Pertumbuhan Bibit Pepaya pada Berbagai Komposisi Media Tanam

PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA PADA BERBAGAI
KOMPOSISI MEDIA TANAM

RANI DWI UTAMI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Bibit
Pepaya pada Berbagai Komposisi Media Tanam adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Rani Dwi Utami
A24090088

ABSTRAK
RANI DWI UTAMI. Pertumbuhan Bibit Pepaya pada Berbagai Komposisi Media
Tanam. Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan KETTY SUKETI.
Pepaya merupakan buah tropika yang lebih efisien diperbanyak dengan
biji. Media pembibitan yang biasa digunakan oleh petani pepaya adalah campuran
tanah dan bahan organik yang berat, sehingga kurang praktis dalam transportasi
dan distribusi bibit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh media pembibitan
yang ringan namun dapat mendukung pertumbuhan bibit pepaya hingga siap
tanam di lapangan. Percobaan dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2013
di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB Pasirkuda Ciomas,
Bogor, dengan rancangan kelompok lengkap teracak 1 faktor dan 3 ulangan.
Perlakuannya adalah komposisi media tanam yang terdiri dari 3 jenis bahan
dengan perbandingan volume 1:1:1 yaitu tanah + pupuk kandang ayam + arang
sekam, tanah + pupuk kandang ayam + sekam, tanah + pupuk kandang ayam +
cocopeat, tanah + pupuk kandang ayam + serbuk gergaji, tanah + kompos + arang
sekam, tanah + kompos + sekam, tanah + kompos + cocopeat dan tanah + kompos

+ serbuk gergaji. Hasil percobaan menunjukkan bahwa komposisi media tanam
mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan waktu tunas
bunga pertama muncul. Komposisi media tanam tanah + pupuk kandang ayam +
sekam dan tanah + pupuk kandang ayam + cocopeat merupakan komposisi media
tanam yang memiliki bobot bibit per polybag paling ringan dan memberikan
pertumbuhan optimum pada bibit pepaya di polybag dan di lapangan. Komposisi
media tanam tanah + pupuk kandang ayam + sekam memiliki biaya produksi yang
lebih murah dibanding komposisi media tanam tanah + pupuk kandang ayam +
cocopeat.
Kata kunci: arang sekam, cocopeat, pembibitan, pupuk kandang ayam, sekam

ABSTRACT
RANI DWI UTAMI. Growth of Papaya Seedlings on the Various of Growing
Media Composition. Supervised by WINARSO DRAJAD WIDODO and KETTY
SUKETI.
Papaya is a tropical fruit that more efficient to be propagated by seed.
Growing media used by papaya farmers is a heavy combination of soil and
organic matter, so it is not practical to seedlings transportation and distribution.
The research aims to obtain a light weight growing media that can support the
growth of papaya seedlings until planting in the field. The research was conducted

for January to June 2013 at the experimental field of Center for Tropical
Horticulture Studies IPB Pasirkuda Ciomas, Bogor. The design used was
randomized complete block design with 1 factor and 3 replications. The faktor
was the growing media composition consisting of 3 material types with a volume
ratio 1:1:1 that was soil + chicken manure + rice husk charcoal, soil + chicken
manure + rice husk, soil + chicken manure + cocopeat, soil + chicken manure +
sawdust, soil + compost + rice husk charcoal, soil + compost + rice husk, soil +

compost + cocopeat and soil + compost + sawdust. The results showed that the
growing media composition affect on plant height, leaf number, stem diameter
and time of first flower emerge. The growing media composition that was soil +
chicken manure + rice husk and soil + chicken manure + cocopeat has the lightest
weight of seedlings per polybag and optimum growth of papaya seedlings in the
polybag and field. The growing media composition of soil + chicken manure +
rice husk has the cheaper production costs than growing media composition of
soil + chicken manure + cocopeat.
Key words: chicken manure, cocopeat, nursery, rice husk, rice husk charcoal

PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA PADA BERBAGAI
KOMPOSISI MEDIA TANAM


RANI DWI UTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bibit Pepaya pada Berbagai Komposisi
Media Tanam
: Rani Dwi Utami
Nama
NIM

: A24090088

Disetujui oleh

Dr Ir&'-MSi

Ir Winarso Drajad Widodo, MS Ph. D
Pembimbing I

Pembimbing II

MScA

Tanggal Lulus:
1'1

1

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bibit Pepaya pada Berbagai Komposisi
Media Tanam

Nama
: Rani Dwi Utami
NIM
: A24090088

Disetujui oleh

Ir Winarso Drajad Widodo, MS Ph. D
Pembimbing I

Dr Ir Ketty Suketi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Pertumbuhan Bibit Pepaya pada Berbagai Komposisi
Media Tanam.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Winarso Drajad Widodo, MS
dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi atas saran dan bimbingannya selama pelaksanaan
percobaan dan penyelesaian skripsi, kepada Prof Dr Ir Sobir, MS atas bimbingan
dan arahan selama masa perkuliahan dan kepada Dr Dewi Sukma SP, MSi yang
telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan skripsi. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Baisuni dan seluruh teknisi Kebun Percobaan
Pusat Kajian Hortikultura Tropika Pasirkuda Ciomas, Bogor yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan percobaan sampai dengan selesai dan tak lupa juga
kepada kedua orangtua yaitu Bapak Ganda Supirman dan Ibu I’a Kurniasih,
seluruh keluarga dan sahabat-sahabat atas do’a, dukungan dan kasih sayangnya
selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Rani Dwi Utami


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Pepaya

2

Syarat Tumbuh Pepaya


2

Cara Perbanyakan Pepaya

3

Media Tanam

3

BAHAN DAN METODE

5

Waktu dan Tempat

5

Bahan dan Alat


5

Metode Percobaan

6

Pelaksanaan Percobaan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi Umum

8

Pertumbuhan Bibit di Polybag

9

Pertumbuhan Bibit di Lapangan

12

Fase Generatif

18

KESIMPULAN

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1 Kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan nilai pH pada berbagai
komposisi media tanam
2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan
bibit pepaya di polybag
3 Pertumbuhan bibit pepaya di polybag dan bobot bibit pada 5 MST
4 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan
bibit pepaya di lapangan
5 Pertumbuhan tinggi tanaman pepaya di lapangan
6 Pertambahan jumlah daun dan diameter batang tanaman pepaya
di lapangan
7 Waktu tunas bunga pertama muncul dan tinggi letak tunas
bunga pertama tanaman pepaya di lapangan

9
9
10
13
14
16
18

DAFTAR GAMBAR
1 Keragaan bibit pepaya 5 MST di polybag pada berbagai komposisi
media tanam
2 Laju pertumbuhan tinggi tanaman pepaya di lapangan
3 Laju pertambahan jumlah daun tanaman pepaya di lapangan
4 Keragaan tanaman pepaya pada 6 MST di lapangan

11
15
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi pepaya kultivar Sukma (IPB 6-C)
2 Data iklim kebun percobaan PKHT Pasirkuda Ciomas, Bogor
3 Analisis ekonomi komposisi media tanam M2 dan M3

