Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun

PERTUMBUHAN BIBIT PANILI (Vanilla planifolia Andrews)
PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM
DAN FREKUENSI APLIKASI PUPUK DAUN

NURHOLIS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan Bibit Panili
(Vanilla planifolia Andrews) pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan
Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nurholis
NIM A252120131

RINGKASAN
NURHOLIS. Pertumbuhan Bibit Panili (Vanilla planifolia Andrews) pada
Beberapa Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun.
Dibimbing oleh HARIYADI dan ANI KURNIAWATI.
Panili (Vanilla planifolia Andrews) secara umum diperbanyak dengan cara
vegetatif menggunakan setek. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan
komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun terhadap pertumbuhan
vegetatif setek panili. Percobaan lapang dilaksanakan di kebun Sindang Barang,
Bogor, Jawa Barat. Analisis media tanam dilakukan di Laboratorium tanah dan
Sumber Daya Lahan. Analisis kandungan klorofil, hara jaringan, ketebalan daun,
dan kerapatan stomata dilakukan di Laboratorium Molecular Marker and
Spectrophotometry UV-VIS, Micro Technique pada bulan September sampai
Desember 2013. Rancangan percobaan yang digunakan disusun berdasarkan
Rancangan Petak Terpisah faktorial 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama
pada percobaan adalah frekuensi aplikasi pupuk daun dengan 2 taraf sebagai petak

utama yaitu 3 hari sekali dan 6 hari sekali. Faktor ke-2 adalah kombinasi media
tanam dengan 4 taraf sebagai anak petak yaitu tanah : pupuk kandang : arang
sekam berdasarkan volume (2:1:1, 2:2:1, dan 2:1:2) dan media tanam tanpa
kombinasi yaitu tanah. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan yang meliputi
persentase setek hidup, panjang tunas, jumlah ruas, panjang ruas, diameter ruas,
jumlah daun, luas daun, ketebalan daun, jumlah akar, panjang akar, volume akar,
bobot basah, dan bobot kering. Respon fisiologi meliputi kehijauan daun,
kerapatan stomata, kandungan klorofil, dan kadar hara jaringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam berupa
campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam merupakan komposisi media
tanam yang secara umum menghasilkan pertumbuhan bibit panili tertinggi pada
parameter pengamatan jika dibandingkan dengan media tanam tanah. Aplikasi
pupuk daun 3 hari sekali dengan konsentrasi 1 g L-1 dan dosis 10 ml per tanaman
merupakan frekuensi aplikasi pupuk daun yang secara umum menghasilkan
pertumbuhan bibit panili tertinggi, kecuali pada parameter jumlah akar dan
panjang akar. Bibit panili dengan aplikasi pupuk daun 3 hari sekali, siap ditanam
dilahan (5-7 ruas) tercapai pada umur 6 sampai 8 minggu setelah perlakuan (MSP).
Terdapat interaksi antara komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk
daun pada parameter jumlah daun pada 4 MSP.
Kata kunci: Vanilla planifolia, setek, arang sekam, pupuk kandang sapi, nutrisi


SUMMARY
NURHOLIS. Vanilla (Vanilla planifolia Andrews) Growth on different media
composition and frequency application of foliar fertilizer. Supervised by
HARIYADI and ANI KURNIAWATI.
In general, vanilla (Vanilla planifolia Andrews) is propagated by using stem
cutting. The purpose of this research was to investigate the effect of media
composition and frequency application of foliar fertilizer on growth of vanilla’s
stem cutting. This experiment was conducted at Sindang Barang station, Bogor,
West Java. Analysis of growth media was conducted at Soil Fertility Laboratory.
Analysis of chlorophyll content, nutrient content in plant tissue, leaf thickness,
and stomata density was conducted at Molecular Marker and UV-VIS
Spectrophotometry Laboratory, Micro technique laboratory, and in September to
December 2013. The experimental design used split plot design with foliar
fertilizer application as main plot and media composition as sub plot. There were
2 levels of foliar application frequency, i.e. every 3 days and every 6 days. There
were 3 combinations of media composition that consist of soil : cow manure : rice
hull charcoal (2:1:1, 2:2:1, and 2:1:2 v/v) and soil media. There were 8
combinations of treatment and 3 replications. Living percentage of stem cutting,
shoot lengths, number of internode, internode lengths, stem diameter, number of

leaves, leaf area, plant fresh weight, root length, root volume, leaf greenness, leaf
thickness, stomata density, chlorophyll content, and nutrient content in plant
tissue were observed in this research.
The result showed that mix media composition of soil : cow manure : rice
hull charcoal, gave the best result on vanilla growth compared with soil media.
Foliar applications frequency every 3 days with concentration of 1 g L-1 and dose
of 10 ml, gave the best on vanilla growth except number of roots and root lengths.
Vanilla with aplication of foliar fertilizer of every 3 days, ready to be planted at 6
to 8 weeks after treatment. There were interaction between media composition
and frequency application of foliar fertilizer on number of leaves at 4 weeks after
treatment.
Keywords: Vanilla planifolia, stem cutting, rice hull charcoal, cow manure,
nutrient

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERTUMBUHAN BIBIT PANILI (Vanilla planifolia Andrews)
PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM
DAN FREKUENSI APLIKASI PUPUK DAUN

NURHOLIS

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS

Judul Tesis : Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi Media Tanam
dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun
Nama
: Nurholis
NIM
: A252120131
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Hariyadi, MS
Ketua

Dr Ani Kurniawati, SP, MSi
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 08 Juli 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga proposal penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan September 2013
sampai dengan Desember 2013 ialah teknik budi daya panili khususnya

pembibitan, dengan judul Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi
Media Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun.
Bagian dari tesis ini telah diterima untuk diterbitkan di Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat, Vol 1 tahun 2014 dengan judul “Pertumbuhan Bibit
Panili pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk
Daun” (Terakreditasi δIPI).
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Ir Hariyadi, MS
dan Dr Ani Kurniawati, SP, MSi yang telah banyak memberikan bantuan dan
arahan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Terimakasih
juga di sampaikan kepada staf Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS
Laboratory, Micro Technique Laboratory, dan Laboratorium Kesuburan Tanah
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Nurholis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1

1
2
2
2
3

2 METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Prosedur Analisis Data
Pelaksanaan Percobaan

4
4
4
4
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian

Percobaan 1. Pertumbuhan Akar Setek Panili pada Berbagai Jenis Media
dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Percobaan 2. Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi Media
Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun

