Ekonomi Politik Dari Pengertian Sampai C

Dari Pengertian Sampai Contoh Empirik Pembangunan Mata kuliah “Ekonomi Politik”
Sebagaimana diketahui, istilah “Ekonomi Politik” seringkali dipertukarkan dengan istilah “Politik
Ekonomi”, padahal secara metodologis kedua istilah tersebut mengandung perbedaan yang substansial.
Politik Ekonomi merupakan suatu unsur atau elemen yang menjadi alat dari ekonomi dan rasionalisasi
kekuatan politik dalam melaksanakan rencana-rencana untuk mencapai sasaran yang dikehendaki. Politik
Ekonomi secara umum disebut sebagai Das Sollen, karena dipandang tidak sama dan sebangun dengan
ilmu pengetahuan, melainkan hanya sebagai sebuah produk Policy Sciences. Sedangkan Ekonomi Politik
disebut sebagai Das Sains, karena di dalamnya secara eksplisit terdapat berbagai prasyarat keilmuan,
yang memiliki wilayah kajian yang luas sebagai ilmu maupun pengetahuan menyangkut studi tentang
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara faktor ekonomi dan faktor politik.
Substansi Ekonomi Politik antara lain berupa persoalan interdependensi, dependensi,
keterbelakangan, pertumbuhan, perkembangan, pembangunan ekonomi sosial, sistem-sistem ekonomi,
realisme dan idealisme, linear dan strukturalis internasional, globalisasi, regionalisme, dan sebagainya.
Dalam pendekatan Ekonomi Politik, masalah yang dihadapi antara lain mencakup variabel-variabel
politik, variabel ekonomi, variabel sosial budaya, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh meliputi (1)
intervensi pemerintah, perubahan kebijakan, tindakan politik ekonomi, (2) kenaikan harga di pasar, (3)
kemerosotan daya beli masyarakat, (4) kelangkaan sumber daya, (5) revolusi sosial, transformasi
industrial, (6) revolusi dan kemajuan ilmu, pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi. Lord
Robbins (seorang ekonom Inggris, mantan pimpinan The London School of Economics, yang bernama
lengkap Lord Lionel Robbins yang lahir di Middlesex tahun 1898 dan meninggal di London tahun 1984),
dalam buku karyanya yang berjudul “Political Economy : Past and Present : A Review of Leading Theories

of Economy Policy” (yang diterbitkan pada tahun 1976), menuturkan bahwa Ekonomi Politik itu dapat
diperbedakan menjadi Ekonomi Politik Lama (atau sering disebut sebagai Ekonomi Politik Klasik) dan
Ekonomi Politik Baru (atau sering disebut sebagai Ekonomi Politik Modern atau Ekonomi Politik
Kontemporer).
Ekonomi Politik : Antara Yang Klasik dan Yang Kontemporer Baik dalam teori Ekonomi Politik
Klasik maupun dalam Ekonomi Politik Kontemporer digambarkan adanya hubungan di antara ekonomi
dan politik dalam suatu negara. Baik pada Ekonomi Politik Klasik - yang diusung oleh ekonom klasik
seperti Adam Smith dan David Ricardo, maupun pada Ekonomi Politik Kontemporer - yang didasarkan
pada teori ekonomi politik yang dikemukakan oleh Karl Marx, negara dianggap mempunyai peran dalam
memberikan respons untuk menggeser keseimbangan pasar. Adam Smith dan David Ricardo merupakan
tokoh teori ekonomi klasik yang menjadi dasar dari pendekatan teori Ekonomi Politik Klasik. Dalam teori
Ekonomi Politik Klasik dinyatakan bahwa pasar memiliki kemampuan untuk mengelola dirinya sendiri
(dalam artian kuat atau strong sense).
Pandangan seperti ini seringkali dijadikan sebagai dasar dalam menjalankan kebijakan pasar
bebas. Bahkan para ekonom klasik ini adalah yang pertama kalinya memandang perekonomian sebagai
sebuah sistem yang secara prinsip terpisah dari politik dan rumah tangga. Segala bentuk investasi
menurut mereka harus ada hasil yang nyata (return of investment). Menurut pendapat para ekonom
klasik ini, siapapun - termasuk negara sekalipun - dalam melakukan investasi harus berpikir dulu berapa

