Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor

NILAI BUDAYA, PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN,
DAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN
PADA KELUARGA KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR

CEFTI LIA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

 

ABSTRACT
CEFTI LIA PERMATASARI. Cultural Values, Parental Acceptance-Rejection, and Social
Development of 3-5 Years Old Childrenat Kampung Adat Urug Families, Bogor. Suvervised By
DWI HASTUTI.
The aim of the research was to determine the cultural values, parental acceptance-rejection, and
social development of 3-5 years old children at Kampung Adat Urug families, Bogor.This research
involved 60 samples that were selected with propotional random sampling.The samples were

chosen from intact families with fathers as the head of the family and mother as primary caregiver
at Kampung Adat Urug families who had children aged 3-5 years. Data collected by interview and
observation. Some cultural values associated with parenting among which are suggestions and the
prohibition in parenting, relationships between parents and children, and parenting by genderrelated task. Parental Acceptance-Rejection consist of affection, aggression, neglect, and rejection.
Parental Acceptance-Rejection instrument was modified from Rohner (1986). Children’s social
development were measured by Vineland Social Maturity Scale (VSMS). Data was analyzed by
descriptive and statistically analysis. The results showed that mostly parents in this research
applied Parental Acceptance which indicated that they were affection need and warm. Girlsmore
accepted and parents more likely to be warm than to boys. More than a half samples had social
development in moderate categorize. Girls have better social development than boys. There was
no significant correlation between parental accepatance-rejection and social development of
children ages 3-5 years.
Keywords:PAR, 3-5 years old children, social development, Kampung Adat Urug, cultural values.

ABSTRAK
CEFTI LIA PERMATASARI. Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan
Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor. Dibawah
Bimbingan DWI HASTUTI.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai budaya, pengasuhan penerimaanpenolakan, dan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug, Bogor. Contoh
dalam penelitian ini adalah ibu dan anak masing-masing sebanyak 60 contoh yang dipilih secara

proportional random sampling. Responden dari penelitian ini adalah ibu yang merupakan pengasuh
utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug. Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada ibu dan pengamatan kepada ibu dan anak. Beberapa nilai budaya
yang berkaitan dengan pengasuhan anak diantaranya adalah larangan dan anjuran dalam
pengasuhan, hubungan antara orang tua dan anak, serta pengasuhan berdasarkan gender yang
terkait pembagian tugas. Instrumen pengasuhan penerimaan-penolakan dimodifikasi dari instrumen
Rohner (1986). Perkembangan sosial anak diukur dengan menggunakan instrumen Vineland
Social Maturity Scale (VSMS). Data dianalisis secara deskriptif dan analisis inferensia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu dalam penelitian ini menerapkan pengasuhan
penerimaan yang diindikasikan dari pemberian kehangatan. Orang tua lebih memberikan
kehangatan kepada anak perempuan dibandingkan kepada anak laki-laki. Lebih dari separuh anak
terkategori cukup baik dalam perkembangan sosial. Perkembangan sosial anak perempuan lebih
tinggi dibandingkan anak laki-laki. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengasuhan
penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun.
Kata kunci: pengasuhan penerimaan-penolakan, anak usia 3-5 tahun, perkembangan sosial,
Kampung Adat Urug, nilai budaya

 

RINGKASAN

CEFTI LIA PERMATASARI. Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan,
dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat
Urug, Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai budaya,
pengasuhan penerimaan-penolakan, dan perkembangan sosial anak usia 3-5
tahun pada keluarga Kampung Adat Urug, Bogor.Adapun tujuan khususnya
adalah (1) menganalisis nilai budaya yang terkait dengan kebiasaan dalam
pengasuhan di Kampung Adat Urug; (2) menganalisis pengasuhan penerimaanpenolakan yang dilakukan ibu di Kampung Adat Urug; (3) menganalisis
hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan pengasuhan
penerimaan-penolakan; (4) menganalisis perkembangan sosial anak usia 3-5
tahun di Kampung Adat Urug; (5) menganalisis hubungan antara karakteristik
anak dan keluarga dengan perkembangan sosial; (6) menganalisis hubungan
antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial di
Kampung Adat Urug.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross-Sectional
Study. Pemilihan tempat dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu di
Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kabupaten Bogor dengan
pertimbangan Kampung Adat Urug merupakan salah satu kampung adat yang
masih memegang teguh nilai-nilai budaya Sunda.
Pengambilan data

dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011.
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia 3-5
tahun,dengan contoh adalah ibu dan anak. Responden dari penelitian ini adalah
ibu yang merupakan pengasuh utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di
Kampung Adat Urug. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara
kepada ibu dan pengamatan kepada ibu dan anak.Cara pemilihan sampel pada
penelitian ini adalah proportional random sampling, yaitu teknik penarikan contoh
dengan melakukan pengacakan sesuai dengan perbandingan populasi di setiap
wilayah. Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.
Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh (usia
dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (usia orangtua, lama pendidikan, status
pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan aktivitas sosial
ibu), pengasuhan penerimaan (afeksi) dan penolakan (agresif, pengabaian, dan
perasaan tidak sayang) orangtua, dan nilai-nilai budaya. Kuesioner nilai budaya
didapat dari wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, sesepuh
Kampung Adat Urug, kader Posyandu, dan beberapa sumber lainnya. Instrumen
pengasuhan penerimaan-penolakan dimodifikasi dari Rohner (1986) dengan nilai
reliabilitas masing-masing adalah 0.913, 0.632, 0.861, dan 0.735. Perkembangan
sosial anak diukur dengan menggunakan instrumen Vineland Social Maturity

Scale (VSMS) dengan nilai reliabilitas 0.630. Data sekunder yang dikumpulkan
meliputi gambaran umum lokasi penelitian.
Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara statistik
dengan analisis statistika deskriptif dan inferensia (uji Korelasi Spearman)
dengan menggunakan program Statistic Programs for Social Science 16 (SPSS
16).
Beberapa budaya yang terkait dengan pengasuhan adalah bayi yang
baru lahir harus dimandikan dengan menggunakan air dingin agar bayi kuat dan
tidak gampang sakit. Ketika bayi, biasanya nama anak belum tetap, masih

 

berganti-ganti. Ketika anak sering menangis saat bayi, maka orang tua akan
segera mengganti nama bayinya. Begitupun ketika anak sakit-sakitan maka
nama anak harus diganti karena berdasarkan hitungan kokolot, nama tersebut
terlalu berat dan menimbulkan anak mudah sakit. Mengasuh anak laki-laki dan
perempuan berbeda setelah anak mencapai usia 15 tahun, anak perempuan
harus selalu dijaga harga diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik,
namun pada saat anak balita tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
mengasuh anak. Orang tua boleh memukul anak tetapi hanya di bagian

kaki.Tidak ada perbedaan antara perlakukan kasar antara anak laki-laki dan
perempuan.Hanya saja anak laki-laki diharapkan untuk bisa bekerja, sedangkan
anak perempuan diharapkan mampu berbakti dan mengurus orang tua ketika
sudah tua.Anak perempuan usia tujuh tahun sudah diajari pekerjaan domestik
seperti memasak, menyapu, mencuci baju, mencuci piring, menumbuk padi dan
sebagainya sementara anak laki-laki pada usia tujuh tahun sudah diajari untuk
mengambil kayu. Dilihat dari harapan terhadap anak, tidak ada harapan yang
berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.
Pengasuhan orang tuacenderung pada pengasuhan penerimaan yang
diindikasikan daripemberian kehangatan kepada anak.Anak
perempuan
mendapatkan kehangatan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.
Pengasuhan penolakan meliputi perilaku agresi, pengabaian, dan perasaan tidak
sayang.Baik anak laki-laki maupun perempuan terkategori rendah dalam tiga
dimensi pengasuhan penolakan.
Perkembangan sosial baik anak usia 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan lima tahun
tingkat ketercapaian terbesarnya ada pada dimensi locomotiondengan
persentase masing-masing adalah 79,3 persen, 75,0 persen, dan 80,0
persen.Perkembangan sosial yang paling rendah masing-masing adalah self
help dressing(50,3%), self help general(45,8%), dan socialization(36,6%). Secara

