Pengaruh pemberian KNO3 terhadap pertumbuhan tanaman iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume)

1

PENGARUH PEMBERIAN KNO3 TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN ILES-ILES
(Amorphophallus muelleri Blume)

SITI KHALIMAH
A24070038

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

3

RINGKASAN

SITI

KHALIMAH.


Pertumbuhan

Pengaruh

Tanaman

Pemberian

Iles-iles

KNO3

(Amorphophallus

terhadap
muelleri

Blume). EDI SANTOSA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dan cara aplikasi

KNO3 yang tepat guna memperpanjang masa vegetatif tanaman iles-iles.
Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2010 sampai April 2011 di Kebun
Percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Percobaan disusun secara faktorial
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor
dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi KNO3 terdiri atas: K1 = 0 %
pangkas, K2 = 0 %, K3 = 2 %, K4 = 4 %, K5 = 6 %, dan K6 = 8 %. Faktor kedua
ialah cara pemberian KNO3 yang terdiri atas: penyemprotan lewat daun (P1) dan
penyiraman melalui tanah (P2). Terdapat tiga jenis pengamatan, yaitu pengamatan
vegetatif setiap dua minggu, pengamatan destruktif pada minggu ke 8, 16, dan 24,
serta pengamatan panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi KNO3 tidak
meningkatkan peubah vegetatif. Pada penelitian ini, cara aplikasi memberikan
respon berbeda terhadap peubah vegetatif dan panen destruktif. Cara aplikasi
melalui penyiraman ke tanah memberikan respon terbaik terhadap komponen
vegetatif yaitu panjang petiol, diameter petiol, lebar rachis, dan menekan
intensitas kerusakan rachis. Cara aplikasi melalui penyemprotan daun
meningkatkan bobot basah dan bobot kering umbi dan akar pada 24 MST.
Terdapat interaksi antara konsentrasi KNO3 dan cara aplikasi, terutama pada
panjang petiol dan jumlah anak daun pertama. Aplikasi 8 % KNO3 dengan cara
disiram melalui tanah menghasilkan petiol paling panjang, yaitu 81.03 cm.

Namun, hal ini tidak berbeda dengan 0 % KNO3 yang diaplikasikan dengan
disemprot atau disiram. Penyiraman melalui tanah menggunakan KNO3 pada
konsentrasi 0 % dan 8 % memberikan jumlah anak daun paling banyak yaitu 15
buah. Hal tersebut sama dengan aplikasi 6 % KNO3 dengan cara disemprot.

PENGARUH PEMBERIAN KNO3 TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN ILES-ILES
(Amorphophallus muelleri Blume)

Skripsi sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Siti Khalimah
A24070038

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


Judul

: PENGARUH

PEMBERIAN

PERTUMBUHAN

KNO3

TANAMAN

(Amorphophallus muelleri Blume).
Nama

: SITI KHALIMAH

NIM


: A24070038

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si.
NIP.19700520 199601 1 001

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

TERHADAP
ILES-ILES


5

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pemalang, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 30
Juli 1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak
Ramdhoni dan Ibu Musiyam.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal diawali dari TK Muslimat 01
Kebondalem tahun 1993-1995, kemudian pendidikan dasar di SD Negeri 03
Kebondalem pada tahun 1995-2001. Pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 02 Pemalang pada tahun 2001-2004 dan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 01 Pemalang pada tahun 2005-2007. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura
pada tahun 2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi asisten Mata Kuliah
Fisika pada tahun ajaran 2008/2009, Metode Statistika pada tahun ajaran
2009/2010 dan 2010/2011, dan Dasar Pemuliaan Tanaman pada tahun ajaran
2010/2011. Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)
IPB.
Selama studi di Institut Pertanian Bogor penulis bergabung dalam kegiatan

ekstrakurikuler Bimbingan Remaja dan Anak (Birena) DKM Al-Hurriyah periode
2007/2008 dan kelembagaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Pertanian periode 2008/2009. Penulis pernah berkesempatan untuk melaksanakan
magang liburan di Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB pada tahun 2008.
Selain itu penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan
Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor pada tahun 2010 dengan judul
laporan ”Pembentukan Masyarakat Madani melalui Pemanfaatan Sumber Daya
Lokal”.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia, rahmat, dan kemudahan sehingga skripsi yang berjudul ”Pengaruh
Pemberian KNO3 terhadap Pertumbuhan Tanaman Iles-iles (Amorphophallus
muelleri Blume)” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada Rasulullah SAW juga kepada keluarga, sahabat, dan umatnya
yang senantiasa tetap istiqomah hingga tibanya ”hari perhitungan kelak”.
Penelitian mengenai pengaruh KNO3 terhadap produksi tanaman iles-iles
(Amorphophallus muelleri Blume) bertujuan agar diperoleh umbi yang berukuran
besar dalam waktu yang lebih singkat. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si.
selaku pembimbing skripsi, Prof. Dr. Ir. Muhamad Achmad Chozin, M.Agr.
selaku pembimbing akademik, Ir. Adolf Pieter Lontoh, M.S. dan Ir. Henny
Purnamawati, M.S. selaku dosen penguji, Bapak Ramdhoni dan Ibu Musiyam
selaku orang tua yang selalu memberikan dukungan, teman-teman Agronomi dan
Hortikultura 44, Saudara-saudara di Wisma Ayu, serta Sahabat IMPP (Ikatan
Mahasiswa dan Pelajar Pemalang). Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun
materil. Penulis berharap semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi
kemajuan pertanian Indonesia.

Bogor, Juli 2011
Penulis

7

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ...........................................................................................

Tujuan ........................................................................................................
Hipotesis.....................................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
Botani ......................................................................................................... 4
Ekologi ....................................................................................................... 7
Budidaya .................................................................................................... 8
Nutrisi Iles-iles ........................................................................................... 9
Kalium Nitrat (KNO3) ................................................................................ 10
Bahan dan Metode………………………………………………. ..................
Tempat dan Waktu……. ............................................................................
Bahan dan Alat ...........................................................................................
Metode Percobaan ......................................................................................
Pelaksanaan Percobaan…... .......................................................................
Pengamatan………... .................................................................................


12
12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Kondisi Umum Penelitian .........................................................................
Panjang Petiol ...........................................................................................
Diameter petiol..........................................................................................
Lebar Rachis .............................................................................................
Jumlah Anak Daun ....................................................................................
Lama Fase Vegetatif .................................................................................
Intensitas Kerusakan Daun........................................................................
Jumlah Daun .............................................................................................
Panen Destruktif ........................................................................................
Komponen Hasil .......................................................................................
Pembahasan ...............................................................................................


