Kebijakan harga padi EPP Tugas

TUGAS PRAKTIKUM
PAPER MATA KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN PERTANIAN
“KEBIJAKAN HARGA ATAP DAN HARGA DASAR”

Disusun oleh :
Kelompok 2
Irfan Fahrizza

(135040100111082)

Ardi Huda Mafaaza

(135040100111093)

Anggi Haga Sembiring

(135040100111094)

Iswatin Iftitah E.M.

(135040100111097)


Ivan Nur Syifa H.

(135040100111101)

Brian Lampa Ganda N.

(135040100111139)

Kelas E

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar dalam laju perekonomian
Indonesia.


Untuk

terus

meningkatkan

produktivitas

disektor

pertanian,

maka

pembangunan harus terus dilaksanakan. Dalam pembangunan pertanian, tentunya
pemerintah harus ikut andil dalam bagian ini, karena pemerintah sangat berperan
penting untuk mewujudkan pembangunan. Selama ini, sudah terdapat banyak sekali
kebijakan-kebijakan pemerintah untuk menstabilkan laju pertanian di Indonesia. Salah
satu kebijakan pemerintah yang kita ketahui dalam sektor pertanian adalah kebijakan

mengenai penetapan harga atap dan harga dasar.
Pada paper kali ini, kami akan membahas mengenai kebijakan pemerintah
terhadap fluktuasi harga yang terjadi pada produk pertanian. Lebih tepatnya yang akan
kita bahas adalah penetapan harga atap dan harga dasar pada padi. Tujuan dari
kebijakan itu sendiri adalah bagaimana menyalurkan atau mendistribusikan sebuah
produk dari produsen kepada konsumen dengan syarat dapat menguntungkan
produsen dan menolong konsumen. Maksud harga dasar disini adalah pemerintah
menetapkan sebuah harga minimal atau harga terendah pada suatu produk yang
bertujuan untuk melindungi produsen agar produk yang ia produksi harganya tidak
dibawah total cost sehingga tidak mengalami kerugian. Sedangkan harga atap itu
sendiri adalah kebijakan pemerintah dalam menentukan harga tertinggi atau harga
termahal dari suatu produk yang bertujuan untuk melindungi konsumen dari harga yang
terlampau tinggi. Dalam menentukan kebijakan harga dasar dan harga atap,
pemerintah memanfaatkan peranan bulog. Kebijakan harga dasar dan harga atap itu
sendiri diaplikasikan dengan cara menyimpan atau mengeluarkan suatu produk.
Maksud dari menyimpan dan mengeluarkan adalah pemerintah membeli produk yang
penawarannya melebihi permintaan lalu disimpan pada bulog sampai produk tersebut
dibutuhkan pasar atau pada saat terjadi kelangkaan (Mubyarto. 1975).
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih dalam mengenai kebijakan yang
diterapkan pemerintah terhadap produk pertanian berupa padi dengan cara penetapan

harga dasar dan harga atap, dalam paper ini kami akan membahas mengenai
kebijakan harga dasar dan harga atap pada padi.

II. KEBIJAKAN HARGA
Terkadang terjadi gejolak yang menyebabkan keadaan pasar berubah-berubah
contohnya permintaan yang lebih besar daripada penawaran atau penawaran yang
lebih besar daripada permintaan. Di sinilah peran pemerintah sebagai penengah antar
produsen dan konsumen agar salah satu pihak tidak ada yang dirugikan. Berikut ini
adalah bentuk kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengatur harga
keseimbangan di pasar.
1.

Kebijakan harga atap
Kebijakan ini dilakukan pemerintah apabila harga di pasar bebas dianggap terlalu

tinggi, sehingga dikhawatirkan membawa dampak yang tidak diinginkan seperti
terjadinya inflasi dan juga mempengaruhi pada kesejahteraan masyarakat. Nursantiyah
(2009) mengatakan jika harga atap (harga maksimum) tetap diperlukan khususnya
pada saat persediaan produksi terbatas. Dalam hal ini, jumlah permintaan (Qd) lebih
besar dari jumlah penawaran (Qs).