9
9
11
13

4 SIMPULAN
Simpulan

34
34

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1 Data iklim selama percobaan
2 Perlakuan ZPT dan jenis media terhadap persentase setek berakar dan
panjang akar
3 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan fisiologi
4 Hasil analisis media tanam
5 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap persentase setek hidup bibit panili
6 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap panjang tunas bibit panili
7 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap jumlah ruas bibit panili
8 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap panjang ruas bibit panili
9 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap diameter ruas bibit panili
10 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap jumlah daun bibit panili
11 Interaksi perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk
daun terhadap jumlah daun bibit panili pada 4 MSP
12 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap luas dan ketebalan daun bibit panili
13 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap jumlah akar, panjang akar, dan volume akar bibit panili
14 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap bobot basah dan bobot kering biomassa bibit panili
15 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap kehijauan daun dan kerapatan stomata bibit panili
16 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap kandungan klorofil bibit panili

9
11
14
15
16
17
19
19
20
24
25
25
27
30
31
32

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Ruang lingkup penelitian
Kondisi umum pertumbuhan setek selama percobaan
Setek panili yang terserang penyakit busuk batang
Panjang tunas bibit panili pada perlakuan berbagai komposisi media
Kadar hara jaringan bibit panili pada komposisi media tanam dan
frekuensi aplikasi pupuk daun
6 Pertumbuhan akar bibit panili pada perlakuan berbagai komposisi media
tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun

3
10
11
18
23
28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur analisis
2 Kriteria penilaian hasil analisis media tanam

38
39

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman
introduksi yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah yang buahnya banyak
digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, dan kosmetik karena
buahnya mengandung vanillin (C8H3O3) yang mengeluarkan aroma khas. Panili
saat ini sudah berkembang dan dibudi dayakan di daerah tropik. Di Indonesia,
panili telah menyebar luas hampir di seluruh wilayah dengan daerah sentra
produksi di daerah Jawa, Bali, Sulawesi dan Sumatera. Hal ini telah menempatkan
panili sebagai komoditi ekspor yang bernilai tinggi dan berpotensi dalam
penerimaan devisa negara (Udarno dan Hadipoentyanti 2009). Berdasarkan data
Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, luas areal lahan panili di Indonesia
pada tahun 2011 mencapai 23,121 ha dengan jumlah total produksi 2,860 ton.
Volume ekspor panili pada tahun 2011 mencapai 309 ton dengan nilai ekspor
panili mencapai US$ 4,997 ribu (Ditjenbun 2012).
Bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam upaya
pengembangan dan pengusahaan tanaman panili. Tingkat pertumbuhan dan
keberhasilan perbanyakan tanaman panili di pembibitan menjadi faktor
pendukung dalam menghasilkan dan penyediaan bibit. Tanaman panili dapat
diperbanyak secara generatif maupun vegetatif, perbanyakan secara generatif
dengan menggunakan benih memerlukan teknologi khusus karena benihnya kecil,
berkulit keras dan cadangan makanannya sedikit. Oleh sebab itu, tanaman panili
secara umum diperbanyak secara vegetatif menggunakan bahan setek yang terdiri
atas 1 ruas. Perbanyakan tanaman panili dilakukan secara vegetatif karena mudah
dilakukan, cepat berproduksi, dan juga memiliki kelebihan sifat sama seperti
induknya (Lawani 1995). Bibit panili dapat ditanam dilahan setelah berumur 3
bulan atau telah mempunyai 5 sampai 7 ruas (Hadipoentyanti et al. 2007).
Pembibitan panili secara umum menggunakan wadah plastik (polybag)
yang berisi media tanam. Komposisi media tanam tersebut harus memberikan
lingkungan tumbuh yang sesuai dan dapat mendukung pertumbuhan setek
tanaman panili. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media tanam merupakan
syarat tumbuh yang penting dan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh, media perakaran, dan sumber
unsur hara. Karakteristik media tanam yang baik memiliki sifat fisik dan sifat
kimia yang mampu menopang fisik tanaman dan mampu menyuplai kebutuhan
hara tanaman. Menurut Ingels (2000) media tanam yang tepat merupakan salah
satu syarat keberhasilan pertumbuhan tanaman khususnya penanaman dalam
wadah. Keberhasilan pertumbuhan tanaman ditentukan oleh pertumbuhan dan
perkembangan akarnya. Akar tanaman hendaknya berada pada suatu lingkungan
yang mampu memberi dukungan struktural yang memungkinkan absorbsi air,
drainase, dan ketersediaan nutrisi. Selanjutnya Acquaah (2009) menyatakan
bahwa media tanam yang baik harus memiliki kemampuan menahan air, struktur
gembur, aerasi dan drainase yang baik, pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan
mengandung unsur hara penting yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.