17
17
19
24
28
32
33
35
37
38
46
48

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 52
Kesimpulan .............................................................................................. 52
Saran ......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53
LAMPIRAN………… ..................................................................................... 57

DAFTAR TABEL
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Halaman
Perbandingan Ciri Morfologi Tanaman Iles-iles atau Amorphophallus
muelleri Blume .......................................................................................
Komposisi Kimia Umbi Segar dan Tepung Iles-iles ..............................
Rata-rata Panjang Petiol Daun Pertama Tanaman Iles-iles ....................
Rata-rata Panjang Petiol Daun Kedua Tanaman Iles-iles .......................
Rata-rata Panjang Petiol Daun Ketiga Tanaman Iles-iles.......................
Interaksi Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap Panjang
Petiol Daun kedua Tanaman Iles-iles pada 22 MST .............................
Rata-rata Diameter Petiol Daun Pertama Tanaman Iles-iles ..................
Rata-rata Diameter Petiol Daun Kedua Tanaman Iles-iles .....................
Rata-rata Diameter Petiol Daun Ketiga Tanaman Iles-iles.....................
Rata-rata Lebar Rachis Daun Pertama Tanaman Iles-iles ......................
Rata-rata Lebar Rachis Daun Kedua Tanaman Iles-iles .........................
Rata-rata Lebar Rachis Daun Ketiga Tanaman Iles-iles.........................
Rata-rata Jumlah Anak Daun Tanaman Iles-iles ....................................
Interaksi Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap Jumlah Anak
Daun Pertama Tanaman Iles-iles pada Saat 22 MST .............................
Rata-rata Lama Fase Vegetatif Tanaman Iles-iles ..................................
Intensitas Kerusakan Daun Pertama Tanaman Iles-iles..........................
Intensitas Kerusakan Daun Kedua Tanaman Iles-iles ............................
Intensitas Kerusakan Daun Ketiga Tanaman Iles-iles ............................
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap
komponen Vegetatif Daun Pertama Panen Destruktif 16 MST..............
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap
komponen Vegetatif Daun Kedua Panen Destruktif 16 MST ...............
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap
komponen Hasil Panen Destruktif 16 MST ............................................
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap
komponen Vegetatif Daun Kedua Panen Destruktif 24 MST ................
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap
komponen Hasil Panen Destruktif 24 MST ............................................
Panen Destruktif Tanaman Iles-iles dengan Pemangkasan dan Tanpa
Pemangkasan ..........................................................................................
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap
Komponen Hasil Tanaman Iles-iles .......................................................

5
10
22
23
24
24
26
27
28
30
31
32
33
33
34
35
36
36
40
41
42
43
44
45
47

9

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
2

3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13

Halaman
Siklus Amorphophallus muelleri Blume.................................................
Cara Pengukuran Peubah Pengamatan. (a) Cara Mengukur Panjang
dan Diameter Petiol, (b) Cara Mengukur Lebar Rachis dan Jumlah
Anak Daun, (c) Cara Mengukur Diameter dan Tinggi Umbi Jenis ........
Kondisi Umum Pertanaman Iles-iles pada Saat Percobaan di Kebun
Percobaan IPB Leuwikopo .....................................................................
Kondisi Serangan Hama dan Penyakit pada Saat Percobaan (a) Papilio
molytes L., (b) Ulat dari Famili Sphingidae, (c) Leptocorisa acuta, (d)
Tetrigidae, (e) Bemisia tabaci, (f) Gejala Dansheen mosaic, (g) Gejala
Layu Bakteri, (h) Serangan Sclerotium sp. ............................................
Kondisi Panjang Petiol Tanaman Iles-iles dengan Perlakuan
Pemangkasan dan Tanpa Pemangkasan…. ............................................
Kondisi Diameter Petiol Tanaman Iles-iles dengan Perlakuan
Pemangkasan dan Tanpa Pemangkasan… .............................................
Pertumbuhan Lebar Rachis Tanaman Iles-iles dengan Pemangkasan
dan Tanpa Pemangkasan ........................................................................
Intensitas Kerusakan Rachis Tanaman Iles-iles .....................................
Bobot Basah Panen Destruktif pada 8 MST…. ......................................
Bobot Kering Panen Destruktif pada 8 MST..........................................
Kadar Air Panen Destruktif pada 8 MST ...............................................
Komponen Hasil Tanaman Iles-iles dengan Pemangkasan dan Tanpa
Pemangkasan……………. .....................................................................
Gejala Tanaman Kekurangan Unsur Kalium yang Ditemui pada
Tanaman yang Disiram (a) Spathiphyllum dan (b) Amorphophallus
muelleri……………. ..............................................................................

2

16
17

18
21
25
29
37
38
39
39
46

49

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Halaman
Data Klimatologi September 2010 sampai April 2011 ..........................
Hasil Analisis Tanah yang Digunakan untuk Percobaan........................
Rekapitulasi Sidik Ragam ......................................................................
Hasil Uji T Tanaman Iles-iles yang Dilakukan Pemangkasan dan
Tanpa pemangkasan ...............................................................................
Hasil Uji T Tanaman Iles-iles yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas
terhadap Jumlah Daun dan Lama Fase Vegetatif ...................................
Hasil Uji T Tanaman Iles-iles terhadap Komponen Panen Destruktif
Tanaman Iles-iles ....................................................................................
Hasil Uji T Tanaman Iles-iles terhadap Komponen Hasil Tanaman
Iles-iles……............................................................................................
Sidik Ragam Panjang Petiol Pertama Tanaman Iles-iles ........................
Sidik Ragam Diameter Petiol Pertama Tanaman Iles-iles .....................
Sidik Ragam Lebar Rachis Pertama Tanaman Iles-iles ..........................
Sidik Ragam Jumlah Anak Daun Pertama Tanaman Iles-iles ................
Sidik Ragam Lama Vegetatif Daun Pertama Tanaman Iles-iles ...........
Sidik Ragam Intensitas Kerusakan Daun Pertama Tanaman Ilesiles…….. .................................................................................................
Sidik Ragam Panjang Petiol kedua Tanaman Iles-iles ...........................
Sidik Ragam Diameter Petiol kedua Tanaman Iles-iles .........................
Sidik Ragam Lebar Rachis kedua Tanaman Iles-iles .............................
Sidik Ragam Jumlah Anak Daun kedua Tanaman Iles-iles ...................
Sidik Ragam Lama Vegetatif Daun kedua Tanaman Iles-iles ................
Intensitas Kerusakan Daun kedua...........................................................
Sidik Ragam Panjang Petiol ketiga Tanaman Iles-iles ...........................
Sidik Ragam Diameter Petiol ketiga Tanaman Iles-iles .........................
Sidik Ragam Lebar Rachis ketiga Tanaman Iles-iles .............................
Sidik Ragam Jumlah Anak Daun ketiga Tanaman Iles-iles ...................
Sidik Ragam Lama Vegetatif Daun ketiga Tanaman Iles-iles................
Intensitas Kerusakan Daun ketiga… ......................................................
Sidik Ragam Destruktif 8 MST Tanaman Iles-iles ...............................
Sidik Ragam Destruktif 16 MST Tanaman Iles-iles..............................
Sidik Ragam Destruktif 24 MST Tanaman Iles-iles...............................
Sidik Ragam Hasil Tanaman Iles-iles ....................................................
Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Iles-iles ........................................

