6 Kajian Pemanfaatan Moda KA Yulianta

(1)

37

KAJIAN PEMANFAATAN MODA ANGKUTAN KERETA API

SEBAGAI PRIORITAS DALAM MEMBANGUN

TRANSPORTASI NASIONAL

Yulianta

1)

1

Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi TIRBR - BPPT

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Kereta api merupakan bagian integral dalam sistem transportasi nasional dan memiliki Kereta api merupakan bagian integral dalam sistem transportasi nasional dan memiliki berkontribusi penting dalam memperlancar perpindahan orang dan/atau barang. Tetapi dalam beberapa dekade terakhir perkembangan perkeretaapian di Indonesia mulai merosot, ditandai dengan minimnya penggunaan jasa kereta api di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari sumbangannya terhadap PDB dimana kontribusi angkutan KA adalah yang paling kecil dibanding moda transportasi lain. Tulisan ini bertujuan untuk menggali potensi keunggulan yang dimiliki oleh moda angkutan kereta api dikomparasikan dengan jenis moda angkutan lainnya dalam upaya membangun transportasi nasional. Metode yang ditempuh dengan memotret kondisi eksisting angkutan KA serta prospeknya ke depan, menemukenali dan menganalisis potensi keunggulan yang dimiliki oleh jenis moda angkutan KA dibandingkan dengan jenis moda lainnya melalui teknik „benchmarking‟ dari negaranegara lain. Melakukan tinjauan perundang -undangan, industri dan kebijakan terkait perkeretaapian. Selanjutnya dianalisis faktor-faktor yang perlu dibenahi dalam pengembangan angkutan KA dan menyusun kesimpulan serta saran rekomendasi. Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa secara teknis moda angkutan kereta api memiliki banyak potensi keunggulan dan hanya relatif sedikit memiliki kelemahan dibandingkan moda angkutan lain. Keunggulannya dari tingkat keselamatan penumpang kereta api jauh lebih tinggi dibandingkan dengan moda transportasi jalan raya. Penggunaan ruangnya lebih efisien berbeda dengan angkutan moda darat lainnya. Kapasitas pemakaian bahan bakarnya lebih hemat, dan kemungkinan terjadinya kemacetan sangat kecil pada moda kereta api. Ongkos kereta api relatif lebih murah yang dibuktikan dengan efisiensi bahan bakar. Emisi gas buang pada kereta api dalam kategori normal dan lebih hemat. Dari aspek perundang-undangan dan kebijakan industri moda angkutan KA cukup mendapatkan dukungan. Walaupun demikian, kereta api juga memiliki kelemahan-kelemahan, seperti masalah aksesibilitas, fleksibilitas, manajemen, kenyamanan dan investasi serta masalah adanya kebijakan yang tidak konsisten sehingga harus dipandang sebagai suatu cambuk dan peluang bagi perkembangan perkeretaapian Indonesia.


(2)

38 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi,

pengembangan wilayah dan pemersatu

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

dalam rangka mewujudkan Wawasan

Nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perkeretaapian sebagai salah

satu moda transportasi dalam sistem

transportasi nasional yang mempunyai

karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyaT. [1]

Dari sisi makro ekonomi, transportasi

memegang peranan strategis dalam

meningkatkan PDB nasional, karena sifatnya

sebagai derived demand, yang artinya apabila

penyediaan transportasi meningkat akan memicu kenaikan angka PDB. [2]

Dalam penataan sistem transportasi nasional tidak mungkin mengeliminir moda kereta api karena perkeretaapian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional. Keberadaan kereta api berkontribusi penting dalam memperlancar perpindahan orang dan/atau barang. Dengan karakteristik yang dimiliki angkutan kereta api dapat

mengangkut secara massal, tingkat

keselamatan yang relatif bisa diandalkan, cepat dan lancar karena memiliki jalur tersendiri. Dalam konteks pembangunan sosial-ekonomi turut menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.

Perkeretaapian di Indonesia sudah

berkembang sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia sekitar awal abad ke-19. Pada

saat tersebut, kereta api dimanfaatkan untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi Indonesia yang akan digunakan untuk kepentingan Belanda. Kemudian, berkembang dari zaman pendudukan Jepang sampai akhir abad ke-19. Namun, sekitar awal abad ke-20, perkembangan perkeretaapian di Indonesia mengalami penurunan yang ditandai dengan minimnya penggunaan jasa kereta api di Indonesia. Di samping itu, perkembangan perkeretaapian Indonesia dinilai lambat dan kurang kompetitif jika dibandingkan dengan

perkembangan moda transportasi darat

lainnya, moda angkutan laut, dan moda angkutan udara. Perkembangan tersebut diwarnai dengan pertambahan volume mobil dan motor yang melintasi jalan-jalan raya. Selain itu, perkembangan transportasi juga dirasakan pada transportasi moda udara terutama dengan adanya paket deregulasi angkutan udara awal tahun 2000 serta angkutan laut yang kian meningkat setiap tahun, terbukti dengan intensitas penggunaan

jasa yang tinggi. Hal inilah yang

mengakibatkan penggunaan jasa

perkeretaapian mulai menurun dan

perkembangannya semakin mengalami

ketertinggalan. Jika dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maka kontribusi angkutan kereta api adalah yang paling kecil dibanding moda transportasi lain, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Sumbangan Sektor Transportasi Terhadap Produk Domestik Bruto (Milyar

Rupiah) [3]

No. PDB Transportasi 2002 2006 2010*) 2015*)

1 Angkutan Rel 959,1 1.345,0 2.401,9 4.958,4 2 Angkutan Jalan Raya 36.175,4 58.215,8 176.332,2 463.058,3 3 Angkutan Laut 10.624,9 13,974,4 40.760,9 129.963,0 4 Angkutan Sungai 4.844,2 3,869,9 9.605,5 24.708,5 5 Angkutan Udara 5.923,1 11,979,2 27.896,7 62.214.7 6 Jasa Penunjang

Angkutan

13,707,8 20,966,6 38.992,1 68.411.2 Total 72.234,5 110.244,2 295.989,1 753.314,0 Sumber : Statistik Indonesia, BPS, diolah LMFEUI *) = Prediksi sementara

Data di atas menunjukkan bahwa dengan segenap potensi keunggulan yang dimiliki moda angkutan kereta api namun belum berkembang dengan baik dimana nilai jasa


(3)

39

yang dihasilkannya merupakan yang terendah dibandingkan dengan moda angkutan lainnya. Bahkan sangat jauh jika dibandingkan dengan moda angkutan darat yang berbasis jalan raya yang diprediksi akan menghasilkan Rp. 463 triliun lebih pada tahun 2015 dibanding kereta api yang hanya menghasilkan Rp. 4,9 triliun pada tahun yang sama.

