Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif denga

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN TANAMAN

ACARA 1
PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERAGE)
DAN MENCANGKOK (AIR LAYERAGE)

TRIA PITOYO
131510501162
GOLONGAN F / KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan bercocok tanam dalam lahan tertentu untuk
memperoleh keuntungan dari produksi tanaman. Kunci utama dari pertanian
adalah budidaya tanaman, tanaman merupakan makhluk hayati yang sangat

penting keberadaannya untuk makhluk hidup lain terutama bagi manusia.
Tanaman dapat menyediakan kebutuhan bahan pokok mulai dari sandang, pangan,
dan papan. Tanaman adalah makhluk hidup yang tentunya berkembang biak,
secara alami akan melakukan pembiakan baik secara generatif maupun vegetatif.
Pembiakan tanaman dapat terjadi secara alami terutama pembiakan secara
generatif, akan tetapi untuk pembiakan secara vegetatif akan lebih efisien bila
dilakukan dengan bantuan manusia sehingga dapat memperoleh hasil yang sesuai
dengan keinginan baik dalam jumlah atau kualitas yang diharapkan sebaik
induknya. Pada dasarnya pembiakan secara vegetative merupakan pembiakan
yang tidak mempertemukan sel jantan serta sel betina seperti pada pembiakan
secara generatif. Pembiakan secara vegetatif sangat banyak macamnya salah
satunya dengan cara layerage. Pembiakan dengan cara ini ada dua macam yaitu
mencangkok (air layerage) dan merunduk (layerage).
Cangkok atau air layerage adalah suatu perbanyakan yang dilakukan
diatas tanah dengan prinsip melukai bagian luar tanaman sampai ke xylem dengan
tujuan agar akar dapat tumbuh menghasilkan anakan yang lebih dewasa sehingga
diharapkan lebih cepat berbunga serta berbuah sehingga prosesnya tidak lama.
Sedangan rundukan atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara
membenamkan tanaman tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan. Ada
hal yang harus diingat dengan proses tersebut bahwasannya tanaman yang bisa

seperti itu adalah tanaman dengan perakaran yang lentur dan mudah
dibengkokkan. Biasanya tanaman yang akan dibenamkan dilukai terlebih dahulu
agar menstimulus akan terbentuk akar yang baru sebelum di pisahkan dari
tanaman induknya.

Pembiakan tanaman tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak
memenuhi syarat. Syarat dari pencangkokan diantaranya adalah harus mempunyai
batang yang besar dengan diameter yang cukup. Ini bertujuan agar yang menjadi
batang nantinya mempunyai daya sokong yang tinggi untuk pertumbuhan, serta
nantinya bila hasil pencangkokan telah mengeluarkan akar maka tanaman tersebut
mempunyai batang yang baik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan merunduk.
2. Mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan.
3. Mengetahui pengaruh media cangkokan dan rundukan terhadap pembentukan
sistem perakaran pada batang.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan tanaman bertujuan untuk memperbanyak bibit dengan waktu
yang relatif lebih cepat dengan kualitas sebaik induknya. Menurut Putri dan

Sudianta (2009), perbanyakan secara generatif melalui biji memerlukan waktu
yang relatif lebih lama dan seringkali tanaman tersebut sulit/tidak menghasilkan
biji. Perbanyakan secara vegetatif relatif lebih mudah untuk dilakukan bila
dibandingkan secara generatif. Kelebihan perbanyakan secara vegetatif antara lain
tanaman baru yang dihasilkan sama dengan tanaman induk, memiliki umur yang
seragam, tahan terhadap penyakit dan dalam waktu yang relatif singkat dapat
dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara vegetatif
dapat dilakukan dengan stek, yaitu pemotongan/pemisahan bagian tumbuhan agar
bagian tanaman tersebut membentuk akar dan menjadi individu baru. Pembiakan
vegetatif dengan cara layerage ada dua yaitu merunduk dan mencangkok.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Perbanyakan tanaman yang biasa dilakukan

