibat
mengalami kesedihan yang panjang.

2.2.

Klasifikasi
2.2.1.

Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi sosial dan
rasa tidak nyaman.
2.2.2.

Depresi Sedang

a. Afek
Murung, cemas, kesal, marah, menangis
b. Proses pikir
Perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikas verbal
komunikasi non verbal meningkat.
c. Pola komunikasi
Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal
meningkat
d. Partisipasi sosial
Menarik diri tak mau bekerja sekolah, mudah tersinggung
2.2.3.

Depresi Berat

a. Gangguan afek
Pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang
b. Gangguan proses pikir
c. Sensasi somatik dan aktivitas motoric
Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak
mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan
2.2.4.

Rentang Respon

[5]

a. Reaksi Emosi Adaptif
1)

Respon emosi yang responsif
Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari
perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan
eksternal.

2)

Reaksi kehilangan yang wajar
Reaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya

seperti:
a)

Bersedih

b)

Berhenti kegiatan sehari-hari

c)

Takut pada diri sendiri

d)

Berlangsung tidak lama.

b. Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini
dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
1)

Supresi
Tahap awal respon maladaptif individu menyangkal
perasaannya dan menekan atau menginternalisasi aspek perasaan
terhadap lingkungan.

2)

Reaksi kehilangan yang memanjang

3)

Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri.

4)

Mania/ Depresi
Gangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan
dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan
menetap pada individu yang bersangkutan.

2.3.

Etiologi

 Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel
tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih
[6]

besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak
senang dan cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan
terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
 Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang yang depresi adalah kurangnya rasa harga diri
sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena
harapan-harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri hal
ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempur na yang tak
pernah puas dengan prestasi yang dicapainya
 Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih
baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi
mungkin terjadi
 Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organik contoh individu yang
mempunyai penyakit kronis seperti Ca Mammae dapat menyebabkan depresi.
 Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
 Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi
maka terjadilah depresi.
Dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi yaitu:
a.

Faktor Predisposisi

1)

Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan
meningkat pada kembar monozigote.

2)

Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah
yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik

[7]

menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan
perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
3)

Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.

4)

Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami mania.

5)

Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa
depan.

6)

Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri
lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian
individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.

7)

Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

8)

Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol.

b.

Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor
biologis, psikologis dan sosial budaya.
1)

Faktor Biologis

[8]

Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obatobatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan
ketidakseimbangan metabolisme.
2)

Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan
cinta, seseorang dan kehilangan harga diri.

3)

Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

2.4.

Patofisiologi
Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam

jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya ber ada dalam afek yang tidak stabil tapi
tidak berarti orang tersebut tidak per nah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang
emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan
lingkungannya baik interenal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari
reaksi adaptif sampai maladaptif.

2.5.

Manifestasi Klinis
2.5.1.

Gejala Fisik yaitu:
a.
b.
c.
d.

2.5.2.

Gangguan tidur,
Kelesuan fisik,
Hilangnya nafsu makan dan
Penyakit fisik yang ringan.

Gejala Emosional yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

2.5.3.

Kehilangan kasih sayang,
Kesedihan,
Hilangnya kekuatan,
Hilangnya konsentrasi,
Rasa bersalah,
Permusuhan dan
Hilangnya harapan.

Perilaku

[9]

Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal
yang tinggi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap
depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi
kehilangan.

Afektif

Kognitif
Fisik

Tingkah laku

Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan,
marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak
berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri,
merasa tak berharga.
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu
konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri
sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan
pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing,
insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan,
gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak
berespon terhadap seksual.
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat
aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social,
irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan
kebersihan.

2.5.4 Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah
denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi
mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi.
Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan
karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

2.6.

Pencegahan

1. Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan
pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk
depresi yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
2. Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini dapat
mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Ingat kita bkan

[10]

lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih
siap untuk menghadapinya lagi nanti.
3. Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata
“seandainya saya…” dalam hidup kita
4. Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut
membuat kita lebih jarang melamun
5. Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira
karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
6. Jangan banyak berpengharapan
7. Berpikir positif
8. Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri
kita dari depresi

2.7.

Pengobatan
1. Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang
menderita gangguan bipolar.
2. Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas
hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3. Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannya dalam antimanik.
4. Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam
(Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik
akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5. Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus
cepat,
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel Pedolaman

Depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase akut gejalanya
ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan
penyuluhan.pada fase lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya
kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi
obat baahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisikotinggi
mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.

[11]

a.

Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek
antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih cepat
daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MAO)

b.

Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak
adanya SSRI dan SSRIs atipikal.

c.

Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan ansietas
sedang.

d.

Dokter dapat memprogramkan, tetapi elektrokonvulsif (ECP) jika terdapat depsresi
hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau jika klien tidak berespon
terhadap protokol pengobatan antidepresan.