Jika diukur dari alokasi anggaran

pembangunan keberpihakan pemerintah

terhadap pengembangan perkeretaapian

masih jauh lebih rendah dibanding

perhatiannya terhadap angkutan jalan raya. Alokasi anggaran untuk Ditjen Bina Marga tahun 2016 dialokasikan Rp. 56,97 triliun, sementara alokasi anggaran untuk Ditjen Perkeretaapian Rp. 18,67 triliun [4] pada tahun yang sama, berarti anggaran untuk pengembangan angkutan rel kurang dari sepertiga anggaran angkutan jalan raya.

Tabel 2 Perbandingan Kualitas Pilar Infrastruktur Negara Asean Tahun 2009-2011

[3] Pilar Infrastruktur Indonesia

Vietnam Thailand Filipina Malaysia Singapura

2009 2010 2011

Infrastruktur umum 84 82 82 123 47 113 23 2

Jalan 94 84 83 123 37 100 18 2

Infrastruktur KA 60 56 52 71 63 101 18 7

Infrastruktur Pelabuhan

95 96 103 111 47 123 15 1

Infrastruktur Transportasi Udara

68 69 80 95 32 115 20 1

Sumber : Competitiveness Global Report 2011 - 2012

Bedasarkan Tabel 2, nampak secara umum

kualitas infrastruktur Indonesia semakin

membaik. Khusus untuk infrastruktur KA kualitasnya semakin meningkat sejak tahun 2009. Namun jika dibandingkan dengan sesama negara Asean lainnya peringkat Indonesia (peringkat ke-52) masih jauh di bawah Singapura (peringkat ke-7) bahkan masih di bawah Malaysia (peringkat ke-18). Kualitas infrastruktur suatu negara akan

berpengaruh terhadap daya saingnya.

Demikian juga untuk infrastruktur KA dengan

kualitas yang masih rendah akan

menghambat daya saing fungsinya sebagai moda transportasi massal angkutan barang dan penumpang.

Di sisi lain, berbeda dengan moda angkutan kereta api perkembangan pesat jenis moda angkutan lain khususnya yang berbasis jalan raya awalnya dinilai cukup efektif dan efisien dalam kualitas dan kuantitas pelayanan dan pengangkutan lokal dan interlokal. Namun

dalam perkembangannya memberikan

pengaruh yang negatif yang lebih besar

kepada lingkungan sekitar. Tingkat

kemacetan di jalan-jalan kota semakin

meningkat tajam setiap tahunnya. Isu

lingkungan seperti masalah pemanasan

global pun mulai muncul akibat emisi gas buang kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor. Isu krisis energi semakin mengemuka, khususnya bahan bakar minyak,

mulai sering terdengar terkait dengan

pemborosan BBM pada mesin kendaraan tersebut.

Dalam upaya membangun transportasi

nasional berbasis rel didapati problematika

yang berkembang dalam industri

perkeretaapian nasional dengan dimensi yang cukup luas, semuanya terhubung erat dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Diantaranya terkait dengan masalah

keseimbangan demand-supply terjadi gap

yang masih lebar. Dimana jika dilihat dari kebijakan, maka penerapan dan pelaksanaan kebijakan angkutan massal sudah sangat tepat, namun kebijakan kontradiktif terjadi dalam impor kereta api yang diambil oleh PT. KAI dalam porsi yang besar. Sementara Indonesia telah memiliki industri yang dapat memproduksi kereta api yaitu PT. INKA. Kondisi inilah yang tidak selaras dengan kebijakan yang mendukung pengembangan produk dalam negeri.

Salah satu jenis angkutan massal yang menjadi gantungan harapan adalah kereta rel listrik (KRL). Di sisi ini PT INKA yang menjadi produsen tunggal kereta api dalam negeri belum mampu memenuhinya dilihat dari kemampuan kapasitas produksinya. Dan dalam beberapa hal belum bisa sepenuhnya

memenuhi kualitas yang diharapkan

khususnya oleh PT. KAI selaku operator tunggal yang mengoperasikan angkutan kereta api di dalam negeri. Masih banyak lagi permasalahan lain yang dihadapi industri


(4)

40

perkerataapin dalam negeri dan jika

dirangkum permasalahan industri

perkertaapian nasional antara lain :

a) Kurangnya kompetsisi di dalam negeri, karena hanya ada satu produsen tunggal. b) Harga produk PT INKA relatif tinggi jika

dikaitkan dengan tarif yang ada.

c) Kemampuan produksi produsen kereta api dalam negeri masih terbatas sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan yang ada.

d) Kualitas produk (standar keselamatan KRL) dinilai masih perlu terus ditingkatkan. e) Secara kuantitas produsen kereta api dalam negeri belum mampu memproduksi massal.

Tujuan dan Sasaran

Tulisan ini bertujuan untuk menggali potensi keunggulan yang dimiliki oleh moda angkutan kereta api dikomparasikan dengan jenis moda angkutan lainnya dalam upaya membangun transportasi nasional.

Sasaran dalam tulisan ini adalah : (1) Identifikasi keunggulan moda angkutan kereta

api dengan membaningkannya dengan moda

angkutan lain dan (2) Identifikasi faktor-faktor yang perlu dibenahi dalam pengembangan angkutan kereta api.

Perumusan Masalah

Dengan latar belakang kondisi yang ada memunculkan sebuah pemikiran sehingga dinilai perlu moda angkutan kereta api mendapatkan prioritas dan perhatian yang

lebih seksama dalam membangun

transportasi nasional.

METODE

Tulisan ini akan memberikan justifikasi perlunya memprioritaskan pengembangan moda angkutan kereta api dalam membangun transportasi nasional. Untuk maksud tersebut metode yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a) Memotret kondisi eksisting angkutan kereta api serta prospeknya ke depan.

b) Menemukenali dan menganalisis potensi keunggulan yang dimiliki oleh jenis moda angkutan kereta api dibandingkan dengan

jenis moda lainnya melalui benchmarking

dari negara-negara lain.

c) Melakukan tinjauan perundang

-undangan, industri dan kebijakan terkait perkeretaapian.

d) Menemukenali dan menganalisis

faktor-faktor yang perlu dibenahi dalam

pengembangan angkutan kereta api.

e) Menyusun kesimpulan dan saran

rekomendasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan terkait pengembangan moda angkutan kereta api di dalam negeri ini akan dilihat dari aspek teknis dari moda KA, industri, perundang-undangan dan kebijakan yang terkait dengan perkeretaapian.