58
59
60
65
65
66
66
67
69
71
72
72
73
74
76
78
79
79
80
81
82
83
83
83
84
85
88
93
96
97

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Umbi-umbian merupakan salah satu kekayaan sumber daya nabati
Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan terutama

dalam

mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sejauh ini perhatian pemerintah,
termasuk peneliti, lebih fokus pada kelompok umbi-umbian yang tergolong utama
(major root crops), seperti ubi kayu dan ubi jalar. Jenis umbi-umbian minor
(minor root crops) asli Indonesia relatif masih terabaikan, salah satunya adalah
iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume) (Prana, 2006).
Iles-iles termasuk dalam keluarga Araceae yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan di Indonesia. Iles-iles menghasilkan karbohidrat dalam bentuk
glukomannan yang cukup tinggi (Harijati, 2010). Glukomannan merupakan
polisakarida hidrokoloid yang terdiri dari D-glukosa dan D-mannosa (Towaha,
2010). Glukomannan dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam industri
perekat, tekstil, bahan negatif film, bahan isolator, pita seluloid, makanan,
kosmetik, kertas, dan bahan pembawa obat-obatan (Jansen et al., 1996; Long dan
Lin, 1998).
Iles-iles termasuk dalam tanaman tahunan (perennial) dan secara alami
tumbuh sebagai vegetasi sekunder di pinggiran hutan pada ketinggian 0-900 m di
atas permukaan laut dengan curah hujan 1 000-1 500 mm (Jansen et al., 1996;
Sugiyama dan Santosa, 2008). Iles-iles tumbuh subur pada tanah bertekstur liat
berpasir, struktur gembur, dan tidak becek (tergenang air). Selain itu, drainase
yang baik, dengan kandungan humus tinggi, dan pH tanah 6-7.5 juga merupakan
kondisi lingkungan yang baik untuk iles-iles. Intensitas cahaya matahari optimal
untuk iles- iles adalah 50-60 % (Jansen et al., 1996).
Tanaman iles-iles tumbuh selama musim penghujan dan dorman pada
musim kemarau (Gambar 1). Siklus tersebut berlangsung hingga ukuran umbi siap
untuk dipanen. Iles-iles memerlukan waktu tiga tahun dari mulai bibit atau bulbil
hingga panen. Hal ini terjadi karena setengah dari masa prapanen tersebut adalah
periode dormansi, sehingga memperpendek waktu dormansi atau memperpanjang
masa tumbuh menjadi fokus para peneliti. Adanya dormansi tersebut dipandang

merugikan dalam budidaya tanaman iles-iles karena petani memerlukan waktu
lama untuk panen. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan teknik budidaya melalui
penghindaran dormansi (skip dormancy) agar diperoleh umbi yang berukuran
besar dalam waktu yang lebih singkat. Umumnya, umbi dipanen setelah tiga
tahun, tetapi jika umbi bibit yang ditanam semakin besar maka umur panen juga
semakin singkat (Jansen et al., 1996; Sugiyama dan Santosa, 2008).
Studi pendahuluan menunjukkan bahwa pemberian KNO3 mampu
menunda waktu dormansi pada iles-iles, sehingga diperoleh umbi yang berukuran
lebih besar dalam satu siklus tanam (Santosa et al., unpublished). Temuan awal
tersebut perlu diverifikasi di lapangan sehingga teknologi tersebut dapat aplikatif
bagi petani.

Umbi

Umbi
Dorman

Daun

Daun
Mati

Gambar 1. Siklus Amorphophallus muelleri Blume

Pupuk KNO3 mengandung dua unsur hara penting yang dibutuhkan
tanaman yaitu 44 % kalium dan 12 % nitrogen. Nitrogen dan kalium merupakan
dua unsur penting yang diperlukan tanaman iles-iles. Secara umum aplikasi KNO3
pada tanaman mampu mengatasi tunas yang dorman karena mampu mengaktifkan
giberellin. Hasil penelitian Ginting et al. (2008) menunjukkan bahwa pemberian
KNO3 4 g/l menghasilkan jumlah daun dan panjang flush yang paling tinggi pada

3
tanaman mangga. Adapun hasil penelitian Andriani (2008) menunjukkan bahwa
kalium nitrat (KNO3) dapat meningkatkan pertumbuhan, jumlah bunga, jumlah
buah, dan produktivitas buah cabai merah (Capsicum annuum L).
Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting
untuk respirasi dan fotosintesis. Kalium juga dapat digunakan untuk mengaktifkan
enzim yang membentuk pati (Salisbury dan Ross, 1995a). Nitrogen merupakan
komponen utama klorofil, protein, asam amino, dan enzim. Nitrogen diperlukan
untuk pertumbuhan daun dan batang, pertunasan, pembentukan klorofil,
meningkatkan serapan unsur hara, dan pengaruhnya penting terhadap peningkatan
hasil (Sumarwoto dan Widodo, 2008).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi KNO3
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman iles-iles.

Hipotesis
Pemberian KNO3 akan meningkatkan pertumbuhan tanaman iles-iles dan
cara aplikasi memberikan respon yang berbeda pada tanaman iles-iles.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Taksonomi tanaman iles-iles menurut Jansen et al. (1996) adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotiledone

Ordo

: Aracales

Famili

: Araceae

Sub famili

: Aroideae

Genus

: Amorphophallus

Spesies

: Amorphophallus muelleri Blume
Sinonim dari Amorphophallus muelleri Blume adalah Amorphophallus

blumei (Schott) Engler (1879),

Amorphophallus oncophyllus Prain (1893),

Amorphophallus burmanicus Hook.f. (1893), dan Brachyspatha muelleri (Blume)
Schott (1856) (Jansen et al., 1996; Yuzammi, 2009).
Di Indonesia, iles-iles memiliki beberapa nama lokal diantaranya adalah
badur, badul, badung, kajrong, porang, lotrok (Jawa); acung, iles, cocoan oray
(Sunda); kruwu, labing (Madura) (Lingga et al., 1989; Lahiya, 1993; Jansen et al.,
1996).
Ciri khas dari iles-iles adalah adanya bulbil (umbi tetas atau umbi daun)
pada setiap cabang tulang daun. Pada fase vegetatif, tanaman iles-iles
menghasilkan batang semu yang merupakan tangkai daun (Gambar 2). Banyak
orang mengira bahwa tangkai tersebut adalah batang. Ciri lain yang menyolok
adalah kulit batang semu yang mempunyai pola spot belah ketupat. Morfologi
iles-iles selengkapnya tersaji pada Tabel 1.