adalah dengan cara

cangkok. Pencangkokan dilakukan dengan langkah pertama menguliti bagian
batang yang diinginkan, diusahakan batang yang digunakan tidak terlalu tua dan
tidak terlalu muda. Cara perbanyakan dengan pencangkokan dapat digunakan
untuk menyediakan dan memperbanyak bahan tanam dalam jumlah yang lebih
besar dari perbanyakan yang tidak menggunakan cangkok, dan hasil pebanyakan

tersebut digunakan untuk pembibitan ( Pribadi, 2011).
2.1 Pembiakan Vegetatif dengan Cara Merunduk (Layerage)
Pencangkokan dengan bantuan sinar UV yang lebih dikenal dengan istilah
photographing,

diketahui

merupakan

sutu

metode

yang

efektif

untuk

fungsionalisasi berbagai polimer material. Berbagai gugus fungsi dapat

dimasukkan

ke

dalam

suatu

polimer

(fungsionalisasi)

dengan

metode

photographing dengan memilih jenis atau sifat yang dimiliki oleh monomer yang
akan dicangkok (Suka, 2010).

Sugianto dan Hanim (2009) menjelaskan bahwa keberhasilan perundukan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain hubungan spesies antara batang atas
dan batang bawah, teknik penyambungan, faktor lingkungan, serta serangan hama
dan penyakit. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan
diantaranya media tanam dan ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam
berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta
memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi
baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman,
dan mampu menyediakan unsur hara.
Zinga (2013) menjelaskan bahwa pengaruh agroklimat zona diuji pada
kelimpahan whitefly (asumsi Poisson distribusi), kehadiran hama arthropoda,
kejadian penyakit dan distribusi tanaman tergantung pada skor keparahan (dengan
asumsi distribusi binomial), menggunakan Model Generalized Linear dengan
kemungkinan uji rasio (uji Chi-square). Tes perbandingan berpasangan
digununakan berdasarkan Chi-squared untuk membandingkan kejadian global
hama dan penyakit, dan persentase tanaman gejala terinfeksi dengan memotong
antara zona agroklimat. Pengujian perbedaan antara zona agroklimat di proporsi
sampel yang terinfeksi oleh ACMV, berdasarkan EACMV-UG dan oleh kedua
virus.. Arti penting dari perbedaan antara keparahan ditentukan menggunakan
non-parametrik.
2.1 Pembiakan Vegetatif dengan Cara Mencangkok (Air Layerage)

Layering Air adalah metode yang berasal oleh beberapa abad lalu Cina.
Pada dasarnya ini adalah metode untuk memproduksi tanaman dari cabang udara
yang tetap melekat dengan tanaman induk sementara rooting. Beberapa tanaman
yang sulit untuk root, layering udara telah terbukti sebagai metode yang efektif
dalam berbagai spesies sebagai sarana meningkatkan jenis mereka. Media lembab
untuk rooting biasanya ditempatkan di sekitar area yang terluka cabang. Hal ini
diadakan dalam posisi dengan menempatkan pembungkus sekitar pinggiran bola
medium. Setelah akar tumbuh ke luar bola media, cabang akan dihapus dan
ditanam dalam pot pada akar sendiri. Pertumbuhan, pembentukan dan

kelangsungan hidup cabang dan bibit juga tergantung pada kualitas media
tumbuh. Ada banyak media tanam komersial yang digunakan untuk meningkatkan
bibit dan cabang, tetapi banyak yang mahal dan tidak tersedia secara lokal. Ada
kebutuhan untuk membangun media tanam biaya yang sesuai dan rendah untuk
memastikan bahwa bibit pohon bisa mencapai ukuran yang cocok untuk melapis
dalam waktu satu tahun. Mengubah media tanam dengan pupuk dapat
mempromosikan