2
Selain media tanam, pemupukan juga berperan penting dalam pertumbuhan
setek tanaman panili. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara pada tanaman panili agar tumbuh subur dan sehat (Dwiwarni dan Asnawi
1994). Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah, dapat juga diberikan
lewat daun. Pupuk daun merupakan bahan atau unsur yang diberikan melalui daun
dalam bentuk cair dengan cara penyemprotan atau penyiraman pada daun tanaman
agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Respon pertumbuhan tanaman terhadap pupuk daun
dipengaruhi oleh jenis tanaman, jenis pupuk, konsentrasi, frekuensi aplikasi, dan
fase pertumbuhan tanaman pada saat aplikasi (Sutedjo 2002). Menurut Sukma dan
Setiawati (2010) pemupukan dengan menggunakan pupuk daun pada anggrek
dendrobium Tong Chai Gold yang dilakukan pada sore hari dengan frekuensi tiga
hari sekali dapat meningkatkan luas dan kandungan N total pada daun serta
jumlah kuntum bunga pertangkai.
Media tanam dan pemupukan merupakan faktor penting dalam mendukung
pertumbuhan tanaman panili. Oleh sebab itu, diperlukan informasi tentang
penggunaan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun yang tepat
agar pertumbuhan dan keberhasilan perbanyakan tanaman panili secara vegetatif
di pembibitan dapat dipercepat dan ditingkatkan sehingga dapat mendukung
dalam upaya pengembangan dan pengusahaan tanaman panili.
Perumusan Masalah
Panili mempunyai nilai ekonomi tinggi dan salah satu komoditi ekspor
andalan sub sektor perkebunan. Bibit merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam upaya pengembangan dan pengusahaan tanaman panili.
Tingkat pertumbuhan dan keberhasilan perbanyakan tanaman panili di pembibitan
menjadi faktor pendukung dalam menghasilkan dan penyediaan bibit. Oleh sebab
itu, pembibitan dengan menggunakan komposisi media tanam dan frekuensi
aplikasi pupuk daun untuk meningkatkan pertumbuhan, keberhasilan, dan
percepatan pembibitan tanaman panili secara vegetatif sehingga lebih hemat
waktu untuk siap ditanam di lahan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan komposisi media tanam untuk pertumbuhan setek panili.
2. Mengkaji pengaruh frekuensi aplikasi pupuk daun terhadap pertumbuhan
setek panili.
3. Mengkaji interaksi antara komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi
pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif setek panili.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan berguna dalam pengembangan tanaman panili
secara vegetatif. Manfaat lain adalah memberikan informasi mengenai komposisi
media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun yang tepat dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan dan keberhasilan perbanyakan tanaman panili secara
vegetatif.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasari pada potensi komoditas perkebunan unggulan di
Indonesia, salah satunya adalah panili yang buahnya banyak digunakan dalam
industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetika. Komoditi panili, baik berupa
bahan mentah maupun hasil olahannya memiliki peluang bisnis yang besar dan
dapat menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan
masyarakat serta sebagai sumber perolehan devisa negara. Bibit merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan dalam upaya pengembangan dan pengusahaan
tanaman panili. Tingkat pertumbuhan dan keberhasilan perbanyakan tanaman
panili di pembibitan menjadi faktor pendukung dalam menghasilkan dan
penyediaan bibit. Oleh sebab itu, perlu dipelajari teknik budi daya khususnya di
pembibitan dengan menggunakan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi
pupuk daun. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui komposisi media
tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun yang tepat terhadap pertumbuhan dan
keberhasilan perbanyakan tanaman panili secara vegetatif di pembibitan sehingga
dapat mendukung dalam upaya pengembangan dan pengusahaan tanaman panili
serta diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman dalam teknik budi daya
khususnya di pembibitan.

Pengembangan Panili
(Vanilla planifolia Andrews)

Pengaruh komposisi media tanam
dan frekuensi aplikasi pupuk daun

Kombinasi media tanam dan
frekuensi aplikasi pupuk daun
yang tepat

Peningkatan pertumbuhan
dan keberhasilan pembibitan
panili

Bibit unggul dan berkualitas
serta tersedia cepat

Gambar 1 Ruang lingkup penelitian

4

2 METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di kebun Sindang Barang, Bogor, Jawa Barat pada
bulan September sampai dengan Desember 2013. Analisis media tanam dilakukan
di laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. Analisis
kandungan klorofil, hara jaringan, ketebalan daun, dan kerapatan stomata
dilakukan di laboratorium Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS dan
Micro Technique Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian
Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah setek panili 1
ruas (2 buku) berdaun tunggal, pupuk kandang sapi, arang sekam, cocopeat,
fungisida (mankozeb 80%), bakterisida (streptomisin sulfat 20%), pupuk daun (N
20%, P2O5 15%, K2O 15%, MgSO4 1%, Mn, Bo, Cu, CO, Zn, dan vitamin), zat
pengatur tumbuh (Naphtalena Acetic Acid (NAA) 0.067%, 2-Metil-1-Napthalene
Acetotamida MNAD 0.013%, 2-Metil-1-Naftalenasetat 0.33%, Indole Butyric
Acid IBA 0.057%, dan Tetramithiuram disulfat 4%), dan bahan-bahan analisis
kimia. Peralatan yang digunakan antara lain adalah wadah plastik (polybag)
ukuran 15 cm x 20 cm, penggaris, timbangan analitik, jangka sorong, SPAD-502,
LI-COR 3000C, oven, mikroskop BX41/51, mikroskop BX51SP, kamera, alatalat laboratorium untuk analisis kimia, dan alat penunjang lainnya.

Prosedur Analisis Data
Penelitian dilaksanakan dalam 2 percobaan. Percobaan pertama bertujuan
untuk mendapatkan jenis media terbaik yang dikaitkan dengan pemakaian zat
pengatur tumbuh untuk percepatan pertumbuhan akar pada setek panili,
sedangkan percobaan ke-2 untuk mengetahui pengaruh berbagai komposisi media
tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit panili.
Percobaan 1. Pertumbuhan Akar Setek Panili pada Berbagai Jenis Media
dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan pertama disusun
berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial 2 faktor.
Faktor pertama adalah zat pengatur tumbuh dengan 2 taraf:
Z0: 0 g L-1
Z1: 10 g L-1

5
Faktor ke-2 adalah jenis media perakaran dengan 3 taraf:
M0: Tanah
M1: Arang sekam
M2: Cocopeat
Terdapat 6 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3
kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 5
tanaman sehingga terdapat 90 tanaman.
Model statistika untuk rancangan faktorial RAKL adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + ßj + (αß)ij + ρk +

ijk

Keterangan:
Yijk : Nilai pengamatan pada faktor perlakuan ZPT taraf ke-i (i=1, dan 2)
dan jenis media taraf ke-j (j=1, 2, dan 3), dan kelompok ke-k (k=1,
2, dan 3).
µ
: Rataan umum.
αi
: Pengaruh utama faktor perlakuan ZPT ke-i
ßj
: Pengaruh utama faktor perlakuan jenis media ke-j
(αß)ij : Interaksi antara perlakuan ZPT ke-i dan jenis media ke-j
ρk : Pengaruh kelompok ke-k
: Pengaruh acak yang menyebar normal
ijk
Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan analisis varians (Anova),
apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple
Range Test (DMRT).
Percobaan 2. Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi Media
Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ke-2 disusun
berdasarkan Rancangan Petak Terpisah (split plot design) (RAK) faktorial 2
faktor. Faktor pertama pada percobaan ke-2 adalah frekuensi aplikasi pupuk daun
dengan 2 taraf sebagai petak utama. Faktor ke-2 adalah kombinasi media tanam
dengan 4 taraf sebagai anak petak.
Petak utama terdiri dari atas 2 taraf frekuensi aplikasi pupuk daun:
P1: 3 hari sekali
P2: 6 hari sekali
Anak petak terdiri atas 4 taraf komposisi media tanam:
M0: Tanah
M1: Tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:1:1)
M2: Tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:2:1)
M3: Tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:1:2)
Perbandingan tanah, pupuk kandang sapi, dan arang sekam berdasarkan
volume (v:v:v). Terdapat 8 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan
diulang 3 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan
terdapat 10 tanaman sehingga terdapat 240 tanaman.