Aspek keselamatan

Tingkat keselamatan penumpang kereta api jauh lebih tinggi dibandingkan dengan moda transportasi jalan raya. Berdasarkan data terakhir, jumlah korban meninggal pada moda transportasi darat terbanyak diakibatkan oleh kecelakaan mobil dan sepeda motor. Menurut catatan statistik jumlah korban jiwa meninggal akibat insiden kecelakaan moda transportasi jalan raya tahun 2009 adalah 14.231 jiwa. Sedangkan jumlah korban jiwa meninggal (per tahun) pada moda kereta api adalah 6 (enam) jiwa. Hal demikian wajar sebab moda transportasi kereta api memiliki tingkat resiko rendah untuk terkena kecelakaan antar kereta

api atau kecelakaan lainnya. Hal ini

memungkinkan sekali karena rute kereta api yang sederhana dan cukup teratur. [3]

Pada Tabel 2 terdapat fenomena yang cukup menggembirakan dilihat dari tren terjadinya angka kecelakaan kereta api dari tahun ke tahun dimana cenderung terjadi penurunan yang cukup signifikan terutama mulai tahun 2009 yang mengalami penuranan yang cukup

drastis (69 kejadian) dibanding tahun


(5)

41 Tabel 2 Perkembangan Tingkat Kecelakaan

Kereta api

Sumber : Ditjen KA, 2014 [5]

Jika dilihat dalam bentuk grafik sebagaimana disajikan pada Gambar 1 nampak bahwa tren angka kecelakan KA sebelum tahun 2009 cukup tinggi . Terjadi penurunan yang cukup berarti dari tahun 2008 ke tahun 2009 dan

tahun – tahun berikutnya dengan slope yang

cukup tajam.

Gambar 1 Perkembangan Tingkat Kecelakaan Kereta api

Efisien Penggunaan Ruang

Karena kereta api memiliki jalur atau rute yang sederhana maka tidak melibatkan penggunaan banyak lahan, sehingga moda angkutan kereta api dinilai memiliki efisiensi ruang yang baik. Tidak demikian halnya dengan angkutan moda darat lainnya, apabila dibandingkan dengan kereta api moda angkutan darat lainnya memiliki rute yang lebih rumit sehingga dibutuhkan banyak lahan dalam pembangunan infrastruktur transportasi terkait. Dengan demikian maka keunggulan kereta api tersebut dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan dalam tata

guna lahan diataranya yaitu dapat

meningkatkan coverage area daya resap air

oleh tanah pada saat hujan sehingga dapat menghindari terjadinya banjir. Selain itu, lahan yang ada dapat dimanfaatkan sebagai ruang hijau dalam rangka mengurangi dampak

global warming yang terjadi akhir-akhir ini.

Efisien Penggunaan Energi

Sebagai gambaran di negara lain terkait efisiensi penggunaan energi bahwa moda angkutan kereta api relatif lebih hemat, terlebih kereta api yang berjenis KRL. Sebagaimana diketahui saat ini sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi sudah mulai berkurang. Oleh karena itu perlunya sebuah kebijakan sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Diantaranya adalah dengan mengurangi atau membatasi penggunaan moda transportasi yang boros energi seperti mobil dan sepeda

motor. Dengan demikian maka

pendayagunaan kereta api sebagai

transportasi masal penumpang dan barang adalah hal yang tepat. Kereta api dinilai memiliki efisiensi penggunaan energi yang baik pada mesinnya. Kapasitas pemakaian bahan bakar yang digunakan kereta api ternyata juga lebih hemat dibandingkan transportasi jenis lainnya.

Tabel 3 Perbandingan Penggunaan BBM pada Transportasi Darat, Laut, dan Udara

No Moda

Transportasi

Volume Angkut (orang)

Konsumsi Energi BBM liter /

km

liter / orang

1. Kereta Api 1.500 3 0.0020

2. Bus 40 0.5 0.0125

3. Pesawat Terbang

500 40 0.0800

4. Kapal Laut 1.500 10 0.0060

Sumber : Irwatch wordpress, 2010 [6]

Pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa konsumsi energi BBM pada kereta api paling hemat dibanding moda transportasi lainnya, dimana konsumsi BBM 0,0020/liter/orang dan memiliki daya angkut yang tinggi.

Tidak Menimbulkan Kemacetan

Keunggulan kereta api lainnya adalah tidak menimbulkan kemacetan seperti yang terjadi pada transportasi moda jalan raya. Fakta yang terjadi saat ini, kemacetan di jalan-jalan kota sudah semakin sulit dikendalikan. Tingginya tingkat kemacetan di jalan raya


(6)

42

mengakibatkan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan terhambat serta menimbulkan kerugian biaya, waktu dan tenaga yang cukup

besar. Kondisi ini memicu terjadinya

kecelakaan meningkat akibat ketidaksabaran para pengemudi transportasi jalan raya yang ingin segera lolos dari kemacetan yang terjadi. Dengan pembenahan manajemen sistem pengelolaan angkutan KA yang lebih baik yang terus dilakukan sampai saat ini hal-hal seperti di atas bisa dihindarkan. Dengan tersedianya jalur dan penjadwalan tertentu sehingga kemungkinan terjadinya kemacetan sangat kecil pada moda kereta api. Dengan demikian bisa terhindarkan kerugian bagi masyarakat karena bagi para penumpang yang ingin tiba di tempat tujuan tanpa harus menunggu kemacetan seperti yang terjadi pada pengguna transportasi jalan raya.

Biaya Pengangkutan Lebih Ekonomis

Dalam upaya mendorong pengembangan moda angkutan KA di dalam negeri sebagai prioritas karena keunggulannya dari sisi efisiensi biaya pengangkutan, bisa bercermin

dari negara-negara lain. Dalam biaya

pengangkutan kereta api lebih ekonomis khususnya untuk transportasi dalam jarak menengah dan jauh. Ongkos kereta api relatif lebih murah dibandingkan ongkos transportasi lain. Hal ini dibuktikan dengan efisiensi bahan bakar yang baik sehingga tidak boros energi dan boros biaya.

Perkeretaapian di Amerika Serikat

mengkonsumsi energi lebih rendah daripada moda transportasi lain dalam pelayanan

angkutan penumpang dan barang.

Berdasarkan data Statistik Transportasi

Nasional AS (1996): Pada tahun 1993 energi

yang dikonsumsi oleh angkutan penumpang KA Amtrak rata-rata 1.995 BTU (British Thermal Units) per penumpang-mile yakni sekitar 58% dan 45% dari energi rata-rata untuk angkutan penumpang kendaraan jalan raya (3.415 BTU per penumpang-mile) dan angkutan penumpang penerbangan domestik (4.446 BTU). Studi dari U.S. Federal Railroad

Administration (FRA) 1991 yang

membandingkan angkutan barang KA dengan angkutan truk, hasilnya sebagai berikut:

a) Rata-rata dalam satuan ton-miles/gallon BBM, rasio penggunaan BBM pada truk =

1,40 –5,61 kali kereta api.

b) Untuk rute <100 miles, truk menggunakan

BBM lebih tinggi 4,03 – 9,00 kali dibanding

kereta api.

Sementara di Thailand, biaya variabel

perkeretaapian untuk mengangkut BBM

adalah 0,35 baht per ton/kilometer (basis

harga tahun 1991), sedangkan untuk

angkutan jalan raya mencapai 1 baht per ton/kilometer (pada jarak sekitar 200 km).