[12]

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN ALAM PERASAAN
3.1.

Pengkajian
3.1.1.
a.

Faktor predisposisi
Faktor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan

melalui garis keturunan.
b.

Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi

diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan
bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.
c.

Teori

kehilangan,

berhubungan

dengan

factor

perkembangan

misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn
orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d.

Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan

perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan
tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan.
e.

Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena

individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu
menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya

[13]

mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.
f.

Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya

penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
g.

Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan

kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
3.1.2.

Faktor Presipitasi

Ada lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:
a. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
b. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang
mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini
dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
c. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi
berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
d. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter
personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung
social, menambah stress individu.
e. Ketidakseimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam
perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif.
Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi.
Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan
organic dan gejala depresi secara klinik.
3.1.3.

Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang
memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari
tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah
represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan
mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang
efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

[14]

3.1.4.

Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi.
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang
tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau
dapat terjadi agitasi.

Perilaku yang berhubungan dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)
Afektif

Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan,
marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras
tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa
rendah diri, merasa tak berharga.

Kognitif

Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu
konsentrasi,

hilang

perhatian

dan

motivasi,

menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa
tidak menentu, pesimis.
Fisik

Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan
pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal,
pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan
berat badan, gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.

Tingkah

Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat

laku

aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri,
isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang
spontan, gangguan kebersihan.

3.2.

Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah
1. Ketidakberdayaan
2. Berduka disfungsional
3. Keputusasaan
4. Resiko tinggi terhadap cedera
[15]

5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan pola tidur
8. Resiko mencederai diri

3.3.

Diagnosa Keperawatan
 Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping
individu tidak efektif.
 Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
selera makan.

[16]

3.4.

Perencanaan
Tujuan Umum :
Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional yang

No

adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima oleh
lingkungan.
Tujuan Khusus

Rasionalisasi

1 Klien terlindungi dari Klien
dari
mencederai

Tindakan

dengan

gangguan Rawat klien dirumah

upaya alam perasaan berat berada sakit bila ada resiko
diri dalam resiko tinggi untuk bunuh diri yang tinggi

sendiri atau bunuh melakukan bunuh diri
diri.
2 Klien

mampu Perubahan

mengembangkan diri

dapat

lingkungan

melindungi

mengurangi

klien,

stress

memberikan

 Secara terus
menerus evaluasi

dan

klien terhadap

sumber

kemungkinan

pengembangan baru

melakukan bunuh
diri
 Bantu klien untuk
dapat beradaptasi
dengan lingkungan
barunya.

3 Klien
membina
terapeutik
perawat .

mampu Klien

depresi

hubungan enggan

biasanya

terlibat

dengan hubungan

dalam

terapeutik.

 Lakukan
pendekatan yang
hangat, menerima

Diperlukan cara agar klien

klien apa adanya

dapat

dan bersifat empati

menerima

dan

bertahan dalam hubungan
terapeutik.

 Mawas diri dan
dapat
mengendalikan
perasaan dan
reaksi diri perawat
sendiri (misalnya

[17]

rasa marah,
frustasi dan empat)
4

Klien
mampu mengenali

Klien
mempunyai

depresi
kesulitan

dan mengekspresikan dalam mengidentifikasi dan
emosinya

mengekspresikan
perasaannya.

 Tunjukkan respon
emosinal dan
menerima klien
 Gunakan
kemampuan
berkomunikasi.
 Berikan respon
empati dengan
berfokus pada
perasaan bukan
pada kenyataan
yang terjadi.
 Mengaku
kesedihan klien
dan berikan
harapan
 Bantu klien untuk
mengekspresikan
perasaannya.
 Bantu klien untuk
mengekspresikan
perasaan marahnya
dengan tepat
 Bantu klien untuk
menurunkan
tingkat
kecemasannya :
 Sediakan waktu
untuk
berdiskusi dan
bina hubungan

[18]

yang sifatnya
supportif.
 Beri waktu
untuk klien
berespon.
 Beri perawatan
individu
sebagai
manusia
layaknya.
5

Klien
memodifikasi

mampu Memodifi

memodifikasi

pola pola kognitif yang negatif

kognitif yang negatif

akan

membantu

 Diskusikan tentang
masalah yang
dihadapi klien

meningkatkan

tanpa memintanya

pengendalian diri, tingkah

untuk

laku dan perubahan harga

menyimpulkannya.