yang akan dihasilkan dari investasi yang akan ditanamkan. Return of investment ini telah menjadi pijakan

dasar bertindak dalam berinvestasi.
Para ekonom klasik tetap menganggap bahwa politik sebagai sesuatu yang penting, namun
tindakan-tindakan yang terkait dengan politik jangan terus-menerus mengintervensi pasar, biarkan pasar
berjalan apa adanya sehingga keuntungan akan diperoleh dari pasar yang bekerja secara alami ini.
Apabila mekanisme pasar bekerja secara alami - dimana perekonomian diserahkan kepada pasar tanpa
intervensi politik - maka akan berdampak pada tumbuh dan berkembangnya perekonomian secara
makro. Teori ekonomi klasik berpendapat bahwa peran pemerintah sebenarnya terbatas hanya pada
masalah penegakan hukum, menjaga keamanan dan pembangunan infrastruktur. Beberapa penganut
aliran teori ekonomi klasik memberi argumen tentang konsep pasar yang mengatur dirinya sendiri,
karena mereka beranggapan bahwa sistem pasar adalah sebuah realita yang akan tercipta dengan
sendirinya tanpa campur tangan pemerintah, dimana pasar memiliki hubungan dengan negara tapi pasar
bukan institusi bawahan dari negara.
Campur tangan negara baru diperlukan manakala tidak ditemukan adanya keseimbangan atau
kesempurnaan pasar. Pasar yang sempurna ditentukan oleh permintaan (demand) dan penawaran
(supply) itu sendiri. Penganut teori ekonomi klasik juga menyatakan bahwa pasar memiliki kemampuan
untuk bekerja sendiri. Inilah yang seringkali disebut dengan ekonomi liberal dengan pasar bebasnya.
Pandangan teori ekonomi klasik ini telah membuat istilah Ekonomi Politik menjadi kurang jelas
pengertiannya. Teori ini mengajukan pokok pikiran bahwa ekonomi tidak bersifat politik. Ekonomi Politik
Klasik merupakan cabang ilmu ekonomi yang membahas campur tangan negara (politik) yang bersifat
sementara dalam menciptakan keseimbangan (equilibrium) atau kesempurnaan (perfectness) pasar.

Pasar yang sempurna ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran (supply) dan permintaan
(demand). Akan tetapi dalam kenyataannya, hukum pasar tidak senantiasa berjalan secara sempurna.
Bahkan pertarungan antara pelaku pasar kelas besar dengan pelaku pasar kelas kecil seringkali
tidak terhindarkan, dengan kecenderungan pelaku pasar kelas besar mengalahkan pelaku pasar kelas
kecil. Lord Lionel Robbins dalam buku karyanya yang berjudul “Political Economy : Past and Present : A
Review of Leading Theories of Economy Policy” menjelaskan pengertian Ekonomi Politik Klasik sebagai
suatu kesatuan yang menyeluruh dari suatu pembahasan sejak dari ilmu ekonomi murni sampai dengan
teori-teori tentang kebijakan murni yang meliputi analisis dari bekerjanya ekonomi pasar, alternatif
sistem kebijakan dan prinsip-prinsip keuangan negara. Ekonomi Politik Klasik membahas keterkaitan
antara berbagai aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi – mencakup kegiatankegiatan produksi, investasi, pembentukan harga, perdagangan, konsumsi, dan lainnya.
Ekonomi Politik Klasik percaya, bahwa struktur kekuasaan akan mempengaruhi pencapaian
ekonomi. Pendekatan Ekonomi Politik Klasik menganggap struktur kekuasaan yang ada di dalam
masyarakat adalah sudah given. Di lain pihak, Ekonomi Politik Kontemporer adalah ekonomi politik yang
membahas tentang bagaimana sistem ekonomi itu bekerja, dapat bekerja, harus dibuat bekerja, dan
memungkinkan dirinya bekerja. Meskipun demikian, Ekonomi Politik Kontemporer bukanlah sciencetivic
economics yang merupakan himpunan dari value free generalization tentang cara-cara sistem ekonomi
itu bekerja. Ekonomi politik di sini membicarakan prinsip-prinsip umum dalam bidang ekonomi. Ekonomi