Gambar 1, Kurva

price ceiling

Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga maksimum
mempengaruhi:
-

Menurunnya harga

-

Menciptakan kelebihan permintaan

-

Berkurangnya penawaran

-


Menurunnya kuantitas yang diperjualbelikan (shortage)

2. Kebijakan Harga Minimum (Price Floor)
Hall dan Lieberman (2012) mendefinisikan a price floor is minimum amount
below which the price is permitted to fall. Kebijakan ini adalah lawan dari kebijakan
harga maksimum dimana harga yang berlaku di pasar dianggap terlalu rendah dan
akan merugikan produsen. Dalam hal ini, jumlah penawaran (Qs) lebih besar dari
jumlah permintaan (Qd) sehingga menyebabkan kondisi surplus dimana jumlah
pasokan barang yang beredar di masyarakat sangat banyak

Gambar 2, Kurva
Sehingga bisa kita ambil kesimpulan bahwa kebijakan harga minimum akan
mempengaruhi:
-

Menaikkan harga pasar

-


Menciptakan kelebihan penawaran

-

Berkurangnya permintaan

-

Menurunnya kuantitas yang diperjualbelikan

-

Menaikkan atau menurunkan penerimaan produsen

Price floor

III. PEMBAHASAN
Tabel 1. Harga Pasar, Harga Dasar dan Harga Atap Beras Tahun 2008-2012
Tahun


Harga Dasar

Harga Atap

Harga Pasar

2008

(RP/Kg)
2.240

(Rp/Kg)
4.300

(Rp/Kg)
5.669’84

2009

2.400


4.600

6.453,35

2010

2.640

5.060

6.838,00

2011

2.640

5.060

8.230,95


2012
3.300
6.600
Sumber: Bulog Sumatera Utara 2008-2012

10.048,37

Harga Pasar, Harga Dasar dan Harga Atap Beras Tahun 2008-2012
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0

Harga Dasar
2008


2009

Harga Atap
2010

2011

Harga Pasar
2012

Sumber: Bulog Sumatera Utara 2008-2012
Dalam kebijakan harga beras tidak lepas dari campur tangan pemerintah dalam
kebijakan harga atap dan harga dasar karena beras sendiri merupakan kebutuhan yang
sangat pokok dan barang komplementernya. Dari dampak harga pasar, harga dasar,
dan harga atap beras tahun 2008-2012 diatas dapat dilihat bahan pada tahun 2008
memiliki harga dasar Rp 2.240/kg mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebanyak Rp.
160, dan naik lagi pada tahun 2010 menjadi Rp. 2.640/kg, tahun 2011 harga tetap,
kmudian mengalami kenaikan lagi menjadi Rp. 3.300/kg. Begitu juga dengan harga
atap juga cenderung meningkat pada tahun 2008-2012 dari Rp. 4.300/kg menjadi Rp.

6.600/kg. Sedangkan harga pasar walaupun sama cenderung meningkat akan tetapi
peningkatannya tidak setara dengan harga dasar dan harga atap itu sendiri.
Dalam hal ini campur tangan pemerintah dalam ekonomi perbesaran nasional
pada dasarnya ada lima yaitu: meningkatkan produksi padi, meningkatkan pendapatan
petani, mengurangi ketidak stabilan harga ditingkat produsen dan konsumen, dan
mengendalikan keseimbangan harga beras diantara pasar domestik dan pasar
internasional. Stabilisasi harga beras oleh pemerintah dilakukan melalui mekanisme
buffer stock, yaitu dengan menetapkan harga dasar dan harga batas tertinggi. Harga
dasar (minimum) di jamin pemerintah untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga
yang tidak terkendali terutama pada musim paceklik. Ini semuanya diusahakan dengan
pengadaan beras dikala panen dan penyaluran di kala paceklik (Tim Pengkajian
Kebijakan Perberasan Nasional, 2001).
Melalui Bulog pada tahun 2001 pemerintah melalui Inpres No.9 tahun 2001 mengganti
kebijakan HDG menjadi Harga Dasar PembelianPemerintah (HDPP), dan selanjutnya
diubah lagi menjadi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) melalui Inpres No. 2 tahun
2005. Kebijakan HPP memang berbeda dengan kebijakan HDG, walaupun keduanya
mempunyai tujuan yang sama,yaitu menyangga harga gabah supaya tidak anjlok
utamanya pada musim panen raya melalui intervensi peningkatan permintaan
pembelian harga gabah. Setelah enam tahun penerapan kebijakan HPP ternyata juga
tidak efektif. Harga gabah pada musim panen raya yang dimulai pada bulan Februari
sampai April tetap anjlok dan merugikan petani. Kemampuan petani dalam melanjutkan
usahatani pada musim berikutnya berkurang sehingga kualitas gabah yang dihasilkan
juga menjadi rendah (Hutagalung,2007).
Sehingga dari uraian diatas kebijakan harga ter-rendah beras yang seharusnya
dapat melindungi petani cenderung merugikan petani. Selain itu, pada kenyataannya,
dimana harga ter-tinggi yang harusnya melindungi konsumen terpaut jauh dengan
harga beras dipasaran seperti pada table 1 dan dimana harga ter-tinggi dapat dilihat
pada tahun 2012 sebesar Rp. 10.048,37/kg. Selain beras merupakan bahan makanan
pokok mayoritas penduduk Indonesia dampak kenaikan juga akibat dari peningkatan
jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Dimana juga mempengaruhi
banyaknya konsumsi pada beras itu sendiri.
IV. REKOMENDASI

