Pengaruh Modal Sosial dalam Keluarga dan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan terhadap Karakter Kesadaran dan Kontrol Diri Anak

PENGARUH MODAL SOSIAL DALAM KELUARGA DAN PENGASUHAN
PENERIMAAN-PENOLAKAN TERHADAP KARAKTER
KESADARAN DAN KONTROL DIRI ANAK

FADHILAH MUKHLISHOH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Modal Sosial
dalam Keluarga dan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan terhadap Karakter
Kesadaran dan Kontrol Diri Anak adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Fadhilah Mukhlishoh
NIM I24090053

ABSTRAK
FADHILAH MUKHLISHOH. Pengaruh Modal Sosial dalam Keluarga dan Pengasuhan
Penerimaan-Penolakan terhadap Karakter Kesadaran dan Kontrol Diri Anak. Dibimbing
oleh TIN HERAWATI dan ALFIASARI.
Kaburnya nilai-nilai kebaikan pada anak usia sekolah terjadi akibat kesadaran diri
yang rendah dan juga ketiadaan kontrol dalam diri anak untuk membentengi diri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis modal sosial dalam keluarga, pengasuhan
penerimaan-penolakan orang tua, dan pengaruhnya terhadap karakter kesadaran dan
kontrol diri anak. Kerangka contoh penelitian adalah keluarga lengkap dengan anak
pertama usia sekolah (10-12 tahun) yang tinggal di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor. Contoh diambil secara acak sebanyak 50 keluarga untuk
dilakukan wawancara terhadap ibu dan anak dengan kuesioner. Modal sosial dalam
keluarga diukur dengan instrumen Coleman dan Hoffer (1987), gaya pengasuhan dengan

Parental Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ). Sementara karakter diukur
menggunakan instrumen yang dikembangkan dari Borba (2001). Hasil uji hubungan
menunjukkan bahwa semakin lama pendidikan formal ayah maka semakin tinggi karakter
kesadaran diri dan kontrol diri anak. Sementara itu, semakin lama pendidikan formal ibu
maka semakin tinggi kontrol diri anak dan semakin rendah perilaku kekerasan ayah.
Semakin jauh selisih usia orang tua maka semakin rendah perilaku pengabaian dari orang
tua. Karakter kesadaran dan kontrol diri berhubungan dengan tingkat kedekatan orang
tua-anak, perilaku afektif ayah, dan pengasuhan penolakan. Analisis regresi menunjukkan
bahwa karakter kesadaran diri dan kontrol diri dipengaruhi oleh lama pendidikan ayah,
modal sosial dalam keluarga, dan pengasuhan penolakan orang tua.
Kata kunci: anak usia sekolah, modal sosial dalam keluarga, pengasuhan penerimaan,
pengasuhan penolakan

ABSTRACT
FADHILAH MUKHLISHOH. The Influence of Social Capital within Family and
Parental Acceptance-Rejection on Characters of Conscience and Self Control of Children.
Supervised by TIN HERAWATI and ALFIASARI.
The decreasing values of kindness among school-age children could be caused by
their low conscience and self-control. The aims of this study was to analyze social capital
within family, parental acceptance-rejection, and its influence on the character of

conscience and self control of the school-age children. Samples frames of this research
were the family with the first child is in school-age (10-12 years) who lived in the Situ
Gede Village. This research involved 50 samples was randomly taken and interviewed by
the questionnaire. The level of social capital within family was measured by instrument
that was adopted from Coleman and Hoffer (1987), parenting style measured by Parental
Accetance-Rejection Questionnaire (PARQ), the characters was measured by adopted
questionnaire from Borba (2001). The results showed that longer father’s formal
education is significant correlated with higher character of conscience and self control of
the child. Meanwhile, longer mother’s formal education is significant correlated with
higher child’s self control and lower father’s violent behavior. Longer age differences
between paternal age is significant correlated with lower parental’s neglect behaviour.
Characters of conscience and self control correlated with the level of parental closeness,
father’s affective behavior, and parental rejection. Regression analysis showed that the
characters of conscience and self control of the child are influenced by father's formal
education, social capital within family, and parental rejection.
Keywords: school-age children, social capital within family, parental affective behaviour,
parental violent behaviour

PENGARUH MODAL SOSIAL DALAM KELUARGA DAN PENGASUHAN
PENERIMAAN-PENOLAKAN TERHADAP KARAKTER

KESADARAN DAN KONTROL DIRI ANAK

FADHILAH MUKHLISHOH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM


: Pengaruh Modal Sosial dalam Keluarga dan Pengasuhan
Penerimaan-Penolakan terhadap Karakter Kesadaran dan
Kontrol Diri Anak
: Fadhilah Mukhlishoh
: I24090053

Disetujui oleh

Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si
Pembimbing I

Alfiasari, S.P., M. Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam juga terjunjung
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Sehingga atas
Ridho Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal
Sosial dalam Keluarga dan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan terhadap Karakter
Kesadaran dan Kontrol Diri Anak”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak sehingga penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si. dan Ibu Alfiasari, S.P., M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan motivasi, saran, arahan dan bimbingannya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
atas dukungan dan nasehatnya bagi perkembangan akademik penulis semasa
perkuliahan di departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
3. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pemandu seminar hasil
penelitian, yang telah memberikan saran dan membantu memperlancar

jalannya seminar.
4. Ibu Neti Hernawati, S.P., M.Si dan Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSA
selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan saran
bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini.
5. Pihak kelurahan Situ Gede atas kerjasamanya yang telah bersedia
memberikan data Kepala Keluarga dan izin melakukan penelitian di
Kelurahan Situ Gede.
6. Kementerian Agama RI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) di Institut Pertanian
Bogor.
7. Almarhumah mama’ yang telah melahirkan penulis, Ayahanda Porianto,
Ibunda Tina Rosmala, adik-adik tercinta Khoirul Umam, Fahry Naufal, dan
Gunawan Ar-ridho serta seluruh keluarga besar atas kasih sayang, doa,
semangat, motivasi, nasehat, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.
8. Keluarga besar CSS Mora IPB khususnya angkatan 46 atas kebersamaan
dan motivasinya, keluarga besar Pesantren Darul Arafah Raya, dan temanteman seperjuangan IKK 46 khususnya Asilah, Nanda Fira Pratiwi, dan
Susanti Kartikasari atas suka duka yang telah dilalui dalam kebersamaan
selama di IPB.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas doa,

bantuan, dan motivasi yang mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih dipersembahkan dengan penuh ketulusan.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.
Bogor, September 2013