Politik Kontemporer berpijak pada teori Karl Marx, yang menyatakan bahwa ekonomi itu selalu bersifat
politik. Faktor-faktor politik itu disebabkan oleh dinamika dari proses ekonomi kapitalis, dan proses itu

mewarnai pertarungan-pertarungan politik berskala besar dalam sejarah.
Untuk membuktikan bahwa cara kerja dari perekonomian kapitalis membawa dampak politik,
Marx mengajukan kritik terhadap pandangan ekonomi klasik tentang pasar yang meregulasi dirinya
sendiri. Karl Marx melakukan kritik ini bukan dengan tujuan untuk membenarkan konsep kapitalisme
yang dikendalikan negara, melainkan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa kapitalisme tidak dapat
bertahan hidup dalam waktu yang lama. Kegagalan pasar didefinisikan dengan menggunakan konsep
pilihan pribadi dan penggunaan sumber daya secara efisien. Menurut pemikiran kaum neo klasik,
“ekonomi” adalah transaksi-transaksi swasta yang dilakukan untuk memaksimalkan kegunaan yang
didapatkan individu, sementara “politik” adalah penggunaan kewenangan publik untuk mencapai tujuan
yang sama juga.
Ekonomi Politik Kontemporer merupakan studi mengenai sistem ekonomi sebagai cara untuk
mengatasi masalah ekonomi fundamental secara praktis dan yang menerapkan seni-seni dari ekonomi
praktis. Ekonomi Politik Kontemporer banyak membahas persoalan ketidak-adilan sistem ekonomi
internasional berkenaan dengan masalah pemerataan pendapatan, kemiskinan, pertumbuhan, dan
struktur sosial lainnya. Ekonomi Politik Kontemporer menelaah berbagai variabel sosial lainnya,
menentukan dan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian khususnya yang terjadi pada
masyarakat tradisional terutama di Dunia Ketiga, termasuk telaah yang dilakukan oleh aliran radikal
maupun Neo Marxist. Ekonomi Politik Kontemporer mengacu pada manajemen persoalan ekonomi
negara, yang mengaitkan hubungan antara tujuan negara (public ends) dengan kepentingan pribadi
(private interests). Ekonomi Politik Kontemporer merupakan studi tentang mekanisme yang dapat

digunakan masyarakat untuk menjalankan perekonomian sosialnya, yang meliputi peralatan (tools),
lembaga (institutions), sumberdaya manusia yang mampu menciptakan barang (goods) dan jasa
(services).
Pembangunan Sebagai Contoh Empirik Kapitalisme, menurut Kwik Kian Gie dalam artikelnya
yang dimuat di Harian Kompas, didefiniskan sebagai kebebasan bagi setiap orang untuk memiliki barang
sebanyak-banyaknya baik untuk keperluan pribadi maupun sebagai modal produksi. Sementara Marx,
menurut Stephen K Sanderson, mendefinisikan kapitalisme sebagai suatu sistem ekonomi yang
memungkinkan beberapa individu menguasai sumberdaya vital dan menggunakannya untuk keuntungan
maksimal. Dengan keuntungan yang setingginya itu menyebabkan eksploitasi buruh dengan upah murah,
karena tenaga kerja adalah faktor produksi yang paling mudah direkayasa dibandingkan modal dan
tanah. Dampak utama dari kapitalisme ini adalah terbentuknya kelas majikan dan buruh, serta
eksploitasi dan ketimpangan di antaranya. Kapitalisme walau membawa berbagai kemajuan, namun juga
membawa banyak hal negatif, misalnya egoisme, keserakahan, dan keinginan akan nikmat berlebihlebihan atau paham hedonisme (Sindhunata, 1997).
Kapitalisme juga menjebak orang ke individualisme, komersialisme, dan liberalisasi yang
pahamnya berkembang secara bersamaan (Mubyarto, 1997). Secara ringkas Schumacher (1987)
menyimpulkan, kapitalisme hanya mampu menguntungkan sebagian kecil orang namun menyengsarakan

sebagian besarnya. Pesimisme terhadap kemampuan kapitalisme terhadap kesejahteraan manusia sudah
banyak diungkapkan para ahli yang telah merasakan dampaknya secara luas. Kapitalisme yang pada
awalnya hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah

merambah jauh menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga
mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya
merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan
dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar
individu. Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi juga struktur
masyarakat dan bentuk negara. Negara dipandang mempunyai peran untuk memberikan respon.
Pendekatan-pendekatan yang berpusat pada negara menggeser keseimbangan antara pasar
dengan negara menjadi lebih condong ke negara, dimana nengara dianggap bebas untuk menjalankan
agendanya sendiri demi kepentingan masyarakat. Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa
pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh
globalisasi yang melanda dunia. Persoalan politik dan ekonomi tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai
persoalan nasional. Keterkaitan antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan.
Masalah ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan
permasalahan tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional. Pembangunan tidak lain
merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan
dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat
suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi
kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
nasional suatu bangsa (Tjokroamidjojo, 1980).
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pembangunan nasional yang membawa perubahan di

sektor pembangunan ekonomi. proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta
mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya
dan stabilitas ekonomi pada khususnya. Pemerintah memiliki posisi strategis baik sebagai pelaksana
kebijakan pembangunan, konsumen sekaligus produsen dan investor. Pemerintah juga memiliki peran
sebagai pengelola perusahaan negara yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya dan pemberi
pelayanan publik terutama yang menyangkut “hajat hidup masyarakat” serta sebagai regulator diantara
komponen masyarakat. Menurut Gurley permasalahan pokok dalam Ekonomi Politik Kontemporer
adalah kendala-kendala sosial, politik, dan ekonomi, yang lebih luas, sebagai akibat terjadinya konflik
kepentingan di antara kelas dalam masyarakat. Permasalahannya bukan terbatas pada model
pembangunan dan kepentingan keuangan investasi uang asing, akan tetapi terletak pada siapa yang
diuntungkan dan siapa yang dirugikan dalam pembangunan. Semuanya terletak pada masalah
kekuasaan, konflik antar kelas, dan resistensi terhadap perubahan.
Konsep pembangunan dipahami secara berbeda di antara para pakar, dimana ada yang
mengatakan bahwa konsep pembangunan itu bebas nilai, namun ada pula yang mengatakan bahwa
konsep pembangunan itu tidak bebas nilai. Secara empirik, pembangunan tidak bebas nilai.
Pembangunan itu bersifat multi dimensi, mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi.
Untuk mengukur hasil pembangunan, diperlukan indikator sosial yang tepat, mencakup pendapatan

perkapita, pemerataan pendapatan dan kesejahteraan, kecukupan riil sandang, pangan, papan,
pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta berbagai pranata sosial ekonomi dan politik yang diperlukan.

Referensi
1.Rachmat Hidayat, MPA, Ekonomi Politik 1, Slide, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas
Jember, Jember, tanpa keterangan tahun pembuatan.
2.Lord Lionel Robbins, “Political Economy : Past and Present : A Review of Leading Theories of
Economy Policy”, London, 1976.
3.Indria Samego, Ekonomi Politik Baru (New Political Economics), Slide, Program Pasca Sarjana
Magister Ilmu Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI), Cabang Bekasi,
2013.
4.Mukhaer Pakkanna, Ekonomi Politik, Slide, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ahmad Dahlan,
Jakarta, tanpa keterangan tahun penerbitan.
5.William K Tabb, Reconstructing Political Economy: The Great Divide in Economic Thought,
Routledge, London and New York, 1999.
6.Kwik Kian Gie, Kapitalisme di Indonesia, Harian Kompas, 21 April 1997.
7.Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, (edisi
kedua), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
8.Amartya Kumar Sen, On Ethics and Economics, Oxford, Basil Blackwell, 1988.
9.Kenneth J. Meier, The political economy of regulation: the case of insurance, Albany, NY: State
University of New York, 1988.
10.Sir William Arthur Lewis, The Theory of Economic Growth. London: Taylor and Francis, 2003.
11.Elizabeth Flyn Gurley, My Life as a Political Prisoner, International Publishers, New York: 1963.

12.Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaya, Teori Strategi Pembangunan Nasional, Gunung
Agung, Jakarta, 1980. 13.Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2003. 14.Schumacher, E.F, Kecil Itu Indah: Ilmu Ekonomi yang Mementingkan Rakyat
Kecil, LP3ES, Jakarta. 1987.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/habsulnurhadi/ekonomi-politik-baru-dari-pengertiansampai-contoh-empirik-pembangunan_552b0629f17e611260d6240c