6
Model statistika untuk rancangan split plot adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + ρk + ik + ßj + (αß)ij +

ijk

Keterangan:
: Nilai pengamatan pada petak utama (frekuensi aplikasi pupuk daun)
ke-i (i=1, dan 2), anak petak (komposisi media tanam) ke-j (j=1, 2,
3, dan 4), dan ulangan ke-k (k=1, 2, dan 3).
µ
: Rataan umum.
αi
: Pengaruh perlakuan frekuensi aplikasi pupuk daun ke-i
ρk : Pengaruh ulangan ke-k
ßj
: Pengaruh perlakuan komposisi media tanam ke-j
(αß)ij : Interaksi antara perlakuan petak utama ke-i dengan anak petak ke-j
ik : Galat petak utama (frekuensi aplikasi pupuk daun).
: Galat anak petak (komposisi media tanam).
ijk
Yijk

Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan analisis varians (Anova),
apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple
Range Test (DMRT).
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan 1. Pertumbuhan Akar Setek Panili pada Berbagai Jenis Media
dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Persiapan media tanam dan bahan tanam
Jenis media yang digunakan pada percobaan pertama mengunakan tanah,
arang sekam, dan cocopeat. Masing-masing jenis media tersebut dimasukkan ke
dalam wadah plastik (polybag) ukuran 15 cm x 20 cm. Bahan tanam yang
digunakan pada adalah setek panili satu ruas (2 buku) berdaun tunggal varietas
Pania 1.
Penanaman
Setek ditanam dalam wadah plastik (polybag) ukuran 15 cm x 20 cm yang
telah diisi jenis media sesuai dengan perlakuan. Sebelum ditanam, setek terlebih
dahulu direndam dalam larutan fungisida (3 g L-1 air), dan bakterisida (2 g L-1 air)
selama 30 menit. Setelah itu, setek direndam ke dalam larutan zat pengatur
tumbuh (10 g L-1 air) selama 30 menit.
Pemeliharaan
Pemeliharaan setek yang dilakukan adalah penyiraman setiap hari.
Pelaksanaan penyiraman dilaksanakan pada pagi hari dan disesuaikan dengan
kondisi curah hujan.

7
Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan pada percobaan pertama meliputi:
1. Persentase setek berakar. Perhitungan persentase setek berakar dilakukan
setiap minggu dengan menggunakan rumus berikut
Setek berakar =

Jumlah setek berakar
x 100%
Jumlah setek yang ditanam

2. Panjang akar. Pengukuran panjang akar dengan cara mengukur akar
terpanjang dari pangkal akar sampai ujung akar.
Percobaan 2. Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi Media
Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun
Persiapan media tanam dan bahan tanam
Media tanam yang digunakan pada percobaan ke-2 menggunakan tanah.
Tanah yang digunakan dibersihkan dan dipisahkan dari akar dan tanaman lain,
kemudian diayak selanjutnya dicampurkan dengan pupuk kandang dan arang
sekam sesuai dengan perlakuan. Setelah itu, campuran media tanam tersebut
dimasukkan ke dalam wadah plastik (polybag) ukuran 15 cm x 20 cm. Bahan
tanam yang digunakan pada adalah setek panili satu ruas (2 buku) berdaun tunggal
varietas Pania 1.
Persiapan naungan
Naungan yang digunakan dibuat dengan ukuran 6 m x 5 m x 2 m dengan
tingkat naungan 75%. Pembuatan naungan dilakukan dua minggu sebelum
penanaman. Rangka terbuat dari bambu dengan arah pemasangan dari timur ke
barat untuk mendapatkan sinar matahari yang merata.
Penanaman
Setek ditanam dalam wadah plastik (polybag) ukuran 15 cm x 20 cm yang
telah diisi campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam. Sebelum ditanam,
setek terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida (3 g L-1 air), dan
bakterisida (2 g L-1 air) selama 30 menit. Setelah itu, setek direndam ke dalam
larutan zat pengatur tumbuh (10 g L-1 air) selama 30 menit.
Perlakuan
Pengaplikasian pupuk daun dilakukan pada sore hari dengan konsentrasi 1 g
L-1 air setelah setek bertunas dan mempunyai 1 sampai 2 daun sesuai perlakuan.
Teknik pemberian pupuk daun disemprot dengan sprayer hingga seluruh bagian
daun basah dan volume semprot yang digunakan dalam pengaplikasian pupuk
daun sebanyak 10 ml per tanaman.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman setiap hari.
Pelaksanaan penyiraman dilaksanakan pada pagi hari dan disesuaikan dengan
kondisi curah hujan. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara
mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag.

8

Pengamatan
Pada percobaan ke-2 ini pengamatan yang dilakukan meliputi komponen
pertumbuhan dan komponen fisiologi tanaman.
Pengamatan pertumbuhan dan fisiologi tanaman meliputi:
1. Persentase setek hidup. Perhitungan persentase keberhasilan setek
dilakukan satu kali pada saat akhir percobaan dengan menggunakan rumus
berikut.
Keberhasilan setek =

Jumlah setek hidup
x 100%
Jumlah setek yang ditanam

2. Panjang tunas. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap dua minggu
dengan cara mengukur dari pangkal batang (tunas) sampai titik tumbuh
tertinggi.
3. Jumlah ruas. Perhitungan jumlah ruas dilakukan setiap dua minggu dengan
cara menghitung ruas pada tunas.
4. Panjang ruas. Pengukuran panjang ruas dilakukan setiap dua minggu
dengan cara mengukur setiap ruas pada tunas.
5. Diameter batang. Pengukuran diameter batang dilakukan setiap dua
minggu dengan cara mengukur diameter batang dengan menggunakan
jangka sorong.
6. Jumlah daun. Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap dua minggu
dengan cara menghitung jumlah daun yang berbentuk daun sempurna.
7. Luas daun. Perhitungan luas daun dilakukan dengan menggunakan alat LICOR 3000C yang dilakukan satu kali pada saat akhir percobaan.
8. Kehijauan daun. Pengukuran kehijauan daun dilakukan dengan
menggunakan alat SPAD-502 yang dilakukan satu kali pada saat akhir
percobaan.
9. Jumlah akar. Penghitungan jumlah akar dilakukan satu kali pada saat akhir
percobaan dengan cara menghitung akar yang tumbuh pada buku setek.
10. Panjang akar. Pengukuran panjang akar dilakukan satu kali pada saat akhir
percobaan dengan cara mengukur akar terpanjang dari pangkal akar
sampai ujung akar.
11. Volume akar. Pengukuran volume akar dilakukan satu kali pada saat akhir
percobaan dengan mengukur jumlah volume air yang naik setelah akar
dimasukan kedalam gelas ukur.
12. Ketebalan daun. Pengukuran ketebalan daun dilakukan satu kali pada saat
akhir percobaan dengan menggunakan mikroskop.
13. Kerapatan stomata. Penghitungan kerapatan stomata pada daun dilakukan
satu kali pada saat akhir percobaan dengan menggunakan mikroskop pada
pembesaran 400 kali.