bibit


dan

bercabang

pertumbuhan,

pembentukan

dan

kelangsungan hidup (Ahmad et al., 2014)
Menurut

Purnomosidhi dkk. (2007), mencangkok adalah suatu teknik

perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada
cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang
pertumbuhan akar dapat dilakukan dengan mengupas kuliit luas cabang dan
selanjutnya cabang yang terkupas diberi media tanah. Prastowo (2006)
menjelaskan bahwa tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat

keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika
masih berada di pohon induk. Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok:
produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya,
tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau
di pematang kolam ikan. Kerugian pembibitan dengan sistem cangkok: pada
musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering, tanaman mudah roboh bila
ada angin kencang karena tidak berakar tunggang, pohon induk tajuknya menjadi
rusak karena banyak cabang yang dipotong, dalam satu pohon induk kita hanya
bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam
jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Mencangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara
melukai atau pengaeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk
merangsang terbentuknya akar. Teknik cangkok yang diterapkan pada batang,
tidak mengenal batang bawah dan batang atas. Teknik ini lebih lama dikenal oleh
petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok,
akar

tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Sistem pembiakan yang

menggunakan cara cangkok memiliki keuntungan sendiri antara lain produksi dan


kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya, dan tanaman asal
cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak ai tanahnya tinggi atau pematang
kolam ikan (Affianto, dkk, 2011).
Langkah-langkah perbanyakan dengan cara cangkok menurut Osterc dan
Stampar (2011) adalah sebagai berikut:memiilih pohon induk sesuai dengan sifatsifat yang dikehendaki, memilihlah cabang pada pohon induk yang memenuhi
persyaratan pada bagian a, mengupaslah kulit cabang pada salah satu buku selebar
kira-kira 4 cm, membersihkanlah kambium yang terdapat pada cabang yang telah
dikupas, dan keringkanlah selama 1 hari, untuk tanaman yang bergetah
keringkanlah 3-4 hari, membuatlah media berupa campuran pupuk kandang dan
tanah dengan perbandingan 1: 2, menempelkanlah media pada cabang yang telah
dikupas dan bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik, mengikat kedua ujung
bungkusan dengan tali, menyiiramlah cangkokan secara teratur, menunggu sampai
akar berkembang, memotong cangkokan di bawah bungkusan bila akar sudah
banyak.
Slip (bagian yang dapat dicangkok) adalah tunas yang tumbuh pada
tangkai buah, terletak berdekatan sekali dengan bagian bawah buah, biasanya
tumbuh dengan berdaun lebat hanya kematangan hasilnya tidak merata. Sucker
adalah tunas yang tumbuh pada bagian batang, pertumbuhan selanjutnya tampak
berdaun banyak dan hasilnya agak tinggi akan tetapi kematangannya tidak merata

dan dalam peneanaman cukup sukar (Ardisela, 2010).
Perbanyakan tanaman mangga pada masa ini seharusnya dipandang serius,
karena kebutuhan akan mangga harus dipenuhi. Hasil yang dipengarui oleh
penggunaan teknik pencangkokan pada tanaman mangga menunjukan sebuah
kabar baik. Hasil yang diberikan cukup memuaskan dengan persentase
keberhasilan juga besar pula, jadi perbanyakan yang diperoleh dapat dikatakan
efisien dan efektif. Baru-baru ini keberhasilan epikotil grafting memiliki telah
diungkapkan oleh penulis yang berbeda. Keberhasilan epikotil mencangkok
tergantung pada berbagai faktor-faktor seperti suhu, relatif kelembaban, cahaya,
kelembaban tanah, berbagai

