Pengaruh metode pemupukan dan kombinasi komposisi media tanam dengan pengapuran terhadap pertumbuhan cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)

1
 

PENGA
ARUH METODE P
PEMUPUK
KAN DAN
N KOMBIINASI
KOMP
POSISI MEDIA
M
TA
ANAM DE
ENGAN PE
ENGAPU
URAN
TERHAD
DAP PERT
TUMBUH
HAN CABE
E JAWA

(Piper reetrofractum
m Vahl.)

ISM
MAIL SALEH
A
A240635200

DEPA
ARTEME
EN AGRO
ONOMI DA
AN HORT
TIKULTU
URA
FAKULT
TAS PERT
TANIAN
INS
STITUT P

PERTANIA
AN BOGO
OR
2010


 

PENGARUH METODE PEMUPUKAN DAN KOMBINASI
KOMPOSISI MEDIA TANAM DENGAN PENGAPURAN
TERHADAP PERTUMBUHAN CABE JAWA
(Piper retrofractum Vahl.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Disusun Oleh:
ISMAIL SALEH
A24063520


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ii 
 

RINGKASAN
ISMAIL SALEH. Pengaruh Metode Pemupukan dan Kombinasi Komposisi
Media Tanam dengan Pengapuran Terhadap Pertumbuhan Cabe Jawa
(Piper retrofractum Vahl.). Dibimbing Oleh MAYA MELATI.
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman obat yang termasuk dalam
famili Piperaceae. Kandungan utamanya adalah piperin dan piperidin dari
kelompok alkaloid. Prospek pengembangan cabe jawa cukup cerah seiring dengan
kecenderungan masyarakat untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami
untuk pengobatan. Cabe jawa dapat diperbanyak dengan menggunakan stek sulur
panjat dan sulur tanah yang akan menghasilkan cabe jawa panjat serta stek cabang
buah yang akan menghasilkan cabe jawa perdu.

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan sawah baru pada bulan Juni
2009-Mei 2010. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu Pengaruh Metode
Pemupukan terhadap Pertumbuhan Cabe Jawa Perdu dan Pengaruh Komposisi
Media Tanam dan Pengapuran terhadap Pertumbuhan Cabe Jawa Panjat.
Percobaan pertama menggunakan RKLT faktor tunggal yaitu metode pemupukan
terdiri atas 500 g pupuk kandang sapi yang dilarutkan dalam 600 ml air diberikan
setiap minggu, larutan 10 g NPK/bulan, dan 20 g NPK/2 bulan. Percobaan ke dua
menggunakan RKLT dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
komposisi media tanam yang terdiri atas tanah : pupuk kandang : arang sekam
(1:1:1) (v/v), tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:1) (v/v), dan tanah : pupuk
kandang : pasir (1:1:2) (v/v). Faktor ke dua adalah dosis pemberian kapur terdiri
atas 0 dan 10 g dolomit/polybag.
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa metode pemupukan dengan
menggunakan larutan pupuk kandang yang diberikan setiap minggu menghasilkan
pertumbuhan terbaik terhadap peubah vegetatif yang diamati (tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah buku, jumlah cabang primer dan sekunder, dan diameter
tajuk terbesar). Perlakuan dengan menggunakan NPK kurang mendukung
pertumbuhan tanaman. Curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi
menyebabkan banyak tanaman yang mati terserang oleh penyakit busuk pangkal
batang yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora palmivora.


iii 
 

Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa baik perlakuan komposisi
media tanam dan pengapuran tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap peubah
vegetatif yang diamati. Pengapuran berpengaruh nyata pada kejadian dan
keparahan penyakit pada saat 10 MST. Perlakuan dengan penambahan dolomit
menunjukkan kejadian dan keparahan penyakit yang lebih rendah dibandingkan
dengan tanpa penambahan dolomit.

iv 
 

Judul : PENGARUH METODE PEMUPUKAN DAN KOMBINASI
MEDIA TANAM DENGAN PENGAPURAN TERHADAP
PERTUMBUHAN CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.)
Nama : ISMAIL SALEH
NIM : A24063520


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Maya Melati, MS, M.Sc
NIP 19640128 199103 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP : 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:………………………