22
22
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu buah tropika yang
berpotensi untuk dikembangkan. Menurut Suketi (2011) buah pepaya sangat
potensial untuk dijadikan bahan pangan pelengkap sebagai buah segar karena
harga yang relatif murah, mudah didapat dan mengandung vitamin A, vitamin C
dan mineral terutama kalsium. Analisis kandungan zat gizi daging buah pepaya
agak beragam. Menurut Sankat dan Maharaj (1997) pepaya mengandung 85-90%
air, 10-13% gula, 0.6% protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan
kadar lemak yang rendah yaitu 0.1%, sedangkan menurut Suketi et al. (2010)
kandungan zat gizi pepaya IPB yaitu 86.48% air, 0.27% abu, 0.010% lemak,
4.13% protein, 0.006% fosfor, 1.35% kalium, 68 mg kalsium, 282.00 ppm Fe dan
vitamin C 105.09-154.89/100 g.
Pepaya sudah dibudidayakan secara intensif di Indonesia. Budidaya pepaya
mudah dilakukan, karena di daerah tropika tanaman ini memiliki adaptasi yang
luas dan tidak bermusim. Produksi pepaya nasional menurut data BPS (2012)
tahun 2009, 2010 dan 2011 berturut-turut 772 844, 675 801 dan 958 251 ton. Data
tersebut cukup fluktuatif dan masih berpotensi untuk ditingkatkan.
Keberhasilan budidaya pepaya diawali dengan penggunaan bibit yang
berkualitas sehingga dapat menghasilkan buah yang bermutu. Perkembangan dan
pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh jenis media tanamnya, media tanam yang
baik harus dapat menunjang ketersediaan unsur hara bagi tanaman, dapat menjaga
kelembaban daerah perakaran dan menyediakan cukup udara, sehingga diperlukan
suatu usaha untuk mencari jenis media tanam yang tepat untuk pembibitan pepaya.
Komposisi media tanam yang biasa digunakan oleh petani adalah campuran
tanah, pasir dan pupuk kandang. Namun demikian perlu dipelajari lebih lanjut
komposisi media tanam yang lebih ringan tetapi tetap menjamin pertumbuhan
bibit pepaya yang optimal dengan mengurangi volume tanah sebanyak 50%. Hasil
penelitian Suketi dan Imanda (2011) menunjukkan bahwa campuran tanah, pupuk
kandang dan arang sekam dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media tanam
paling baik untuk bibit pepaya hingga siap tanam di lapangan dan memiliki bobot
yang ringan sehingga dapat memudahkan dalam proses transportasi bibit.
Pupuk kandang adalah salah satu bahan yang biasa digunakan sebagai bahan
organik pada tanah. Menurut Harjadi (1978) peranan yang paling penting dari
bahan organik adalah kemampuan dalam menahan air dan mempertahankan
struktur tanah terolah. Jenis pupuk kandang yang biasa digunakan adalah kotoran
ayam dan kotoran sapi. Menurut Hardjowigeno (2007) kandungan unsur hara
dalam kotoran ayam adalah paling tinggi, karena bagian urinnya tercampur
dengan bagian padat (feses). Kotoran ayam mengandung nitrogen 3 kali lebih
besar dari kotoran hewan yang lain.
Bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai media pembibitan yaitu
kompos, arang sekam, sekam, cocopeat dan serbuk gergaji. Campuran
bahan-bahan tersebut diharapkan akan menjadi alternatif media tanam untuk
pembibitan pepaya dan dengan adanya modifikasi komposisi media tanam
tersebut diharapkan akan diperoleh media pembibitan yang ringan tetapi dapat

2
memberikan hasil pertumbuhan bibit pepaya yang optimal, sehingga dapat
memudahkan dalam proses pemindahan bibit ke lapangan atau transportasi dan
distribusi bibit ke tempat lain.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bibit pepaya dengan komposisi
media tanam ringan dan mendukung pertumbuhan bibit hingga siap tanam
di lapangan.
Hipotesis
1.
2.

Terdapat perbedaan pengaruh berbagai komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan bibit pepaya
Komposisi media tanam yang memiliki bobot ringan dapat memberikan
pertumbuhan optimum pada bibit pepaya.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika
tropika. Pusat penyebaran tanaman ini berada di daerah sekitar Meksiko bagian
selatan dan Nikaragua. Pada abad ke-17 pepaya mulai menyebar ke Indonesia dan
negara tropis lainnya (Kalie 1999). Klasifikasi tanaman pepaya yaitu Divisi
Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Sub kelas Dicotyledonae, Ordo Caricales,
Famili Caricaceae, Genus Carica dan Spesies Carica papaya L. (Sujiprihati dan
Suketi 2009).
Pepaya merupakan tanaman herba dengan batang berongga, tidak bercabang,
dan tingginya dapat mencapai 10 m. Daunnya merupakan daun tunggal, berukuran
besar dan bercangap. Tangkai daun panjang dan berongga, bunganya terdiri atas
3 jenis yaitu bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna (hermafrodit).
Bentuk buah pepaya bulat sampai lonjong. Batang, daun dan buahnya
mengandung getah (Kalie 1999). Menurut Villegas (1997) kulit buah pepaya tipis,
halus dan jika matang akan berwarna kekuning-kuningan atau jingga. Daging
buahnya berwarna kekuning-kuningan sampai jingga merah, rasanya manis dan
beraroma sedap.

Syarat Tumbuh Pepaya
Menurut Lembaga Biologi Nasional (1979) pepaya dapat tumbuh baik
di daerah yang tingginya kurang dari 1 000 m di atas permukaan laut dan
menyukai tempat yang tidak tergenang air. Sujiprihati dan Suketi (2009)

3
menyatakan bahwa tanaman pepaya dapat tumbuh optimal pada ketinggian
200-500 m di atas permukaan laut.
Suhu optimal untuk pertumbuhan pepaya berkisar antara 21-33oC, cuaca
yang terlalu dingin dapat merusak jaringan tanaman dan memperlambat
kematangan buah serta menurunkan kualitas buah (Villegas 1997). Curah hujan
yang sesuai untuk tanaman pepaya berkisar antara 1 500-2 000 mm/tahun. Pepaya
tergolong tanaman yang membutuhkan cahaya penuh untuk melakukan proses
fotosintesis (Kalie 1999). Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya
dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan drainase yang baik, apabila
drainase buruk, maka akan terjadi pembusukan pada akar. Derajat keasaman (pH)
tanah yang baik adalah 5.0-7.0 dengan rata-rata yang diinginkan 5.5-6.5. Tingkat
pH dibawah 5.0 dapat meningkatkan kematian pada tanaman pepaya.