9
14. Analisis sifat fisik media tanam. Analisis sifat fisik media tanam dilakukan
pada awal percobaan. Sifat fisik media yang akan diamati yaitu:
a. Bulkdensity
b. Porositas
c. Permeabilitas
d. Tekstur
e. pH
f. C-organik
15. Analisis kandungan klorofil dilakukan satu kali pada saat akhir percobaan
dengan menggunakan metode analisis Sims dan Gamon (2002).
16. Analisis kadar hara jaringan. Analisis kandungan hara jaringan dilakukan
satu kali pada saat akhir percobaan dengan menggunakan metode
pengabuan basah untuk menetapkan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K).
17. Bobot basah biomassa total. Perhitungan bobot basah biomassa total
dilakukan satu kali pada saat akhir percobaan dengan cara menimbang
tunas dan akar.
18. Bobot kering biomassa total. Perhitungan bobot kering biomassa total
dilakukan satu kali pada saat akhir percobaan dengan cara menimbang
tunas dan akar yang telah dikeringkan pada suhu 60 oC selama 48 jam.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Penelitian dilakukan pada saat musim hujan yaitu bulan September sampai
dengan Desember tahun 2013. Berdasarkan data iklim yang diambil dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Darmaga menunjukkan selama
penelitian (September-Desember 2013) rata-rata curah hujan yaitu sebesar 373
mm bulan-1, intensitas cahaya matahari rata-rata sebesar 306.75 kal cm-2 hari-1
dengan temperatur udara rata-rata sebesar 25.45 oC serta kelembaban rata-rata
sebesar 80.25% . Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data iklim selama percobaan
Intensitas
Curah hujan
cahaya matahari
Bulan
(mm)
(kal cm-2 hari-1)
September
503.0
355
Oktober
394.0
356
Nopember
187.0
315
Desember
408.0
201

Temperatur
(oC)

Kelembaban
(%)

25.1
26.1
25.3
25.3

78
80
78
85

Sumber: BMG stasiun klimatologi Darmaga-Bogor

Total curah hujan pada awal penanaman yaitu bulan September tergolong
tinggi yaitu sebesar 503 mm bulan-1. Curah hujan menurun pada saat tanaman
berumur antara 5 sampai 12 minggu setelah tanam (MST) yaitu masing-masing

10
sebesar 394 mm bulan-1 dan 187 mm bulan-1. Tanaman saat berumur antara 13
sampai 16 MST, curah hujan semakin meningkat yaitu sebesar 408 mm bulan -1.
Intensitas cahaya matahari terus menurun pada bulan September sampai
Desember yaitu masing-masing sebesar 355, 356, 315, dan 201 kal cm-2 hari-1.
Curah hujan yang tinggi dan intensitas cahaya matahari yang rendah
menyebabkan temperatur menurun yaitu masing-masing sebesar 25.1, 26.1, 25.3,
dan 25.3 oC dengan kelembaban yang meningkat yaitu masing-masing sebesar 78,
80, 78, dan 85%.
Setek panili mulai bertunas pada umur 3 MST dengan rata-rata setek
bertunas sebesar 27.5%, jumlah setek yang bertunas terus meningkat hingga pada
umur 15 MST dengan rata-rata setek bertunas sebesar 92.08%. Kondisi umum
pertumbuhan setek panili selama percobaan dapat dilihat pada Gambar 2.

3 MST

9 MST

6 MST

12 MST

Gambar 2 Kondisi umum pertumbuhan setek selama percobaan
Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada serangan hama selama percobaan,
tetapi terdapat serangan penyakit busuk batang vanili (BBV). BBV merupakan
penyakit utama pada tanaman panili. Gejala BBV dapat ditemukan pada seluruh
bagian tanaman yaitu akar, batang, buah, pucuk, dan kadang-kadang pada daun.
Namun gejala BBV paling sering ditemukan pada batang. Penyakit yang
menyerang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. vanillae yang
menyebabkan busuk batang dan akar dengan gejala batang berwarna coklat
sampai hitam (Gambar 3). Penyakit timbul diduga disebabkan oleh kondisi
kelembaban yang tinggi pada saat penanaman. Pengendalian penyakit dilakukan

11
dengan menyemprotkan fungisida (mankozeb 80%) dengan konsentrasi 3 g L-1 air
dan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali pada tanaman yang terserang.

Gambar 3 Setek panili yang terserang penyakit busuk batang

Percobaan 1. Pertumbuhan Akar Setek Panili pada Berbagai Jenis Media
dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
dari perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan jenis media perakaran terhadap
parameter persentase setek berakar pada umur 1, 2, dan 3 minggu setelah
perlakuan (MSP) dan parameter panjang akar pada umur 3 MSP (Tabel 2).
Tabel 2 Perlakuan ZPT dan jenis media terhadap persentase setek berakar dan
panjang akar
Persentase setek berakar (%)
Panjang akar (cm)
Perlakuan
1 MSP 2 MSP 3 MSP
3 MSP
ZPT
8.72
0 g L-1
28.89
57.78
80.00
-1
9.21
10 g L
31.11
62.22
86.67
tn
Notasi
tn
tn
tn
Jenis media
8.79
23.33
56.67
80.00
Tanah
9.02
36.67
63.33
86.67
Arang sekam
9.09
30.00
60.00
83.33
Cocopeat
Notasi
tn
tn
tn
tn
Keterangan : MSP = minggu setelah perlakuan, tn = tidak nyata