 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 30

Mei 1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Asmuli (Alm) dan Ibu
Halimatus Sakdiyah.
Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Bugih V Pamekasan, kemudian pada
tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Pamekasan.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri I Pamekasan pada tahun 2006. Tahun
2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya tahun 2007 penulis
diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Forum Komunikasi Rohis
Departemen Fakultas Pertanian (FKRD) pada tahun 2007-2009, menjadi asisten
mata kuliah Ekologi Pertanian tahun ajaran 2009/2010, asisten mata kuliah
Teknik Budidaya Tanaman tahun ajaran 2009/2010. Selain itu penulis pernah
tergabung menjadi salah satu staf pengajar kalkulus di salah satu bimbingan
belajar.

vi 
 

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian mengenai
pemupukan dan kombinasi komposisi media tanam dengan pengapuran ini
dilaksanakan untuk mengetahui teknik budidaya yang tepat untuk pembibitan
cabe jawa perdu dan panjat. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan IPB
di Sawah Baru, Darmaga, Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.Ir. Maya Melati, MS, M.Sc
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dari awal sampai terselesainya
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua bapak Asmuli
(alm), ibu Halimatus Sakdiyah yang telah memberikan doa dan dorongan yang
tulus baik moril maupun materiil, kepada teknisi kebun bapak Adang yang telah
banyak membantu selama melaksanakan penelitian, teman-teman AGH 43 atas
kebersamaannya selama menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Agustus 2010

Penulis


vii 
 

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ...................................................................................................1 
Latar Belakang ................................................................................................1 
Tujuan ............................................................................................................ 4 
Hipotesis ........................................................................................................ 5 
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................6 
Botani ............................................................................................................. 6 
Pemupukan ..................................................................................................... 7 
Jenis Pupuk .................................................................................................... 7 
Metode Pemupukan ....................................................................................... 8 
Pembibitan ..................................................................................................... 9 
Komposisi Media Tanam ............................................................................. 10 
Pengapuran ................................................................................................... 12 
PERCOBAAN 1 Pengaruh Metode Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Cabe
Jawa perdu (Piper retrofractum Vahl) ..........................................................14 

BAHAN DAN METODE ......................................................................................14 
Tempat dan Waktu ....................................................................................... 14 
Bahan dan Alat ............................................................................................. 14 
Metode Percobaan ........................................................................................ 14 
Pelaksanaan Percobaan ................................................................................ 15 
Pemeliharaan ................................................................................................ 16 
Pengamatan .................................................................................................. 16 
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................17 
Hasil ............................................................................................................. 17 
Pembahasan.................................................................................................. 25 
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................29 
Kesimpulan .................................................................................................. 29 
Saran ............................................................................................................ 29 
PERCOBAAN 2 Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pengapuran Terhadap
Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa Panjat (Piper retrofractum Vahl.) ...............30 
BAHAN DAN METODE ......................................................................................30 
Tempat dan Waktu ....................................................................................... 30 
Bahan dan Alat ............................................................................................. 30 
Metode Percobaan ........................................................................................ 30 
Pelaksanaan .................................................................................................. 31 

Pengamatan .................................................................................................. 32 
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................34 
Hasil ............................................................................................................. 34 
Pembahasan.................................................................................................. 42
 

viii 
 

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 45 
Kesimpulan .................................................................................................. 45 
Saran ............................................................................................................ 45 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................46 
LAMPIRAN ...........................................................................................................49 
 

ix 
 

DAFTAR TABEL 
Halaman
1. Ringkasan Hasil Sidik Ragam Beberapa Peubah ............................................. 18 
2. Koefisien Keragaman....................................................................................... 19 
3. Tinggi Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan ............................................. 19 
4. Pertambahan Tinggi Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan ....................... 20 
5. Jumlah Daun Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan................................... 20 
6. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan ............. 21 
7. Jumlah Buku Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan................................... 21 
8. Pertambahan Jumlah Buku Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan ............. 22 
9. Diameter Tajuk Terbesar Tanaman pada Tiga Metode Pemupukan................ 22 
10. Pertambahan Diameter Tajuk Terbesar Tanaman pada Tiga Metode
Pemupukan ...................................................................................................... 23 
11. Jumlah Cabang Primer dan Cabang Sekunder Tanaman pada Tiga Metode
Pemupukan ...................................................................................................... 23 
12. Pertambahan Cabang Primer dan Cabang Sekunder Tanaman pada Tiga
Metode Pemupukan ........................................................................................ 24 
13. Skor keparahan penyakit ................................................................................. 32 
14. pH Tanah dari Berbagai Komposisi Media Tanam ........................................ 36 
15. Kandungan Bahan Organik dan Unsur Hara Makro Tersedia pada Berbagai
Komposisi Media Tanam ................................................................................ 36 
16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Beberapa Peubah ........................................ 37 
17. Koefisien Keragaman...................................................................................... 38 
18. Beberapa Peubah Vegetatif pada Tiga Komposisi Media Tanam ................. 38 
19. Beberapa Peubah Vegetatif pada Perlakuan Pengapuran .............................. 40 
20. Serangan Penyakit pada Tiga Komposisi Media Tanam ................................ 41 
21. Serangan Penyakit pada Perlakuan Pengapuran ............................................. 41 


