BAB 4 PDB Pertumbuhan dan Perubahan Stru

Nama
Kelas
NPM
Fakultas
Jurusan

: Sri Setyorini
: 1EB17
: 26215673
: Ekonomi
: Akuntansi
Universitas Gunadarma

BAB 4
PDB, Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
1. Produk Domestik Bruto
Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di
dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari

produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang
bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara
tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi
dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang
digunakan.
PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.
Sedangkan PDB riil (PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal
dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran
dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran
adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi
oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impormelibatkan
sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor
produksi:
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah
untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.

Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan
angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan
pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan
pengeluaran.

2. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan
nasional per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan
ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada
masalah pertumbuhan. Untuk negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya
sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan
bahwa penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan juga besar, maka pertumbuhan


ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan
lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan
ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial .
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.
Awal pembangunan ekonomi suatu negara dengan prioritas:
a. Pertumbuhan ekonomi
b. Distribusi pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
a. Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan
national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola
konsumsinya.
b. Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan teknologi,
peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan
national income. National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national
Product).
a. GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri

b. NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
c. NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
d. GDP = NP + Ttl + D – F
e. NP = GDP + F – D- Ttl

3. Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini
3.1. Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde Baru
Di awal orde baru, ketika Soeharto menjabat menjadi presiden RI saat ini kondisi
perekonomian di indonesia sangat buruk, tingkat inflasi yang terjadi pada negara kita
mencapai 650% pertahun.
Presiden Soeharto saat itu menambahkan langkah yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Soekarno. dan ternyata Soeharto berhasil menekan inflasi dari 650% menjadi dibawah
15% dalam waktu kurang dari dua tahum. Untuk menekan inflasi yang begitu tinggi,
Soeharto melakukan hal yang jauh berbeda dengan presiden sebelumnya. Beliau membuat
anggaran, menerbitkan sektor perbankan, mengembalikan sektor ekonomi dan merangkul
negara-negara barat untuk menarik modal.
Di samping itu, Soeharto pada tahun 1970-an juga menggenjot penambangan minyak
dan pertambangan. Sehingga pendapatan negara dari migas meningkat, dari 0,6 % miliar
pada tahun 1973 dan sekarang mencapai 10,6% miliar pada tahun 1980. Puncaknya
kebijakan tersebut adalah ketika penghasilan dari migas sama dengan 80% hasil eksport

Indonesia. Dengan kebijakan itu, Indonesia bisa maju dalam pembangunan di bawah
pemerintahan orde baru.
3.2. Pemerintahan Transisi (Era Presiden B.J. Habibie)
Krisis ekonomi mempunyai dampak yang sangat memprihatinkan terhadap
peningkatan pengangguran, baik di perkotaan maupun di pedesaan, daya beli masyarakat
menurun, pendidikan dan kesehatan merosot serta jumlah penduduk miskin bertambah. Oleh
karena itu, muncul kebijakan Jaring Pengaman Sosial (social safety net). Yang menyebabkan
suatu prestasi yang mengagumkan, yakni nilai tukar rupiah dari 16.000 menjadi 6.000
rupiah.
3.3. Pemerintahan Reformasi (era Presiden K.H. Abdurrahman Wahid)

Terjadi banyak keanehan dan tidak terdapat kebijakan perekonomian. Pada masa Gus
Dur, rating kredit Indonesia mengalami fluktuasi, dari peringkat CCC turun menjadi DDD
lalu naik kembali ke CCC. Salah satu penyebab utamanya adalah imbas dari krisis moneter
pada 1998 yang masih terbawa hingga pemerintahannya.
3.4. Pemerintahan Gotong Royong
Langkah Presiden SBY untuk merangkul Parpol-parpol yang kalah dalam Pemilu 2009
adalah bagian dari kebijakan Soft Power, atau kebijakan untuk bergotong-royong dalam
membangun bangsa dan negara. Ini serupa dengan Kabinet Gotong-Royong di masa lalu.
Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan gotong royong memiliki