12
Persentase setek berakar dan panjang akar tidak dipengaruhi oleh aplikasi
zat pengatur tumbuh (ZPT) dan jenis media perakaran. Hal tersebut diduga bahwa
aplikasi ZPT dan jenis media perakaran belum mampu memberikan pengaruh
terhadap persentase setek berakar.
Persediaan makanan yang terdapat di dalam stek berupa senyawa
karbohidrat dan nitrogen diperlukan bagi pembentukan akar dan pertumbuhan
tunas. Menurut Hartmann dan Kester (2010) setek yang mengandung karbohidrat
tinggi dan nitrogen cukup akan mempermudah terbentuknya serta perkembangan
akar dan tunas setek. Pembentukan akar adventif dapat terjadi dalam dua tahap,
pertama adalah inisiasi yang dicirikan atas pembelahan sel dan diferensiasi sel-sel
tertentu ke dalam bakal akar dan tahap kedua adalah pertumbuhan bakal akar yang
memanjang.
Tingkat perkembangan jaringan tanaman, umur tanaman, dan kandungan zat
tumbuh mempengaruhi kemampuan setek membentuk akar. Akar dapat terbentuk
apabila kondisi lingkungan dan faktor internal yang mendukung. Kandungan
hormon endogen tanaman dan faktor eksternal berupa penambahan hormon
eksogen, dalam hal ini dapat disediakan oleh ZPT berupa auksin. ZPT adalah
salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang dalam jumlah tertentu
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui
pembelahan sel, perbesaran sel, dan diferensiasi sel. Pemberian ZPT auksin
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan tanaman terutama
pada perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan setek. Indikator
keberhasilan perbanyakan dengan cara ini adalah tumbuhnya akar dan tunas.
Upaya untuk merangsang inisiasi akar sangat penting untuk memulai
pertumbuhan setek. Periode kritis penyemaian setek adalah ketika setek belum
berakar, setek panili yang berhasil bertunas disebabkan oleh adanya dukungan
akar yang sudah tumbuh dan berkembang dengan baik (Somantri dan Evizal
1987). Perlakuan ZPT pada setek bertujuan untuk meningkatkan persentase setek
yang berakar, meningkatkan jumlah, dan kualitas produksi akar setek,
mempercepat pertumbuhan akar, serta meningkatkan keseragaman perakaran
(Hartmann dan Kester 2010). Menurut Mariska et al. (1987) penggunaan Indole
Butyric Acid (IBA) lebih banyak memberikan keberhasilan dibandingkan dengan
lainnya. Pemakaian Naphtalena Acetic Acid (NAA) harus lebih berhati-hati
karena NAA lebih kuat daya rangsangnya serta mempunyai selang konsentrasi
yang sempit.
Hasil percobaan ini sejalan dengan penelitian Mariska et al. (1987) yang
menunjukkan bahwa penggunaan IBA 500 dan 1000 ppm tidak memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan setek panili 1 ruas dan tidak dapat meningkatkan
persentase tumbuh, serta panjang dan jumlah akar yang dihasilkan pada 18 MST.
Hal tersebut diduga bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh IBA dan atonik
kurang efektif untuk merangsang pertumbuhan setek beruas pendek yang
berkaitan dengan tidak terdapatnya konsentrasi yang cukup dari ZPT endogen
lainnya. Selanjutnya hasil penelitian Somantri dan Evizal (1987) menunjukkan
bahwa penggunaan atonik 100 ppm dan dan IBA 0, 400, dan 800 ppm pada setek
1 sampai 3 buku juga belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap
persentase tumbuh, panjang tunas, panjang akar, dan jumlah ruas pada 8 MST.
Selanjutnya Rosman et al. (1991) menunjukkan bahwa penggunaan ZPT
nitroaromatik 100, 200, dan 300 ppm pada setek panili 1 ruas berdaun tunggal

13
tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman pada parameter panjang
tunas, jumlah daun, lebar daun, dan panjang akar. Semakin tinggi konsentrasi ZPT
sampai batas optimal dan lama perendaman mungkin dapat lebih merangsang
pertumbuhan setek panili. Hal ini sejalan dengan penelitian Asnawi et al. (1989)
yang menunjukkan bahwa penggunaan air kelapa dengan konsentrasi 50% sebagai
ZPT dengan cara merendam setek panili 1 ruas selama 4 jam dapat meningkatkan
pertumbuhan setek panili dibandingkan dengan kontrol.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan akar
adalah media perakaran. Jenis media arang sekam dan cocopeat merupakan media
perakaran yang cukup gembur, porus dan lembab. Hasil penelitian Suparman dan
Evizal (1987) menunjukkan bahwa setek panili yang ditanam pada media yang
mempunyai drainase dan aerasi yang baik dapat meningkatkan persentase setek
tumbuh. Menurut Mariska et al. (1987) panili memerlukan media tumbuh dengan
kelembaban yang tinggi serta berpori banyak. Pemakaian media yang
dikombinasikan dengan media lain pada umumnya memberikan hasil
pertumbuhan setek panili yang lebih baik. Selanjutnya (Hartmann dan Kester
2010) menambahkan bahwa pemakaian media tumbuh untuk suatu setek tanaman,
kombinasi dari beberapa material (bahan) akan memberikan hasil yang lebih baik
daripada menggunakan satu macam media.
Percobaan 2. Pertumbuhan Bibit Panili pada Beberapa Komposisi Media
Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun
Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan fisiologi dapat
dilihat pada Tabel 3. Interaksi antara komposisi media tanam dan frekuensi
aplikasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan yaitu
jumlah daun pada umur 4 MSP. Komponen pertumbuhan lainnya yaitu panjang
tunas pada 4, 6, 8, dan 10 MSP, jumlah ruas pada 4, 6, 8, dan 10 MSP, panjang
ruas pada 4 dan 6 MSP, jumlah daun pada 6, 8, dan 10 MSP, dan diameter ruas
pada umur 4 MSP dipengaruhi oleh komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi
pupuk daun, sedangkan luas daun dan bobot basah akar pada 10 MSP hanya
dipengaruhi oleh komposisi media tanam. Komponen fisiologis yaitu klorofil a
dan klorofil total hanya dipengaruhi oleh frekuensi aplikasi pupuk daun.