Fadhilah Mukhlishoh

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE

6


Desain, Lokasi, dan Waktu

6

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

7

Pengolahan dan Analisis Data

8

Definisi Operasional
HASIL

10

12

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

12

Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga

12

Modal Sosial dalam Keluarga

14

Pengasuhan Peneriman-Penolakan

16

Karakter anak

18

Hubungan Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga dengan Modal
Sosial dalam Keluarga, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Karakter
Kesadaran dan Kontrol Diri
18
Hubungan Modal Sosial dalam Keluarga dengan Pengasuhan PenerimaanPenolakan dan Karakter Anak
20
Hubungan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan Karakter Kesadaran
Diri dan Kontrol Diri

20

Pengaruh Modal Sosial dalam Keluarga dan Pengasuhan PenerimaanPenolakan terhadap Karakter Kesadaran Diri dan Kontrol Diri

21

PEMBAHASAN

22

SIMPULAN DAN SARAN

24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13

Jenis data, variabel, skala data, contoh dan kategori data
Jumlah pertanyaan dan hasil uji reliabilitas instrumen
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan karakteristik
keluarga
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan rata-rata skor dimensi modal sosial
dalam keluarga
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelompok/organisasi orang tua
Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan
orang tua
Sebaran contoh berdasarkan karakter kesadaran diri dan kontrol diri
Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga
dengan modal sosial dalam keluarga, pengasuhan penerimaanpenolakan, dan karakter anak
Koefisien korelasi antara modal sosial dalam keluarga dengan
pengasuhan penerimaan-penolakan dan karakter anak
Koefisien korelasi antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan
karakter kesadaran diri dan kontrol diri
Hasil analisis regresi linier berganda pada kakteristik anak,
karakteristik keluarga, modal sosial dalam keluarga, pengasuhan
penerimaan-penolakan terhadap karakter kesadaran dan kontrol diri

7
10
13
13
14
14
16
16
18

19
20
21

21

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4

Kerangka pemikiran modal sosial dalam keluarga, pengasuhan
penerimaan-penolakan, dan karakter kesadaran diri dan kontrol diri
anak usia sekolah
Kerangka teknik pengambilan contoh
Sebaran tingkat kedekatan ibu dengan anak berdasarkan jumlah
saudara kandung contoh
Sebaran selisih usia ayah dan ibu berdasarkan pengasuhan penolakan
dimensi perilaku pengabaian

5
6
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Sebaran contoh berdasarkan usia
Sebaran contoh berdasarkan jenjang kelas
Sebaran contoh berdasarkan jumlah saudara (sibling)
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin saudara (sibling)
Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua (Hurlock 1990)
Sebaran contoh berdasarkan selisih usia ayah dan ibu
Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan orang tua

29
29
29
29
29
29
29
30
30
30

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Sebaran contoh berdasarkan uang saku
Sebaran contoh berdasarkan kategori modal sosial dalam keluarga
Sebaran contoh berdasarkan kategori pengasuhan penerimaanpenolakan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan kategori karakter anak
Sebaran contoh berdasarkan jawaban tingkat kedekatan orang tua
dengan anak
Sebaran contoh berdasarkan jawaban tingkat kedekatan keluarga
dengan tetangga
Sebaran contoh berdasarkan jawaban tingkat kepercayaan keluarga
dengan tetangga
Sebaran contoh berdasarkan jawaban perilaku afektif orang tua
Sebaran contoh berdasarkan jawaban perilaku kekerasan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan jawaban perilaku pengabaian orang tua
Sebaran contoh berdasarkan perilaku tidak menerima anak yang
dilakukan orang tua
Sebaran contoh berdasarkan jawaban karakter kesadaran diri
Sebaran contoh berdasarkan jawaban karakter kontrol diri

30
30
30
31
31
32
32
32
33
34
34
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sedang menghadapi krisis multidimensi yang mengakar pada
menurunnya kualitas moral bangsa. Hal ini ditandai dengan semakin kaburnya
pedoman moral baik dan buruk berupa rendahnya rasa hormat kepada orang tua
dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu, dan membudayanya
ketidakjujuran. Fenomena tersebut mengindikasikan menurunnya kualitas karakter
pada anak yang menimbulkan resiko terhadap kehidupan anak di masa mendatang
(Lickona 1992). Menurut Hastuti (2009), keluarga merupakan lingkungan yang
paling dekat dan langsung dimana kegiatan harian anak dan interaksi anak
berlangsung secara intensif.
Interaksi sosial yang dibangun anak dengan lingkungan akan menjadi faktor
penting dalam pembentukan modal sosial dalam keluarga. Teori ekologi
Bronfenbrenner mengidentifikasi empat sistem lingkungan, mulai dari lingkungan
yang terdekat dan berinteraksi secara langsung dengan anak sampai lingkungan
yang sangat luas, yaitu mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem.
Perspektif ekologi mengungkapkan seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan
fisik dan sosial yang langsung (immediate sosial and physical environment), yaitu
orang tua, saudara, sekolah, tetangga, kemudian lingkungan luar lain yang lebih
luas (Bronfenbrenner 1979). Sementara itu, teori pembelajaran sosial-kognitif dari
Bandura menyatakan bahwa individu tidak hanya dipengaruhi oleh proses
reinforcement eksternal yang disediakan lingkungan, tetapi juga oleh harapan,
reinforcement, pikiran, rencana, dan tujuan oleh proses internal dari self. Dasar
(komponen) self adalah material self, social self, spiritual self, dan pure ego.
Aspek kognitif yang aktif dari individu sangat penting selama proses
pembelajaran, agar anak dapat berfikir dan mengantisipasi pengaruh dari
lingkungan.
Modal sosial dalam keluarga melalui keterlibatan pengasuhan orang tua
menunjukkan bagaimana stimulus yang akan diberikan orang tua kepada anak,
sehingga akan memengaruhi pembentukan kepribadian dan karakter anak
(Schikendanz 1995). Menurut Rohner (1986), pengasuhan terdiri atas pengasuhan
penerimaan (parental acceptance) dan pengasuhan penolakan (parental rejection).
Megawangi (2009) menyatakan bahwa kesalahan praktek pengasuhan orang tua
seperti kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang, baik secara verbal maupun
fisik, kurang meluangkan waktu yang cukup buat anaknya selama di rumah, dan
bersikap kasar secara verbal maupun fisik akan membuat anak merasa tidak
berguna, minder, dan mengadopsi sifat tersebut sehingga berpotensi menjadi anak
yang kasar juga di masa dewasanya.
Keluarga sebagai lingkungan mikrosistem berperan untuk membekali
karakter anak sebagai generasi penerus bangsa. Modal sosial dalam keluarga
berhubungan dengan capaian pendidikan anak di sekolah dan perkembangan
sosial dan emosinya (Furstenberg & Hughes 1995). Dalam hal ini, aspek karakter
mempunyai peran yang sangat penting. Anak yang mempunyai kecerdasan sosial
dan emosi yang tinggi dapat mengenal bagaimana mengontrol perasaannya
sehingga lebih mudah untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi (Borba
2001). Oleh karena itu, pada usia sekolah, anak memerlukan penyesuaian diri
dalam berinteraksi di lingkungan yang lebih luas. Maka penanaman karakter yang