5

Tabel 1. Ciri Morfologi Tanaman Iles-iles (Amorphophallus muelleri
Blume)
Macam Ciri
Daun
 Warna






Permukaan
Bentuk

Batang semu
tangkai daun
 Warna




Deskripsi

atau

Permukaan
Diameter
Panjang

Umbi Batang
 Warna luar
 Warna dalam
 Bentuk







Hijau muda sampai hijau tua dengan
warna tepi daun ungu muda (daun muda),
hijau (umur sedang), dan kuning (daun
tua)
Halus, licin, dan bergelombang
Elips dengan ujung daun runcing

Permukaan
Bobot
Diameter













Hijau muda sampai hijau tua dan terdapat
bercak putih kehijauan
Halus dan licin
10-50 mm
40-180 cm

Coklat tua
Kuning
Bulat agak lonjong berserabut akar
dengan bangun teratur
Halus sampai kasar
Mencapai 3000 g
Mencapai 28 cm

Bulbil








Warna luar
Warna dalam
Permukaan
Bobot
Letak







Bentuk
Diameter




Bunga
 Bentuk






Susunan
Seludang
bunga (Spathe)






Tangkai






Putik
Benang sari




Coklat
Kuning
Kasar
1-23 g
Pada percabangan tulang daun dan anak
daun, di atas percabangan tangkai daun
Bulat simetris sampai lonjong
10-50 mm

Seperti tombak ujung tumpul (diameter 47 cm), tinggi 10-20.5 cm, uniseksual
Seludang bunga, putik, dan benang sari
Pendek, membulat, agak tegak, satu buah.
Bagian bawah hijau keunguan bercak
putih, bagian atas juga bercak putih.
Tinggi 20-28 cm dengan diameter 6-8 cm.
Hijau muda sampai hijau tua bercak putih
kehijauan, tinggi 25-45 cm, diameter
16.5-28 mm, dengan permukaan halus
dan licin
Merah hati
Benang sari terdiri atas benag sari fertil
(bawah) dan benang sari steril (atas).
Bagian steril kuning kecoklatan dan
bagian fertil hijau.

7

Cone
Bunga Jantan
Bunga Betina
Spathe
(Sumber: Sumarwoto 2005)

Buah
 Tipe
 Warna






Bentuk tandan







Jumlah buah
Jumlah biji
Umur masak
buah
Masa dorman
biji





Berdaging dan majemuk
Hijau waktu muda, kuning kehijauan
mulai tua, orange sampai merah pada saat
masak
Tandan
berbentuk
lonjong
yang
meruncing ke pangkal, diameter 40-80
mm, dan tinggi 10-22 cm
100-450 butir per tongkol buah
2-4 biji per buah
8-9 bulan mulai dari pembungaan



5-6 bulan



(Sumber: Sumarwoto 2005)

(Sumber: Sumarwoto 2005)
Sumber: Jansen et al. (1996)

Ekologi
Iles-iles merupakan salah satu tanaman tahunan yang dapat tumbuh di
daerah tropis sampai sub tropis. Iles-iles dibudidayakan secara tumpang sari di
bawah tanaman hutan, kelapa, dan jati. Iles-iles juga dapat ditemukan di bawah

rumpun bambu, tepi sungai, semak belukar, dan tempat-tempat di bawah naungan.
Tanaman ini membutuhkan naungan dalam siklus hidupnya, yaitu sebesar
50-60 % (Kasno et al., 2007). Iles-iles banyak didapatkan pada naungan bervariasi
antara lahan terbuka sampai sekitar 90 % naungan (Sumarwoto dan Widodo,
2008). Iles- iles tersebar pada ketinggian tempat dengan kisaran 0-900 m di atas
permukaan laut dengan curah hujan 1 000-1 500 mm/tahun atau 300-500
mm/bulan dengan suhu optimum 25-35 ˚C (Jansen et al., 1996; Kasno et al.,
2007; Sugiyama dan Santosa, 2008).
Pada dasarnya iles-iles dapat tumbuh pada berbagai kondisi lahan, kecuali
pada tanah rawa dan payau. Iles-iles tumbuh baik pada tanah berstruktur gembur
dan kaya humus serta hara, bertekstur liat berpasir, berdrainase baik, dan memiliki
kisaran pH antara 6-7.5 (Jansen et al., 1996). Sumarwoto (2004) dan Kasno et al.
(2007) menambahkan bahwa iles- iles juga mampu tumbuh pada tanah agak asam
sampai netral.

Budidaya
Iles-iles dapat diperbanyak melalui biji, umbi, dan bulbil. Umbi dan bulbil
memiliki masa dormansi yang relatif sama yaitu 5-6 bulan. Perbanyakan dengan
umbi membutuhkan umbi dalam jumlah besar kira-kira dapat mencapai 25 % dari
hasil panen. Bulbil juga dapat ditanam seperti umbi-umbi kecil. Satu hektar
Amorphophallus muelleri Blume dapat menghasilkan kira-kira 50 000 bulbil dan
1.8 juta biji (daya berkecambah sekitar 60 %) (Jansen et al., 1996).
Iles-iles biasanya ditanam pada awal musim penghujan, yaitu pada bulan
November (Jansen et al., 1996). Tahapan budidaya iles-iles diawali dengan
persiapan lahan. Iles-iles yang ditanam pada lahan yang memiliki tanah padat
biasanya memiliki umbi pipih (Jansen et al., 1996; Sugiyama dan Santosa, 2008).
Lubang tanam yang direkomendasikan Jansen et al. (1996) untuk pertanaman ilesiles adalah 60 cm x 60 cm x 45 cm, tetapi menurut Sugiyama dan Santosa (2008)
iles-iles dapat juga dapat ditanam pada lubang tanam yang lebih kecil, yaitu 30 cm
x 30 cm x 30 cm atau 20 cm x 20 cm x 20 cm. Iles-iles ditanam dengan jarak
tanam sesuai dengan bahan tanam yang digunakan, semakin besar ukuran bahan
tanam, semakin besar jarak tanamnya.