Cara Perbanyakan Pepaya
Pepaya tumbuh dari biji dengan perkecambahan epigeal dan memerlukan
waktu sekitar 2-3 minggu (Villegas 1997). Biji untuk benih diambil dari buah
yang telah tua atau mengkal di pohon. Semakin matang buah tersebut
maka semakin cepat perkecambahannya (Kalie 1999). Kandono et al. (2003)
menyatakan bahwa permukaan benih pepaya membentuk alur-alur, kasar dan
bergerigi. Lapisan membrannya tipis dan mudah robek serta berwarna coklat atau
abu-abu kecoklatan. Biji pepaya sangat ringan, dalam 1 g biji pepaya terdapat
antara 45-50 butir.
Benih pepaya dapat ditanam langsung di kebun atau disemai terlebih dahulu
di persemaian atau pembibitan. Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit
pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi yang
baik (Sujiprihati dan Suketi 2009). Media tanam untuk pembibitan yang biasa
digunakan oleh petani seperti halnya yang digunakan pada penelitian Suketi et al.
(2011) yaitu campuran tanah, pupuk kandang dan pasir (2:1:1), tetapi hasil
penelitian Suketi dan Imanda (2011) menunjukkan bahwa media tanam campuran
tanah, pupuk kandang dan arang sekam (2:1:1) dapat menghasilkan pertumbuhan
bibit pepaya yang lebih baik dibandingkan dengan media tanam campuran tanah,
pasir dan pupuk kandang.

Media Tanam
Media tanam merupakan tempat berdiri tegaknya tanaman dan tempat
akar-akar tanaman melekat erat sehingga memperkokoh tanaman. Media tanam
juga berperan untuk menyimpan air dan hara, serta menjaga kelembaban
(Purwanto 2006). Syarat media tanam yang baik yaitu memiliki sifat fisik remah
untuk memudahkan akar berkembang serta untuk aerasi dan drainase yang baik,
tidak mengandung bahan-bahan beracun, tingkat kemasaman sesuai dengan
toleransi tanaman, tidak mengandung hama dan penyakit dan memiliki daya
pegang air yang cukup (Ashari 2006).

4
Tanah
Tanah merupakan media tanam yang sering digunakan untuk tempat
tumbuh kembangnya akar tanaman. Tanah mengandung unsur hara makro dan
mikro yang dibutuhkan tanaman. Unsur-unsur hara ini diserap melalui akar
tanaman (Hardjowigeno 2007). Terdapat 3 fungsi primer tanah dalam mendukung
kehidupan tanaman yaitu (1) memberikan unsur-unsur mineral, sebagai medium
pertukaran maupun tempat persediaan, (2) memberikan air dan melayaninya
sebagai reservoir dan (3) sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak
(Harjadi 1996).
Pupuk kandang ayam
Pupuk kandang adalah bahan organik yang berasal dari kotoran ternak.
Kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya ditentukan oleh jenis pakan
yang diberikan. Menurut Sutanto (2002) takaran atau dosis penggunaan pupuk
kandang sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, tanah, musim, dan jenis
pupuk kandang. Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat
fisik dan kimia tanah. Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan
kesuburan tanah merupakan bentuk pertanian organik.
Menurut Hardjowigeno (2007) kandungan unsur hara dalam kotoran ayam
adalah yang paling tinggi, karena bagian urinnya tercampur dengan bagian padat
(feses). Kotoran ayam mengandung nitrogen 3 kali lebih besar dari kotoran hewan
yang lain. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) kandungan pupuk kandang ayam
yaitu 1.21% N-organik, 0.35% N-NH4+, 1.56% N(kjd), 1.39% P total, 1.54% K
total dan 21 C/N rasio. Hasil penelitian Ramadhan (2012) menunjukkan bahwa
kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam dan kotoran ayam (1:1:1)
dengan fertigasi kotoran ayam merupakan perlakuan yang menghasilkan bibit
tanaman kepel berkualitas paling baik.
Kompos
Kompos merupakan hasil fermentasi atau hasil dekomposisi bahan organik
seperti tanaman, hewan atau limbah organik. Kompos memiliki peranan sangat
penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik dan biologinya. Penambahan kompos
ke dalam tanah dapat memperbaiki keadaan aerasi, drainase, absorbsi panas,
kemampuan daya serap tanah terhadap air serta berguna untuk mengendalikan
erosi tanah (Djuarnani et al. 2005). Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009)
kandungan unsur hara pada kompos yaitu 0.21% N organik, 0.04% N-NH4+,
0.29% N (kjd), 0.10% P total, 0.12% K total dan 39 C/N rasio.
Sekam dan Arang sekam
Sekam merupakan gabah atau produk sampingan dari hasil penggilingan
padi. Sekam yang biasa digunakan sebagai media tanam yaitu dapat berupa sekam
bakar (arang sekam) atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam
mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya
berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan
drainase pada media tanam menjadi lebih baik.
Arang sekam merupakan hasil dari pembakaran sekam padi kering yang
biasa digunakan sebagai bahan media tanam. Arang sekam memiliki beberapa

5
sifat yaitu mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat menggumpal, tidak
mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa toksik atau racun,
serta merupakan sumber kalium bagi tanaman (Purwanto 2006). Menurut hasil
analisis media tanam pada penelitian Suketi dan Imanda (2011) campuran tanah,
pupuk kandang dan arang sekam mengandung 0.37% N, 153 ppm P2O5, 794 ppm
K2O, 6.2 pH H2O dan 5.7 pH KCl.
Serbuk gergaji
Serbuk gergaji merupakan serutan kayu sisa penggergajian. Serbuk gergaji
memberikan beberapa keuntungan yaitu harganya relatif murah, bobotnya ringan
dan mampu menyimpan air. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki media tumbuh gaharu ialah dengan penambahan serbuk gergaji
(Syamsiah 2005).
Cocopeat
Cocopeat (serbuk sabut kelapa) berasal dari kulit buah kelapa yang sudah
tua. Bahan ini memiliki keunggulan yaitu berserat banyak, ringan, mudah
mengikat dan menyimpan air, mengandung unsur hara dan mudah diperoleh
dalam jumlah banyak. Selain sebagai media tanam, cocopeat sering digunakan
sebagai bahan pupuk karena memiliki kandungan unsur hara yakni N, P, K, Ca,
dan Mg. Selain itu, bahan ini juga kaya akan bahan organik, abu, pektin,
hemiselulosa, selulosa, pentosa dan lignin (Purwanto 2006). Hasil penelitian
Susilawati (2007) menunjukkan bahwa komposisi media cocopeat, tanah dan
kompos dapat menghasilkan pengaruh terbaik pada pertumbuhan tanaman hias
Zinnia elegans. Menurut hasil analisis kandungan media tanam pada penelitian
Suketi dan Imanda (2011) campuran tanah, pupuk kandang dan cocopeat
mengandung 0.31% N, 213 ppm P2O5, 1441 ppm K2O, 6.1 pH H2O dan 5.6 pH
KCl dan menghasilkan pertumbuhan yang baik pada bibit pepaya.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini diselenggarakan dalam percobaan lapangan yang telah
dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2013 di Kebun Percobaan Pusat
Kajian Hortikultura Tropika Pasirkuda Ciomas, Bogor. Penyemaian dan
pemeliharaan bibit dilakukan di screen house selama 5 minggu. Penanaman bibit
di lapangan dilakukan pada luasan 1500 m2.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih pepaya kultivar Sukma (IPB-6C)
(Lampiran 1) dan bahan media tanam yaitu tanah, kompos, pupuk kandang ayam,
arang sekam, sekam, cocopeat dan serbuk gergaji. Alat-alat yang digunakan

6
antara lain tray semai, polybag ukuran 15 cm x 15 cm, ember, cangkul, kored,
handsprayer, penggaris, jangka sorong, label, timbangan dan alat tulis.