keseluruhan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun berada pada kategori
cukup baik.
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
kelamin dan aktivitas sosial ibu dengan pengasuhan penerimaanpenolakan.Anak perempuan lebih diasuh dengan pengasuhan dimensi
kehangatan atau penerimaan dibandingkan anak laki-laki.Semakin tinggi aktivitas
sosial ibu maka semkain hangat pengasuhan yang diberikan ibu.Perkembangan
sosial berhubungan signifikan dengan lama pendidikan ibu dan aktivitas sosial
ibu.Semakin lama pendidikan ibu dan semakin tinggi aktivitas sosial ibu, maka
semakin baik perkembangan sosial anak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak yang mendapatkan pengasuhan penerimaan dari orang tua, separuhnya
terkategori tinggi dalam perkembangan sosial anak. Hasil uji hubungan
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengasuhan penerimaan
dan penolakan dengan perkembangan sosial anak usia 3-5 di Kampung Adat
Urug.
Kata Kunci: Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, Anak Usia 3-5 Tahun,
Perkembangan Sosial, Kampung Adat Urug, Nilai budaya.

 

NILAI BUDAYA, PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN,

DAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN
PADA KELUARGA KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR

CEFTI LIA PERMATASARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

 

(C) Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Nilai Budaya,
Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak usia 3-5
tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor adalah karya saya dengan
arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian terakhir

skripsi ini.

Bogor, September 2011

Cefti Lia Permatasari
NIM I24070010

 

Judul

:

Nama

:

Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan
Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga
Kampung Adat Urug, Bogor

Cefti Lia Permatasari

NIM

:

I24070010

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc
Pembimbing 1

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

 

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT.atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah berjasa dalam mendukung,
memotivasi, dan memberi semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
perhatian, waktu, motivasi, tenaga, dan contoh yang baik kepada penulis sejak
pemilihan topik hingga selesainya skripsi ini.
2. Alfiasari, SP, M.Si dan Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji ujian skripsi.
3. Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar, serta Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA
selaku dosen pembimbing akademik selama peneliti menjadi mahasiswi IKK.
4. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas curahan
kasih sayang, ilmu, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Abroni Ajitemat, SE dan Lismawati S.Pd yang telah menjadi lentera jiwa bagi
penulis, yang menjadi penyemangat sejati ketika penulis terjatuh dan selalu
memberikan senyuman diatas semua kesulitan. Serta Rangga Eka Juliansyah, SH
dan Chindy Dinda Lestari, kalian adalah saudara terhebat yang pernah penulis
miliki.
6. Rekan penelitian satu payung Anggy Nurmalasari dan Mustika Dewanggi atas
pengalaman yang kita lalui bersama baik suka maupun duka.
7. Pemerintah Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya atas semua bantuan dan
kerjasamanya. Abah Ukat, Abah Amat, dan Abah Rajaya selaku kepala adat di
Kampung Adat Urug, Ibu Euis dan keluarga, masyarakat Kampung Adat Urug, serta
kepada seluruh responden atas kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian
penulis.
8. Agus Surachman, Anita Saufika, Dini Aprilia, Husfani A. Putri, Nadia Nandana
Lestari, Restystika Dianeswari, Ruri Setianti, Restu Dwi Prihatina, Nadia Naomi,
Elmanora, dan teman-teman IKK 44 atas persahabatan indah yang diukir selama
ada di IKK. Terima Kasih.
9. Kristina W, Siti Halimatusadiah, pak Supriyanto dan Ibu Murdiyani serta temanteman di Pondok Ginastri.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Bogor, September 2011