9
Tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat di daerah
perakaran. Tanaman dapat tumbuh optimal apabila ketersediaan unsur hara dalam
tanah cukup. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemupukan. Jenis pupuk yang
digunakan berupa pupuk organik dan pupuk anorganik. Dosis pemupukan
tergantung dari tingkat kesuburan tanah yang akan digunakan. Menurut Jansen et
al. (1996) pupuk yang digunakan dalam setiap ha tanaman iles-iles adalah 25 ton
pupuk organik, 20 kg N, 40 kg P2O5, dan 80 kg K2O yang diberikan pada saat
tanam dan 20 kg N pada saat 2-3 bulan setelah tanam.
Tanaman iles-iles merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan tidak
memerlukan pemeliharaan secara khusus. Namun, untuk mendapatkan hasil
optimal perlu perawatan, diantaranya penyiangan, penggemburan tanah disekitar
tanaman, dan pembuatan saluran drainase.
Tanaman iles-iles dapat dipanen 2.5 tahun setelah tanam atau setelah
mengalami tiga kali fase vegetatif. Ciri-ciri tanaman yang dapat dipanen adalah
sebagian besar atau semua bagian daun sudah layu dan kering. Iles-iles memiliki
dua siklus hidup, yaitu vegetatif dan generatif yang dipisahkan oleh masa dorman.
Fase vegetatif diawali dari penunasan, kemudian tumbuh akar pada dasar tunas di
atas umbi, diikuti dengan pemanjangan batang semu dan daun. Umbi baru
terbentuk di bagian dasar batang semu, umbi lama akan mengerut dan membusuk.
Pada musim kemarau daun mengering dan tanaman dorman. Saat musim hujan
tiba, tanaman akan memasuki fase vegetatif berikutnya atau fase generatif. Selama
fase generatif tanaman akan menghasilkan biji dan tidak terdapat daun (Jansen et
al., 1996).

Nutrisi Iles-iles
Di Indonesia umbi iles-iles dapat digunakan sebagai makanan pokok pada
saat produksi beras belum melimpah seperti saat ini. Umbi iles-iles jarang
dikonsumsi langsung karena mengandung kristal kalsium oksalat yang
menyebabkan rasa gatal. Rasa gatal tersebut dihilangkan dengan cara dibuat
gaplek atau tepung. Komposisi kimia umbi dan tepung iles-iles dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Kimia Umbi Segar dan Tepung Iles-iles
Analisis
Air
Glukomannan
Pati
Protein
Lemak
Serat kasar
Kalsium Oksalat
Abu
Logam berat (Cu)

Kandungan per 100 g
Umbi segar (%)
Tepung (%)
83.30
6.80
3.58
64.98
7.65
10.24
0.92
3.42
0.02
2.50
5.90
0.19
1.22
7.88
0.09
0.13

Sumber: Arifin (2001)

Tepung iles-iles dibuat sebagai bahan baku konyaku, yaitu makanan khas
Jepang. Caranya adalah keripik umbi diproses lebih lanjut untuk memperoleh
glukomannan.
Banyak manfaat glukomannan dalam bidang kesehatan, seperti sebagai
obat disentri, kolera, menurunkan tekanan darah, kolesterol, rematik, kencing
manis, serta gangguan pencernaan (Lingga et al., 1989; Jansen et al., 1996).

Kalium Nitrat (KNO3)
Kalium nitrat (KNO3) mengandung dua unsur hara penting yang
dibutuhkan tanaman, yaitu 44 % kalium dan 12 % nitrogen. Nitrogen dan kalium
merupakan dua unsur makro yang diperlukan tanaman. Kalium diserap tanaman
dalam bentuk K+. Ion ini dengan mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ
muda. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting
untuk respirasi dan fotosintesis (Taiz and Zeiger, 2002). Kalium juga dapat
mengaktifkan enzim yang membentuk pati (Salisbury dan Ross, 1995a).
Tanaman yang kekurangan kalium akan mengakumulasi karbohidrat lebih
rendah karena fotosintesis berjalan lambat. Kekurangan kalium juga menyebabkan
daun menjadi kuning, batang menjadi lemah, dan rentan terhadap hama dan
penyakit (Salisbury dan Ross, 1995a).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3- atau NH4+ (Salisbury dan
Ross, 1995b). Nitrogen merupakan komponen utama klorofil, protein, asam
amino, dan enzim. Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan daun dan batang,

11
pertunasan, pembentukan klorofil, meningkatkan serapan unsur hara, dan
pengaruhnya penting terhadap peningkatan hasil (Sumarwoto dan Widodo, 2008).
Tanaman yang kekurangan nitrogen akan menjadi kuning atau kuning kecoklatan
dan akhirnya mati. Namun, tanaman yang kelebihan nitrogen akan mengalami
pertumbuhan tajuk yang berlebihan, tetapi umbi yang dihasilkan kecil-kecil.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga
dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26
September 2010 sampai dengan 12 April 2011.

Bahan dan Alat
Bahan tanam yang digunakan adalah 288 umbi iles-iles (Amorphophallus
muelleri Blume) yang berumur satu tahun, dengan bobot 21.3 ± 3.7 g, diameter
3.7 ± 0.39 cm, dan tinggi 2.4 ± 0.28 cm. Pupuk yang digunakan adalah 4 g
N/tanaman, 3 g P2O5/tanaman, 2 g K2O/tanaman, pupuk kandang 1 kg/tanaman,
Furadan 3G® 2 g/tanaman, dan kalium nitrat (KNO3). Kalium nitrat mengandung
15 % N, 14 % K2O, 18 % Na, dan 0.05% B. Bakterisida Agrept® yang
mengandung 20 % streptomisin sulfat digunakan dengan konsentrasi 0.15 % dan
dosis 40 cc/tanaman. Bahan lain yang digunakan adalah polibag 50 cm x 50 cm,
paranet 50 %, bambu, dan tali rafia.
Alat yang digunakan antara lain jangka sorong, sprayer, meteran, cangkul,
alat siram, oven, dan blender.

Metode Percobaan
Percobaan dilaksanakan secara faktorial menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor
pertama adalah konsentrasi KNO3 terdiri atas: K1 = 0 % pangkas, K2 = 0 %, K3 =
2 %, K4 = 4 %, K5 = 6 %, dan K6 = 8 % (g/l). Faktor kedua ialah cara pemberian
KNO3 terdiri atas: penyemprotan lewat daun (P1) dan penyiraman melalui tanah
(P2). Pada setiap ulangan terdapat 8 tanaman, yang terdiri dari 5 tanaman yang
diamati setiap dua minggu dan 3 tanaman pengamatan destruktif pada minggu ke
8, 16, dan 24, sehingga terdapat 36 satuan percobaan.
Model linier yang digunakan adalah
Yijk=µ+αi+βj+(αβ)ij+тk+εijk

13
Keterangan:
Yijk

= Hasil pengamatan pada perlakuan α ke-i, perlakuan β ke-j, dan kelompok
ke-k

µ

= Rataan umum

αi

= Pengaruh perlakuan kosentrasi KNO3 ke-i; i = 1, 2, 3, 4, 5

βj

= Pengaruh perlakuan cara aplikasi ke-j; j = 1, 2

(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan konsentrasi KNO3 ke-i dan perlakuan cara
aplikasi ke-j
тk
εijk

= Pengaruh kelompok ke-k; k = 1, 2, 3
= Pengaruh galat percobaan pada perlakuan α ke-i, perlakuan β ke-j dan
kelompok ke-k

Pengaruh konsentrasi KNO3 dan cara pemberian KNO3 terhadap produksi
iles-iles dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam. Apabila hasil
analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Pengaruh pemangkasan iles-iles
dianalisis menggunakan uji t.