Metode Percobaan
Percobaan dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan faktor tunggal yang terdiri atas 8 perlakuan dan 3 ulangan,
sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah
perbedaan komposisi media tanam dengan perbandingan yang sama berdasarkan
volume (1:1:1) yaitu:
M1 = tanah + pupuk kandang ayam + arang sekam
M2 = tanah + pupuk kandang ayam + sekam
M3 = tanah + pupuk kandang ayam + cocopeat
M4 = tanah + pupuk kandang ayam + serbuk gergaji
M5 = tanah + kompos + arang sekam
M6 = tanah + kompos + sekam
M7 = tanah + kompos + cocopeat
M8 = tanah + kompos + serbuk gergaji
Percobaan terdiri atas 2 bagian yaitu pembibitan di polybag dan penanaman
di lapangan. Pembibitan di polybag dilaksanakan di screen house dengan jumlah
tanaman 10 bibit pepaya per satuan percobaan sehingga terdapat 240 bibit pepaya,
sedangkan pada saat di lapangan dengan jumlah tanaman 8 bibit pepaya per
satuan percobaan sehingga terdapat 192 tanaman. Pengamatan dilakukan pada
semua tanaman untuk setiap perlakuan.
Model linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Yij = µ + αi + βi + εijk
Keterangan:
Yij = respon tanaman terhadap perlakuan-i dan kelompok ke-j
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
j = 1, 2, 3
µ = nilai tengah
αi = pengaruh perlakuan ke-i
βi = pengaruh kelompok ke-j
εijk = galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Jika perlakuan menunjukkan
pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Percobaan
Persiapan bibit dan media tanam
Benih disemaikan terlebih dahulu di tray semai dengan menggunakan media
tanam campuran tanah dan kompos. Benih yang disemai sebanyak 504 butir.
Berdasarkan SOP (standar operasional produksi) pada percobaan Suketi dan
Imanda (2011) sebelum disemai benih direndam terlebih dahulu dengan air hangat
(±400C) selama 30 menit. Setelah itu benih diangkat dan ditiriskan kemudian

7
ditanam di tray semai. Benih disemai selama 4 minggu atau 1 bulan untuk
memperoleh bibit pepaya yang seragam ketika dipindahkan ke polybag.
Persiapan media tanam yaitu dengan mencampurkan bahan media tanam
yang telah disiapkan sesuai perlakuan dengan perbandingan volume 1:1:1.
Perbandingan volume tersebut dengan menggunakan ember, setelah dicampurkan
kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang berukuran 15 cm x 15 cm sebanyak
240 polybag. Media tanam tersebut dianalisis kandungan hara utamanya yaitu
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) dan nilai pH di Laboratorium Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penanaman dan Pemeliharaan
Berdasarkan SOP pada percobaan Suketi dan Imanda (2011), penanaman
bibit semaian ke polybag dilakukan setelah bibit berumur 4 minggu di persemaian.
Pemindahan bibit dari semaian dilakukan dengan mengangkut bibit beserta media
tanamnya. Bibit ditanam 1 tanaman per polybag.
Penanaman bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 5 minggu
setelah tanam (MST). Pemindahan bibit dilakukan dengan mengangkut bibit
beserta media tanamnya. Bibit yang dipindahkan berjumlah 8 bibit untuk setiap
perlakuan sehingga total bibit yang ditanam sebanyak 192 bibit pepaya. Menurut
Kalie (1999) lubang tanam yang dibuat yaitu berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm
dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pengairan, sanitasi dan pemupukan.
Pengairan dilakukan setiap pagi dan sore untuk mengurangi penguapan.
Pemupukan dilakukan pada awal penanaman di lapangan menggunakan pupuk
kandang dengan dosis 15 kg/lubang dan dilakukan 2 minggu sebelum penanaman
bibit. Pemupukan susulan dilakukan setelah bibit berumur 1 bulan di lapangan
dengan dosis NPK 200 g/tanaman. Sanitasi tanaman meliputi pembumbunan,
penyiangan gulma dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit
(Gunawan et al. 2007; Sujiprihati dan Suketi 2009).
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan terdiri atas pengamatan bibit di polybag dan
pengamatan tanaman di lapangan. Peubah yang diamati pada pengamatan bibit
di polybag meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari atas permukaan media hingga titik tumbuh
2. Jumlah daun yang telah membuka sempurna (helai)
3. Diameter batang (mm) pada ketinggian 5 cm dari atas permukaan media tanam
4. Bobot bibit per polybag (g)
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan pada 1-5 MST
mulai dari bibit dipindahkan ke polybag, sedangkan diameter batang dan bobot
bibit per polybag dilakukan pada saat bibit akan dipindahkan ke lapangan yaitu
pada 5 MST.
Peubah yang diamati pada pengamatan tanaman di lapangan meliputi:
1. Pertumbuhan vegetatif tanaman
a. Tinggi tanaman (cm) diukur dari atas permukaan tanah sampai titik
tumbuh pada 6-11 MST
b. Jumlah daun yang telah membuka sempurna (helai) pada 6-11 MST

8
c. Diameter batang (mm) pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah pada
11 MST
2. Pertumbuhan generatif tanaman
a. Waktu tunas bunga pertama muncul (MST)
b. Tinggi letak tunas bunga pertama (cm).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura
Tropika yang terletak di desa Pasirkuda, Ciomas Bogor dengan ketinggian
tempat 250 m di atas permukaan laut. Curah hujan pada saat percobaan berkisar
antara 92-509 mm/bulan dengan rata-rata 382.6 mm/bulan, suhu rata-rata
25.8-26.4oC dan kelembaban udara rata-rata mencapai 84.2% (Lampiran 2).
Menurut Villegas (1997) suhu optimal untuk pertumbuhan pepaya berkisar antara
21-33oC. Sujiprihati dan Suketi (2009) menyatakan bahwa tanaman pepaya akan
tumbuh optimal pada lahan dengan ketinggian 200-500 m di atas permukaan laut.
Penyemaian benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan menggunakan
campuran media tanam yang sama yaitu campuran tanah dan kompos, hal tersebut
dilakukan untuk memperoleh bibit yang seragam ketika dipindahkan ke polybag.
Kecambah benih pepaya muncul secara berangsur sampai siap tanam ke polybag
yaitu selama 4 minggu. Waktu kecambah pertama muncul pada 13 hari setelah
semai (HSS), kemudian setelah 28 HSS dipindahkan ke polybag dan daya
berkecambah pepaya mencapai 74.2%.
Pembibitan di polybag menggunakan jenis media tanam dengan komposisi
yang berbeda. Komposisi media tanam tersebut sudah dianalisis di laboratorium
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Komposisi media tanam yang memiliki kandungan nitrogen
paling tinggi yaitu M1 sebanyak 0.50%, sedangkan yang mengandung fosfor
tinggi yaitu M2 sebanyak 1 646.70 ppm dan kalium tinggi yaitu M4 sebanyak
2 750.00 ppm (Tabel 1). Nilai pH berkisar antara 6.1-6.8, sehingga semua
komposisi media tanam memiliki nilai pH yang baik untuk pertumbuhan bibit
pepaya, tetapi komposisi media tanam yang memiliki nilai pH paling sesuai yaitu
M1, M2 dan M3. Menurut Nakasone dan Paull (1998) kisaran nilai pH yang baik
untuk pertumbuhan bibit pepaya yaitu 5.0-7.0 dengan nilai pH optimum 5.5-6.5.
Komposisi media tanam yang menggunakan campuran pupuk kandang
ayam memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan campuran kompos. Menurut Melati dan Andriyani (2005) pupuk
kandang ayam merupakan sumber hara penting karena mengandung nitrogen dan
fosfor yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lainnya.