 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Daun dan Batang Cabe Jawa yang Terserang Penyakit BPB ........................... 18 
2. Pembibitan Awal Cabe Jawa dan Pembibitan Utama ....................................... 34 
3. Tanaman Cabe Jawa yang Terserang Cendawan Phytophtora palmivora ....... 35 
4. Pucuk Daun Tanaman Cabe Jawa yang Terserang Kutu Putih ......................... 35
 

xi 
 

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lay out Percobaan I .......................................................................................... 49 
2. Lay out Percobaan II ......................................................................................... 49 
3. Data Curah Hujan dan Kelembaban Bulanan Juni-Desember Tahun 2009 ...... 50 
4. Data Curah Hujan dan Kelembaban Mingguan Januari-Mei Tahun 2010........ 50 

PENDAHULUAN
 
 

Latar Belakang
 

Pengembangan tanaman yang berpotensi menjadi tanaman obat terus
dilakukan.

Dampak

negatif

yang

ditimbulkan

oleh

obat-obatan

kimia

menyebabkan kembalinya kesadaran masyarakat untuk terus menggunakan
bahan-bahan dari alam. Sudah sejak lama masyarakat Indonesia mengenal dan
memakai

tanaman

berkhasiat

obat

sebagai

salah

satu

upaya

dalam

penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya, jauh sebelum pelayanan
kesehatan formal (Wijayakusuma et al., 1996). Syukur dan Hernani (2002)
menyatakan bahwa prospek tanaman obat semakin menjanjikan karena ditambah
dukungan sosial budaya masyarakat Indonesia yang masih kuat dalam
pemanfaatan obat dan kosmetika tradisional.
Salah satu tanaman obat yang saat ini sedang dikembangkan adalah
cabai jawa (Piper retrofractum Vahl.). Prospek pengembangan cabe jawa cukup
cerah sejalan dengan perkembangan industri obat tradisional dan modern
didukung pula oleh kecenderungan back to nature dimana kebutuhan obat-obat
yang berasal dari alam meningkat (Januwati dan Yuhono, 2003). Tahun 2002
pasokan buah cabe jamu dalam negeri sebesar 5 557 ton dan yang terserap oleh
industri obat dalam negeri sebanyak 3 731.84 ton, dan sisanya sebesar 1 795.16
ton diekspor ke berbagai negara Asia dan Eropa (Kemala et al. dalam Djauharia
dan Rosman, 2008). Cabai jawa juga dikenal dengan cabai jamu. Cabe jamu
merupakan salah satu tanaman obat yang sudah dimanfaatkan sejak zaman
dahulu. Tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia termasuk dalam famili
Piperaceae, yang mempunyai sekitar 10 genera dan lebih dari 1000 species
(Djauhariya dan Rosman, 2008).
Pengembangan tanaman obat tidak jauh berbeda dengan pengembangan
tanaman pada umumnya. Tanaman obat seperti cabai jawa juga membutuhkan
tanah yang subur serta iklim yang sesuai. Rata-rata produksi cabe jamu kering
hanya sekitar 1.48 ton/ha/tahun, padahal potensi produksi bisa mencapai 2.5
ton/ha/tahun. Rendahnya produktivitas ini terutama disebabkan oleh penerapan
teknik budidaya yang belum berpedoman pada standar good agricultural practice


 