Pelaksanaan Percobaan
Penanaman dilakukan pada polibag yang berisi campuran pupuk kandang
dan tanah dengan perbandingan 1:9 (v/v). Polibag yang telah diisi media
kemudian diletakkan di bawah paranet 50 % dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm
(Gambar 3). Umbi ditanam sebanyak satu umbi per polibag dengan kedalaman
kurang lebih 3 cm dari permukaan tanah. Urea, KCl, dan SP-18 diberikan pada
saat 4 minggu setelah tanam (MST) dengan dosis yang telah ditentukan. Urea
diberikan sebanyak setengah dosis, sisanya diberikan pada saat tanaman berumur
8 MST. Furadan 3G® diberikan secukupnya di sekeliling lubang tanam.
Perlakuan KNO3 dan pemangkasan dilakukan pada tiga bulan setelah
tanam. Aplikasi KNO3 dilakukan dengan selang waktu dua minggu sampai daun
terakhir iles-iles menguning. Konsentrasi KNO3 yang diberikan sesuai perlakuan.
Volume

yang

30 cc/tanaman.

digunakan

pada

penyemprotan

dan

penyiraman

adalah

Pemeliharaan

tanaman

meliputi

penyiraman,

penyiangan

gulma,

pengendalian hama dan penyakit, serta pemberian ajir agar tidak roboh.
Penyiraman dilakukan setiap hari jika tidak terjadi hujan. Penyiangan gulma
dilakukan secara manual seminggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit
dilakuan secara kimiawi dan manual. Pengendalian secara kimia dilakukan pada
saat 13 MST dengan menyemprotkan Agrept® ke tanaman.

Pengamatan
Terdapat tiga jenis pengamatan, yaitu pengamatan vegetatif setiap dua
minggu, pengamatan destruktif pada minggu ke 8, 16, dan 24, serta pengamatan
panen (Gambar 2). Pengamatan vegetatif meliputi:
1. Panjang petiol, diukur dari pangkal batang (3 cm dari permukaan tanah)
hingga ujung percabangan daun dengan menggunakan meteran.
2. Lebar rachis, diukur dari titik awal percabangan dengan petiol hingga daun
paling ujung.
3. Diameter petiol, diukur dengan menggunakan jangka sorong yang
diperoleh melalui rata-rata dari tiga titik, yaitu pangkal, tengah, dan ujung
petiol.
4. Jumlah anak daun, dihitung tiap lembar pada daun.
5. Lama fase vegetatif, dihitung dari bibit ditanam sampai daun tanaman
kuning (dorman).
6. Intensitas kerusakan daun, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
I=

100%

Keterangan:
I = Intensitas kerusakan daun
n = Jumlah tanaman yang rusak dengan kategori tertentu
v = Nilai skala setiap kategori serangan
Z = Nilai skala tertinggi
N = Jumlah tanaman yang diamati sebanyak tanaman contoh

15

Nilai skoring yang digunakan adalah
1 = Tidak ada kerusakan
3 = < 50 % bagian rachis rusak
5 = ≥ 50 % bagian rachis rusak
7 = ≥ 75 % bagian rachis rusak
9 = Semua bagian tanaman rusak 
7. Jumlah daun, dihitung jumlah daun pada setiap tanaman

Pengamatan destruktif, meliputi:
1. Bobot basah akar, akar yang telah dibersihkan ditimbang.
2. Bobot basah petiol, petiol yang telah dibersihkan ditimbang.
3. Bobot basah rachis, rachis termasuk anak daun yang telah dibersihkan
ditimbang.
4. Bobot basah umbi, umbi yang telah dibersihkan ditimbang.
5. Bobot kering akar, akar yang telah dioven pada suhu 120 ˚C selama tiga
hari ditimbang.
6. Bobot kering petiol, petiol yang telah dioven pada suhu 120 ˚C selama tiga
hari ditimbang.
7. Bobot kering rachis, rachis dan anak daun yang telah dioven pada suhu
120 ˚C selama tiga hari ditimbang.
8. Bobot kering umbi, umbi yang telah dioven pada suhu 120 ˚C selama tiga
hari ditimbang.

Pengamatan panen, meliputi:
1. Bobot basah umbi, umbi yang telah dibersihkan ditimbang.
2. Diameter umbi, diukur dengan menggunakan jangka sorong.
3. Tinggi umbi, diukur dengan menggunakan jangka sorong.
4. Bobot kering, umbi basah yang telah diambil sebanyak 100 g dikeringkan
dengan sinar matahari selama dua hari dan oven pada suhu 60 ˚C selama
dua hari ditimbang.
5. Bobot tepung, umbi yang telah dikeringkan dihancurkan dan ditimbang.

(a)

(b)

(c)
Gambar 2. Cara Pengukuran Peubah Pengamatan. (a) Cara Mengukur Panjang dan
Diameter Petiol, (b) Cara Mengukur Lebar Rachis dan Jumlah Anak
Daun, (c) Cara Mengukur Diameter dan Tinggi Umbi

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian
Penanaman dilakukan pada bulan September 2010 yaitu saat musim
penghujan dengan curah hujan cukup tinggi, sebanyak 601 mm/bulan dan hari
hujan sebanyak 29 hari (Lampiran 1), sehingga mampu memenuhi kebutuhan
tanaman pada fase awal pertumbuhan. Suhu pada saat pertumbuhan iles-iles
berkisar antara 23-27 ˚C. Setelah dua bulan penanaman, tanaman menunjukkan
pertumbuhan morfologi yang normal. Umbi-umbi yang busuk diganti pada saat
1 dan 2 MST. Menurut Jansen et al. (1996) tanaman iles-iles dapat tumbuh baik
dengan curah hujan 300-500 mm/bulan. Tanaman iles-iles tumbuh baik pada suhu
25-35 ˚C.