9
Tabel 1

Kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan nilai pH pada berbagai
komposisi media tanam
Kjeldahl
HCl 25%
pH
Komposisi
N-total
P
K
media tanama
H2O
(%)
(ppm)
M1
0.50
1 632.50
2 100.00
6.20
M2
0.39
1 646.70
2 550.00
6.10
M3
0.36
1 376.50
1 875.00
6.10
M4
0.49
1 341.20
2 750.00
6.80
M5
0.45
1 005.90
875.00
6.60
M6
0.25
952.90
775.00
6.60
M7
0.21
723.50
900.00
6.70
M8
0.31
981.00
925.00
6.70

a

M1: tanah + pupuk kandang ayam + arang sekam, M2: tanah + pupuk kandang ayam + sekam,
M3: tanah + pupuk kandang ayam + cocopeat, M4: tanah + pupuk kandang ayam + serbuk gergaji,
M5: tanah + kompos + arang sekam, M6: tanah + kompos + sekam, M7: tanah + kompos +
cocopeat, M8: tanah + kompos + serbuk gergaji.

Pertumbuhan Bibit di Polybag
Perlakuan yang diberikan dalam percobaan ini adalah komposisi media
tanam pada pembibitan pepaya saat di polybag. Pengamatan dilakukan terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan bobot bibit per polybag. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam mempengaruhi
pertumbuhan vegetatif bibit pepaya sampai siap tanam di lapangan yaitu sampai
5 MST dan bobot bibit per polybag pada 5 MST (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit
pepaya di polybag
Waktu
Perlakuan media tanam
Peubah
KKb
(MST)
(F-hitung)a
Tinggi tanaman
1
2.15tn
5.09
2
14.29**
4.59
3
23.81**
5.20
4
39.04**
5.29
5
36.46**
7.17
Jumlah daun
1
1.29tn
5.43
2
84.10**
2.47
3
34.96**
5.33
4
82.17**
4.32
5
39.12**
7.25
Diameter batang
5
49.08**
7.01
Bobot bibit per polybag
5
38.62**
4.23
a

tn: tidak berpengaruh nyata, **: berpengaruh sangat nyata (α:5%); bKK: koefisien keragaman.

10
Perlakuan komposisi media tanam tidak mempengaruhi tinggi tanaman dan
jumlah daun bibit pepaya pada 1 MST. Hal ini diduga karena masih ada pengaruh
dari media persemaian sama sebelumnya yang ditanam bersamaan dengan bibit
ketika dipindahkan ke polybag, tetapi perlakuan komposisi media tanam
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun bibit pepaya pada 2-5 MST dan
diameter batang dan bobot bibit per polybag pada 5 MST.
Analisis uji lanjut pertumbuhan bibit pepaya di polybag pada 5 MST
(Tabel 3) menyimpulkan bahwa pertumbuhan tinggi bibit pepaya pada komposisi
media tanam M1 tidak berbeda dengan M2, M3 dan M5. Menurut hasil analisis
kandungan hara (Tabel 1), ke 4 komposisi media tanam tersebut terlihat
mengandung N, P dan K total yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung
pertumbuhan bibit pepaya yang baik. Menurut Hardjowigeno (2007) unsur
nitrogen sangat dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan atau fase vegetatif.
Tabel 3 Pertumbuhan bibit pepaya di polybag dan bobot bibit pada 5 MSTa
Komposisi
Diameter
Tinggi tanaman Jumlah daun
Bobot bibit
media
batang
(cm)
(helai)
per
polybag (g)
tanamb
(mm)
M1
12.83 a
10.23 a
3.67 ab
272.00 a
M2
11.56 ab
9.73 a
3.44 ab
197.67 b
M3
13.34 a
10.40 a
3.94 a
216.33 b
M4
8.58 c
6.07 de
2.57 c
262.00 a
M5
12.69 a
9.73 a
3.22 b
265.67 a
M6
8.48 c
7.03 cd
2.28 c
274.67 a
M7
9.63 bc
8.00 bc
2.58 c
260.00 a
M8
6.08 d
4.60 e
1.46 d
283.33 a
a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ
taraf 5%; bsama dengan keterangan Tabel 1.

Komposisi media tanam yang memiliki tanaman tertinggi adalah M3
(13.34 cm), seperti halnya pada hasil penelitian Cayanti (2006) media tanam yang
baik untuk kualitas cabai hias dalam pot adalah campuran tanah, pupuk kandang
dan cocopeat yang memberikan respon terbaik pada peubah tinggi tanaman dan
mempunyai keragaan terbaik pada 10 MST.
Komposisi media tanam M8 berbeda dengan yang lainnya dan
menghasilkan tinggi tanaman terpendek (6.08 cm) pada 5 MST (Tabel 3).
Menurut Mason (2004) serbuk gergaji umumnya tidak direkomendasikan untuk
dimasukkan sebagai media tanam dalam pot karena membutuhkan waktu untuk
pengomposan sehingga akan terjadi kekurangan nitrogen.
Perlakuan komposisi media tanam juga mempengaruhi jumlah daun bibit
pepaya. Komposisi media tanam M1 tidak berbeda dengan M2, M3 dan M5 pada
5 MST (Tabel 3). Komposisi media tanam M3 menghasilkan jumlah daun bibit
terbanyak yaitu 10.40 helai, berbeda dengan hasil penelitian Suketi dan Imanda
(2011) bahwa komposisi media tanam yang menghasilkan jumlah daun paling
banyak adalah campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam (2:1:1) dengan
jumlah daun sebanyak 8.77 helai pada 6 MST.