(GAP) dan persyaratan quality, safety, efficacy (QSE) (Djauhariya dan Rosman,
2008). Rendahnya produksi cabe jawa di Jawa Timur diduga oleh karena beberapa
faktor, satu di antaranya adalah petani masih mempergunakan sistem pengelolaan
yang belum intensif. Hal ini terlihat dari cara penanganannya mulai dari pemilihan
bibit sampai pasca panen (Siswanto et al., 1997). Oleh karena itu aspek-aspek
penting dalam teknik budidaya tidak boleh diabaikan. Salah satu aspek tersebut
adalah pemupukan. Pupuk dalam pertanian modern merupakan hal yang penting
untuk meningkatkan produksi. Foth (1984) mendefinisikan pupuk dalam arti luas
adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsurunsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Kerugian yang dapat ditimbulkan
apabila pengaplikasian pupuk tidak tepat antara lain pupuk terbuang percuma,
tidak mencapai sasaran sehingga tidak efisien, dan kadar hara berkurang
kualitasnya.
Cabe jawa dapat diperbanyak dengan menggunakan sulur panjat, sulur
tanah, dan cabang buah. Cabe jawa yang diperbanyak dengan menggunakan sulur
panjat dan sulur tanah menghasilkan jenis cabe jawa panjat sedangkan apabila
menggunakan sulur buah maka akan menghasilkan jenis cabe jawa perdu.
Penggunaan sulur buah untuk bibit jarang digunakan dalam penanaman dalam
skala luas, karena produktivitasnya rendah meskipun cepat berbuah (Balittro,
2004).
 

Penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya adalah untuk

mengetahui metode pemupukan yang tepat untuk cabe jawa panjat sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui metode pemupukan yang tepat untuk cabe
jawa perdu. Kelebihan cabe jawa perdu yaitu tanaman lebih cepat berbuah dan
tidak membutuhkan tiang panjat. Bibit dari sulur buah baik digunakan untuk
tabulampot atau penanaman dalam pola TOGA di pekarangan (Balittro, 2004).
Cabe jamu (cabe jawa) termasuk tanaman yang rakus hara, yaitu tanaman yang
memerlukan unsur hara yang sangat banyak agar dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik (Djauhariya dan Rosman, 2008). Belum ada data kebutuhan hara
untuk cabe jawa perdu, namun Wahid dalam Melati et al. (2009) mengemukakan
bahwa lada perdu yang satu family dengan cabe jawa, sangat rakus hara dengan


 

kebutuhan pupuk lada perdu 600 kg NPKMg/tanaman/tahun karena sistem
perakarannya yang dangkal.
Salah satu aspek dalam teknik budidaya cabe jawa adalah pembibitan yang
memiliki peranan penting dalam penyediaan dan perbanyakan bibit tanaman.
Kebun bibit harus memenuhi persyaratan teknis, iklim, dan tanah bagi
pertumbuhan tanaman cabe jawa yaitu kebun bibit terawat dengan baik dan bebas
dari berbagai serangan hama atau penyakit; dan kebun bibit berisi tanaman yang
tumbuh sehat dan subur (Rukmana, 2003).
Pembibitan cabe jawa biasanya menggunakan polybag yang berisi media
tanam dengan komposisi tertentu. Komposisi media tanam tersebut harus
memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi pertumbuhan bibit cabe jawa.
Ferdiansyah (2009) menyatakan bahwa komposisi media tanam perlu diketahui
agar kelembaban media tanam terjaga dan bibit cabe jawa tidak terserang oleh
penyakit busuk pangkal batang. Rukmana (2003) menyatakan bahwa penyakit
busuk pangkal batang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang terlalu lembab
sehingga perlu dilakukan perbaikan drainase tanah. Pencegahan terjadinya
serangan penyakit tersebut selama pembibitan dapat dilakukan dengan menjaga
kelembaban media.
Komposisi media berpengaruh terhadap tanah untuk memodifikasi kondisi
drainase atau aerasi tanah. Tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi
drainase dan aerasi yang baik pula sehingga lebih memudahkan sistem perakaran
tanaman untuk masuk ke dalam tanah dan mengabsorpsi hara dan air (Hanafiah,
2005). Struktur tanah yang buruk karena kandungan liat tinggi (tekstur berat) dan
kadar bahan organik rendah dapat menyebabkan fungsi akar terganggu. Keadaan
demikian menciptakan kondisi aerasi di daerah perakaran menjadi buruk, proses
serapan hara terhambat, dan drainase buruk. Pada waktu musim hujan tanah
bertekstur berat tidak mampu menyerap air dengan cepat dan pada musim
kemarau mudah retak dan berbongkah sehingga dapat berakibat banyak akar
tanaman yang putus (Usman et al. 1996).
Ketersediaan hara juga menjadi faktor penting selama pembibitan.
Ketersediaan unsur hara tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pH tanah. Secara
umum pH ideal untuk tanaman adalah 6.5-7.0. Jenis tanah yang berada di sekitar