14
Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan fisiologi
Perlakuan
Peubah
Koefisien
Frekuensi
Komposisi
pengamatan
Keragaman
aplikasi pupuk
Interaksi
media tanam
(%)
daun
(F)
(K)
(F) x (K)
Panjang tunas
tn
4 MSP
**
**
8.95
tn
6 MSP
**
**
10.63
tn
8 MSP
**
**
10.08
tn
10 MSP
*
**
11.07
Jumlah ruas
4 MSP
**
**
tn
6.28
6 MSP
**
**
tn
7.69
8 MSP
**
**
tn
7.06
10 MSP
**
**
tn
7.53
Panjang ruas
4 MSP
**
*
tn
7.88
6 MSP
*
**
tn
7.08
8 MSP
tn
tn
tn
8.66
10 MSP
tn
tn
tn
8.98
Jumlah daun
**
**
*
4 MSP
7.82
**
**
6 MSP
tn
8.29
**
**
8 MSP
tn
9.64
10 MSP
*
**
tn
9.20
Diameter ruas
*
*
tn
4 MSP
3.39
tn
tn
tn
6 MSP
3.32
tn
tn
tn
8 MSP
3.30
tn
tn
tn
10 MSP
2.83
Luas daun
tn
**
tn
12.50
Kehijauan daun
tn
tn
tn
5.54
Ketebalan daun
tn
tn
tn
12.69
Persentase setek hidup
tn
tn
tn
11.01
Jumlah akar
tn
tn
tn
35.17
Panjang akar
tn
tn
tn
22.48
Volume akar
tn
tn
tn
25.81
Kerapatan stomata
tn
tn
tn
24.57
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%, ** berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 99%, tn = tidak nyata

15
Tabel lanjutan
Perlakuan
Peubah
pengamatan

Klorofil a
Klorofil b
Klorofil total
Bobot basah biomassa
Bobot kering biomassa

Frekuensi
Koefisien
Komposisi
aplikasi pupuk
Interaksi Keragaman
media tanam
daun
(%)
(F)
(K)
(F) x (K)
*
tn
tn
11.90
tn
tn
tn
19.70
*
tn
tn
13.95
tn
tn
tn
19.04
tn
tn
tn
23.41

Keterangan : * berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%, ** berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 99%, tn = tidak nyata

Hasil analisis media tanam yang dilakukan di laboratorium Tanah
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor
menunjukkan bahwa media tanam tanah dan media tanam kombinasi antara tanah,
pupuk kandang, dan arang sekam terdapat perbedaan sifat fisik dan kimia.
Perbedaan sifat fisik terjadi pada parameter bulkdensity, porositas, permeabilitas,
dan tekstur. Perbedaan sifat kimia terjadi pada parameter C-organik dan pH. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya penambahan bahan organik yaitu pupuk kandang
dan arang sekam. Hasil analisis media tanam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis media tanam
Tanah
Parameter
pH H2O
C-organik (%)
Bulkdensity (g cm-3)
Porositas (%)
Permeabilitas (cm jam-1)
Tekstur (%):
Pasir
Debu
Liat

5.50
1.83
0.70
73.75
42.31

T:PK:AS
(2:1:1)
5.90
4.78
0.50
80.98
60.83

T:PK:AS
(2:2:1)
6.20
4.86
0.48
82.04
66.60

T:PK:AS
(2:1:2)
6.40
5.18
0.39
85.26
71.35

17.91
43.32
38.77

16.72
34.02
49.26

16.84
32.97
50.19

17.22
35.55
47.23

Keterangan: T = tanah, PK = pupuk kandang, AS = arang sekam
Sumber: Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya lahan Faperta IPB

Bulkdensity merupakan petunjuk kepadatan media tanam, penurunan
bulkdensity atau bobot isi akan diikuti oleh penurunan kepadatan sehingga
semakin mudah untuk meneruskan air dan penetrasi akar ke dalam media tanam.
Peningkatan porositas dan permeabilitas akan diikuti peningkatan drainase, aerasi,
dan daya pegang air. Tanaman yang berada pada suatu lingkungan yang mampu
memberi dukungan struktural akan mendukung didalam pertumbuhan dan
perkembangan akarnya, sehingga media tanam yang memiliki drainase, aerasi,

16
dan daya pegang air yang baik menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan
pertumbuhan tanaman.
Komponen Pertumbuhan
Persentase setek hidup
Pengaruh komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap komponen pertumbuhan tanaman yaitu persentase setek hidup dapat
dilihat pada Tabel 5. Rata-rata persentase setek hidup pada komposisi media
tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun umumnya tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata baik perlakuan komposisi media tanam maupun frekuensi aplikasi
pupuk daun.
Tabel 5 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap persentase setek hidup bibit panili
Perlakuan
Persentase setek hidup (%)
Frekuensi aplikasi pupuk daun
3 hari sekali
94.17
6 hari sekali
90.00
Notasi
tn
Komposisi media tanam
Tanah
81.67
Tanah : PK : AS (2:1:1)
95.00
Tanah : PK : AS (2:2:1)
98.33
Tanah : PK : AS (2:1:2)
93.33
Notasi
tn
Keterangan : PK = pupuk kandang, AS = arang sekam, tn = tidak nyata

Perlakuan komposisi media tanam yaitu tanah : pupuk kandang : arang
sekam (2:2:1) pada 10 MSP dapat meningkatkan persentase setek hidup sebesar
3.51 sampai 16.66% jika dibandingkan dengan media tanah dan kombinasi media
tanah, pupuk kandang, dan arang sekam lainnya. Perlakuan frekuensi aplikasi
pupuk daun yaitu 3 hari sekali dapat meningkatkan persentase setek hidup sebesar
4.63% jika dibandingkan dengan persentase setek hidup pada perlakuan frekuensi
aplikasi pupuk daun yaitu 6 hari sekali pada 10 MSP. Hal tersebut diduga bahwa
frekuensi aplikasi pupuk daun yang semakin tinggi lebih dapat memenuhi
ketersediaan unsur hara yang diperlukan bibit panili selama pertumbuhan vegetatif.
Kombinasi media tanah dengan pupuk kandang sapi dan arang sekam
(2:2:1) dapat meningkatkan persentase setek hidup. Hal tersebut diduga adanya
kombinasi media tanah dengan pupuk kandang sapi dan arang sekam lebih dapat
memberikan kondisi media tumbuh yang sesuai. Media tanah yang
dikombinasikan dengan pupuk kandang sapi dan arang sekam dapat memperbaiki
struktur media tanah, sehingga daya serap air, dan unsur hara oleh akar bibit panili
lebih meningkat. Hasil analisis media tanam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa
media tanah yang dikombinasikan dengan pupuk kandang sapi dan arang sekam
dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas, sehingga akan diikuti