keturunan, pra-defoliasi dari keturunan, panjang

keturunan, usia batang bawah, waktu dan metode penyambungan dan

keterampilan koruptor tersebut. Keberhasilan pencangkokan tergantung pada
musim, umur batang bawah dan scion dan kultivar ( Upadhya, 2014 ).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara
Merunduk (Layerage) dan Mencangkok (Air Layerage) dilaksanakan pada tanggal
26 September 2014 bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul
13.00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang akan di stek
2. Tanaman yang akan di rundukkan
3. Serabut kelapa
4. Pupuk kompos dan tanah
3.2.2 Alat
1. Tali rafia
2. Plastik gelap
3. Botol semprot (hand sprayer)
4. Kantong kresek
5. Pengait
6. Pisau tajam (cutter) baru
7. Timba/sprayer
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mencangkok (Air Layerage)
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut
sepanjang + 10 cm.

4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kompos dan
tanah, kemudian ditutup dengan serabut kelapa plastik.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.
3.3.2 Merunduk (Layerage)
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
Memilih batang tanaman yang dapat dirundukkan ke dalam tanah dan tidak patah.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada
bagian ujung tanaman tersebut sepanjang + 10 cm.
4. Memberikan media tanam yang dibenamkan ke dalam tanah dan kompos
sedalam 3-5 cm.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.

DAFTAR PUSTAKA
Affianto, A., S. Danarto., I. Bantara., N.J. Adi., dan R. Sanyoto. 2011. Teknik
Persemaian dan Perbanyakan tanaman (Vegetatif & Generatif).
Indonesian Forestry and Governence Institute: Yogyakarta.
Ahmad, S., F. Wahid, M. Sajid, I. Hussain, S. Ahmed, N, Ahmad, K.Zeb, A. A.
Awan, dan N. Ahmed. 2014. Propagation of Olive Cultivars through Air
Layerage. Agriculture and Veteriany Science, 7(2): 121-125
Ardisela, D. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F TerhadapPertumbuhan Crown
Tanaman Nenas (Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah,1(2): 58-62.
Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Endo/Eogenous Auxsin Profile in
Cuttings of Different Physiological Ages. Plant Physiology, 168: 20882092.
Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F.
Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock
Internasional.
Pribadi, A. Illa Anggraeni. 2011. Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Terhadap
Tingkat Kerusakan Daun Jabon (Anthocephalus cadamba) Oleh
Artrochista hilaralis. Penelitian Hutan Tanaman, 8(1): 1- 7.
Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman. 2007.
Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan: Durian, Mangga,
Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Bogor: ICRAF.
Putri, D. M. S. dan I. N. Sudianta. 2009. Aplikasi Penggunaan ZPT pada
Perbanyakan Rhododendron javanicum Benn. (Batukau, Bali) Secara
Vegetatif (Setek Pucuk). Biologi, 13(1): 17-20.
Sugianto dan H. Hanim. 2009. Pengaruh Kompisisi Media Pembibit dan Dosis
Pupuk NPK pada Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
dengan Penyambungan. Agrotropika, 14(2): 43-48.
Suka, I. G. 2010. Kopolimerisasi Cangkok (Graft Copolimerization) NIsopropilakrilamida pada Film Selulosa yang Diinduksi Oleh Sinar Ultra
Violet dan Karakterisasinya. Makara Sains, 14(1): 1 – 6.

Upadhya, B. Baral, D, B. Gautam, D. M. Shresta, S. M. 2014. Influence of
Rootstock Age and Pre-Defoliation of Scion on the Success of Epicotyl
Grafting of Mango. Reseach, 1(7):172-182.
Zinga, I., F. Chiroleu, J. Legg, P. Lefeuvre, E. K. Komba, S. Semballa, S. P.
Yandia, N. B. Mandakombo, B. reynaud, dan J. M. Lett. 2013.
Epidemiological Assessment of Cassava Mosaic Disease in Central
African Republic Reveals the Importance of Mixed Viral Infection and
Poor Health of Plant Cuttings. Crop Protection, 44: 6-12.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan Air Layerage
Media