 

lokasi penelitian merupakan jenis latosol. Latosol merupakan jenis tanah dengan
reaksi tanah masam sampai agak masam (pH H2O 4.5-6.5) dan kandungan unsur
haranya rendah (Soepraptohardjo, 1961) sehingga untuk tanaman jenis tertentu
memerlukan pengapuran supaya ketersediaan haranya dapat terpenuhi dengan
baik.
Tiga lokasi sentra produksi cabe jawa (Madura, Lamongan, dan Lampung)
memiliki kemiripan dalam tingkat kesuburan tanah terutama kemasaman tanah
yang rendah (pH netral-tinggi, kandungan Al dan H yang sangat rendah),
kandungan Ca yang tinggi-sangat tinggi, serta kejenuhan basa yang tinggi. Sifat
fisik tanah juga memiliki kemiripan yaitu kadar liatnya yang rendah karena
didominasi kadar debu (Madura dan Lampung) atau pasir (Lamongan) (Melati et
al., 2009). Oleh karena itu perlu dipelajari pengaruh komposisi media tanam dan
pengapuran terhadap pembibitan cabe jawa di daerah dengan kemasaman tinggi
dan memiliki kadar liat yang tinggi (misalnya pada tanah latosol).
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu metode pemupukan terhadap
cabe jawa perdu dan pengaruh komposisi media tanam dan pengapuran terhadap
pertumbuhan bibit cabe jawa panjat. Penelitian mengenai pengaruh komposisi
media tanam dilakukan karena cabe jawa rentan terserang oleh penyakit busuk
pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora palmivora.
Cendawan ini berkembang pada lingkungan yang lembab sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai media tanam yang sesuai dan kelembabannya
terjaga.
Tujuan
 

Percobaan 1:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman cabe jawa
perdu terhadap berbagai metode pemupukan.


 

Percobaan 2:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit cabe
jawa panjat yang ditanam dengan berbagai komposisi media tanam dan perlakuan
pengapuran. Cabe jawa panjat digunakan pada percobaan ke dua karena
keterbatasan bahan tanaman cabe jawa perdu.

Hipotesis
 

Percobaan 1:
Terdapat perbedaan respon tanaman tehadap beberapa jenis perlakuan
pemupukan sehingga diperoleh cara pemupukan yang tepat.

Percobaan 2:
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Terdapat komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan bibit cabe
jawa.
2. Terdapat perbedaan respon tanaman terhadap adanya pengapuran pada
media tanam.
3. Adanya interaksi antara komposisi media tanam dengan pengapuran
terbaik terhadap pertumbuhan tanaman.


 

TINJAUAN PUSTAKA

Botani
Cabai jawa merupakan tanaman asli Indonesia (Winarto, 2003). Cabai
Jawa banyak dikenal dengan berbagai nama daerah di antaranya lada panjang atau
cabai panjang (Sumatera), cabe jamu, cabean, cabe areuy, cabe sula (Jawa), cabi
jamo, cabi onggu, cabi solah (Madura), cabian (Ujungpandang) (Rukmana, 2003).
Dalam bahasa Inggris cabe jawa dikenal dengan nama Java long pepper
(Djauhariya dan Rosman, 2008).
Winarto (2003) menyatakan bahwa pengelompokan cabai jawa dalam
taksonomi termasuk dalam divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas
Dicotyledoneae, ordo piperales, famili piperaceae, genus piper, spesies Piper
retrofractum Vahl. Rukmana (2003) menyatakan bahwa karakteristik tanaman
cabai jawa menyerupai tanaman lada. Ciri-ciri tanaman ini antara lain bentuk
batang bulat berkayu tetapi percabangannya agak lunak, memiliki alur dan ruas,
serta berwarna hijau dan di setiap ruas akan keluar akar. Batang cabai jawa
merupakan peralihan antara dicotyledonae dan monocotyledonae, yaitu jaringan
pengangkut terletak dalam dua lingkaran pembuluh atau lebih. Januwati dan
Yuhono (2003) menyatakan bahwa cabe jawa mempunyai batang yang memiliki
akar panjat pada ruasnya, sehingga tanaman ini dapat melekat erat pada tiang
panjat atau batang pohon. Batang yang melekat pada tiang panjat disebut ”sulur
panjat”. Panjang tanaman ini mencapai 10-12 m. Tanaman ini juga memiliki
”sulur cabang buah”, yaitu batang tempat keluarnya buah dan ”sulur cacing”,
yaitu batang yang keluar dari pangkal batang yang menjalar di permukaan tanah.
Daun cabai jawa berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal tumpul,
ujung runcing, tepi merata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,
permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5-20 cm, lebar 3-7 cm, dan warna
hijau mengkilap (Winarto, 2003).
Bunga cabai jawa berkelamin tunggal, berbentuk bulir dengan bulir bunga
jantan lebih panjang daripada bunga betina. Buah cabai jawa berbentuk bulat
memanjang, berwarna merah cerah, ukuran buah kecil-kecil tersusun menjadi satu
dalam satu tangkai buah menjadi bentuk seperti buah cabe biasa yang


