Keanggotaan ASEAN ASEAN Sebagai Organisasi Regional .1 Pengertian Organisasi Internasional

ASEAN. Baru pada tanggal 30 April 1999 cita-cita ASEAN untuk menyatukan sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara dibawah lambang ASEAN bisa terwujud dengan resminya Kamboja menjadi anggota ASEAN yang kesepuluh. 77 Ketika ASEAN genap memiliki anggota sepeluh negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos dan Myanmar banyak pengamat ASEAN mengatakan formasi-10 adalah final bagi ASEAN. Akan tetapi, ketika Timor Leste melamar menjadi anggota ASEAN, maka ASEAN memasuki babak baru. Alasan Timor Leste menjadi anggota ASEAN adalah ingin mengamankan kepentingan politik dan ekonomi negerinya yang kecil dari negara-negara besar di sekelilingnya, yang mempunyai peluang melakukan invasi. Jika Timor Leste menjadi anggota ASEAN, maka bargaining position Timor Leste akan semakin meningkat di kawasan Asia Tenggara dan dunia internasional. Bagi ASEAN, masuknya Timor Leste ke ASEAN adalah bukti bahwa organisasi regional ini mempunyai peranan yang cukup kuat dalam menciptakan stabilitas regional dan perdamaian. Prosedur pengajuan dan penerimaan keanggotaan ASEAN wajib diatur oleh Dewan Koordinasi ASEAN dengan kriteria: letaknya secara geografis diakui berada di kawasan Asia Tenggara, pengakuan oleh seluruh negara anggota ASEAN, dan kesepakatan untuk terikat dan tunduk kepada Piagam ASEAN dan kesanggupan serta keinginan untuk melaksanakan kewajiban keanggotaan. Di samping itu, penerimaan anggota baru wajib diputuskan secara konsensus oleh KTT ASEAN berdasarkan rekomendasi Dewan Koordinasi ASEAN. Negara 77 Ibid, Pemohon wajib diterima ASEAN pada saat penandatanganan aksesi Piagam ASEAN. 78 Negara-negara anggota ASEAN memiliki hak dan kewajiban yang sama yang diatur dalam Piagam ASEAN. Dalam kaitan ini, negara-negara anggota ASEAN wajib mengambil langkah yang diperlukan, termasuk pembuatan legislasi dalam negeri yang sesuai, untuk melaksanakan ketentuan yang ada dalam Piagam ASEAN secara efektif dan mematuhi kewajiban-kewajiban keanggotaan. Jika terjadi suatu pelanggaran serius atau ketidakpatuhan negara anggota ASEAN terhadap Piagam, penyelesaiannya merujuk ke KTT untuk diputuskan sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 Piagam ASEAN. Dalam perkembangannya, terdapat keinginan dari beberapa negara untuk menjadi anggota ASEAN, antara lain, Timor Leste dan Papua Nugini. 79 78 Ibid, 79 Ibid,

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif normative legal research 79 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu. 80 Pada penulisan skripsi ini peneliti mengkaji tentang mekanisme penyelesaian sengketa melalui ASEAN antar negara anggotanya. Peneliti juga mengkaji penyelesaian sengketa kasus invasi Vietnam ke Kamboja melalui ASEAN

3.2 Pendekatan Masalah

Pendekatan diperlukan dalam sebuah karya tulis ilmiah untuk lebih menjelaskan dan mencapai maksud serta tujuan penelitian tersebut. Pendekatan tersebut dimaksudkan agar pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang dituju, 79 Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam norma seperti; norma moral, norma susila, norma etika, norma agama, norma hukum, dan lain-lain. Di anatara norma-norma tersebut norma hukum merupakan norma yang paling kuat berlakunya, karena bagi pelanggarnya dapat diancam sanksi pidana atau sanksi pemaksa oleh kekuasaan negara, oleh karena itu norma hukum mempunyai sifat heteronom sedang norma-norma lain mempunyai sifat keberlakuan yang otonom. Norma hukum berisi kehendak yang dikategorikan dengan Das Sollen, yaitu suatu kategori yang bersifat imperatif. Kehendak itu dapat berupa suruhan atau larangan, dan dapat juga berisi pembebasan dari suruhan atau pengecualian dari larangan. 80 Soejono dan H.Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, hlm. 56. sesuai dengan ruang lingkup pembahasan yang telah ditetapkan. Menurut The Liang Gie, 81 pendekatan adalah keseluruhan unsur yang dipahami untuk mendekati suatu bidang ilmu dan memahami pengetahuan yang teratur, bulat, mencari sasaran yang ditelaah oleh ilmu tersebut. Adapun menurut Bahder Johan Nasution 82 , sistem pendekatan yaitu tinjauannya dilakukan dengan berpegang pada metode dogmatis. Di dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah adanya perkembangan dalam ilmu hukum positif, sehingga terdapat pemisahan yang jelas antara ilmu hukum positif yang praktis dengan ilmu hukum positif yang teoritis. 83 Penelitian ini menggunakan pendekatan institusional Institusional Approach. Pendekatan institusional kelembagaan yakni pendekatan yang mempelajari kelembagaan-kelembagaan yang ada, baik suprastruktur maupun infrastruktur. Berdasarkan sifat dan tujuan penelitian hukum penulisan ini, menggunakan peneltian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan memperoleh gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi di dalam masyarakat. 84 Penulis menggunakan pendekatan ini untuk menggambarkan mekanisme penyelesaian sengketa melalui ASEAN antar negara anggotanya dan juga penyelesaian sengketa kasus invasi Vietnam ke Kamboja melalui ASEAN. 81 The Liang Gie. Ilmu Politik; Suatu pembahasan tentang Pengertian, Kedudukan, Lingkup Metodelogi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1982, hlm. 47. 82 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 80. 83 Ibid. 84 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, 2004, Bandung, hlm. 50.

3.3 Sumber Data

Karakteristik utama penelitian ilmu hukum normatif dalam melakukan pengkajian hukum terletak pada sumber datanya. 85 Sumber utamanya adalah bahan hukum bukan data atau fakta sosial, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah perjanjian-perjanjian yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif. 86 Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder yang berasal dari sumber kepustakaan yang terdiri dari: 87 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, 88 yang terdiri dari: a. Piagam PBB b. Piagam ASEAN c. Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia 1976 d. Protocol on Dispute Settlement Mechanism 1996 e. Declaration of ASEAN Concord II 2003 f. Protocol on Enhanced Dispute Settlement Mechanism 2004 2. Bahan hukum sekunder, yaitu terdiri dari bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer 89 , seperti buku-buku, skripsi-skripsi, tesis- tesis, surat kabar, artikel internet, hasil-hasil penelitian, pendapat para ahli atau sarjana hukum yang dapat mendukung pemecahan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. 3. Bahan hukum tersier yaitu terdiri dari: 85 Bahder Johan Nasution, op.cit., hlm. 86. 86 Ibid. 87 Abdulkadir Muhammad, op.cit. 88 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia UI- Press, 2007, hlm. 52. 89 Ibid.