Perlakuan

Ulangan/

Tanam

Pembungkus

Kelompok

Kompos

Serabut

+ Tanah

Kelapa

Kompos

Plastik

+ Tanah

Gelap

Parameter Pengamatan
Panjang akar
Jumlah akar
(cm)
Kalus
0
Kalus
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
2
3
4
5
6
Rerata
1
2
3
4
5
6
Rerata

Kalus
Kalus
Kalus
Kalus
Kalus
Kalus

0
0
0
0
0
0

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Layerage
Perlakuan

Ulangan/

Media Tanam

Kelompok
1
2
3
Rerata
1
2
3
Rerata

Tanah

Tanah +
Kompos

Parameter Pengamatan
Jumlah akar
Panjang akar (cm)
0
0
0
0
4
2,4
4
2,4
2 kalus
0
0
0
0
0
0
0

4.2 Pembahasan
Pembiakan tanaman dapat terjadi secara alami terutama pembiakan secara
generatif, akan tetapi untuk pembiakan secara vegetatif akan lebih efisien bila
dilakukan dengan bantuan manusia sehingga dapat memperoleh hasil yang sesuai
dengan keinginan baik dalam jumlah atau kualitas yang diharapkan sebaik
induknya. Pada dasarnya pembiakan secara vegetative merupakan pembiakan

yang tidak mempertemukan sel jantan serta sel betina seperti pada pembiakan
secara generatif. Pembiakan secara vegetatif sangat banyak macamnya salah
satunya dengan cara layerage. Pembiakan dengan cara ini ada dua macam yaitu
mencangkok (air layerage) dan merunduk (layerage).
Menurut

Purnomosidhi dkk. (2007), mencangkok adalah suatu teknik

perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada
cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Sedangan rundukan
atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara membenamkan tanaman
tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan. Ada hal yang harus diingat
dengan proses tersebut bahwasannya tanaman yang bisa seperti itu adalah
tanaman dengan perakaran yang lentur dan mudah dibengkokkan. Biasanya
tanaman yang akan dibenamkan dilukai terlebih dahulu agar menstimulus akan
terbentuk akar yang baru sebelum di pisahkan dari tanaman induknya.
Kegiatan mencangkok dan merunduk tidak seterusnya akan lancar
memunculkan akar tanaman. Ada beberapa hal yang mempengaruhi leberhasilan
dari mencangkok maupun merunduk, antara lain keberadaan gangguan oleh hama
dan gulma, temperetur, kelembaban, pH, curah hujan, iklim, dan lain-lain.
Kelembaban sangat perlu diperhatikan karena rendah tingginya kelembaban akan
berpengaruh terhadap hal-hal lain yang akhirnya mengganggu aktifitas tanaman.
Saat membuat media tanam juga perlu memperhatikan kelembabannya.
Kelembaban pada media tanam yang terlalu tinggi akan membuat media tanam
dapat terserang jamur atau malah membuat batang busuk. Kelembaban juga dapat
memunculkan masalah yang berkaitan dengan munculnya hama. Pada kondisi
kelembaban rendah, tanaman akan lebih mudah terserang OPT, sehingga
pertumbuan tanaman perundukan terganggu (Pribadi dan Anggraini, 2011).
Mencangkok memiliki tahapan atu langkah-langkah dalam membuatnya.
Hal-hal seperti memilih bahan yang baik an sesuai cukup menyulitkan karena
untuk melukai tanaman dengan benar tidaklah mudah. Berikut cara pencangkokan
yang baik secara umum menurut Prastowo dkk, (2006):