 

panjangnyag 2-7 cm. Rasa buah pedas manis dan berbau harum (Rukmana, 2003;
Winarto, 2003). Bagian yang bermanfaat adalah buahnya yang mengandung
minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat,
undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2 trans-4
dienamida,

sesamin,

eikosadienamida,

eikopsatrienamida,

guinensina,

oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan kariofelina
(Balittro, 2004).
Cabe jawa termasuk golongan tanaman yang tidak memerlukan syarat
tumbuh khusus, tanaman ini cukup tahan cekaman lingkungan dengan jenis tanah
andosol, grumosol, latosol, podsolik dan regosol, bertekstur ringan dengan
kandungan kimia tanah yang cukup subur, kaya bahan organik dan mineral
dengan lapisan tanah yang dalam, pH 5.5 – 7. Cabe jawa masih dapat tumbuh baik
pada lahan berbatu dan berkapur, lapisan tanah dangkal dan berbatu. Cabe jawa
dapat tumbuh baik pada ketinggian 1–600 m dpl, dari daerah pantai sampai di
kaki perbukitan, suhu 20-34°C, kelembaban 60-80%, curah hujan 1 500 – 3 000
mm per tahun (Balittro, 2004). Menurut Djauharia dan Rosman (2008) tekstur
tanah yang dikehendaki oleh cabe jawa adalah liat yang mengandung pasir,
porous, dan drainase tanah yan baik.

Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
teknik budidaya tanaman. Tanaman memanfaatkan pupuk untuk hidup, tumbuh,
dan berkembang. Foth (1984) menyatakan pupuk dalam arti luas adalah semua
bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur
essensial bagi pertumbuhan tanaman. Gardiner dan Miller (2004) menyatakan
bahwa pupuk merupakan salah satu manajemen input yang paling umum
dilakukan. Pupuk menggantikan unsur hara yang hilang dari tanah.
 

Jenis Pupuk
 

Berdasarkan bahan pembuatannya, pupuk digolongkan menjadi dua yaitu
pupuk anorganik (sering disebut pupuk kima) dan pupuk organik. Pupuk
anorganik berasal dari bahan kimia yang diubah melalui proses produksi. Salah


 

satu jenis pupuk anorganik adalah pupuk majemuk (NPK). Pupuk NPK
merupakan pupuk majemuk yang memberikan unsur N, P, dan K bagi tanaman
(Lingga dan Marsono, 2009).
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan bahan
organik. Bahan organik berfungsi sebagai penyimpanan unsur hara yang secara
perlahan akan dilepaskan ke dalam larutan air tanah dan disediakan bagi tanaman
(Reijntjes, 1999). Selama proses pembusukan bahan organik, unsur-unsur hara
dilepaskan secara bertahap dan diubah menjadi bentuk yang dapat tersedia bagi
tanaman. Pupuk organik juga dikenal lebih ramah lingkungan daripada pupuk
anorganik. Aminah (2003) menambahkan bahwa pupuk organik mampu menahan
erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang
sesuai untuk pertumbuhan mikroba tanah. Hasil penelitian Harnani (2008)
menunjukkan

bahwa

penambahan

pupuk

kandang

sapi

meningkatkan

pertumbuhan vegetatif cabe jawa panjat. Hal tersebut diduga karena penambahan
hara dengan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan kandungan hara dalam
tanah dan dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman. Selain itu pengaruh pupuk
kandang cenderung lebih baik dibandingkan dengan pengaruh pupuk buatan
terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa karena pupuk kandang memperbaiki sifat
fisik dan biologi tanah, sehingga terjadi perbaikan perakaran dan serapan hara.
Namun kelemahan pupuk organik menurut Sanchez (1992) adalah dibutuhkan
dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara yang dikandung rendah, dan
membutuhkan banyak tenaga dalam pengaplikasiannya.
 