11
Jumlah daun paling sedikit diperoleh tanaman pada komposisi media tanam
M8 yaitu 4.60 helai yang tidak berbeda dengan M4 tetapi berbeda dengan yang
lainnya (Gambar 1). Menurut Irianti (2010) jumlah daun tanaman pepaya terutama
pada fase vegetatif sangat berpengaruh pada kecepatan tumbuh tanaman dan
perkembangan organ lain pada tanaman.
Perlakuan komposisi media tanam mempengaruhi diameter batang bibit
pepaya. Komposisi media tanam yang menghasilkan diameter batang bibit paling
besar adalah M3 (3.94 mm) yang tidak berbeda dengan M1 dan M2 tetapi berbeda
dengan yang lainnya (Tabel 3). Komposisi media tanam M1 dan M2 tidak berbeda
dengan M5, sedangkan M4 tidak berbeda dengan M6 dan M7, tetapi M8 berbeda
dengan yang lainnya dan memiliki diameter batang paling kecil (1.46 mm).
Berdasarkan analisis kandungan hara (Tabel 1), komposisi media tanam M6, M7
dan M8 mempunyai kandungan N dan P yang rendah sehingga menghasilkan
diameter batang yang kecil. Menurut Nakasone dan Paull (1999) kecepatan
pertumbuhan diameter batang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara N, P,
pengairan dan temperatur.

A

B

C
Gambar 1 Keragaan bibit pepaya 5 MST di polybag pada berbagai komposisi
media tanam; A: ulangan 1 yaitu komposisi media tanam M3, M6,
M1, M7, M2, M4, M8 dan M5 (dari kiri ke kanan), B: ulangan 2
yaitu komposisi media tanam M1, M8, M5, M4, M7, M2, M3 dan
M6 (dari kiri ke kanan) dan C: ulangan 3 yaitu komposisi media
tanam M2, M5, M3, M6, M8, M1, M4 dan M7 (dari kiri ke kanan).

12
Pertumbuhan bibit pepaya pada komposisi media tanam M6, M7, M4 dan
M8 (Gambar 1) terlihat memiliki pertumbuhan yang kurang optimum dan
memiliki daun yang menguning, hal ini diduga karena tanaman kekurangan
nitrogen. Jika dilihat dari kandungan unsur hara yang terdapat pada komposisi
media tanam tersebut (Tabel 1), komposisi media tanam M6, M7 dan M8
cenderung memiliki kandungan nitrogen total yang rendah dibandingkan dengan
komposisi media tanam lainnya. Menurut Soepardi (1983) nitrogen merupakan
unsur hara yang utama merangsang pertumbuhan di atas tanah dan memberikan
warna hijau pada daun.
Komposisi media tanam M4 mengandung nitrogen yang cukup tinggi
karena menggunakan campuran pupuk kandang ayam (Tabel 1), tetapi komposisi
media tanam tersebut tetap menghasilkan pertumbuhan bibit pepaya yang kurang
optimum di polybag. Hal tersebut diduga karena komposisi media tanam M4 ini
menggunakan campuran serbuk gergaji sebagai salah satu bahan media tanam
seperti pada komposisi media tanam M8, sehingga mengalami kekurangan
nitrogen akibat adanya proses dekomposisi serbuk gergaji yang juga
membutuhkan nitrogen. Menurut Setyorini et al. (2009) penggunaan bahan
organik segar (belum mengalami proses dekomposisi) secara langsung yang
dicampur di dalam tanah akan mengalami proses penguraian terlebih dahulu.
Hal ini menyebabkan ketersediaan hara N, P dan K tanah menurun, karena diserap
dan digunakan oleh mikroba dekomposer untuk aktivitas penguraian bahan
organik. Akibatnya terjadi persaingan antara tanaman dan mikroba dekomposer
dalam pengambilan hara sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan
pertumbuhan tanaman terhambat.
Pada akhir pengamatan yaitu ketika bibit akan dipindah ke lapangan pada
umur 5 MST, bibit pepaya ditimbang untuk mencari bobot bibit per polybag yang
paling ringan. Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang media tanam beserta
bibit pepaya per polybag. Bobot bibit per polybag yang paling ringan yaitu
terdapat pada komposisi media tanam M2 (197.67 g) yang tidak berbeda dengan
M3 (216.33 g) tetapi berbeda dengan yang lainnya. Bobot bibit paling berat yaitu
M8 (283.33 g) yang tidak berbeda dengan M1, M4, M5, M6 dan M7 (Tabel 3).
Komposisi media tanam yang diharapkan dari percobaan ini yaitu memiliki
bobot bibit per polybag ringan sehingga memudahkan dalam proses pemindahan
bibit ke lapangan atau transportasi dan distribusi bibit ke tempat lain. Selain itu
memiliki pertumbuhan bibit yang optimun dan mendukung pertumbuhan bibit
pepaya hingga tanam di lapangan. Kriteria bibit yang baik ketika siap dipindahkan
ke lapangan menurut hasil percobaan yaitu memiliki pertumbuhan tinggi antara
11-14 cm, jumlah daun 9-11 helai, diameter batang 3-4 mm dan bebas dari hama
dan penyakit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa komposisi media tanam yang
memenuhi kriteria tersebut yaitu komposisi media tanam M2 dan M3. Menurut
analisis statistik komposisi media tanam M2 tidak berbeda dengan M3 dalam
pengaruhnya terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit
pepaya di polybag. Pada komposisi media tanam M1 dan M5 meskipun memiliki
pertumbuhan bibit pepaya yang baik dan tidak berbeda dengan pertumbuhan bibit
pada komposisi media tanam M2 dan M3, tetapi masih memiliki bobot bibit
per polybag yang berat (Tabel 3).

13
Komposisi media tanam yang dapat lebih dipilih yaitu selain memiliki bobot
bibit per polybag yang ringan dan pertumbuhan optimum tetapi memiliki biaya
produksi yang lebih murah dan menguntungkan. Berdasarkan analisis ekonomi
(Lampiran 3) komposisi media tanam M2 dan M3 terlihat menguntungkan dengan
memiliki R/C rasio yang lebih dari 1 yang berarti layak untuk dikembangkan.
Komposisi media tanam M2 memiliki R/C rasio yang lebih besar dibandingkan
dengan M3 yaitu 2.1 yang artinya dengan mengeluarkan modal Rp 1 akan mampu
menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2.1, sedangkan komposisi media tanam M3
hanya memiliki R/C rasio 1.9 sehingga komposisi media tanam M2 dapat lebih
dipilih dibandingkan dengan M3.