penulis

 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL...................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Perumusan Masalah............................................................................... 3
Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
Kegunaan Penelitian .............................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 7
Perkembangan Sosial ............................................................................ 7
Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Orang Tua terhadap Anak .......... 10
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengasuhan Penerimaan
dan Penolakan........................................................................................ 11
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Sosial Anak 13
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................... 17
METODE PENELITIAN .................................................................................. 21
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .................................................. 23
Cara Pemilihan Contoh .......................................................................... 23
Jenis dan Cara Pengumpulan Data........................................................ 22
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 23
Definisi Operasional ............................................................................... 27
HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 29
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 29
Karakteristik Budaya Kampung Adat Urug ............................................. 30
Karakteristik Anak................................................................................... 35
Karakteristik Orang Tua.......................................................................... 35
Pengasuhan Penerimaan-Penolakan ..................................................... 39
Hubungan Karakteristik Anak dan Ibu Dengan Pengasuhan
Penerimaan-Penolakan .......................................................................... 41
Perkembangan Sosial ............................................................................ 45
Hubungan karakteristik anak dan keluarga dengan perkembangan
sosial ...................................................................................................... 50
Hubungan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan
Perkembangan Sosial ............................................................................ 55
PEMBAHASAN ............................................................................................... 57
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 65
Simpulan................................................................................................. 65
Saran ..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 69
LAMPIRAN ..................................................................................................... 72
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 82

 

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Jenis dan cara pengumpulan data...................................................
Sebaran luas wilayah penggunaan tanah........................................
Nilai budaya di Kampung Adat Urug................................................
Sebaran anak menurut usia.............................................................
Sebaran anak berdasarkan urutan kelahiran...................................
Sebaran anak berdasarkan aktivitas ibu..........................................
Total sebaran anak berdasarkan aktivitas ibu .................................
Sebaran anak berdasarkan usia orangtua.......................................
Sebaran anak berdasarkan besar keluarga contoh .........................
Sebaran anak berdasarkan lama pendidikan orangtua ...................
Sebaran anak berdasarkan pekerjaan orangtua .............................
Sebaran pendapatan orangtua ........................................................
Sebaran anak berdasarkan skor rata-rata pengasuhan
penerimaan-penolakan secara keseluruhan....................................
Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan pengasuhan
penerimaan-penolakan ....................................................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakan danjenis kelamin ............................................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakan danusia contoh................................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakan dan usia ibu.....................................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakan dan lama pendidikan orang tua ....................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakandan status pekerjaan ibu .............................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakandan pendapatan orang tua..................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakan dan aktivitas sosial ibu......................................
Sebaran contoh
berdasarkan pengasuhan penerimaanpenolakan danbesar keluarga...........................................
Rata-rata persentase skor perkembangan sosial yang diukur
pada usia 3-4 tahun ........................................................................
Rata-rata persentase skor perkembangan sosial yang diukur
pada usia 4-5 tahun .........................................................................
Rata-rata persentase skor perkembangan sosial yang diukur
pada usia5 tahun .............................................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut jenis kelamin .....................................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut usia anak............................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut usia ibu................................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut lama pendidikan ibu..........................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut pekerjaan ibu .....................................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial

Halaman
23
29
33
35
35
36
36
37
37
38
38
39
40
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
48
49
51
51
52
53
53

 

32
33
34

menurut pendapatan orang tua.......................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut aktivitas sosial ibu .............................................................
Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial
menurut besar keluarga ..................................................................
Hasil uji hubungan pengasuhan penerimaan-penolakan dengan
perkembangan sosial anak .............................................................

54
55
55
56

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Halaman
Kerangka Berpikir Penelitian........................................................... 19
Cara Penarikan Contoh .................................................................. 22
Sebaran pendidikan masyarakat Desa Kiarakpandak ....................
Leuit atau tempat menyimpan padi .................................................
Gedung Ageung ..............................................................................
Kalung yang digunakan oleh balita di Kampung Adat Urug ............
Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial
usia 3-4 tahun .................................................................................