Gambar 3. Kondisi Umum Pertanaman Iles-iles pada Saat Percobaan di Kebun
Percobaan IPB Leuwikopo

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

Gambar 4. Kondisi Serangan Hama dan Penyakit pada Saat Percobaan (a) Papilio
molytes L., (b) Ulat dari Famili Sphingidae, (c) Leptocorisa acuta, (d)
Tetrigidae, (e) Bemisia tabaci, (f) Gejala Dansheen mosaic, (g) Gejala
Layu Bakteri, (h) Serangan Sclerotium sp.
Hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber
Daya Lahan menunjukkan pH masam yaitu 5.2. Kandungan hara tanah secara
umum tergolong rendah, kecuali kandungan P-total yang tinggi. Hasil analisis
tanah menunjukkan kandungan liat sebesar 64.79 %. Hasil analisis tanah
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Secara umum kondisi di lapang tergolong baik (Gambar 3). Gulma yang
tumbuh disekitar tanaman antara lain Borreria alata, Poligonum hydropiper,
Ageratum conizoides Mimosa pudica, dan Pteris vittatas. Gulma tersebut diduga

19
terbawa oleh pupuk kandang yang diberikan dan yang berasal dari tanah. Ada
beberapa penyakit yang menyerang iles-iles antara lain, Dansheen mosaic yang
menyerang 25 daun (6.5 %) dan layu bakteri diikuti dengan busuk pangkal batang
sebanyak 3 tanaman (1 %). Pengendalian penyakit ini dilakukan secara kimia,
yaitu dengan menyemprotkan Agrept® pada tanaman. Hama yang menyerang
tanaman iles-iles di lapangan adalah Papilio molytes L., ulat dari famili
Sphingidae, Leptocorisa acuta, Tetrigidae, dan Bemisia tabaci. Pengendalian
hama dilakukan dengan cara manual. Bemisia tabaci merupakan hama yang
menyerang hampir semua tanaman

iles-iles (90 %) dan mampu mematikan

tanaman iles-iles. Menurut Setiawati et al. (2005) gejala serangan bemisia tabaci
berupa bercak nekrotik pada daun, disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan
daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Serangan kutu kebul dapat
menghambat pertumbuhan tanaman jika populasinya tinggi. Embun madu yang
dikeluarkan dapat mengundang serangan jamur jelaga berwarna hitam, yang
menyerang pada berbagai stadia tanaman. Pada penelitian ini tidak dilakukan
pengendalian secara kimia dikarenakan kondisi tanaman yang akan memasuki
dorman. Kondisi serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 4.
Panen dilakukan secara serempak pada saat semua tanaman memasuki
masa dorman, yaitu pada bulan April 2011 umur 27 MST. Umbi yang dihasilkan
pada percobaan ini belum layak untuk tujuan konsumsi karena bobot umbi masih
rendah. Menurut Jansen et al. (1996) umbi iles-iles dapat dipanen untuk tujuan
konsumsi setelah mengalami tiga kali fase vegetatif.
Komponen vegetatif yang diamati terdiri dari panjang petiol, lebar rachis,
diameter petiol, jumlah anak daun, dan lama fase vegetatif pada setiap daun, serta
jumlah daun pada setiap tanaman. Rekapitulasi sidik ragam (Lampiran 3)
menunjukkan bahwa cara aplikasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
vegetatif, sedangkan konsentrasi KNO3 berpengaruh nyata pada panjang petiol.

Panjang Petiol
Panjang petiol daun pertama tanaman iles-iles mulai diukur pada saat 2
MST, panjang petiol daun kedua mulai diukur pada saat 6 MST dan panjang
petiol daun ketiga mulai diukur pada saat 8 MST. Pada panjang petiol daun kedua

dan ketiga, analisis sidik ragam mulai dilakukan pada saat 8 dan 18 MST. Waktu
pengukuran panjang petiol yang berbeda disebabkan ketidakserempakan tanaman
iles-iles dalam memunculkan daun kedua dan ketiga. Menurut Sugiyama dan
Santosa (2008) daun iles-iles akan muncul jika daun yang lebih tua sudah
mengalami perkembangan yang optimal.
Perlakuan KNO3 tidak berpengaruh nyata terhadap panjang petiol daun
pertama dan ketiga, tetapi pada panjang petiol daun kedua berbeda nyata pada saat
18 MST. Pada saat 18 MST aplikasi 6 % KNO3 memberikan respon panjang
petiol paling baik pada daun kedua, sebesar 74.91 cm dan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa pupuk, sebesar 74.42 cm (Tabel 4). Peningkatan
konsentrasi KNO3 tidak memberikan perbedaan nyata, kecuali dengan 2 % KNO3
(Tabel 4). Pemberian 2 % KNO3 memberikan panjang petiol terpendek, yaitu
62.22 cm. Hal ini terjadi karena pada daun pertama pertumbuhan telah optimal,
sehingga tidak mengalami penambahan, sedangkan pada daun kedua berpengaruh
nyata karena pada daun kedua masih berlangsung proses pertumbuhan.
Perlakuan cara aplikasi pupuk berpengaruh nyata terhadap panjang petiol
daun pertama dan kedua (Tabel 3 dan 4), sedangkan daun ketiga tidak
berpengaruh nyata (Tabel 5). Aplikasi pupuk dengan cara penyiraman
memberikan panjang petiol yang lebih baik dibandingkan dengan penyemprotan
pada saat 14 sampai 20 MST, yaitu 44.57 cm, 45.40 cm, 45.75 cm, dan 45.57 cm
pada daun pertama (Tabel 3). Aplikasi pupuk dengan cara penyiraman juga
memberikan panjang petiol daun kedua yang lebih baik dibandingkan dengan
penyemprotan pada saat 18 sampai 24 MST, yaitu 73.94 cm, 74.97 cm, 75.68 cm,
dan 76.05 cm (Tabel 4).
Interaksi antara konsentrasi KNO3 dan cara aplikasi berpengaruh nyata
terhadap panjang petiol daun kedua pada saat 22 MST. Aplikasi 8 % KNO3
dengan cara penyiraman memberikan panjang petiol terpanjang dibandingkan
dengan perlakuan lainnya sebesar 81.03 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan
aplikasi 0 % KNO3 dengan cara penyemprotan dan penyiraman sebesar 75.05 cm
dan 74.65 cm (Tabel 6).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal berupa hormon
(Fisher, 1992) dan genetik (Sugiyama dan Santosa, 2008), serta faktor eksternal

21
berupa kondisi lingkungan (Harijati et al., 2010). Hormon pada tanaman dapat
digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu hormon pemacu dan penghambat
pertumbuhan (Fisher, 1992). Kondisi lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap tinggi tanaman adalah intensitas cahaya, kesuburan tanah, dan
ketersediaan air (Harijati et al., 2010). Menurut Santosa et al. (2006) naungan
menyebabkan peningkatan panjang petiol iles-iles. Tanah yang subur dan
ketersediaan air menyebabkan iles-iles dapat tumbuh dengan optimal.