Pertumbuhan Bibit di Lapangan
Bibit pepaya dipindahkan ke lapangan setelah berumur 5 MST di polybag,
kemudian dilakukan pengamatan sampai 11 MST untuk mengetahui adaptasi
pertumbuhannya di lapangan. Perlakuan komposisi media tanam mempengaruhi
tinggi tanaman dan jumlah daun pada 6-11 MST dan diameter batang bibit pepaya
pada 11 MST. Pengamatan pada fase generatif yaitu terhadap waktu tunas bunga
pertama muncul dan tinggi letak tunas bunga pertama. Perlakuan komposisi media
tanam mempengaruhi waktu tunas bunga pertama muncul tetapi tidak
mempengaruhi tinggi letak tunas bunga pertama (Tabel 4). Menurut Sujiprihati
dan Suketi (2009) tujuan dari pembibitan yaitu untuk mendapatkan bibit pepaya
yang sehat, tumbuh optimal dan mempunyai adaptasi yang baik saat dipindahkan
ke lapangan.
Tabel 4 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit
pepaya di lapangan
Waktu
Perlakuan media tanam
Peubah
KKb
(MST)
(F-hitung)a
Tinggi tanaman
6
39.68**
7.44
7
44.98**
7.67
8
101.22**
5.21
9
64.35**
6.27
10
35.90**
7.43
11
15.30**
9.53
Jumlah daun
6
23.38**
6.87
7
32.70**
4.86
8
31.76**
4.26
9
11.66**
5.67
10
13.73**
5.82
11
11.16**
6.59
Diameter batang
11
15.80**
13.08
Waktu tunas bunga
11-17
21.61**
2.42
pertama muncul
Tinggi letak tunas
11-17
1.99tn
6.37
bunga pertama
a

**: berpengaruh sangat nyata (α:5%), tn: tidak berpengaruh nyata; bKK: koefisien keragaman.

14
Pertumbuhan tanaman di lapangan sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti cuaca, curah hujan, hama dan penyakit. Menurut Gardner et al.
(1991) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat dikategorikan
sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan internal (genetik).
Perlakuan komposisi media tanam mempengaruhi pertumbuhan tinggi
tanaman pepaya di lapangan. Pada 6 MST yaitu 1 minggu setelah dipindahkan ke
lapangan, tanaman tertinggi diperoleh tanaman dari asal bibit yang ditanam pada
komposisi media tanam M3 (15.47 cm), yang tidak berbeda dengan tanaman asal
bibit dari M1, M2, M4 dan M5. Tinggi tanaman terpendek diperoleh tanaman asal
bibit dari komposisi media tanam M8 (6.02 cm) yang berbeda dengan yang
lainnya. Pada 11 MST tanaman tertinggi diperoleh tanaman dari asal bibit yang
ditanam pada komposisi media tanam M2 yang tidak berbeda dengan tanaman
asal bibit dari M1, M3, M4, M5 dan M7, sedangkan tanaman asal bibit dari
komposisi media tanam M8 tetap paling pendek dan berbeda dengan yang lainnya
(Tabel 5). Pertumbuhan tanaman dari komposisi media tanam M8 ini terlambat
dibanding yang lainnya karena memiliki pertumbuhan yang kurang optimum
ketika masa pembibitan di polybag.
Tabel 5 Pertumbuhan tinggi tanaman pepaya di lapangana
Komposisi
Tinggi tanaman (cm)
Pertambahan tinggi (cm)
media
6 MST
11 MST
5 MST – 11 MST
tanamb
27.09 a
M1
13.92 a
39.92 ab
29.37 a
M2
13.82 a
40.92 a
27.17 a
M3
15.47 a
40.50 a
26.68 a
M4
10.33 a
35.26 ab
27.22 a
M5
13.03 a
39.90 ab
22.39 ab
M6
9.11 b
30.87 b
22.03 ab
M7
10.31 b
31.66 ab
M8
6.02 c
19.18 c
13.10 b
a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ
taraf 5%; bsama dengan keterangan Tabel 1.

Pertumbuhan bibit pepaya di lapangan cukup cepat dilihat dari pertambahan
tingginya yang dihitung dari pengamatan tinggi pada 5 MST hingga 11 MST.
Tanaman dari asal bibit yang ditanam pada komposisi media tanam M1 memiliki
pertambahan tinggi yang tidak berbeda dengan M2, M3, M4, M5, M6 dan M7
tetapi berbeda dengan M8 (Tabel 5). Pertambahan tingginya berkisar antara
13.10-29.37 cm dan laju pertumbuhannya seperti disajikan pada Gambar 2.

15
45

M1

Tinggi tanaman (cm)

40
M2

35

M3

30
25

M4

20

M5

15

M6

10

M7

5

M8

0
6 MST

7 MST

8 MST

9 MST

10 MST

11 MST

Gambar 2 Laju pertumbuhan tinggi tanaman pepaya di lapangan
Semua tanaman dari asal bibit yang ditanam pada berbagai komposisi media
tanam memiliki pola pertumbuhan yang sama (Gambar 2). Pertumbuhannya
meningkat cepat pada 8 MST sampai 10 MST, dalam hal ini tanaman masuk pada
fase linier (cepat), laju pertumbuhannya mencapai 3-7 mm per hari. Pada saat
masuk ke-11 MST pertumbuhannya agak lambat untuk tanaman yang berasal dari
komposisi media tanam M1, M2, M3, M4, M5, M6 dan M7. Hal ini diduga karena
tanaman akan mulai memasuki fase generatif. Pada tanaman yang berasal dari
bibit yang ditanam pada komposisi media tanam M8 memiliki tinggi yang paling
pendek dibandingkan dengan yang lainnya tetapi masih terus bertambah pada 11
MST. Nakasone dan Paull (1998) menyatakan bahwa pertumbuhan batang pepaya
sangat cepat sampai tanaman mulai berbunga dengan laju pertumbuhan mencapai
2 mm per hari. Menurut Ashari (2006) pola tumbuh suatu tanaman mengikuti
kurva sigmoid yang terdiri atas beberapa fase yaitu fase tumbuh lambat
(kecambah), fase tumbuh exponensial (cepat), fase tumbuh linier (cepat), fase
tumbuh lambat dan fase tumbuh stabil.
Perlakuan komposisi media tanam juga mempengaruhi jumlah daun
tanaman pepaya di lapangan. Tanaman yang memiliki jumlah daun terbanyak
pada 6 MST yaitu yang berasal dari bibit yang ditanam pada komposisi media
tanam M3 tetapi tidak berbeda dengan M2. Tanaman dari asal bibit yang ditanam
pada komposisi media tanam M1 berbeda dengan M3 tetapi tidak berbeda dengan
M2, M4, M5 dan M7, sedangkan tanaman dari asal bibit yang ditanam pada
komposisi media tanam M8 berbeda dengan yang lainnya. Pada pengamatan
terakhir yaitu 11 MST, tanaman yang memiliki jumlah daun terbanyak adalah
yang berasal dari komposisi media tanam M5 (16.85 helai) yang tidak berbeda
dengan M1, M2, M3 dan M4, sedangkan jumlah daun paling sedikit yaitu terdapat
pada tanaman yang berasal dari bibit yang ditanam pada komposisi media tanam
M8 (11.89 helai) yang tidak berbeda dengan M6 dan M7 (Tabel 6).

16
Tabel 6 Pertambahan jumlah daun dan diameter batang tanaman pepaya
di lapangana
Pertambahan
Diameter batang
Komposisi
jumlah daun
Jumlah daun (helai)
(mm)
media
(helai)
b
tanam
6 MST
11 MST
5 MST - 11 MST
11 MST
M1
9.42 b
16.59 a
6.36 ab
14.97 ab
M2
10.12 ab
16.47 ab
6.80 ab
15.63 a
M3
11.33 a
16.41 ab
6.01 ab
14.85 ab
M4
8.46 bc
15.27 abc
9.20 a
13.13 abc
M5
8.75 bc
16.85 a
7.12 ab
14.44 ab
M6
7.67 c
13.62 bcd
6.59 ab
9.75 c
M7
8.67 bc
13.06 cd
5.06 b
10.83 bc
M8
5.67 d
11.89 d
7.26 ab
4.76 d
a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ
taraf 5%; bsama dengan keterangan Tabel 1.