diri

 Identifikasi
pemikiran yang
negatif dan Bantu
untuk
menurunkannya
melalui interupsi
atau substitusi.
 Bantu klien untuk
meningkatkan
pemikiran yang
positif.
 Evaluasi ketepatan
persepsi klien,
logika dan
kesimpulan yang
dibuat klien.
 Identifikasi
[19]

persepsi klien
yang tidak tepat,
penyimpangan dan
pendapatnya yang
tidak rasional
 Bantu klien untuk
dapat merubah
tujuan yang tidak
realistis ketujuan
yang realistis.
 Kurangi tujuantujuan yang tidak
mungkin dicapai.
 Kurangi penilaian
klien yang negatif
terhadap dirinya.
 Bantu klien untuk
menyadari nilai
yang dimilikinya
atau perilakunya
dan perubahan
yang terjadi.
6

Klien mampu untuk Penampilan prilaku yang

 Beri tanggung

aktif mencapai tujuan baik akan mengurangi /

jawab untuk

yang realistik

melakukan terapi

menghilangkan

perasaan

tak berdaya dan putus asa.

tindakan yang
terorientasi.
 Beri dorongan
kepada klien
untuk melakukan
kegiatan secara
teratur atau beri
kebebasan

[20]

melakukan
kegiatan sehingga
energi klien dapat
disalurkan.
 Persiapkan
program yang
dapat dilakukan
dengan baik.
 Tetapkan tujuan
yang realistis,
relevan dengan
kebutuhan klien
dan minatnya
serta difokuskan
pada kegiatan
yang positif.
 Fokuskan
kegiatan pada saat
ini, bukan
kegiatan pada
masa lalu atau
masa dating
 Beri pujian jika
klien berhasil
melakukan
kegiatan atau
penampilannya
bagus
 Pertahankan
penampilan atau
kegiatan jika
mungkin.
 · Buat jadwal
[21]

exercise fisik
dalam rencana
keperawatan.
7 Klien mampu untuk Sosialisasi
melakukan hubungan mengurangi
interpersonal

akan
kesempatan

 Kaji kemampuan
klien untuk

untuk menarik diri dan

bersosialisasi dan

akan meningkatkan harga

dukungan yang

diri, melalui pemanfaatan

diperlukan serta

dari dukungan lingkunagn

minat klien

yang tepat dan menerima.

 Diskusikan
sumber social
yang ada dan
dapat digunaka.
 Tunjukkan
kemampuan
bersosialisi yang
efektif.
 Gunakan role play
dalam melakukan
interaksi social.
 Beri umpan balik
dan pujian
terhadap
kemampuan klien
dalam melakukan
hubungan
interpersonal yang
efektif.
 Beri dorongan
kepada klien
untuk
meningkatkan
hubungan

[22]

sosialnya dalam
lingkungan yang
lebih luas.
 Beri dorongan
dengan penuh
kekeluargaan
terhadap respon
emosional klien
yang adaptif.
 Beri dukungan
dan libatkan
dalam terapi
keluarga dan
terapi kelompok
jika diperlukan.
8

Klien

mampu Perawatan fisik dan terapi

meningkatkan

somatic diperlukan untuk

 Lengkapi
pengkajian

kesehatan fisik dan mengatasi perubahan fisik

tentang kesehatan

kesejahteraannya.

fisiologi klien.

yang

terjadi

karena

gangguan alam perasaan

 Bantu klien untuk
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri
terutam kebutuhan
nutrisi, dan
kebersihan diri.
 Anjurkan klien
untuk dapat
melakukan
pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
secara mandiri

[23]

jika
memungkinkan.
 Berikan terapi
pengobatan.

3.5.

Evaluasi
1. Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
2. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal
dapat digali.
3. Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
4. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
5. Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
6. Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
7. Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.

[24]

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Dari penjelasan di ataas dapat disimpulkan bahwa Alam perasaan adalah keadaan

emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi
kehidupan seseorang.
Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain
itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan
rekreasi yang di sebabkan oleh.
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel
tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar
dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan
cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan
menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.

4.2.

Saran
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam

menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus gangguan alam
perasaan. Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang
memberikan perawatan secara berkualitas

[25]

DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
EGC
Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Defli. (2009). Depresi. http://mklh12depresi.blogspot.com. Last update 09 Mei 2012
pukul 09.03
Fauja. (2012). Askep depresi. http://wwwfaujabamuloputra.blogspot.com. Last update
29 April 2012 pukul 16.12
Anonim.

(2011). Konsep

dasar

klien

dengan

depresi.http://thefuturisticlovers.wordpress.com. Last update 08 Mei 2012 pukul 20.22
http://widayantibhayangkari.wordpress.com/2013/01/20/asuhan-keperawatan-padaklien-gangguan-alam-perasaan-depresi-dan-mania/
http://anggreniniluhputu.blogspot.com/2010/12/askep-gangguan-alam-perasaandepresi.html
http://aldiavanza.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-gangguan-alam.html
http://nsdesta.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-gangguan-alam.html
http://nsdesta.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-gangguan-alam.html
http://powerpointku.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html
http://desyanablog.blogspot.com/2011/09/keperawatan.html

[26]