80

Perlakuan
Pangkas
Tanpa Pangkas

Panjang Petiol (cm)

70
60
50
40
30
20
10
16

18

20

22

24

Waktu (MST)

Gambar 5. Kondisi Panjang Petiol Tanaman Iles-iles dengan Perlakuan
Pemangkasan dan Tanpa Pemangkasan
Perlakuan pemangkasan dan tanpa pemangkasan pada tanaman dengan
0 % KNO3 menghasilkan panjang petiol yang berpengaruh sangat nyata pada 16
sampai 24 MST (Lampiran 4). Tanaman yang tidak dipangkas memberikan respon
panjang petiol yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang dipangkas
(Gambar 5). Hal ini terjadi karena cadangan makanan dan fotosintat tanaman yang
tidak dipangkas lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang dipangkas.
Umbi merupakan tempat penimbunan zat makanan yang akan membusuk jika
mulai tumbuh tunas (Tjitrosoepomo, 2007) dan akan hilang pada saat 60 hari
setelah tanam (Sugiyama dan Santosa, 2008). Apabila saat pengisian ukuran umbi
(12 MST), tanaman dipangkas, maka tunas baru yang terbentuk akan lebih kecil.

Tabel 3.Rata-rata Panjang Petiol Daun Pertama Tanaman Iles-iles
Perlakuan

Konsentrasi KNO3 (%)
0
2
4
6
8
Cara Aplikasi
Penyemprotan
Penyiraman

Umur Tanaman (MST)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
…………………………………………………………(cm)……………….…………………………………………
1.60
3.07
0.93
0.71
0.60

4.57
6.29
4.93
6.11
4.39

17.56
19.72
14.57
18.20
16.31

35.99
36.10
32.08
36.95
32.58

43.01
42.56
40.65
45.51
41.48

47.44
44.82
43.77
48.29
44.11

43.95
41.89
40.82
45.04
41.24

44.92
42.28
42.00
45.01
40.97

45.42
43.08
42.38
45.11
41.23

44.80
43.37
41.52
44.02
41.97

0.61
1.74

4.82
5.72

17.361
17.184

35.19
34.29

42.10
43.18

44.04
47.33

40.61b
44.57a

40.67b
45.40a

41.13b
45.75a

40.42b
45.57a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %

23
Tabel 4. Rata-rata Panjang Petiol Daun Kedua Tanaman Iles-iles
Perlakuan

Konsentrasi KNO3 (%)
0
2
4
6
8
Cara Aplikasi
Penyemprotan
Penyiraman

Umur Tanaman (MST)
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
…………………………………………………………(cm)……………….…………………………………………
9.97
13.49
4.65
10.83
4.43

15.60
28.50
12.52
15.74
12.80

31.99
35.18
27.25
32.45
29.04

56.26
52.70
50.75
53.74
51.56

70.24
61.29
67.81
68.77
65.04

74.42a
62.22b
71.98a
74.91a
70.95a

74.76
65.65
72.71
75.69
71.66

74.85
68.46
70.90
75.98
73.28

74.46
68.92
73.52
77.48
73.26

89.64
69.92
82.42
82.42
73.71

6.68
10.75

19.83
14.24

31.51
30.86

52.68
53.33

65.70
67.56

67.86b
73.94a

69.22b
74.97a

69.71b
75.68a

71.00b
76.05a

71.69
84.64

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %

Tabel 5. Rata-rata Panjang Petiol Daun Ketiga Tanaman Iles-iles
Perlakuan

Umur Tanaman (MST)
18
20
22
24
................................(cm)..…………….…….

Konsentrasi KNO3 (%)
0
2
4
6
8
Cara Aplikasi
Penyemprotan
Penyiraman

20.49
43.41
29.90
27.33

33.79
44.79
43.23
3.50
23.48

73.30
70.20
72.75
55.38

74.30
74.52
73.63
59.63

27.26
46.97

36.18
29.07

68.88
66.70

69.15
71.98

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %

Tabel 6. Interaksi Konsentrasi KNO3 dan Cara Aplikasi terhadap Panjang
Petiol Daun kedua Tanaman Iles-iles pada 22 MST
Cara
Aplikasi
Penyemprotan
Penyiraman

0
75.05abc
74.65abc

Konsentrasi KNO3 (%)
2
4
6
66.44bc 63.95c 77.58ab
70.49abc 77.85a 74.37abc

8
65.53c
81.03a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %

Diameter Petiol
Perlakuan KNO3 tidak berpengaruh nyata terhadap diameter petiol daun
pertama, kedua, dan ketiga. Hal ini diduga oleh panjang petiol yang memberikan
respon tidak berpengaruh nyata. Menurut Ambarwati dan Murti (2001) panjang
dan diameter petiol memiliki korelasi yang nyata, sehingga semakin panjang
petiol, maka semakin besar diameter petiol.
Perlakuan cara aplikasi pupuk berpengaruh nyata terhadap diameter petiol
daun pertama pada saat 20 MST. Pada umur 20 MST diameter iles-iles mengalami
penurunan dan menjelang masa dorman daun pertama. Diameter petiol daun
kedua dan ketiga tidak terpengaruh nyata. Aplikasi pupuk dengan cara
penyiraman memberikan diameter petiol yang nyata lebih besar pada daun
pertama, yaitu 1.1 cm pada saat 20 MST (Tabel 7). Pemberian KNO3 dengan cara
penyiraman juga menghasilkan tanaman dengan diameter petiol terbesar pada

25
daun kedua, yaitu sebesar 1.92 cm (Tabel 8) dan diameter daun ketiga sebesar
1.76 cm (Tabel 9).
Diameter petiol dipengaruhi oleh umur tanaman (Jansen et al., 1996).
Umbi iles-iles akan menghasilkan daun dengan diameter petiol yang lebih besar
dengan semakin besarnya umbi. Tabel 7, 8, dan 9 memperlihatkan bahwa setelah
diameter iles-iles mencapai maksimal, selanjutnya terjadi penurunan diameter.
Hal tersebut diduga karena kandungan air dalam petiol semakin berkurang dan
mulai senescence.

Perlakuan
Pangkas
Tanpa Pangkas

2,0

Diameter Petiol (cm)

1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
14

16

18

20

22

24 Umur (MST)

Gambar 6. Kondisi Diameter Petiol Tanaman Iles-iles dengan Perlakuan
Pemangkasan dan Tanpa Pemangkasan

Tanaman iles-iles yang dipangkas dan tidak dipangkas pada 14 MST
memberikan pengaruh nyata terhadap diameter petiol (Lampiran 4).