2
baik di usia sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan,
khususnya dari dalam keluarga dan kaitannya dengan pemanfaatan modal sosial di
dalam keluarga.
Perumusan Masalah
Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu dampak krusial yang terjadi
akibat kesadaran diri yang rendah akan bahaya narkoba, juga ketiadaan kontrol
untuk membentengi diri sehingga terjerat narkoba. Peredaran gelap narkoba di
Indonesia semakin meningkat sejak tahun 2003. Penelitian yang dilakukan Badan
Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2006 mengungkapkan sebanyak 8500
siswa sekolah dasar di Indonesia mulai mengonsumsi bahkan sudah kecanduan
narkoba, dimana sekitar 40 persen anak mengonsumsi narkoba pada umur 11
tahun. Kemampuan ekonomi, pengawasan yang kurang dari orang tua, dan
ketidaktaatan ibadah meningkatkan kerentanan penyalahgunaan narkoba. Selain
permasalahan narkoba, resiko lain yang dihadapi anak adalah kecanduan game
online, tawuran, dan bullying.
Partisipasi keluarga pada area tempat tinggal yang buruk akan berimplikasi
buruk terhadap kualitas modal sosial dalam keluarga dan rendahnya kualitas anak,
sehingga mengakibatkan tingginya level depresi dan tindakan kasar pada anak
(Sampson 1997). Sikap setiap anggota keluarga dalam bertutur kata,
mengekspresikan harapan, tuntutan, kritikan satu sama lain, menanggapi dan
memecahkan masalah, serta mengungkapan perasaan dan emosi, secara langsung
maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak (Puspitawati 2009).
Agar modal sosial yang ada dalam lingkungan keluarga tidak berkembang
menjadi hal yang buruk, maka perlu diperkuat dengan penanaman nilai-nilai
kebaikan, yang dinternalisasikan melalui karakter kesadaran diri dan karakter
kontrol diri sebagai karakter yang mampu mengontrol anak dalam menjalankan
hubungan sosial. Kesadaran diri dan kontrol diri merupakan elemen penting yang
mengindikasikan karakter seseorang (Borba 2001). Rendahnya kontrol diri yang
dimiliki anak dapat menghambat perkembangan moral anak.
Jika dilihat dari kasus permasalahan anak sekolah yang sering muncul,
menurunnya nilai karakter merupakan masalah yang sangat krusial, sehingga
seluruh pihak yang terlibat langsung dalam perkembangan anak harus dapat
menjadikan karakter sebagai salah satu tujuan dari optimalisasi perkembangan
anak (Megawangi 2009). Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi penting
untuk mengidentifikasi dan mengetahui modal sosial yang dimiliki keluarga,
pengasuhan penerimaan-penolakan, dan karakter anak yang berada di usia sekolah
dasar. Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara
lain sebagai berikut: (1) bagaimanakah modal sosial dalam keluarga, pengasuhan
penerimaan-penolakan dan karakter anak usia sekolah yang berada di wilayah sub
urban; (2) apakah terdapat hubungan antara karakteristik anak dan karakteristik
keluarga dengan modal sosial dalam keluarga; (3) apakah terdapat hubungan
antara karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan modal sosial dalam keluarga
dengan pengasuhan penerimaan-penolakan; (4) apakah karakteristik anak,
karakteristik keluarga, modal sosial dalam keluarga, dan pengasuhan penerimaanpenolakan berpengaruh terhadap karakter kesadaran diri dan kontrol diri anak.

3
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh modal sosial dalam keluarga dan pengasuhan
penerimaan-penolakan terhadap karakter kesadaran diri dan kontrol diri anak.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi modal sosial dalam keluarga, pengasuhan penerimaanpenolakan, karakter kesadaran diri dan kontrol diri anak.
2. Menganalisis hubungan karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan
modal sosial dalam keluarga
3. Menganalisis hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan modal
sosial dalam keluarga dengan pengasuhan penerimaan-penolakan
4. Menganalisis pengaruh karakteristik anak, karakteristik keluarga, modal
sosial dalam keluarga, dan pengasuhan penerimaan-penolakan terhadap
karakter kesadaran diri dan kontrol diri anak

KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga sebagai suatu sistem unit sosial menggambarkan keterlibatan
individu untuk saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama lain
(Megawangi1999). Hal ini berkaitan dengan yang diungkapkan oleh Amato
(1988) dalam Ferguson (2004) yaitu definisi modal sosial dalam keluarga adalah
hubungan antarindividu dalam keluarga yang menjadi fasilitas untuk melakukan
tindakan tertentu. Menurut Winter (2000), peraturan yang ada di dalam keluarga
khususnya yang diterapkan pada praktek pengasuhan akan menciptakan berbagai
norma keluarga. Pengasuhan memberikan pengaruh penting pada perkembangan
nilai yang mendefinisikan modal sosial, seperti hubungan timbal balik, yaitu
saling mendukung dan melengkapi, saling percaya, dan membangun kerjasama
yang baik.
Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa pengembangan modal sosial
bermanfaat bagi optimalisasi tumbuh kembang anak dan anggota keluarga.
Menurut Coleman dan Hoffer (1987), modal sosial dalam keluarga ditunjukkan
dari lima dimensi modal sosial dalam keluarga yang mencakup dukungan dan
perhatian yang diberikan orang tua kepada anak. Selain itu, Shulver (2011)
menyatakan bahwa jumlah organisasi atau kelompok yang diikuti orang tua dapat
menjadi indikator modal sosial dalam keluarga, yang dapat diakses dari
lingkungan tempat bekerja, lingkungan tempat tinggal, keluarga besar, dan
pengaruh dari media. Modal sosial dalam keluarga melalui keterlibatan
pengasuhan orang tua menunjukkan bagaimana stimulus yang akan diberikan
orang tua kepada anak, sehingga akan memengaruhi pembentukan kepribadian
dan karakter anak (Schikendanz 1995).
Hoghugi (2000) mengartikan pengasuhan sebagai suatu aktivitas yang
bertujuan untuk menjamin perkembangan anak. Pengasuhan dimensi kehangatan
oleh Rohner (1986) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan terdiri atas pengasuhan
penerimaan dan pengasuhan penolakan. Rohner mengemukakan gaya pengasuhan
yang dilihat dari dimensi kehangatan mencerminkan apakah orangtua menerima
atau menolak keberadaan anak, yang dapat dirasakan sendiri oleh anak. Salah satu
konsekuensi dari gaya pengasuhan penerimaan-penolakan orang tua adalah pada
perilaku anak, perkembangan kognitif, dan perkembangan emosi anak.