Ramah Lingkungan

Kereta api memiliki operasi mesin yang ramah lingkungan. Emisi gas buang yang ada pada kereta api dalam kategori normal. Hal ini jauh berbeda dengan transportasi moda udara dan darat lainnya yang mengeluarkan gas buang yang cukup banyak akibat pembakaran tidak sempurna pada mesinnya. Hal ini disebabkan total kapasitas energi yang digunakan oleh mesin transportasi tersebut juga cukup tinggi jika dibandingkan dengan kereta api sehingga volume emisi gas buang pun juga semakin tinggi. Dengan emisi gas buang dari mesin kereta api yang normal tersebut dapat membantu mengurangi efek dari rumah kaca dan pemanasan global yang terjadi saat ini.

Tabel 4 Total Biaya Pollution Charge di Swedia

Sumber : Thailand Development Research Institute [6] Dengan relatif rendahnya emisi gas buangnya

maka kereta api terkena charge paling kecil

akibat polusi yang ditimbulkannya jika

dibanding moda angkutan lainnya. Bahkan penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM pada teknologi perkeretaapian juga

memberikan terobosan penting dalam

mengurangi polusi udara akibat transportasi

dan penghematan energi. Hal ini seharusnya


(7)

43

dan diterapkan di Indonesia dan dimasukkan pada regulasi yang mengaturnya.

Amanat Undang-undang Perkerataapian

Keunggulan lain dari moda angkutan KA adalah tercantum kuat dalam amanat UU tentang perkeretaapian. Dalam menjalankan tugas penyelenggaraan transportasi nasional, tidak terlepas pemerintah diberikan amanah

untuk mengembangkan perkeretaapian

sebagaimana sangat jelas tertuang di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretaapian, dimana sebagai dasar

pertimbangan dalam penyusunan UU tersebut dinyatakan bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem

transportasi nasional yang mempunyai

karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bukan hanya dalam UU No 23 Tahun 2007 saja pertimbangan tersebut dijadikan dasar bahkan

undang-undang tentang perkeretaapain

sebelumnyapun yakni UU No. 13 Tahun 1992 juga menjadikan dasar pertimbangan yang sama.

Lahirnya Undang-Undang Perkeretaapian

ditujukan untuk mencapai kondisi yang

diharapkan dimana perkeretaapian

diselenggarakan dengan tujuan untuk

memperlancar perpindahan orang dan / atau

barang secara masal, menunjang

pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas serta

sebagai pendorong dan pengerak

pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan di dalam UU No.13 tahun 1992.

Bahkan di dalam Undang-Undang

Perkeretaapian yang baru yakni UU No. 23

Tahun 2007 ditambahkan tujuan

penyelenggaraan angkutan kereta api

diharapkan terciptanya penyelenggaraan

transportasi yang selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur dan efisien.

Insentif Fiskal dan Kebijakan Perpajakan untuk Industri KA

Guna memperkuat pandangan pentingnya pengembangan moda angkutan KA di dalam negeri, selain dilihat dari aspek teknis, industri dan perundang-undangan, juga harus dilihat dari aspek kebijakan yang terkait. Untuk perkeretaapian terdapat dukungan dari aspek kebijakan yakni berupa insentif fiskal dan

perpajakan khususnya untuk industri

perkeretaapian nasional. Sebagaimana

tercantum dalam perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, langkah pemerintah antara lain sebagai berikut:

Untuk jangka menengah:

a. Mengembangkan teknologi kereta api (listrik dan diesel) untuk angkutan komuter perkotaan.

b. Mengembangkan kereta api jarak pendek-menengah sebagai program unggulan model koridor kereta api yang memiliki daya saing dengan teknologi kereta rel diesel elektrik (KRDE).

c. Mengembangkan/memperkuat

kemitraan antara industri komponen dengan PT. Kereta Api lndonesia Untuk jangka panjang:

a. Memantapkan pola pendanaan

perkeretaapian nasional melalaui

transport fund.

b. Mengembangkan kereta api cepat

untuk penumpang dengan

peningkatan teknologi modern.

c. Mengembangkan kereta api untuk

kawasan industri dan wilayah

pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Pemerintah melalui Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian mengusulkan sebuah

skema kebijakan lnland free Trade

Arrangement (lnlandFTA). Skema ini bekerja dengan memberikan fasilitas perdagangan / kepabeanan bagi industri dalam negeri

dengan memperlakukan preferensi FTA

diarahkan kepada upaya mewujudkan

pengaturan perdagangan bebas di dalam


(8)

44

berdaya saing melalui upaya peningkatan iklim usaha dan fasilitas perdagangan yang

terintegrasi dan berkelanjutan dengan

memperlakukan preferensi liberalisasi

perdagangan untuk proses produksi di dalam wilayah lndonesia.

Untuk kelompok industri kereta api dan

perlengkapan penunjangnya sangat

mengharapkan adanya dukungan dari

pemerintah berupa pemberian

fasilitas-fasilitas fiskal seperti penghapusan bea masuk, bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) atau pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah untuk bahan baku

pendukung industri kereta api dan

perlengkapan penunjangnya.

Pada bagian harmonisasi kebijakan, didapati

bahwa lnland FTA terkait dengan

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) yang diberikan pemerintah dalam bentuk pengembalian bea masuk impor komponen bagi sektor industri tertentu yang belum bisa diproduksi atau dipenuhi didalam negeri. Ketiga kelompok regulasi tersebut bisa

dikatakan sejalan dengan penerapan lnland

FTA. Industri prioritas yang mendapat

fasilitas lnland FTA adalah searah dengan

kebijakan industri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Perindustrian dalam rencana strategisnya.

Strategi Pengembangan Perkeretaapian Nasional

Sebagaimana metode yang ditempuh, di bagian ini akan diulas hasil identifikasi dan analisis bagian sebelumnya yakni dengan menganalisis faktor-faktor yang perlu dibenahi dan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan angkutan kereta api di dalam negeri.

Dari keunggulan-keunggulan teknis yang dimiliki moda angkutan kereta api dan amanat undang-undang yang telah disusun dan ditetapkan oleh wakil - wakil rakyat bersama pemerintah serta aturan kebijakan yang ada,

maka sekiranya pembangunan

perkeretaapian layak untuk mendapatkan perhatian yang lebih seksama. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi saat ini, kereta api terbukti efektif, efisien, murah, dan

ramah lingkungan. Upaya membangun

perkeretaapian ditempuh melalui

pengoptimalan berbagai potensi keunggulan-keunggulan yang dimiliki kereta api dengan dukungan sumberdaya yang diperlukan. Di sisi lain upaya yang diperlukan adalah meminimalisir potensi kelemahan dan kendala yang dimiliki oleh moda angkutan jenis ini. Sebagaimana telah diketahui kereta api dinilai memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan moda angkutan yang lain yakni manyangkut aspek keselamatan, efisiensi penggunaan ruang dan energi, minimnya sumbangan terhadap kemacetan, hemat biaya serta ramah lingkungan. Terhadap berbagai jenis potensi keunggulan-keunggulan ini maka diperlukan penanganan dan kebijakan yang sesuai.