17
peningkatan drainase, aerasi, dan daya pegang air. Menurut Suparman dan Evizal
(1987) untuk pertumbuhan yang baik, akar bibit panili memerlukan drainase dan
aerasi yang juga baik. Selanjutnya Rosman et al. (1989) menyatakan bahwa media
tanam yang gembur dan mempunyai drainase baik sangat dibutuhkan oleh
tanaman panili. Setek yang mampu berakar dan dapat memenuhi unsur hara
mempunyai peluang besar untuk pembentukan dan pertumbuhan tunas, sehingga
lebih dapat mendukung persentase setek hidup bibit panili.
Hasil penelitian Dhalimi (2003) menunjukkan bahwa penggunaan sekam
dan abu sekam pada media tanam pembibitan panili dapat meningkatkan
pertumbuhan dan menghasilkan bibit dengan tingkat kematian rendah di
pembibitan. Hal tersebut terjadi karena adanya kombinasi media tanah dengan
sekam dan abu sekam sehingga terjadi peningkatan aerasi media tanam dan
ketersediaan unsur hara K. Media tanam dengan kondisi aerasi baik dapat
mengurangi penyakit busuk batang vanili yang disebabkan oleh cendawan
Fusarium oxysporum f. sp. vanillae. Kandungan Kalium (K) yang meningkat di
dalam tanaman akan menambah daya tahan tanaman terhadap penyakit karena
dinding sel tanaman semakin tebal.
Panjang tunas, jumlah ruas, panjang ruas, dan diameter ruas
Pengaruh komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap komponen pertumbuhan tanaman yaitu panjang tunas, jumlah ruas,
panjang ruas, dan diameter ruas dapat dilihat pada Tabel 6, 7, 8, dan 9. Rata-rata
panjang tunas pada komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
umumnya menunjukkan perbedaan yang nyata baik perlakuan komposisi media
tanam maupun frekuensi aplikasi pupuk daun.
Tabel 6 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap panjang tunas bibit panili
Panjang tunas (cm)
Perlakuan
4 MSP
6 MSP
8 MSP 10 MSP
Frekuensi aplikasi pupuk daun
3 hari sekali
13.69a
18.44a
24.15a
33.46a
6 hari sekali
10.57b
14.92b
20.60b
30.04b
Notasi
**
**
**
*
Komposisi media tanam
Tanah
10.03b
13.32c
17.68b
22.72b
Tanah : PK : AS (2:1:1)
13.39a
18.69a
24.69a
35.01a
Tanah : PK : AS (2:2:1)
14.01a
18.57a
24.46a
36.57a
Tanah : PK : AS (2:1:2)
11.09b
16.15b
22.68a
32.70a
Notasi
**
**
**
**
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT 5%, MSP = minggu setelah perlakuan, PK = pupuk
kandang, AS = arang sekam, * = nyata pada α 5%, ** = nyata pada α 1%

18
Perlakuan komposisi media tanam yaitu tanah : pupuk kandang : arang
sekam (2:2:1) pada 10 MSP dapat meningkatkan panjang tunas sebesar 4.46
sampai 60.96% jika dibandingkan dengan komposisi media lainnya. Frekuensi
aplikasi pupuk daun juga dapat mendukung pertumbuhan bibit panili yang
ditunjukkan dengan meningkatnya panjang tunas. Perlakuan frekuensi aplikasi
pupuk daun yaitu 3 hari sekali dapat meningkatkan panjang tunas sebesar 10.18%
jika dibandingkan dengan panjang tunas pada perlakuan frekuensi aplikasi pupuk
daun yaitu 6 hari sekali pada 10 MSP. Panjang tunas bibit panili pada perlakuan
berbagai komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun dapat dilihat
pada Gambar 4.
P1

M0

P1

M1

M2

M3

M0

M1

M2

M3

Gambar 4 Panjang tunas bibit panili pada perlakuan berbagai komposisi media
tanam (M0 = Tanah, M1 = Tanah : PK : AS (2:1:1), M2 = Tanah :
PK : AS (2:2:1), M3 = Tanah : PK : AS (2:1:2) dan frekuensi aplikasi
pupuk daun (P1 = 3 hari sekali dan P2 = 6 hari sekali)
Rata-rata jumlah ruas pada komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi
pupuk daun umumnya menunjukkan perbedaan yang nyata baik perlakuan
komposisi media tanam maupun frekuensi aplikasi pupuk daun. Perlakuan
komposisi media tanam yaitu tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:2:1) pada
10 MSP dapat meningkatkan jumlah ruas sebesar 6.57 sampai 45.80% jika
dibandingkan dengan media tanah dan kombinasi media tanah, pupuk kandang,
dan arang sekam lainnya. Frekuensi aplikasi pupuk daun juga dapat mendukung
pertumbuhan bibit panili yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah ruas.
Perlakuan frekuensi aplikasi pupuk daun yaitu 3 hari sekali dapat meningkatkan
jumlah ruas sebesar 12.26% jika dibandingkan dengan jumlah ruas pada perlakuan
frekuensi aplikasi pupuk daun yaitu 6 hari sekali pada 10 MSP.

19
Tabel 7 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap jumlah ruas bibit panili
Jumlah ruas (ruas)
Perlakuan
4 MSP
6 MSP
8 MSP 10 MSP
Frekuensi aplikasi pupuk daun
3 hari sekali
4.19a
5.93a
7.60a
9.25a
6 hari sekali
3.61b
5.15b
6.75b
8.24b
Notasi
**
**
**
**
Komposisi media tanam
Tanah
3.48c
4.70c
5.80c
6.79c
Tanah : PK : AS (2:1:1)
3.95b
5.61b
7.54ab
9.29ab
Tanah : PK : AS (2:2:1)
4.54a
6.35a
8.14a
9.90a
Tanah : PK : AS (2:1:2)
3.62c
5.51b
7.24b
9.00b
Notasi
**
**
**
**
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT 5%, MSP = minggu setelah perlakuan, PK = pupuk
kandang, AS = arang sekam, ** = nyata pada α 1%

Rata- rata panjang ruas pada komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi
pupuk daun menunjukkan perbedaan yang nyata baik perlakuan komposisi media
tanam maupun frekuensi aplikasi pupuk daun, kecuali pada 8 dan 10 MSP.
Tabel 8 Perlakuan komposisi media tanam dan frekuensi aplikasi pupuk daun
terhadap panjang ruas bibit panili
Panjang ruas (cm)
Perlakuan
4 MSP
6 MSP
8 MSP 10 MSP
Frekuensi aplikasi pupuk daun
3 hari sekali
3.27a
3.10a
3.18
3.62
6 hari sekali
2.92b
2.90b
3.05
3.60
Notasi
**
*
tn
tn
Komposisi media tanam
Tanah
2.85b
2.82b
3.04
3.33
Tanah : PK : AS (2:1:1)
3.37a
3.33a
3.27
3.77
Tanah : PK : AS (2:2:1)
3.09ab
2.92b
3.01
3.70
Tanah : PK : AS (2:1:2)
3.07ab
2.94