karakteristik sebagai berikut:
a. Rendahnya pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan masih kurang berkembangnya
investasi terutama disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi sosial politik dalam
negeri.
b. Dalam hal ekspor, sejak 2000, nilai ekspor non-migas Indonesia terus merosot dari 62,1
miliar dollar AS menjadi 56,3 miliar dollar As tahun 2001, dan tahun 2002 menjadi
42,56 miliar dollar AS.
3.5. Pemerintahan Indonesia Bersatu (Era SBY – Boediono)
Kabinet Indonesia Bersatu merupakan kabinet pemerintahan Indonesia yang dibagi
menjadi Kabinet Indonesia bersatu jilid I dan II. Kabinet Indonesia bersatu jilid I, yaitu
bentuk pemerintahan yang keenam yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada masa 2004 – 2009 dan
presiden yang pertama kalinya dipilih melalui sistem pemilihan umum langsung di
Indonesia. Sedangkan Kabinet Indonesia bersatu jilid II dipimpin oleh Presiden Susilo
Bambang Yudoyono dan Wakil Presidennya Dr. Boediono yang merupakan bentuk
pemerintahan yang ketujuh pada masa 2009-2014.
Kabinet Indonesia Bersatu jilid I ini dibentuk pada tanggal 21 Oktober 2004 dan
berakhir pada tahun 2009 menggantikan kabinet gotong royong sebelumnya yang dipimpin
Megawati dan Hamzah Haz pada 5 Desember 2005. Pada Indonesia bersatu jilid 1, yaitu
pada tahun 2004 sampai 2009 utang di negara kita meroket drastis dari 1.275 triliun menjadi

1.667 triliun. Pemerintahan SBY “sangat berhasil” dalam tugas utang mengutang .
Dengan sistem kebijakan pemerintah SBY saat ini, rakyat Indonesia dipaksa
menanggung beban utang para bankir yang sudah kaya lewat beragam penyunatan subsidi
seperti pendidikan (BHP) dan kesehatan. Pada saat yang sama, rakyat yang tidak ikut
melakukan kesalahan dan tidak pernah menikmati utang, harus membayar minyak/BBM,
listrik dan air yang mahal, agar negara bisa membayar utang utang Negara di tambah subsidi
pendidikan dan minyak di cabut dengan alasan yang tidak jelas .

4. Faktor-Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan menjadi Rp 4.200 triliun pada
2008. Sektor yang diharapkan untuk mendorong pertumbuhan PDB tersebut dari sektor
konsumsi dan proyek infrastruktur. PDB 2008 sekitar Rp. 4.200 triliun. Yang paling
mendorong itu konsumsi. Konsumsi adalah 60%, pemerintah menaruh pertumbuhan ekonomi
itu didukung dengan kebijakan fiskal. Sedangkan PDB Indonesia pada 2007 diperkirakan
mencapai Rp. 3.531,08 triliun. Konsumsi masyarakat yang pada titik kritis saat ini akibat
menurunnya daya beli. Karena itu, pemerintah tengah menyiapkan program yang dapat
meningkatkan pendapatan riil masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, pemerintah
juga akan mengurangi tingkat suku bunga dan inflasi.
Penerimaan naik itu tidak ada artinya jika inflasinya tinggi. Selain itu, harga terkendali,

sehingga akhirnya income riil naik. Titik kritis yang lain adalah investasi. Untuk mencapai

pertumbuhan PDB pada level tersebut, diperlukan investasi lebih dari Rp 1.000 triliun. Jumlah
kebutuhan investasi untuk mendorong infrastruktur. Jika investasi itu naik, maka akan terjadi
akselerasi dan akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga pemerintah dalan
mengalokasikan jumlah anggaran yang cukup signifikan dalam belanja infrastruktur.
Anggaran untuk infrastruktur itu, dapat disebar di departemen teknis, antara lain Departemen
Pekerjaan Umum dan Departemen Perhubungan. Pemerintah yang punya anggaran belanja
modal akan menggunakannya untuk belanja irigasi, bandara, pelabuhan, kereta api.Selain
mengalokasikan anggaran yang meningkat signifikan untuk pembangunan infrastruktur,
pemerintah juga mendorong investasi swasta melalui skema Public Private Partnership (PPP)
untuk beberapa proyek seperti infrastruktur listik, pengadaan jalan, bandara dan pelabuhan.
Menurut Anggito, pemerintah akan melakukan pembagian risiko terhadap pihak swasta.
Investasi juga akan dibentuk dari perbankan, PMDN, PMA, pasar modal, dan
keuntungan perusahaan yang diinvestasikan. “Jadi dari sumber-sumber itu sudah masuk
pipeline untuk bisa mendukung investasi yang memadai untuk 2008. Semua itu cukup untuk
mendukung pertumbuhan 6,8%. Konsumsi, investasi, ditambah kinerja ekspor yang masih
cukup baik, mampu membentuk PDB menjadi Rp 4.200 triliun. Sebelumnya, ekonomi pada
2008 ditargetkan tumbuh 6,8%. Asumsi tersebut juga memperhatikan proyeksi pencapaian
2007 yang diprediksi hanya akan mencapai 6,1%. Untuk mengejar target 2008 itu, beberapa