Dalam aspek keselamatan maka perhatian terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan prasarana dan sarana perkeretaapian perlu dukungan yang lebih dalam hal pendanaan biaya pemeliharaan, kelengkapannya serta

pengelolaannya. Terkait dengan sistem

perkeretaapian diperlukan dukungan

penerapan teknologi keselamatan

perkeretaapian yang telah semakin maju. Dari sisi SDM perkertaapian yang dimiliki telah mendapatkan cukup bekal pendidikan dan

pelatihan namun perlu terus di up-grade

mengingat penyebab kecelakaan kereta api selama ini sumbangan terbesar datang dari

faktor humman error.

Dibanding moda angkutan darat yang lain, moda kereta api memiliki keunggulan dalam hal hematnya penggunaan ruang. Dengan mengembangkan moda angkutan jenis ini

tidak terlalu banyak mengurbankan

sumberdaya lahan. Dengan relatif minimnya penggunaan lahan oleh moda angkutan kereta api ini maka perlu didukung dengan kebijakan terkait tata guna lahan, kemudahan perizinan atas lahan/tanah dan pemanfaatan


(9)

45

dengan moda kerataapi yang lemah dalam

door to door service maka diperlukan

dukungan kebijakan pengembangan

intermoda dengan dukungan ketersediaan fasilitas lahan yang berbasis di simpul prasarana kereta api.

Efisien dalam penggunaan energi merupakan keunggulan lain yang dimiliki moda angkutan kereta api. Penggunaan BBM per liter per orang lebih ekonomis dibanding moda angkutan yang lain sehingga biaya operasi dari BBM lebih kompetitif. Guna menciptakan kompetisi yang lebih adil dan sehat demi mengangkat daya tarik angkutan kereta api

dari segi tarif serta terkait biaya

penyelenggaraan maka adanya ketentuan

pengenaan charge terhadap penggunaan

prasarana rel perlu ditinjau kembali mengingat kebijakan dan perlakuan tersebut tidak diterapkan pada prasarana jalan raya.

Kereta api menghasilkan relatif rendah emisi gas buangnya maka kereta api terkena

charge paling kecil akibat polusi yang ditimbulkannya jika dibanding moda angkutan lainnya. Terlebih lagi yang berjenis KRL (Kereta Rel Listrik) bisa dikatakan tidak menghasilkan emisi gas buang, sehingga dukungan infrastruktur seperti listrik yang diperlukan perlu difasilitasi dengan skala yang disesuikan.

Walaupun demikian, kereta api juga tentunya memiliki kelemahan - kelemahan tertentu jika dibandingkan dengan transportasi lainnya. Kereta api memiliki beberapa masalah seperti

masalah aksesibilitas, fleksibilitas,

manajemen, kenyamanan dan investasi. Pada sisi industri, kereta api dalam negeri semakin sulit untuk bersaing dengan produk sejenis dari impor, terlebih dengan impor kereta api bekas karena kebijakan perpajakan yang kurang sesuai. Operator sarana KA di luar PT. KAI tidak kunjung muncul demi menciptakan kompetisi sehat di perkeretaapian. Salah satunya akibat regulasi terkait yang kurang memberikan ruang berkompetisi. Misalnya terkait pemberian fasilitas pembebasan PPN kepada PT KAI hendaknya juga dapat

mengakomodir penyelenggara sarana

perkeretaapian sejenis. Adanya peraturan

yang melimpahkan pemeliharaan prasarana kepada operator sarana KA yang ada akan menyulitkan calon operator sarana KA yang nantinya masuk dan mengoperasikan sarana KA di atas prasarana tersebut.

Namun, hal tersebut dapat dipandang sebagai

suatu cambuk dan peluang bagi

perkembangan perkeretaapian Indonesia.

Untuk mengawali hal tersebut, dibutuhkan pembenahan kelemahan yang ada pada perkeretaapian Indonesia agar kelemahan tersebut kemudian dapat menjadi suatu

keunggulan riil dan efektif di masa

mendatang.

Selain itu perkeretaapian nasional dihadapkan kepada isu strategis perkeretaapian yang harus direspon secara proaktif yakni

a) Penuntasan reformasi regulasi dan

transformasi serta perkuatan

kelembagaan perkeretaapian

b) Peningkatan konektivitas/penyediaan

jaringan perkeretaapian

c) Peningkatan integrasi perkeretaapian

secara antarmoda/multimoda

d) Optimalisasi utilisasi aset perkeretaapian eksisting

e) Peningkatan peran moda/daya saing moda kereta api untuk mendukung kinerja logistik nasional

f) Optimalisasi peran kereta api dalam revitalisasi sistem transportasi perkotaan

g) Pengurangan konsumsi energi dan

dampak lingkungan dari pengoperasian perkeretaapian. [5]

PENUTUP Kesimpulan

1) Dari uraian di atas maka kereta api dinilai

memiliki banyak keunggulan jika

dibandingkan moda angkutan yang lain

dan hanya relatif sedikit memiliki

kelemahan. Berbagai aspek keunggulan kereta api adalah manyangkut tingkat keselamatan, efisiensi penggunaan ruang, konsumsi energi, tidak menimbulkan kongesti, hemat biaya serta ramah lingkungan.


(10)

46

2) Pengembangan moda angkutan kereta api di dalam negeri cukup kuat dengan adanya dukungan amanat UU tentang perkeretaapian.

3) Pengembangan perkeretaapian nasional terdapat dukungan dari aspek kebijakan yakni berupa insentif fiskal dan perpajakan khususnya untuk industri perkeretaapian nasional. Sebagaimana tercantum dalam perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

4) Dalam proyeksi masa depan, kereta api akan menjadi harapan dan sekaligus

solusi transportasi masa depan,

mengingat efisiensi dan dampaknya

terhadap lingkungan. Kereta api adalah moda transportasi yang bersifat massal

dan ramah lingkungan. Kereta api

merupakan sistem transportasi masal yang murah dan efektif.

5) Perkeretaapain nasional masih memiliki

beberapa masalah seperti masalah

aksesibilitas, fleksibilitas, manajemen,

kenyamanan, investasi, industri dan

kebijakan / regulasi. Namun masalah ini bisa dipandang sebagai tantangan dan

peluang bagi perkembangan

perkeretaapian Indonesia dalam upaya mengubah bukan hanya berupa potensi keunggulan tetapi menjadi moda angkutan yang unggul yang bisa diandalkan dalam menjawab kebutuhan.

Saran

1) Diperlukan dukungan yang signifikan yang berkelanjutan dari pemerintah terkait dengan potensi keunggulan-keunggulan yang dimiliki moda angkutan KA agar tidak terjadi pelemahan daya saing KA akibat

absennya keberpihakan dari aspek

tersebut, menyangkut energi, sumberdaya

lahan, lingkungan dan regulasi

penyelenggaraan perkeretaapian.

2) Peraturan dan kebijakan yang sedianya untuk meningkatkan peran kereta api namun berdampak negatif pada daya saing baik industri kereta api dalam negeri maupun kompetisi yang sehat dalam pengoperasian KA hendaknya segera

direvisi misalnya mengubah bentuk

fasilitas PPσ dari „pembebasan PPσ‟ menjadi „PPσ tidak dipungut‟, serta

perlunya segera dibentuk Badan Usaha Penyelenggara pemeliharaan prasarana KA.