 

Metode Pemupukan
 

Terdapat berbagai cara pemberian pupuk antara lain ditabur atau disebar,
diletakkan di antara barisan atau larikan, dan ditempatkan dalam lubang (Lingga
dan Marsono, 2009). Metode pemupukan akan mempengaruhi keefesienan dari
pupuk yang diberikan. Salah satu contoh adalah waktu pemberian pupuk.
Gardiner dan Miller (2004) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen akan
lebih efektif apabila aplikasinya dengan cara di-split, sedangkan untuk fosfor dan


 

kalium aplikasi dengan cara di-split akan menurunkan efisiensi karena pupuk
tersebut tidak bersifat mobil dalam tanah.
Cabe jamu (cabe jawa) termasuk tanaman yang rakus hara, yaitu tanaman
yang memerlukan unsur hara yang sangat banyak agar dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik (Djauhariya dan Rosman, 2008). Wahid dalam Melati et
al. (2009) mengemukakan bahwa lada perdu yang satu family dengan cabe jawa
sangat

rakus

hara

dengan

kebutuhan

pupuk

lada

perdu

600

kg

NPKMg/tanaman/tahun karena sistem perakarannya yang dangkal. Oleh karena
itu Januwati dan Yuhono (2003) menyatakan pemupukan sangat diperlukan
supaya hasilnya dapat optimal.
Pembibitan
 

Tanaman cabe jawa dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan secara
vegetatif (stek batang). Perbanyakan tanaman cabe jawa dengan biji biasanya
menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan berbunga lebih lambat, sehingga
cara ini hanya dilakukan dalam skala penelitian (Rukmana, 2003). Selain itu cabe
jawa merupakan tanaman menyerbuk silang sehingga perbanyakan dengan biji
tidak dianjurkan karena variabilitasnya sangat tinggi. Oleh karena itu cabe jawa
diperbanyak dengan menggunakan setek sulur panjat, sulur tanah (sulur cacing)
dan sulur buah. Tanaman yang berasal dari sulur tanah (sulur cacing), pada
umumnya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun, lebih lambat dibandingkan dengan
asal sulur panjat. Kelebihan bahan bibit dari sulur cacing adalah umur tanaman
lebih panjang (lebih tahan lama) dan lebih tahan kekeringan. Bagian yang paling
banyak digunakan sebagai bibit adalah sulur panjat karena lebih cepat berbuah
(1-2 tahun). Kelemahannya yaitu tanaman kurang tahan kekeringan dan umurnya
lebih pendek dibandingkan dengan tanaman asal bibit sulur cacing. Perbanyakan
dengan sulur panjat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua ruas dengan
1-2 daun (Balittro, 2004).
Sulur panjat, cacing, atau sulur buah yang akan digunakan sebagai bibit
disemaikan terlebih dahulu lebih kurang 3-5 bulan (Balittro, 2004). Pembibitan
dilakukan dalam polybag yang berukuran tinggi 20 cm dan lebar 18 cm (Winarto,
2003) dan berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan

10 
 

3:1:1 atau 2:1:1 dengan mempertimbangkan jenis tanah yang digunakan.
Penyemaian dilakukan di tempat yang ternaungi untuk menjaga kelembaban
(Balittro, 2004). Pengaturan media tanam dengan komposisi tertentu dapat
menyediakan

lingkungan/kondisi

yang

optimal

bagi

pertumbuhan

dan

perkembangan akar.
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan
tanaman cabe jawa. Hasil penelitian Ferdiansyah (2009) dan Arifiyanti (2009)
menunjukkan bahwa curah hujan dan kelembaban yang tinggi menyebabkan
banyak tanaman cabe jawa yang terserang penyakit busuk pangkal batang.
Pengendalian penyakit busuk pangkal batang dilakukan dengan pemisahan
tanaman yang sakit dari tanaman yang sehat, penyiangan gulma, perbaikan aerasi
melalui penggemburan media. Oleh karena itu komposisi media tanam yang tepat
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit cabe jawa.

Komposisi Media Tanam
 

Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, penyedia air dan
unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta
kehidupan dan aktvitas mikroba tanah (Mardani, 2005). Purwanto (2006)
menambahkan ada 5 persyaratan media tanam yang baik yaitu mampu mengikat
dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik,
tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous (memiliki banyak rongga) sehingga
mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (pernapasan),
dan tahan lama.
Fungsi media tanam sebagai media tumbuh bibit tanaman adalah tempat
akar untuk berpenetrasi yang dipengaruhi oleh pori-pori yang terbentuk di antara
partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur). Kerapatan porositas tanah
menentukan kemudahan air untuk bersirkulasi dengan udara (drainase dan aerasi)
(Hanafiah, 2005). Media tanam harus memiliki kelembaban yang cukup, memiliki
porositas dan aerasi yang baik, bebas dari benih gulma, nematoda, dan patogen
lainnya, dan mampu menyediakan nutrisi yang cukup bagi tanaman (Hartmann
dan Kester, 1978).