Memilih bahan atau pohon yang akan dicangkok, kriteria yang tepat
biasanya terdiri dari; tanamannya harus sehat, tidak terdapat kecacatan pada
tanaman yang akan dicangkok, batang yang akan dicangkok harus lurus dan
berdiameter kurang lebih 2 – 4 cm, batang atau cabang dari pohon yang akan
dicangkok tidak terlalu tua dan juga tida terlalu muda, dan tanaman tidak dalam
massa berbunga. Menyiapkan media cangkokan yang sesuai dengan ketentuan
yang baik harus dilakukan agar cangkokan memilki tingkat keberhasilan yang
besar. Media yang digunakan biasanya capuran dari kompos dan tanah dari bagian
top soil. Penggunaan media tersebut bertujuan agar ketersediaan hara untuk calon
akar. Praktikum kali ini menggunkan media tambahan berupa pasir, hal ini juga
berdampak pada hal persiapan hara untuk calon akar. Pencampuran media juga
harus disiram menggunakan air untuk mengkondisikan tanah pada kapasitas
lapang. Setelah tanaman ditentukan dan media telah dibuat dengan baik, proses
penyayatan pada batang tanamanyang akan diangkok harus segera dilakukan.
Penyayatan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan ukuran
panjang penyayatan 5 cm. Setelah kulit batang tanaman yang dicangkok disayat
dan dihilangkan kulit serta kambiumnya, pemberian ZPT atau zat pengatur
tumbuh harus dilakukan agar membantu dan merangsang pertumbuhan akar pada
batang. Pemasangan media cangkokan harus segera dilakukan agar pemberian
ZPT tidak mubadzir atau sia-sia. Pemberian media cangkkan dapat dibungkus
dengan plastik berwarna hitam atau serabut kelapa. Pemilihan plastik dan serabut
kelapa tidak didasari dengan tanpa alasan. Plastik berwarna hitam dipilih karena
plastik hitam akan menghindarkan cangkokan dari sinar matahari yang dapat

merusak akar muda yang akan tumbuh, sedangkan serabut kelapa digunakan agar
cangkokan dapat mendapatkan oksigen dengan baik, sehingga akan memberikan
pengaruh positif pada cangkokan. Pembungkusan menggunakan plastik harus
dilakukan dalam dua kali ulangan dengan arah berbeda. Setelah pembungkusan
media cangkokan dilakukan dengan benar. Pembungkus harus segera diikat
dengan erat. Biasanya pengikatan menggunakan tali rafia atau sejenisnya. Khusus
untuk cangkokan yang telah dibungkus dengan plastik hitam, harus diberi
perlakuan tambahan dengan membarikan ruang udara pada plastik pembungkus
atau mudahnya cangkokan yang terbungkus plastik hitam harus ditusuk-tusuk
hingga terdapat lubang yang akan berguna sebagai lubang udara untuk udara yang
keluar dan masuk serta masuknya air dan keluarnya akar saat tumbuh. Setelah itu,
cangkokan harus segera disiram untuk menjaga kelembaban dan memberikan
pelarut untuk hara dialam cangkokan. Persyaratan yang tidak boleh ditinggalkan
adalah pembuatan cangkok dalam jumlah banyak tidak boleh dilakukan pada satu
pohon sekaligus, karena dapat mengganggu pertumbuhan pohon bahkan resiko
terburuknya dapat merusak dan membuata pohon mati.
Teknik lain yaitu dengan cara merunduk namun teknik ini jarang
digunakan pada tanaman buah yang batangnya merupakan tipe batang berkayu.
Penggunaan teknik ini lebih banyak pada taman-tanaman yang memilki batang
yang panjang dan tinggi tanaman dari permkaan tanah tidak terlalu tinggi.
Langkah-langkah untuk merundukkan tanaman dengan benar adalah sebagai
berikut:

Pemilihan tanaman hampir serupa dengan pemilihan tanaman pada teknik
mencangkok, tetapi ada tambahan pada pemilihan tanaman. Bagian tanaman yang
dapat dirundukkan bukan hanya batang melainkan juga akar. Untuk cabang,
cabang yang dipilih harus dapat dibengkokkan kebawah menyentuh tanah.
Cabang tanaman yang dipilih juga jangan yang terlalu tua dan jangan terlalu
muda, agar dalam pengelupasan kulit dan penghilangan kambium tidak
mengalami kesulitan. Jika pada akar hanya dapat diterapkan pada akar udara atau
akar yang terdapat dipermukaan tanah. Panjang pengelupasan kulit harus
disesuaikan dengan diameter batang atau akar. Panjang pengelupasannya dapat
dikira-kira dengan memperhatikan kekuatan batang atau akar yang akan
dirundukkan. Semua hal tadi harus diperhatikan agar keberhasilan perundukan
dapat tinggi. Pembuatan media tanama juga sama dengan pembuatan media pada
teknik cangkok, tetapi dikarenakan teknik merunduk ini menggunakan media
tanam, jadi media tanam diletakkan pada polibag berlainan sebagai cara untuk
mempermudah pemisahan tanaman baru hasil perundukan. Cabang atau akar yang
telah dikelupas dan dihilangkan kambiumnya diberi ZPT untuk merangsang
tumbuhnya akar. Kemudian batang atau akar segera dirundukkan dengan
kedalaman pananaman 3 – 5 cm, untuk menjaga batang atau akar agar tetap
berada didalam tanah, batanag atau akar harus di beri penahan berupa pengait dan
kemudian dipendam dengan media tanam hingga batang atau akar yang dilukai
dapat tertutupi oleh tanah. Setelah akar tumbuh potong batang yang berada
pangkal atau belakang akar perundukan. Waktu pemotongan akan berpengaruh
pada kecapatan berbunga pada tanaman hasil perundukan. Tanaman yang
dipotong 5 minggu setelah tanam akan lebih cepat melakukan pembungaan
dibandingkan dengan pemotongan 8 minggu setelah tanam (Prastowo dkk, 2006).
Pada praktikum pembiakan vegetatif dengan cara cangkok dan merunduk
ini menggunakan tanaman durian untuk kegiatan mencangkok dan tanaman melati
untuk perlakuan merunduk. Media tanam yang digunakan untuk tanaman durian
adalah campuran tanah dengan kompos. Perlakuan yang digunakan adalah
pembungkus yang berasal dari serabut kelapa dan plastik gelap masing-masing
dilakukan sebanyak 6 ulangan dengan parameter pengamatan berdasarkan jumlah

akar dan panjang akar. Pada tanaman durian yang dibungkus dengan serabut
kelapa tidak ada yang tumbuh akar namun pada ulangan ke-1 dan ke-2 tumbuh
kalus, sedangkan pada perlakuan dibungkus plasstik gelap tidak ada yang tumbuh
kalus akan tetapi semua ulangan ditumbuhi dengan kalus. Hal ini menunjukkan
bahwa tanaman durian yang dibungkus dengan plastik gelap lebih cepat
menghasilkan kalus dibandingkan dengan menggunakan serabut kelapa. Semua
perlakuan tidak tumbuh akar karena waktu satu bulan masih kurang untuk
tanaman durian yang memang pertumbuhan akarnya kurang cepat dibanding jenis
tanaman lain seperti jambu, mangga, dsb.
Pada praktikum perundukan tanaman melati dilakukan dengan dua
perlakuan yaitu media tanam hanya tanah tanpa campuran apapun dan tanah yang
dicampur dengan kompos. Setiap perlakuan tersebut dilakukan maasing-masing 3
ulangan. Parameter pengamatan yang digunakan adalah banyaknya akar yang
muncul dari batang yang dirundukkan dan panjang akar yang tumbuh. Pada
perlakuan tanah ulangan ke 3 tumbuh akar sebanyak 4 dan panjang akarnya 2,4
sedangkan ulangan 1 dan 2 tidak tumbuh akar. Perlakuan media tanam tanah yang
dicampuri kompos tidak menghasilkan akar namun pada ulangan 1 menghasilkan
kalus.
Penggunaan media tanam kompos, pasir, dan tanah ada praktikum kali ini
bertujuan untuk menciptakan tanah yang sesuai dengan tanaman. Komposisi ini
berkaitan dengan ketersediaan air dalam tanah. Jika tanah terlalu berlempung akan
menyusahkan akar untuk tumbuh dengan baik dalam tanah tersebut agar ruang
pori tanah mencukupi kebutuhan tanah akan ruang gerak, air, dan nutrisi yang
berasal dari kompos. Selain sebagai pemenuhan nutrisi tanaman, kompos juga
dapat menggemburkan tanah sehingga tanah tidak begitu padat dan subur,
sedangkan pasir membantu memberikan ruang makro tanah. Sebaliknya jika tanah
terlalu banyak kandungan pasir menandakan agregat tanah lebih besar. Pori makro
tanah yang semakin banyak akan membuat air cepat hilang melewati lapisan tanah
atau lolos. Jika air cepat lolos dari tanah maka tanaman tidak dapat mengambil air,
dan unsur dalam tanah yang seharusnya dilarutkan oleh air menjadi tidak larut
sehingga tanaman tidak dapat mengambil nutrisi yang dibutuhkan.