3) Untuk kepentingan produksi industri kereta api dibutuhkan konsistensi dukungan kebijakan berupa penerapan fasilitas insentif dan peraturan guna memacu

pertumbuhan industri tersebut yakni

fasilitas bea masuk ditanggung

pemerintah (BMDTP) untuk impor bahan baku atau komponen di industri KA yang masih belum bisa diproduksi di dalam negeri.

4) Dibutuhkan peran aktif dan dukungan

sumberdaya yang diperlukan dalam

mengembangkan potensi kereta api dan meningkatkan peran kereta api sebagai penghubung wilayah yang cepat, murah, nyaman, dan aman, baik nasional maupun

internasional untuk menunjang,

mendorong, dan menggerakan

pembangunan nasional guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5) Dari keunggulan-keunggulan teknis,

amanat undang-undang, aturan kebijakan serta modalitas lainnya yang dimiliki moda angkutan kereta api maka sekiranya pembangunan perkeretaapian layak untuk

mendapatkan perhatian yang lebih

seksama. Untuk mengawali hal tersebut, dibutuhkan pembenahan kelemahan yang ada pada perkeretaapian Indonesia agar kelemahan tersebut kemudian dapat menjadi suatu keunggulan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

[2] Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, (2012), Kajian Evaluasi

Pembangunan Bidang Transportasi di Indonesia, Jakarta.

[3] Ahmad Afifi, Keunggulan dan Tantangan

Teknologi Perkeretaapian untuk

Perkembangan Indonesia, blogs.itb.ac.id. [4] Anggaran Pendapatan Belanja

Negara-Perubahan (RAPBN-P) Tahun Anggaran 2015.


(11)

47

[5] Hermanto Dwiatmoko, (2014), Rencana

Strategi Teknologi Keselamatan

Perkeretaapian Nasional, Ditjen KA

Kemenhub, Jakarta.

[6] https://irwatch.wordpress.com/2010/04/17/ kemunduran-peran-perkeretaapian-indo- nesia-sejarah-permasalahan-dan-pembe-nahan..


(1)

42

mengakibatkan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan terhambat serta menimbulkan kerugian biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar. Kondisi ini memicu terjadinya kecelakaan meningkat akibat ketidaksabaran para pengemudi transportasi jalan raya yang ingin segera lolos dari kemacetan yang terjadi. Dengan pembenahan manajemen sistem pengelolaan angkutan KA yang lebih baik yang terus dilakukan sampai saat ini hal-hal seperti di atas bisa dihindarkan. Dengan tersedianya jalur dan penjadwalan tertentu sehingga kemungkinan terjadinya kemacetan sangat kecil pada moda kereta api. Dengan demikian bisa terhindarkan kerugian bagi masyarakat karena bagi para penumpang yang ingin tiba di tempat tujuan tanpa harus menunggu kemacetan seperti yang terjadi pada pengguna transportasi jalan raya.

Biaya Pengangkutan Lebih Ekonomis

Dalam upaya mendorong pengembangan moda angkutan KA di dalam negeri sebagai prioritas karena keunggulannya dari sisi efisiensi biaya pengangkutan, bisa bercermin dari negara-negara lain. Dalam biaya pengangkutan kereta api lebih ekonomis khususnya untuk transportasi dalam jarak menengah dan jauh. Ongkos kereta api relatif lebih murah dibandingkan ongkos transportasi lain. Hal ini dibuktikan dengan efisiensi bahan bakar yang baik sehingga tidak boros energi dan boros biaya.

Perkeretaapian di Amerika Serikat mengkonsumsi energi lebih rendah daripada moda transportasi lain dalam pelayanan angkutan penumpang dan barang. Berdasarkan data Statistik Transportasi Nasional AS (1996): Pada tahun 1993 energi yang dikonsumsi oleh angkutan penumpang KA Amtrak rata-rata 1.995 BTU (British Thermal Units) per penumpang-mile yakni sekitar 58% dan 45% dari energi rata-rata untuk angkutan penumpang kendaraan jalan raya (3.415 BTU per penumpang-mile) dan angkutan penumpang penerbangan domestik (4.446 BTU). Studi dari U.S. Federal Railroad Administration (FRA) 1991 yang membandingkan angkutan barang KA dengan angkutan truk, hasilnya sebagai berikut:

a) Rata-rata dalam satuan ton-miles/gallon BBM, rasio penggunaan BBM pada truk = 1,40 –5,61 kali kereta api.

b) Untuk rute <100 miles, truk menggunakan BBM lebih tinggi 4,03 – 9,00 kali dibanding kereta api.

Sementara di Thailand, biaya variabel perkeretaapian untuk mengangkut BBM adalah 0,35 baht per ton/kilometer (basis harga tahun 1991), sedangkan untuk angkutan jalan raya mencapai 1 baht per ton/kilometer (pada jarak sekitar 200 km).

Ramah Lingkungan

Kereta api memiliki operasi mesin yang ramah lingkungan. Emisi gas buang yang ada pada kereta api dalam kategori normal. Hal ini jauh berbeda dengan transportasi moda udara dan darat lainnya yang mengeluarkan gas buang yang cukup banyak akibat pembakaran tidak sempurna pada mesinnya. Hal ini disebabkan total kapasitas energi yang digunakan oleh mesin transportasi tersebut juga cukup tinggi jika dibandingkan dengan kereta api sehingga volume emisi gas buang pun juga semakin tinggi. Dengan emisi gas buang dari mesin kereta api yang normal tersebut dapat membantu mengurangi efek dari rumah kaca dan pemanasan global yang terjadi saat ini. Tabel 4 Total Biaya Pollution Charge di Swedia

Sumber : Thailand Development Research Institute [6] Dengan relatif rendahnya emisi gas buangnya maka kereta api terkena charge paling kecil akibat polusi yang ditimbulkannya jika dibanding moda angkutan lainnya. Bahkan penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM pada teknologi perkeretaapian juga memberikan terobosan penting dalam mengurangi polusi udara akibat transportasi dan penghematan energi. Hal ini seharusnya bisa dicatat sebagai keunggulan moda KA


(2)

43

dan diterapkan di Indonesia dan dimasukkan pada regulasi yang mengaturnya.

Amanat Undang-undang Perkerataapian Keunggulan lain dari moda angkutan KA adalah tercantum kuat dalam amanat UU tentang perkeretaapian. Dalam menjalankan tugas penyelenggaraan transportasi nasional, tidak terlepas pemerintah diberikan amanah untuk mengembangkan perkeretaapian sebagaimana sangat jelas tertuang di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, dimana sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan UU tersebut dinyatakan bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bukan hanya dalam UU No 23 Tahun 2007 saja pertimbangan tersebut dijadikan dasar bahkan undang-undang tentang perkeretaapain sebelumnyapun yakni UU No. 13 Tahun 1992 juga menjadikan dasar pertimbangan yang sama.