11 
 

Tekstur tanah menunjukkan komposisi pertikel tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat (Hanafiah,
2005). Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro
(lebih porous), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori
meso (agak porous), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai
pori-pori mikro (tidak porous). Makin porous tanah maka akan mudah akar untuk
berpenetrasi, serta semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (Hanafiah,
2005).
Ada beberapa jenis media tanam yang dapat digunakan dalam pembibitan
tanaman antara lain tanah, arang sekam, pasir, dan pupuk kandang. Tanah yang
dijumpai di sekitar lokasi penanaman adalah latosol (komunikasi pribadi dengan
Prof. Dr. Ir. Didi Ardi Suriadikarta, M.Sc. staf Balai Penelitian Tanah bagian
pedologi, 2010). Latosol merupakan tanah dengan tekstur liat dan berstruktur
remah hingga gumpal. Selain itu tanah latosol memiliki kandungan bahan organik
yang rendah (Soepraptohardjo, 1961). Oleh karena itu penggunaan tanah tersebut
sebagai media tanam harus dicampur dengan media lain seperti pasir, arang sekam
atau pupuk kandang.
Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar.
Arang sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat
menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa
toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta
merupakan sumber kalium bagi tanaman (Purwanto, 2006). Melati et al.(2008)
menyatakan bahwa abu sekam diduga mengandung unsur K yang relatif tinggi.
Selain itu abu sekam juga diduga mengandung silikat yang berperan sebagai unsur
hara mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit
melalui pengerasan jaringan. Abu sekam dapat diberikan sebagai kombinasi
dengan pupuk organik lain untuk menekan intensitas serangan hama.
Pasir tidak mengandung unsur hara dan kapasitas menahan airnya sangat
rendah sehingga penggunaannya sebagai media tanam harus dicampur dengan
bahan organik (Hartmann dan Kester, 1978). Bahan organik yang biasa digunakan
sebagai campuran media tanam antara lain kompos atau pupuk kandang. Pasir
tidak memberikan hara yang cukup bagi tanaman. Kandungan unsur hara pada

12 
 

pasir terutama unsur N, P, K sangat rendah sampai sedang, selain itu daya pegang
airnya sangat rendah yang menyebabkan pertumbuhan terhambat. Tanaman karuk
(Piper sarmentosum) pada media dengan penambahan pupuk kandang sapi
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dibandingkan yang ditambah pasir dan
arang sekam (Fetiandreny, 2007).
Penggunaan bahan organik adalah untuk menyediakan hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, kelebihan penggunaan bahan organik antara
lain meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air, meningkatkan
ketersediaan air untuk tanah berpasir, dan memperbaiki aerasi tanah melalui
perbaikan tekstur tanah. Hasil penelitian Fetiandreny (2007) menunjukkan bahwa
penambahan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah
ruas, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, dan jumlah sulur tanah.
Perlakuan media yang ditambah pupuk kandang sapi berpengaruh terbaik pada
semua komponen pertumbuhan dan produksi vegetatif (tajuk dan akar) karuk. Hal
ini diduga karena cukupnya bahan organik dan unsur hara essensial dalam pupuk
kandang.

Pengapuran
 

Tanah di daerah yang basah bersifat masam karena pencucian kationkation (Ca2+, Mg2+, Na+, K+) oleh air hujan kemudian digantikan oleh ion-ion H+,
Al3+, dan Al(OH)+. Sebagian besar tanah yang menerima curah hujan lebih besar
atau sama dengan 500 mm/tahun cenderung bersifat asam contohnya tanah ultisol.
Tanah ultisol merupakan tanah dengan pencucian tinggi dan memiliki subsoil
berupa liat. Selain itu penyebab tanah masam antara lain pelepasan H+ oleh akar
tanaman, pelepasan asam organik selama proses dekomposisi (Gardiner dan
Miller, 2004).
Teknik budidaya tanaman, untuk tanah-tanah yang bersifat masam
membutuhkan pengapuran untuk meningkatkan pH terutama. Baik pemupukan
maupun pengapuran untuk jenis tanah tersebut dibutuhkan untuk memperoleh
hasil yang optimum (Gardiner dan Miller, 2004). Pengapuran bertujuan untuk
meningkatkan pH tanah dari tanah masam (pH