4
Menurut Belsky (1984) dalam Lestari (2010), faktor utama yang
memengaruhi proses pengasuhan adalah karakteristik dan kepribadian anak,
pengalamanan psikologis orang tua, dan dukungan sosial. Karakteristik anak
seperti jenis kelamin dan usia memberikan reaksi yang berbeda terhadap
pengasuhan yang diberikan orang tua (Guhardja et al 1992 dalam Putri 2012).
Selain itu, menurut Permatasari (2011), faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengasuhan penerimaan-penolakan adalah usia anak, jenis kelamin, besar
keluarga, usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan
orang tua, dan nilai budaya. Kedua orang tua yang bekerja mengindikasikan
dimilikinya modal sosial yang lebih baik, berupa tersedianya akses yang lebih
tinggi terhadap institusi dan keluarga lain dibandingkan keluarga dengan satu
orang tua saja yang bekerja (Astone et al 1999). Selain itu juga Coleman (1988)
menyatakan saudara kandung berperan sebagai kompetitor anak dalam
mendapatkan ketersediaan waktu dan perhatian orang tua, dalam membangun
hubungan timbal balik dalam keluarga, dan berpengaruh terhadap prestasi
akademik anak di sekolah.
Fagan (1995) menyatakan faktor sosial ekonomi berhubungan erat dengan
tingkat stress yang tinggi dalam keluarga, perilaku kekerasan, dan akhirnya
berpengaruh terhadap kualitas karakter anak. Sejalan dengan hal ini, Sunarti
(2004) mengatakan anak yang diasuh dengan pengasuhan penolakan berdampak
terhadap rendahnya perkembangan sosial anak. Keterampilan sosial dan emosi
membutuhkan karakter yang baik, khususnya karakter kesadaran dan kontrol diri
agar anak memiliki kecakapan dalam membangun hubungan interpersonal. Snygg
dan Combs (1949) dalam Suryabrata (1966) meyakini bahwa semua tingkah laku
manusia ditentukan dan berhubungan dengan pengalaman yang dialami oleh
seseorang secara sadar. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku, artinya
bahwa apa yang difikir dan dirasa oleh orang itu menentukan apa yang akan
dikerjakannya.
Menurut Erik Erikson dalam Santrock (2008), sesuai dengan perkembangan
kognitif anak yang semakin matang pada masa pertengahan dan akhir usia sekolah,
anak lebih banyak mempelajari sikap dan motivasi dari orangtuanya, serta
memahami aturan-aturan keluarga, sehingga mereka menjadi lebih mampu untuk
mengendalikan tingkah lakunya. Karakter kesadaran diri erat kaitannya dengan
karakter kontrol diri. Anak yang memiliki kecakapan dalam membedakan hal
yang baik dan buruk dari hati nuraninya, tentunya akan memiliki kontrol diri yang
baik, yang akan mengendalikan setiap tindakan maupun perkataannya agar
terhindar dari pergaulan yang salah. Gambar 1 menunjukkan keterkaitan antara
karakteristik anak, karakteristik keluarga, modal sosial dalam keluarga,
pengasuhan penerimaan-penolakan, serta karakter kesadaran diri dan kontrol diri
anak usia sekolah.

5
5

Gambar 1

Kerangka pemikiran modal sosial dalam keluarga, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan karakter kesadaran diri
dan kontrol diri anak usia sekolah

6

METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu
Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-nilai Karakter pada Keluarga Pedesaan
melalui Praktek Pengasuhan Positif”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Situ Gede yang
dipilih secara purposive sebagai representasi wilayah perdesaan dalam kategori
sub urban area. Secara geografis, sub urban area merupakan suatu wilayah yang
lokasinya berdekatan dengan pusat kota, yang berfungsi sebagai daerah
permukiman penduduk. Pada wilayah sub urban, nilai-nilai tradisional yang
sebelumnya dianut oleh masyarakat diduga mengalami transisi ke nilai-nilai
modern. Selain itu juga mengindikasikan adanya perubahan praktek pengasuhan
dan modal sosial dalam keluarga yang ikut dipengaruhi oleh transisi nilai-nilai
yang terjadi di wilayah sub urban. Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan
selama sembilan bulan yang meliputi persiapan, observasi, pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data serta penulisan laporan hasil penelitian. Waktu
pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan April 2013 hingga Mei 2013.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga lengkap yang mempunyai anak
pertama usia sekolah dasar di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor. Kerangka contoh penelitian ini adalah keluarga lengkap yang mempunyai
anak pertama usia 10-12 tahun dan masih duduk di kelas 4-6 SD. Jumlah contoh
yang diambil dalam penelitian ini ditentukan secara purposive karena merupakan
bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tahun 2013 yang mengambil
sample sebanyak 50 keluarga. Pengambilan contoh dilakukan di empat dari
sepuluh RW yang juga dipilih secara purposive dengan pertimbangan wilayah
yang memiliki keluarga dengan anak pertama usia 10-12 tahun terbanyak di
Kelurahan Situ Gede. Pemilihan contoh pada empat RW terpilih diambil secara
simple random sampling sehingga didapatkan 50 keluarga contoh. Adapun
kerangka teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka teknik pengambilan contoh

7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara
langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang terlebih dahulu diuji
validitas dan reliabilitasnya. Data primer meliputi karakteristik anak, karakteristik
keluarga, modal sosial dalam keluarga, pengasuhan penerimaan-penolakan,
karakter kesadaran diri dan kontrol diri anak (Tabel 1). Sementara itu, data
sekunder merupakan gambaran umum lokasi penelitian di Kelurahan Situ Gede.
Tabel 1 Jenis data, variabel, skala data, contoh dan kategori data
Jenis data
Primer