Lahirnya Undang-Undang Perkeretaapian ditujukan untuk mencapai kondisi yang diharapkan dimana perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan / atau barang secara masal, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan pengerak pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan di dalam UU No.13 tahun 1992. Bahkan di dalam Undang-Undang Perkeretaapian yang baru yakni UU No. 23 Tahun 2007 ditambahkan tujuan penyelenggaraan angkutan kereta api diharapkan terciptanya penyelenggaraan transportasi yang selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur dan efisien.

Insentif Fiskal dan Kebijakan Perpajakan untuk Industri KA

Guna memperkuat pandangan pentingnya pengembangan moda angkutan KA di dalam negeri, selain dilihat dari aspek teknis, industri dan perundang-undangan, juga harus dilihat dari aspek kebijakan yang terkait. Untuk perkeretaapian terdapat dukungan dari aspek kebijakan yakni berupa insentif fiskal dan perpajakan khususnya untuk industri perkeretaapian nasional. Sebagaimana tercantum dalam perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, langkah pemerintah antara lain sebagai berikut:

Untuk jangka menengah:

a. Mengembangkan teknologi kereta api (listrik dan diesel) untuk angkutan komuter perkotaan.

b. Mengembangkan kereta api jarak pendek-menengah sebagai program unggulan model koridor kereta api yang memiliki daya saing dengan teknologi kereta rel diesel elektrik (KRDE).

c. Mengembangkan/memperkuat

kemitraan antara industri komponen dengan PT. Kereta Api lndonesia Untuk jangka panjang:

a. Memantapkan pola pendanaan perkeretaapian nasional melalaui

transport fund.

b. Mengembangkan kereta api cepat untuk penumpang dengan peningkatan teknologi modern.

c. Mengembangkan kereta api untuk kawasan industri dan wilayah pertumbuhan ekonomi di luar Jawa. Pemerintah melalui Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian mengusulkan sebuah skema kebijakan lnland free Trade

Arrangement (lnlandFTA). Skema ini bekerja

dengan memberikan fasilitas perdagangan / kepabeanan bagi industri dalam negeri dengan memperlakukan preferensi FTA diarahkan kepada upaya mewujudkan pengaturan perdagangan bebas di dalam negeri, sehingga tercipta produk yang


(3)

44

berdaya saing melalui upaya peningkatan iklim usaha dan fasilitas perdagangan yang terintegrasi dan berkelanjutan dengan memperlakukan preferensi liberalisasi perdagangan untuk proses produksi di dalam wilayah lndonesia.

Untuk kelompok industri kereta api dan perlengkapan penunjangnya sangat mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian fasilitas-fasilitas fiskal seperti penghapusan bea masuk, bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) atau pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah untuk bahan baku pendukung industri kereta api dan perlengkapan penunjangnya.

Pada bagian harmonisasi kebijakan, didapati bahwa lnland FTA terkait dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) yang diberikan pemerintah dalam bentuk pengembalian bea masuk impor komponen bagi sektor industri tertentu yang belum bisa diproduksi atau dipenuhi didalam negeri. Ketiga kelompok regulasi tersebut bisa dikatakan sejalan dengan penerapan lnland FTA. Industri prioritas yang mendapat fasilitas lnland FTA adalah searah dengan kebijakan industri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Perindustrian dalam rencana strategisnya.

Strategi Pengembangan Perkeretaapian Nasional

Sebagaimana metode yang ditempuh, di bagian ini akan diulas hasil identifikasi dan analisis bagian sebelumnya yakni dengan menganalisis faktor-faktor yang perlu dibenahi dan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan angkutan kereta api di dalam negeri.

Dari keunggulan-keunggulan teknis yang dimiliki moda angkutan kereta api dan amanat undang-undang yang telah disusun dan ditetapkan oleh wakil - wakil rakyat bersama pemerintah serta aturan kebijakan yang ada,

maka sekiranya pembangunan perkeretaapian layak untuk mendapatkan perhatian yang lebih seksama. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi saat ini, kereta api terbukti efektif, efisien, murah, dan ramah lingkungan. Upaya membangun perkeretaapian ditempuh melalui pengoptimalan berbagai potensi keunggulan-keunggulan yang dimiliki kereta api dengan dukungan sumberdaya yang diperlukan. Di sisi lain upaya yang diperlukan adalah meminimalisir potensi kelemahan dan kendala yang dimiliki oleh moda angkutan jenis ini. Sebagaimana telah diketahui kereta api dinilai memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan moda angkutan yang lain yakni manyangkut aspek keselamatan, efisiensi penggunaan ruang dan energi, minimnya sumbangan terhadap kemacetan, hemat biaya serta ramah lingkungan. Terhadap berbagai jenis potensi keunggulan-keunggulan ini maka diperlukan penanganan dan kebijakan yang sesuai.

Dalam aspek keselamatan maka perhatian terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan prasarana dan sarana perkeretaapian perlu dukungan yang lebih dalam hal pendanaan biaya pemeliharaan, kelengkapannya serta pengelolaannya. Terkait dengan sistem perkeretaapian diperlukan dukungan penerapan teknologi keselamatan perkeretaapian yang telah semakin maju. Dari sisi SDM perkertaapian yang dimiliki telah mendapatkan cukup bekal pendidikan dan pelatihan namun perlu terus di up-grade

mengingat penyebab kecelakaan kereta api selama ini sumbangan terbesar datang dari faktor humman error.

Dibanding moda angkutan darat yang lain, moda kereta api memiliki keunggulan dalam hal hematnya penggunaan ruang. Dengan mengembangkan moda angkutan jenis ini tidak terlalu banyak mengurbankan sumberdaya lahan. Dengan relatif minimnya penggunaan lahan oleh moda angkutan kereta api ini maka perlu didukung dengan kebijakan terkait tata guna lahan, kemudahan perizinan atas lahan/tanah dan pemanfaatan aset tanah yang menjadi domain-nya. Terkait


(4)

45

dengan moda kerataapi yang lemah dalam

door to door service maka diperlukan

dukungan kebijakan pengembangan intermoda dengan dukungan ketersediaan fasilitas lahan yang berbasis di simpul prasarana kereta api.

Efisien dalam penggunaan energi merupakan keunggulan lain yang dimiliki moda angkutan kereta api. Penggunaan BBM per liter per orang lebih ekonomis dibanding moda angkutan yang lain sehingga biaya operasi dari BBM lebih kompetitif. Guna menciptakan kompetisi yang lebih adil dan sehat demi mengangkat daya tarik angkutan kereta api dari segi tarif serta terkait biaya penyelenggaraan maka adanya ketentuan pengenaan charge terhadap penggunaan prasarana rel perlu ditinjau kembali mengingat kebijakan dan perlakuan tersebut tidak diterapkan pada prasarana jalan raya.