Penggunaan pembungkus dalam pencangkokan yang berisi tanah tersebut
ada 2 yakni menggunakan serabut kelapa dan plastik hitam. Fungsi dari
penggunaan pembungkus serabut kelapa karena serabut kelapa dapat menyimpan
air dengan baik sehingga terdapat cadangan air di serabut kelapa sedangkan
penggunaan plastik hitam bertujuan untuk menghalangi masuknya sinar matahari
yang dapat mengaktifkan hormon auksin pada tanaman. Praktikum ini dilakukan
saat musim kemarau dengan ketinggian pohon + 5 meter. Penggunaan serabut
kelapa menyebabkan air terserap ke serabut kelapa ehingga jangkauan batang
yang dilukai untuk mengambil air lebih sulit, selain itu karena adanya panas dari
sinar matahari air dalam media tersebut menguap melalui pori serabut kelapa.
Sebaliknya pada media pembungkus plastik gelap tidak terjadi penguapan karena
plastik tidak memiliki celah, hal ini lah yang memungkinkan hasil pada praktikum
kali ini lebih banyak kalus yang tumbuh pada media yang dibungkus dengan
plastik gelap.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mencangkok atau air layerage adalah suatu teknik perbanyakan tanaman
dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon
sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru.
2. Rundukan atau layerage merupakan perbanyakan
membenamkan

tanaman

tersebut

kedalam

tanah

dengan

cara

dengan

cara

dilengkungkan.
3. Pada praktikum ini perlakuan tanah dan kompos dengan penutup plastik
gelap lebih baik dibanding dengan serabut kelapa.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum pembiakan tanaman secara vegetatif dengan cara
mencangkok dan merunduk ini tidak berjalan dengan baik. Kegiatan sangat
membebani praktikan karena bahan yang digunakan sulit ditemui dan tidak ada
pendampingan ataupun arahan dari asisten saat melakukan pencangkokan dan
perundukan. Bahan yang digunakan adalah tanaman durian yang merupakan
tanaman mahal, sehingga untuk mendapatkan perizinan dari pemilik tidak mudah
untuk 12 batang. Tanaman durian jarang ditemui di sekitar kampus dan tanaman
ini sebagian sudah mulai berbunga sehingga menambah kesulitan bagi praktikan.
Selain itu pada saat praktikum langsung di pohon durian dan tanaman melati tidak
ada sisten yang mendampingi dan asisten hanya memberikan teori di ruang tanpa
praktik nyata sehingga praktikan melakukan pencangkokan dan perundukan
sendiri sesuai dengan pemahaman teori tanpa tau hal tersebut sudah benar atau
belum. Sebaiknya acara ini dipersiapkan lagi dengan baik untuk alat dan bahan
dan juga penjelasan yang disertai dengan contoh langsung.