Primer

Variabel
Karakteristik anak
 usia
 jenis kelamin

Skala Data
rasio
nominal

 jumlah saudara kandung
Karakteristik keluarga
 usia ayah dan ibu (Hurlock
1990)

rasio

 lama pendidikan ayah dan ibu

rasio

rasio

 jenjang pendidikan ayah dan
ibu

ordinal

 status pekerjaan

nominal

 jenis pekerjaan

nominal

 pendapatan orang tua

rasio

 pendapatan per-kapita

rasio

 tipe keluarga
 besar keluarga (BKKBN 2005)

nominal
rasio

Kategori data
Berdasarkan sebaran data
Dikategorikan menjadi :
1. Laki-laki
2. Perempuan
Berdasarkan sebaran data
1. Dewasa awal (18-40)
2. Dewasa Madya (41-60)
3. Dewasa Tua (>60)
1. ≤ 8 tahun
2. ≥ 9 tahun
1. Tidak tamat SD (< 6 tahun)
2. Tamat SD/sederajat (6 tahun)
3. Tamat SMP/sederajat (9 tahun)
4. Tamat SMA/ sederajat (12 tahun)
5. Tamat PT/Akademik (> 12 tahun)
1. Tidak bekerja
2. Bekerja
1. Petani
2. Buruh serabutan
3. Pegawai swasta
4. Wiraswasta/pedagang
5. PNS/ABRI
6. IRT
7. Jasa angkutan (supir/ojek)
8. Lainnya
1. Rp.5.000.000
1. < Rp278 530
2. ≥Rp278 530
1. Keluarga inti
2. Keluarga luas
1. Kecil: ≤ 4 orang
2. Sedang: 5-7 orang
3. Besar: ≥ 8 orang

8
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry, cleaning, analisis, dan interpretasi data. Tahapan editing yaitu
pengecekan terhadap data-data yang telah dikumpulkan melalui pengisian
kuesioner. Coding yaitu pemberian kode tertentu terhadap jawaban responden
untuk memudahkan analisis. Data yang telah di-coding kemudian di-scoring.
Setelah itu data di-entry untuk diolah yang sebelumnya telah di-cleaning agar
tidak ada kesalahan. Semua data diolah menggunakan Microsoft Excel for
Windows dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Data
terkumpul kemudian diolah dengan analisis deskriptif dan inferensia (uji korelasi
Pearson dan uji regresi).
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat sebaran karakteristik anak (usia,
jenis kelamin, dan jumlah saudara kandung), karakteristik keluarga (usia ayah dan
ibu, lama dan jenjang pendidikan ayah dan ibu, status dan jenis pekerjaan ayah
dan ibu, pendapatan orang tua, pendapatan perkapita keluarga, tipe dan besar
keluarga, dan kepemilikan aset keluarga), modal sosial dalam keluarga,
pengasuhan penerimaan-penolakan, karakter kesadaran diri, dan kontrol diri anak.
Sementara itu, analisis inferensia yang digunakan adalah uji korelasi untuk
melihat hubungan antara karakteristik anak, karakteristik keluarga, modal sosial
dalam keluarga dengan pengasuhan penerimaan-penolakan. Selain itu juga
digunakan uji regresi untuk melihat pengaruh karakteristik anak, karakteristik
keluarga, modal sosial dalam keluarga, dan pengasuhan penerimaan-penolakan
terhadap karakter kesadaran diri dan karakter kontrol diri anak.
Jumlah pertanyaan yang berbeda pada setiap dimensi variabel
dikompositkan dengan mentransformasi nilai/skor yang telah didapatkan menjadi
skor indeks. Indeks persentase pada variabel modal sosial dalam keluarga,
pengasuhan penerimaan-penolakan, dan karakter kesadaran diri dan kontrol diri
dihitung dengan rumus :
Y=

x 100%

Kemudian, skor indeks yang dicapai tersebut dimasukkan kedalam kategori
kelas yang sesuai. Indeks skor modal sosial dalam keluarga, pengasuhan
penerimaan-penolakan, karakter kesadaran diri, dan kontrol diri dikategorikan
menjadi tiga kategori, yaitu rendah (66.6%).
Instrumen pengukuran modal sosial dalam keluarga diacu dan dimodifikasi
dari Coleman & Hoffer (1987) dan Shulver (2011). Data modal sosial dalam
keluarga mengukur lima dimensi modal sosial dalam keluarga dengan pertanyaan
terbuka dan tertutup serta jumlah pertanyaan perdimensi yang berbeda-beda :
a. Dimensi kualitas hubungan orang tua dengan anak dan dimensi minat
orang dewasa kepada anak diukur dengan mengetahui tingkat kedekatan
orang tua dengan anak. Kedekatan orang tua dengan anak dibedakan
berdasarkan dua perlakuan yaitu perlakuan ayah dan perlakuan ibu.
Tingkat kedekatan ayah dan ibu dengan anak diukur menggunakan skala
Likert yang masing-masing terdiri dari 14 pernyataan tertutup.

9
b. Dimensi pengawasan orang tua terhadap aktifitas anak diukur dengan
menghitung jumlah keberagaman orang di sekitar anak yang diketahui dan
dikenal orang tua, yang terdiri dari lima pertanyaan terbuka.
c. Dimensi kualitas pertetanggaan diukur dengan melihat tingkat kedekatan
keluarga dengan tetangga dan tingkat kepercayaan keluarga dengan
tetangga, dengan menggunakan skala Likert yang masing-masing terdiri
dari 10 dan 4 pernyataan tertutup.
d. Dimensi kelompok orang tua (parenting group) diukur dengan mengetahui
jumlah keberagaman dan jenis kelompok ataupun organisasi yang diikuti
ayah dan ibu, yang masing-masing terdiri dari satu pertanyaan terbuka.
Pengasuhan penerimaan-penolakan diukur menggunakan Parental
Acceptance Rejection Questionnaire (PARQ) yang dikembangkan Rohner (1986).
Data pengasuhan penerimaan-penolakan mengukur empat dimensi pengasuhan
yang dilakukan orang tua, yaitu perilaku afeksi, perilaku kekerasan, perilaku
pengabaian, dan perilaku tidak menerima anak. Pengasuhan penerimaanpenolakan dalam penelitian ini diukur dengan melihat persepsi anak atas
pengasuhan yang diterima dari orang tuanya. Pengukuran pengasuhan dibedakan
berdasarkan dua perlakuan yaitu perlakuan ayah dan perlakuan ibu terhadap anak :
a. Pengasuhan penerimaan dimensi perilaku afektif ayah dan ibu diukur
menggunakan skala Likert yang masing-masing terdiri dari 20 pernyataan
tertutup.
b. Pengasuhan penolakan dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu perilaku
kekerasan, perilaku pengabaian, dan perilaku tidak menerima anak yang
diukur menggunakan skala Likert dan pernyataan tertutup. Dimensi
perilaku kekerasan (hostility/agression) ayah dan ibu masing-masing
terdiri
dari
15
pernyataan.
Dimensi
perilaku
pengabaian
(indifference/neglect) ayah dan ibu masing-masing terdiri dari 15
pernyataan. Dimensi perilaku tidak menerima anak (undifferentiated
rejection) ayah dan ibu masing-masing terdiri dari 10 pernyataan.
Karakter kesadaran diri dan kontrol diri diukur menggunakan instrumen
yang diacu dan dimodifikasi dari Borba (2001). Aspek karakter yang diteliti
dalam penelitian ini adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku berkarakter.
Pengukuran karakter menggunakan skala Likert dan pernyataan tertutup. Baik
karakter kesadaran diri (conscience) maupun karakter kontrol diri (self control)
masing-masing terdiri dari 20 pernyataan. Tabel 2 menunjukkan jumlah
pertanyaan/pernyataan setiap variabel yang diukur dalam penelitian.