Pertambahan rata-rata jumlah daun bibit pepaya pada saat awal dipindahkan
ke lapangan yaitu 5 MST sampai akhir pengamatan vegetatif yaitu 11 MST
berkisar antara 5-10 helai daun (Tabel 6). Laju pertambahannya seperti disajikan
pada Gambar 3.

Jumlah daun (helai)

18
16

M1

14

M2

12

M3

10

M4
M5

8

M6

6

M7

4

M8

2
0
6 MST

7 MST

8 MST

9 MST

10 MST

11 MST

Gambar 3 Laju pertambahan jumlah daun tanaman pepaya di lapangan
Jumlah daun semua tanaman cenderung bertambah kecuali pada 11 MST.
Komposisi media tanam tidak mempengaruhi pertambahan jumlah daun sampai
dengan 10 MST. Komposisi media tanam M7 menunjukkan pertambahan jumlah
daun yang paling sedikit (Tabel 6). Hal ini diduga karena daun tanaman
mengalami kerontokan akibat curah hujan tinggi yang mencapai 509 mm
(Lampiran 2). Menurut Gardner et al. (1991) daun merupakan organ tanaman
yang digunakan sebagai tempat proses fotosintesis. Produk yang dihasilkannya
digunakan untuk cadangan makanan, struktur tubuh, respirasi dan pertumbuhan
tanaman.

17
Diameter batang diukur pada 11 MST atau 6 minggu setelah dipindahkan
ke lapangan, perlakuan komposisi media tanam mempengaruhi diameter batang
tanaman pepaya di lapangan. Tanaman yang berasal dari bibit yang ditanam pada
komposisi media tanam M2 tidak berbeda dengan M1, M3, M4 dan M5,
sedangkan tanaman yang berasal dari bibit yang ditanam pada komposisi media
tanam M8 memiliki diameter batang paling kecil dan berbeda dengan yang
lainnya (Tabel 6). Diameter batang tanaman memiliki arti penting untuk
menopang pertumbuhan tanaman di lapangan (Gambar 4). Sulistyo (2002)
menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara tinggi tanaman dengan
diameter batang tanaman pepaya. Genotipe yang memiliki tinggi tanaman yang
tinggi cenderung memiliki diameter batang yang besar. Menurut Syahibullah
(2006) diameter batang yang besar akan lebih tahan terhadap deraan angin
kencang dan mudah menahan beban buah yang banyak.

a

b

c

d

e

f

g

h

Gambar 4 Keragaan tanaman pepaya pada 6 MST di lapangan; a: M1, b: M2,
c: M3, d: M4, e: M5, f: M6, g: M7 dan h: M8.

18
Fase Generatif
Pengamatan yang dilakukan selanjutnya dari percobaan ini yaitu pada fase
generatif atau fase pembungaan tanaman pepaya di lapangan. Pembungaan
merupakan masa transisi dari fase vegetatif ke fase generatif. Pengamatannya
meliputi waktu tunas bunga pertama muncul dan tinggi letak tunas bunga pertama.
Komposisi media tanam mempengaruhi waktu tunas bunga pertama muncul
tanaman pepaya, tetapi tidak mempengaruhi tinggi letak tunas bunga pertama
(Tabel 7).
Tabel 7 Waktu tunas bunga pertama muncul dan tinggi letak tunas bunga pertama
tanaman pepaya di lapangana
Waktu tunas bunga
Tinggi letak tunas
Komposisi media tanamb
pertama muncul (MST)
bunga pertama (cm)
13.3 b
50.29
M1
13.4 b
50.39
M2
13.5 b
45.59
M3
13.5 b
48.97
M4
13.6 b
49.71
M5
14.2 b
45.87
M6
14.1 b
48.97
M7
16.1 a
43.83
M8
a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ
taraf 5%; bsama dengan keterangan Tabel 1.

Waktu tunas bunga pertama muncul pada tanaman yang berasal dari bibit
yang ditanam pada komposisi media tanam M1 tidak berbeda dengan M2, M3,
M4, M5, M6, dan M7, sedangkan pada tanaman yang berasal dari komposisi
media tanam M8 mengalami keterlambatan berbunga dibandingkan dengan yang
lainnya yaitu sampai 16.1 MST. Hal ini diduga karena tanaman tersebut memiliki
pertumbuhan awal atau fase vegetatif yang juga terlambat dibandingkan dengan
yang lainnya. Menurut Salisbury dan Ross (1995) tanaman akan menghasilkan
bunga jika tanaman tersebut telah melewati masa vegetatif. Menurut Sujiprihati
dan Suketi (2009) bunga pepaya pertama muncul pada saat tanaman berumur
3-4 bulan. Hasil penelitian Suketi et al. (2011) menunjukkan bahwa waktu bunga
pertama muncul dari genotipe pepaya IPB 3, IPB 9 dan IPB 9 x IPB 3 yaitu pada
15.33 MST sedangkan pepaya IPB 1 pada 18 MST.
Komposisi media tanam tidak mempengaruhi tinggi letak tunas bunga
pertama tanaman pepaya. Tinggi letak tunas bunga pertama berkisar antara
43.83-50.39 cm yang diukur dari permukaan tanah (Tabel 7). Menurut Suketi et al.
(2011) tinggi letak bunga pertama genotipe pepaya IPB 9 pada 38.20 cm, IPB 3
pada 61.46 cm dan IPB 1 pada 86.35 cm.

19

KESIMPULAN
Komposisi media tanam bibit mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang dan waktu tunas bunga pertama muncul. Komposisi
media tanam M2 (tanah + pupuk kandang ayam + sekam) dan M3 (tanah + pupuk
kandang ayam + cocopeat) merupakan komposisi media tanam yang memiliki
bobot bibit per polybag paling ringan dan memberikan pertumbuhan optimum
pada bibit pepaya ketika di polybag dan di lapangan. Komposisi media tanam M2
memiliki biaya produksi yang lebih murah dibanding M3. Komposisi media
tanam M8 (tanah + kompos + serbuk gergaji) merupakan komposisi media tanam
yang memberikan pertumbuhan kurang baik pada bibit pepaya sehingga paling
lambat berbunga.

DAFTAR PUSTAKA
Ashari S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI Pr.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Produksi buah-buahan di Indonesia [Internet].
[diunduh 2012 November 28]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/
tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=4.
Cayanti REO. 2006. Pengaruh media tanam terhadap kualitas cabai hias
(Capsicum sp.) dalam pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta
(ID): Agromedia.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, Subiyanto. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop
Plants.
Gunawan E, Sujiprihati S, Sumaraw IO. 2007. Acuan Standar Operasional
Produksi (SOP) Pepaya. Bogor (ID): Pusat Ka