1. Stabilisasi harga gabah hendaklah dilakukan secara parsial (partial price band)
yang terbatas namun masih cukup merangsang bagi pedagang atau petani
untuk melakukan penyimpanan gabah antar musim. Salah satu kebijakan yang
dipandang sesuai dengan kondisi Indonesia adalah kebijakan rentang harga
(price band) yang banyak juga diterapkan oleh negara-negara sedang
berkembang lainnya. Kebijakan rentang harga tersebut diwujudkan dalam
bentuk kebijakan ambang bawah harga gabah untuk melindung petani dan
kebijakan ambang atas harga beras untuk melindungi konsumen. Pengertian
kebijakan ambang maksudnya yaitu batas tingkatan yg masih dapat diterima
atau ditoleransi.
2. Dasar penetapan ambang bawah harga gabah atau Harga Dasar Gabah (HDG)
adalah memberikan jaminan profitabilitas kepada petani minimal 30 persen dan
juga dengan memperhatikan perkembangan harga beras serta biaya hidup.
Kedua komponen yang terakhir tersebut merupakan factor yang menuntut
perlunya penyesuaian HDG secara berkala atau tahunan, sedangkan dasar
penetapan ambang atas harga beras adalah memberikan insentif bagi
pedagang secara wajar agar menghindari permainan harga di pasaran oleh
para makelar.
3. Kebijakan HDG pada masa lalu dipandang tidak efektif menjamin harga
minimum yang telah ditetapkan karena instrument pedukungnya, yaitu
pembatasan impor dan kemampuan pembelian gabah oleh Bulog pada saat
panen raya tidak memadai. Pembatasan impor hanya melalui pengenaan tarif
sering tidak efektid karena anjloknya harga beras dunia dan kemampuan Bulog
menjadi terbatas karena statusnya telah berubah menjadi Perum. Akibatnya
HDG yang telah ditetapkan oleh pemerintah menggantung (price overhang).
Sehingga perlu adanya kebijakan pengendalian impor dan tarif serta
peningkatan kemampuan Bulog dalam membeli gabah khususnya pada musim
raya.
4. Pemerintah harus melakukan subsidi pupuk, pemberian subsidi benih, kebijakan
harga pembelian pemerintah, perluasan areal, pembangunan sarana dan
prasarana, penyuluhan intensif, dan pembinaan kelompok tani.

5. Diversifikasi pangan terutama untuk makanan pokok masyarakat Indonesia
yaitu kecenderungan terhadap beras.

V. KESIMPULAN
Sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar dalam laju perekonomian
Indonesia.

Untuk

terus

meningkatkan

produktivitas

disektor

pertanian,

maka

pembangunan harus terus dilaksanakan. Dalam pembangunan pertanian, tentunya
pemerintah harus ikut andil dalam bagian ini, karena pemerintah sangat berperan
penting untuk mewujudkan pembangunan. Salah satu kebijakan pemerintah yang kita
ketahui dalam sektor pertanian adalah kebijakan mengenai penetapan harga atap dan
harga dasar. Kebijakan harga dasar dan harga atap itu sendiri diaplikasikan dengan
cara menyimpan atau mengeluarkan suatu produk. Maksud dari menyimpan dan
mengeluarkan adalah pemerintah membeli produk yang penawarannya melebihi
permintaan lalu disimpan pada bulog sampai produk tersebut dibutuhkan pasar atau
pada saat terjadi kelangkaan. Campur tangan pemerintah dalam ekonomi perbesaran
nasional pada dasarnya ada lima yaitu: meningkatkan produksi padi, meningkatkan
pendapatan petani, mengurangi ketidak stabilan harga ditingkat produsen dan
konsumen, dan mengendalikan keseimbangan harga beras diantara pasar domestik
dan pasar internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Hall, R dan Lieberman, M. 2012. Microeconomics: Principles and Applications. New
York: Cengage Learning.
Hutagalung, Makmur. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Petani pada Beberapa Strata Luas LahanI. Studi Kasus:
Kabupaten Deli Serdang.
Mubyarto. 1975. Harga Beras dan Kebijakan Produksi di Indonesia. Dalam Bulog
Pergulatan dalam Pemantapan Peranan dan Penyesuaian Kelembagaan.
Kumpulan naskah Dalam rangka Menyambut 35 tahun Bulog. Institut Pertanian
Bogor-Press, Bogor.
Nursantiyah. 2009. Implementasi Kebijakan. Jakarta: Universitas Indonesia.