10
Tabel 2 Jumlah pertanyaan dan hasil uji reliabilitas instrumen
Jenis
data
Primer

Primer

Primer

Dimensi

Jumlah
pertanyaan/
pernyataan

Skala data*

Cronbach’
s alpha

Modal sosial dalam keluarga
Tingkat kedekatan ayah dengan anak
Tingkat kedekatan ibu dengan anak
Tingkat kedekatan keluarga dengan tetangga

14 item
14 item
10 item

Tingkat kepercayaan keluarga dengan tetangga

4 item

Keberagaman orang disekitar anak yang dikenal
orang tua
Keberagaman kelompok/organisasi yang diikuti
orang tua
Pengasuhan Penerimaan-Penolakan
Perilaku afektif ayah
Perilaku afektif ibu
Perilaku kekerasan ayah
Perilaku kekerasan ibu
Perilaku pengabaian ayah
Perilaku pengabaian ibu
Perilaku tidak menerima anak yang dilakukan ayah
Perilaku tidak menerima anak yang dilakukan ibu
Karakter anak
Kesadaran diri
Kontrol diri

5 item

ordinal (1-4)
1= hampir
tidak pernah
2= kadangkadang
3= sering
4= selalu
ordinal (1-4)
1= sangat
tidak setuju
2= tidak
setuju
3= setuju
4= sangat
setuju
rasio

2 item

rasio

20 item
20 item
15 item
15 item
15 item
15 item
10 item
10 item

ordinal (1-4)
1= hampir
tidak pernah
2= kadangkadang
3= sering
4= selalu

0.853
0.873
0.872
0.855
0.755
0.784
0.825
0.805

20 item
15 item

ordinal (1-4)
1= hampir
tidak pernah
2= kadangkadang
3= sering
4= selalu

0.763
0.831

Keterangan : * skor dibalik untuk pernyataan negatif

Definisi Operasional
Karakteristik anak adalah ciri-ciri pada anak sulung yang memiliki keluarga inti
yang lengkap, meliputi nama, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, kelas,
dan jumlah saudara kandung.
Usia anak adalah tahapan perkembangan anak kelas 4, 5 dan 6 SD yang berada di
usia 10-12 tahun.
Jenis kelamin anak adalah penggolongan secara spesifik untuk membedakan
antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri dan keadaan keluarga yang mencakup
usia ayah dan ibu, lama dan jenjang pendidikan ayah dan ibu, status dan
jenis pekerjaan ayah dan ibu, pendapatan per kapita orang tua, tipe keluarga,
besar keluarga, dan kepemilikan aset keluarga.

0.811
0.694
0.751

0.414

-

11
Lama pendidikan orang tua adalah lamanya pendidikan formal tertinggi yang
ditempuh oleh ayah dan ibu dalam satuan tahun
Jenjang pendidikan orang tua adalah tingkatan pendidikan formal tertinggi
yang ditempuh oleh ayah dan ibu serta ditandai dengan adanya tanda tamat
sekolah atau ijazah.
Status pekerjaan orang tua adalah kondisi yang menerangkan bahwa ayah dan
ibu memiliki pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan baik tetap maupun
tidak tetap.
Jenis pekerjaan orang tua adalah klasifikasi pekerjaan ayah dan ibu yang
dikelompokkan menjadi petani, buruh serabutan, pegawai swasta,
wiraswasta, PNS, jasa angkutan, IRT, dan lainnya.
Pendapatan per kapita orang tua adalah penjumlahan pendapatan ayah dan ibu,
baik dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan dibagi dengan
jumlah keluarga inti yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Tipe keluarga adalah jenis keluarga yang dibedakan menjadi keluarga inti dan
keluarga luas.
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga inti dan anggota keluarga
lainnya yang tinggal dalam satu rumah yang dikelompokkan menjadi
keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥8 orang).
Kepemilikan aset keluarga adalah sumberdaya fisik keluarga yang mempunyai
nilai tukar yang diukur dari status kepemilikan rumah, ternak, alat
elektronik, kendaraan, mebel, alat rumah tangga, dan lahan perkebunan.
Modal sosial dalam keluarga adalah perhatian dan dukungan langsung yang
diberikan orang tua kepada anak baik secara fisik maupun verbal, yang
ditunjukkan dari kualitas hubungan orang tua dengan anak, minat orang
dewasa kepada anak, pengawasan orang tua terhadap aktifitas anak, kualitas
pertetanggaan, dan kelompok orang tua.
Kelompok orang tua (parenting groups) adalah partisipasi orang tua terhadap
kelompok atau organisasi baik formal maupun informal
Gaya pengasuhan adalah pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak
dengan membedakan antara pengasuhan penerimaan dan pengasuhan
penolakan orang tua terhadap anak.
Pengasuhan penerimaan adalah perilaku afektif ayah dan ibu terhadap anak,
baik fisik maupun verbal yang ditunjukkan dalam bentuk perhatian, pujian,
sikap penuh kehangatan, serta kepedulian orang tua terhadap kebutuhan dan
keinginan anak.
Pengasuhan penolakan adalah perilaku kekerasan, perilaku pengabaian, dan
perilaku tidak menerima anak baik secara fisik maupun verbal yang
dilakukan oleh ayah dan ibu terhadap anak.
Perilaku kekerasan adalah pengasuhan penolakan yang dicirikan dengan
penggunaan perkataan (verbal) dan perbuatan (fisik) yang kasar dan agresif
seperti memukul, membentak, menghukum, meremehkan dan mengecilkan
keberadaan anak.
Perilaku pengabaian adalah pengasuhan penolakan yang dicirikan dengan sikap
acuh, membatasi diri, dan ketiadaan perhatian ayah dan ibu terhadap
kebutuhan anak.
Perilaku tidak menerima anak adalah pengasuhan penolakan yang dicirikan
dengan perkataan maupun perilaku yang menyebabkan anak merasa tidak