Kereta api menghasilkan relatif rendah emisi gas buangnya maka kereta api terkena

charge paling kecil akibat polusi yang

ditimbulkannya jika dibanding moda angkutan lainnya. Terlebih lagi yang berjenis KRL (Kereta Rel Listrik) bisa dikatakan tidak menghasilkan emisi gas buang, sehingga dukungan infrastruktur seperti listrik yang diperlukan perlu difasilitasi dengan skala yang disesuikan.

Walaupun demikian, kereta api juga tentunya memiliki kelemahan - kelemahan tertentu jika dibandingkan dengan transportasi lainnya. Kereta api memiliki beberapa masalah seperti masalah aksesibilitas, fleksibilitas, manajemen, kenyamanan dan investasi. Pada sisi industri, kereta api dalam negeri semakin sulit untuk bersaing dengan produk sejenis dari impor, terlebih dengan impor kereta api bekas karena kebijakan perpajakan yang kurang sesuai. Operator sarana KA di luar PT. KAI tidak kunjung muncul demi menciptakan kompetisi sehat di perkeretaapian. Salah satunya akibat regulasi terkait yang kurang memberikan ruang berkompetisi. Misalnya terkait pemberian fasilitas pembebasan PPN kepada PT KAI hendaknya juga dapat mengakomodir penyelenggara sarana perkeretaapian sejenis. Adanya peraturan

yang melimpahkan pemeliharaan prasarana kepada operator sarana KA yang ada akan menyulitkan calon operator sarana KA yang nantinya masuk dan mengoperasikan sarana KA di atas prasarana tersebut.

Namun, hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu cambuk dan peluang bagi perkembangan perkeretaapian Indonesia. Untuk mengawali hal tersebut, dibutuhkan pembenahan kelemahan yang ada pada perkeretaapian Indonesia agar kelemahan tersebut kemudian dapat menjadi suatu keunggulan riil dan efektif di masa mendatang.

Selain itu perkeretaapian nasional dihadapkan kepada isu strategis perkeretaapian yang harus direspon secara proaktif yakni

a) Penuntasan reformasi regulasi dan transformasi serta perkuatan kelembagaan perkeretaapian

b) Peningkatan konektivitas/penyediaan jaringan perkeretaapian

c) Peningkatan integrasi perkeretaapian secara antarmoda/multimoda

d) Optimalisasi utilisasi aset perkeretaapian eksisting

e) Peningkatan peran moda/daya saing moda kereta api untuk mendukung kinerja logistik nasional

f) Optimalisasi peran kereta api dalam revitalisasi sistem transportasi perkotaan g) Pengurangan konsumsi energi dan

dampak lingkungan dari pengoperasian perkeretaapian. [5]

PENUTUP Kesimpulan

1) Dari uraian di atas maka kereta api dinilai memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan moda angkutan yang lain dan hanya relatif sedikit memiliki kelemahan. Berbagai aspek keunggulan kereta api adalah manyangkut tingkat keselamatan, efisiensi penggunaan ruang, konsumsi energi, tidak menimbulkan kongesti, hemat biaya serta ramah lingkungan.


(5)

46

2) Pengembangan moda angkutan kereta api di dalam negeri cukup kuat dengan adanya dukungan amanat UU tentang perkeretaapian.

3) Pengembangan perkeretaapian nasional terdapat dukungan dari aspek kebijakan yakni berupa insentif fiskal dan perpajakan khususnya untuk industri perkeretaapian nasional. Sebagaimana tercantum dalam perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

4) Dalam proyeksi masa depan, kereta api akan menjadi harapan dan sekaligus solusi transportasi masa depan, mengingat efisiensi dan dampaknya terhadap lingkungan. Kereta api adalah moda transportasi yang bersifat massal dan ramah lingkungan. Kereta api merupakan sistem transportasi masal yang murah dan efektif.

5) Perkeretaapain nasional masih memiliki beberapa masalah seperti masalah aksesibilitas, fleksibilitas, manajemen, kenyamanan, investasi, industri dan kebijakan / regulasi. Namun masalah ini bisa dipandang sebagai tantangan dan peluang bagi perkembangan perkeretaapian Indonesia dalam upaya mengubah bukan hanya berupa potensi keunggulan tetapi menjadi moda angkutan yang unggul yang bisa diandalkan dalam menjawab kebutuhan.

Saran

1) Diperlukan dukungan yang signifikan yang berkelanjutan dari pemerintah terkait dengan potensi keunggulan-keunggulan yang dimiliki moda angkutan KA agar tidak terjadi pelemahan daya saing KA akibat absennya keberpihakan dari aspek tersebut, menyangkut energi, sumberdaya lahan, lingkungan dan regulasi penyelenggaraan perkeretaapian.

2) Peraturan dan kebijakan yang sedianya untuk meningkatkan peran kereta api namun berdampak negatif pada daya saing baik industri kereta api dalam negeri maupun kompetisi yang sehat dalam pengoperasian KA hendaknya segera direvisi misalnya mengubah bentuk

fasilitas PPσ dari „pembebasan PPσ‟ menjadi „PPσ tidak dipungut‟, serta perlunya segera dibentuk Badan Usaha Penyelenggara pemeliharaan prasarana KA.

3) Untuk kepentingan produksi industri kereta api dibutuhkan konsistensi dukungan kebijakan berupa penerapan fasilitas insentif dan peraturan guna memacu pertumbuhan industri tersebut yakni fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) untuk impor bahan baku atau komponen di industri KA yang masih belum bisa diproduksi di dalam negeri.

4) Dibutuhkan peran aktif dan dukungan sumberdaya yang diperlukan dalam mengembangkan potensi kereta api dan meningkatkan peran kereta api sebagai penghubung wilayah yang cepat, murah, nyaman, dan aman, baik nasional maupun internasional untuk menunjang, mendorong, dan menggerakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. 5) Dari keunggulan-keunggulan teknis,

amanat undang-undang, aturan kebijakan serta modalitas lainnya yang dimiliki moda angkutan kereta api maka sekiranya pembangunan perkeretaapian layak untuk mendapatkan perhatian yang lebih seksama. Untuk mengawali hal tersebut, dibutuhkan pembenahan kelemahan yang ada pada perkeretaapian Indonesia agar kelemahan tersebut kemudian dapat menjadi suatu keunggulan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

[2] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, (2012), Kajian Evaluasi Pembangunan Bidang Transportasi di Indonesia, Jakarta.

[3] Ahmad Afifi, Keunggulan dan Tantangan Teknologi Perkeretaapian untuk Perkembangan Indonesia, blogs.itb.ac.id. [4] Anggaran Pendapatan Belanja

Negara-Perubahan (RAPBN-P) Tahun Anggaran 2015.


(6)

47

[5] Hermanto Dwiatmoko, (2014), Rencana Strategi Teknologi Keselamatan Perkeretaapian Nasional, Ditjen KA Kemenhub, Jakarta.

[6] https://irwatch.wordpress.com/2010/04/17/ kemunduran-peran-perkeretaapian-indo- nesia-sejarah-permasalahan-dan-pembe-nahan..