indikator pendorong pertumbuhan mesti dipenuhi yaitu konsumsi rumah tangga harus tumbuh
5,9%, konsumsi pemerintah 6,2%, investasi 15,5%, ekspor 12,7%, dan impor 17,8%.
Sedangkan Standard Chartered Bank (SCB) memprediksi pertumbuhan ekonomi atau produk
domestik bruto (PDB) tahun 2008 hanya 6,3%. Angka ini jauh lebih rendah dari target PDB
dalam APBN 2008 sebesar 6,8%.
Setelah terpengaruh oleh dampak peningkatan tajam harga minyak dan tingkat suku
bunga di tahun 2005, ekonomi Indonesia berangsur pulih dan perkembangannya cenderung
meningkat dari 5,5% di tahun 2006 menjadi 6,1% di tahun 2007 dan 6,3% di tahun
2008. Angka PDB SCB ini sudah memperhitungkan prediksi adanya perlambatan ekonomi
global di 2008. Tingginya harga minyak dunia merupakan ancaman bagi pertumbuhan. Dan
PDB SCB memperkirakan harga minyak akan turun di 2008 seiring dengan melambatnya
pertumbuhan ekonomi global. Sementara menjelang Pemilu 2009 terlihat prospek
pertumbuhan ekonomi. Ini karena pemerintah akan meningkatkan belanja untuk infrastruktur,
mempercepat program infrastruktur. Angka pertumbuhan ekonomi 2008 dalam APBN sebesar
6,8% menurut Bank Indonesia (BI) adalah angka yang paling optimistis. BI sendiri untuk
tahun 2008 lebih memilih target yang aman di kisaran 6,2 – 6,8%. Dalam APBN 2008,
pertumbuhan ekonomi yang sebesar 6,8% memakai asumsi inflasi sebesar 6%, defisit
anggaran 1,7%, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 9.820, bunga SBI 3 bulan 7,5% dan
harga minyak US$ 60 per barel. Produksi minyak 1,034 juta barel per hari.


5. Perubahan Struktur Ekonomi
Istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi disebut transpormasi struktural, artinya
rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), AS (produksi dan penggunaan faktor produksi
yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (Chenery, 1979)
5.1. Teori dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme
transpormasi ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang semula lebih bersifat subsistence dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern,
yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam
penganalisis perubahan struktur ekonomi.

5.2. Teori Migrasi (Arthus Lewis)
Ekonomi suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu: Perekonomian
Tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian, Perekonomian Modern
diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan karena pertumbuhan
penduduknya tinggi, maka terjadi kelebihan L dan tingkat hidup masyarakat berada pada
kondisi subsistence. Kelebihan L ini ditandai dengan produk marjinalnya yang nilainya nol
dan tingkat upah riil (w) yang rendah. Rumus ini juga berlaku bagi perekonomian Modern.

LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari
tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0).
Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat
upah (Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang
menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu.
5.3. Teori Transpormasi Struktural (Hollis Chenery)
Teori ini mempokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan
ekonomi di LDCs, yang mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri
sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan
total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan
pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBp
Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama
besarnya dengan jumlah empat faktor sebagai berikut :
a. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk
industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk
produk sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor terhadap produk idustri
manufaktur.
c. Substitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang
dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-output di dalam
perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri
manufaktur.
Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi
ekonomi yang sangat pesat, yaitu:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
b. Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola distribusi pendapatan
d. Karakteristik dari industrialisasi
e. Keberadaan SDA
f. Kebijakan perdagangan luar negeri
5.4. Kasus Indonesia
Kalau dilihat dari Orde Baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses
perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Data BPS menunjukan bahwa tahun
1970, NTB dari sektor pertanian menyumbang sekitar 45% terhadap pembentukan PDB, dan
pada dekade 1990-an hanya tinggal sekitar 16% hingga 20%. Menurutnya pangsa pertanian
dalam permbentukan PDB selama periode tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan output

(rata-rata pertahun) di sektor tersebut relatif lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan
output disektor-sektor lain.

~ Sekian ~
Sumber :
http://utamiwijayanti12.blogspot.co.id/2015/06/pdb-pertumbuhan-dan-perubahan-struktur.html

Catatan Author :
Terima kasih banyak atas semua sumber yang telah memberikan berbagai macam informasi,
sehingga saya bisa membuat artikel ini. Sekali lagi, terima kasih banyak. :”D