12
dicintai, tidak dihargai, bahkan kehadiran anak tidak dikehendaki oleh orang
tua.
Karakter adalah respon anak terhadap situasi tertentu secara bermoral, yang
dimanifestasikan dalam tindakan nyata baik perkataan maupun perbuatan,
yang meliputi karakter kesadaran diri dan karakter kontrol diri.
Karakter kesadaran diri adalah tindakan yang menunjukkan bahwa anak dapat
membedakan perkataan maupun perbuatan yang benar dan salah, menyadari
dan mengakui kesalahan, menepati janji, tidak memakai barang orang lain
tanpa izin, jujur, dan dapat dipercaya.
Karakter kontrol diri adalah tindakan yang menunjukkan bahwa anak berani
mengatakan tidak terhadap hal yang salah, memilih untuk melakukan
tindakan maupun perkataan yang sesuai dengan perilaku moral, serta
mengatur dan mengontrol emosi dengan baik.

HASIL
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor. Secara geografis, kelurahan Situ Gede memiliki wilayah yang
berbatasan dengan Kecamatan Kemang dibatasi sungai Cisadane di sebelah utara,
Kecamatan Bogor Barat yang dibatasi sungai Sindang Barang di sebelah selatan,
Kelurahan Bubulak di sebelah timur, dan Desa Cikarawang kecamatan Dramaga
di sebelah barat. Kelurahan Situ Gede terdiri dari 10 RW dan 34 RT dengan luas
wilayah pemukiman 11.245 Ha. Jumlah penduduk kelurahan Situ Gede sebanyak
8428 jiwa, terdiri dari 4325 jiwa laki-laki dan 4103 jiwa perempuan dengan
jumlah Kepala Keluarga 2297 jiwa. Secara umum keadaan topografi Kelurahan
Situ Gede merupakan dataran rendah dan daerah yang dilewati aliran sungai.
Ditinjau dari segi agama, mayoritas penduduk kelurahan Situ Gede
beragama Islam dan sisanya beragama Kristen dengan jumlah masjid dan mushola
masing-masing 10 dan 4 unit. Kelurahan Situ Gede memiliki 5 unit SD dengan
jumlah siswa sebanyak 1443 orang. Mayoritas penduduk laki-laki sebanyak 650
orang dan perempuan sebanyak 652 orang menamatkan pendidikannya pada
jenjang SMA. Mayoritas penduduk laki-laki bekerja sebagai buruh migran
sebanyak 870 orang dan mayoritas penduduk perempuan bekerja sebagai buruh
tani sebanyak 139 orang. Penduduk di kelurahan Situ Gede didominasi oleh suku
sunda. Keberagaman organisasi di kelurahan Situ Gede mencakup Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan (LKD dan LK), LKMD, LPM, PKK,
Karang Taruna, Rukun tetangga (RT), dan Rukun Warga (RW).
Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga
Usia anak paling banyak (46%) berusia 10 tahun dan paling sedikit (18%)
berusia 12 tahun, dengan proporsi jumlah laki-laki sebanyak 42 persen dan
perempuan sebanyak 58 persen. Sementara itu, proporsi terbesar usia ayah (72%)
dan usia ibu (90%) berada dalam kategori dewasa awal menurut Hurlock (1990)
yaitu berusia 20-40 tahun. Mayoritas orang tua contoh memiliki perbedaan umur
dengan rentang usia 0-6 tahun (72%), dan satu dari sepuluh orang tua dengan
perbedaan usia 7-13 tahun (28%) dan hanya 2 persen dengan rentang usia diatas

13
14 tahun. Berdasarkan program wajib belajar, baik ayah maupun ibu sebagian
besar sudah menempuh pendidikan diatas 9 tahun. Jenjang pendidikan tertinggi
pada ayah paling banyak (50%) adalah tamat SMA, sedangkan jenjang pendidikan
tertinggi pada ibu paling banyak (42%) adalah tamat SMP. Berdasarkan BKKBN
(2005), lebih dari separuh keluarga (58%) termasuk dalam kategori keluarga kecil
(≤4 orang). Tiga dari lima keluarga (64%) merupakan keluarga inti, dengan ratarata berjumlah empat anggota keluarga, sedangkan sisanya (36%) masih tinggal
bersama keluarga besar. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan
karakteristik anak dan karakteristik keluarga.
Tabel 3

Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan karakteristik keluarga

Variabel
Karakteristik Anak
Usia anak (tahun)
Jumlah saudara (sibling)
Uang saku anak (Rp)
Karakteristik Keluarga
Usia ayah (tahun)
Usia ibu (tahun)
Lama pendidikan ayah (tahun)
Lama pendidikan ibu (tahun)
Pendapatan orang tua (Rp)
Pendapatan per-kapita (Rp)
Besar keluarga (orang)

Min

Max

Rata-rata ± SD

10
0
2 000

12
3
30 000

10.7 ± 0.8
0.9 ± 0.9
10 740 ± 5267.6

29
29
2
6
400 000
66 667
3

52
46
12
12
30 000 000
10 000 000
9

38.1 ± 4.4
34.3 ± 3.9
9.7± 2. 8
9.5 ± 2.2
2 575 000 ± 4225387.
637583.33 ± 1371093.5
4.90 ± 1.5

Empat dari lima anak (80%) memiliki saudara kandung, sedangkan sisanya
(20%) merupakan anak tunggal. Status kepemilikan saudara kandung paling
banyak adalah dua bersaudara (64%). Pendapatan orang tua berkisar antara Rp400
000 sampai dengan lebih dari Rp30 000 000 dengan rata-rata Rp2 565 000.
Pendapatan orang tua terbesar (66%) berada pada kisaran antara Rp1 000 000
sampai dengan Rp2 499 900 (Tabel 4). Pendapatan per kapita menunjukkan posisi
keluarga pada garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2010. Berdasarkan garis
kemiskinan Kota Bogor tahun 2010, empat dari lima keluarga (78%)
dikategorikan menjadi keluarga yang tidak miskin, karena memiliki pendapatan
per kapita di atas Rp278 530.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua
Kategori
Rp.5.000.000
Total

Persentase (%)
2
12
66
14
6
100

Ditinjau dari segi pekerjaan orang tua, keseluruhan ayah contoh memiliki
pekerjaan, dengan klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai wiraswasta/ pedagang
(36%), pegawai swasta (18%), buruh serabutan dan jasa angkutan (supir)
sebanyak 16 persen, sedangkan ibu yang bekerja hanya 18 persen, dan sisanya
merupakan ibu rumah tangga. Tabel 5 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan
jenis pekerjaan orang tua.

14
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua
Persentase (%)

Kategori pekerjaan orang tua

Ayah
0
16
18
36
6
0
16
8
100

Petani
Buruh serabutan
Pegawai swasta
Wiraswasta/ pedagang
PNS
IRT
Jasa angkutan (supir/ojek)
Lainnya
Total

Ibu
0
0
0
10
0
82
0
8
100

Sementara itu dari segi kepemilikan aset, lebih dari separuh keluarga contoh
(52%) masih tinggal di rumah milik orang tua ataupun saudara. Hanya sedikit
keluarga contoh yang memiliki hewan ternak, dan sebanyak 16% keluarga contoh
beternak ayam. Seluruh keluarga contoh (100%) memiliki televisi, hp dan tempat
tidur. Sebanyak 76% keluarga contoh memiliki radio/dvd, 70% memiliki sepeda
motor, 64.5% memiliki mebel, dan 59.5% memiliki alat elektronik rumah tangga.
Modal Sosial dalam Keluarga
Coleman dan Hoffer (1987) membagi dimensi modal sosial dalam keluarga
menjadi struktur keluarga; kualitas hubungan orang tua dengan anak, minat atau
perhatian orang dewasa yang diberikan kepada anak yang dilihat dari tingkat
kedekatan orang tua dengan anak; pengawasan orang tua terhadap aktifitas anak
yang dilihat dari jumlah keberagaman orang yang diketahui dan dikenal orang tua;
perubahan keluarga luas serta dukungan keluarga; dan kualitas pertetanggan yang
dilihat dari tingkat kedekatan keluarga dengan tetangga dan tingkat kepercayaan
keluarga dengan tetangga. Berdasarkan dimensi tersebut, penelitian ini tidak
mengukur dimensi struktur keluarga dan perubahan serta dukungan terhadap
keluarga luas. Dimensi modal sosial dalam keluarga yang memiliki skor paling
tinggi menunjukkan pemanfaatan modal sosial dalam keluarga yang paling
banyak dilakukan oleh keluarga. Tabel 6 menunjukkan perbandingan rata-rata
skor tiga dimensi modal sosial dalam keluarga yang diteliti dalam penelitian.
Tabel 6

Sebaran contoh berdasarkan rata-rata skor dimensi modal sosial dalam
keluarga
Dimensi

Tingkat kedekatan ayah dengan anak
Tingkat kedekatan ibu dengan anak
Tingkat kedekatan keluarga dengan tetangga
Tingkat kepercayaan keluarga dengan tetangga

Min (%)

Max (%)

16.7
40.5
26.7
50.0

92.9
97.6
93.3
91.7

Rata-rata ± SD
(%)
62.3±12.1
66.2±13.7
63.6±17.1
63.0±10.1

Kualitas hubungan orang tua dengan anak dan minat orang dewasa terhadap
anak dilihat dari tingkat kedekatan ayah dan ibu dengan anak selama berada di
rumah. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kedekatan ibu dengan anak (52%)
berada pada kategori tinggi, sedangkan kedekatan ayah dengan anak (74%) berada
pada kategori sedang. Kedekatan ayah dengan anak ditunjukkan dengan perhatian
ayah terhadap siapa saja teman anak (44%), ayah meluangkan waktu ketika anak

15
membutuhkan nasehat (36%), dan ayah melakukan aktifitas bersama anak (30%).
Sedangkan kedekatan ibu dengan anak ditunjukkan dengan ibu menghabiskan
waktu luang bersama anak di rumah (60%), ibu menghadiri pertemuan yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah (58%), dan ibu melakukan aktifitas bersama
anak (52%). Namun jika dibandingkan, tingkat kedekatan ibu dengan anak lebih
tinggi (rata-rata skor 66.2) dibandingkan tingkat kedekatan ayah dengan anak
(rata-rata skor 62.3). Hal ini dikarenakan ibu lebih sering berada di rumah karena
mayoritas ibu (82%) merupakan ibu rumah tangga.
Pengawasan orang tua terhadap aktifitas anak ditunjukkan dengan perhatian
dan minat orang tua untuk mengetahui siapa saja yang berinteraksi dengan anak,
yang memungkinkan memberikan pengaruh dalam kehidupan anak. Keberagaman
orang disekitar anak ditinjau dari banyaknya teman sekolah, teman bermain anak,
sahabat anak, nama orang tua dari teman anak yang diketahui orang tua, dan
jumlah keluarga luas yang tinggal dalam satu rumah bersama anak. Keberagaman
orang di sekitar anak jika diurutkan dari yang paling banyak diketahui dan dikenal
orang tua adalah nama orang tua dari teman-teman anak (rata-rata 20 orang),
teman sekolah anak (rata-rata 18 orang), teman bermain disekitar rumah (rata-rata
11 orang), sahabat dekat anak (rata-rata 4 orang), dan anggota keluarga luas yang
tinggal serumah dengan anak (rata-rata 1 orang).
Kualitas hubungan keluarga dengan tetangga berpotensi membangun modal
sosial yang baik di lingkungan pertetanggan. Sebanyak 50 persen keluarga
memiliki tingkat kedekatan dengan tetangga pada kategori sedang. Hal ini
ditunjukkan dengan keluarga terkadang memberikan makanan kepada tetangga di
sekitar rumah (70%), keluarga selalu terlibat untuk membantu tetangga yang
terkena musibah (52%), dan melibatkan diri di acara ritual kebudayaan (42%).
Partisipasi keluarga dalam mengikuti kegiatan di sekitar rumah masih kurang
maksimal. Orang tua terutama ibu lebih banyak berada di dalam rumah karena
banyak yang masih memiliki anak balita. Namun, dalam partisipasi acara seperti
memberikan bantuan pada tetangga yang terkena musibah; gotong royong
membersihkan lingkungan tempat tinggal keluarga; dan acara-acara tahunan;
keluarga cenderung berpartisipasi dalam hal sumbangan dana saja daripada
melibatkan diri secara langsung.
Kedekatan keluarga dengan lingkungan pertetanggaan menumbuhkan
kepercayaan orang tua terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian menunjukkan
persentase terbanyak keluarga (64%) memiliki tingkat kepercayaan dengan
tetangga pada kategori sedang. Hal ini dilihat dari keluarga setuju bahwa
lingkungan di sekitarnya menanamkan nilai