30
31
32
33
47

Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial
usia 4-5 tahun ................................................................................ 48
Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial
50
usia 5 tahun.......................................................................
Sebaran contoh
usia 3-5 tahun berdasarkan kategori
50
perkembangan Sosial ..........................................................
DAFTAR BOX

1
2

Halaman
Pernyataan Kader Posyandu .......................................................... 31
Pernyataan Kokolot Kampung Adat Urug ....................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1
2
3
4
5
6

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengasuhan PenerimaanPenolakan Orang Tua Terhadap Anak ...........................................
Sebaran pengasuhan penerimaan-penolakan berdasarkan total
keseluruhan contoh.............................................................
Sebaran total rata-rata pengasuhan penerimaan-penolakan
berdasarkan total keseluruhan contoh ............................................
Sebaran anak usia 3-4 tahun berdasarkan dimensi
perkembangan sosial ......................................................................
Sebaran anak usia 4-5 tahun berdasarkan dimensi
perkembangan sosial .....................................................................
Sebaran anak usia 5 tahun berdasarkan dimensi perkembangan
sosial ...............................................................................................

79
80
84
85
86
87

 

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dibentuk oleh adanya keragaman
suku, budaya, ras, dan agama yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang
kaya akan budaya. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), Indonesia memiliki
1.128 suku yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Beragam suku dan ras
yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia membuat Indonesia memiliki
keragaman budaya dengan kekhasan masing-masing.Keragaman budaya
adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya (Prasetijo 2009). Indonesia yang terdiri dari lima pulau besar dan
ribuan pulau kecil lainnya, mulai dari ujung Sumatera hingga kepulauan terujung
dari Indonesia yaitu Papua, memiliki kekhasan masing-masing. Kekhasan ini
membangun peradaban yang berbeda-beda di daerah tersebut.Begitu pun
dengan Kampung Adat Urug yang terletak di Desa Kiarapandak, Kabupaten
Bogor.Kampung Adat Urug merupakan salah satu kampung adat yang bercirikan
kebudayaan Sunda.
Menurut Hastuti (2008), pengasuhan dapat diartikan sebagai proses
menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran hingga anak memasuki usia
dewasa. Proses-proses dalam pengasuhan anak akan membentuk gaya
pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Gaya pengasuhan
yang diterapkan dapat berupa gaya pengasuhan dimensi kehangatan. Rohner
(1986) menyatakan gaya pengasuhan dimensi kehangatan, yang dibagi menjadi
dua kategori yaitu gaya pengasuhan penerimaan (acceptance) dan gaya
pengasuhan penolakan (rejection). Gaya pengasuhan penerimaan dicirikan
dengan curahan kasih sayang orang tua kepada anak baik secara fisik maupun
secara verbal. Pengasuhan penolakan dikategorikan menjadi tiga, yaitu gaya
pengasuhan pengabaian, gaya pengasuhan penolakan, dan gaya pengasuhan
permusuhan.
Gaya pengasuhan ini dipengaruhi oleh bagaimana budaya mengajarkan
kepada orang-orang terdahulu, sehingga anak sebagai obyek mendapatkan
perilaku

pengasuhan

yang

telah

turun

temurun

dilakukan

oleh

para

pendahulunya. Unsur-unsur yang terdapat dalam keragaman budaya, seperti
sistem

kemasyarakatan,

sistem

pengetahuan,

kepercayaan,

kesenian,

pekerjaan, serta perlengkapan dan bahasa akan membentuk anak sehingga
memiliki orientasi yang sesuai dengan budayanya (Hastuti 2008).

Pada

 

umumnya orang tua belajar dari budaya setempat tentang peran yang harus
dilakukannya dalam mengasuh anak.Budaya yang ada, jika mengandung
seperangkat keyakinan yang dapat melindungi perkembangan anak, maka nilainilai pengasuhan yang diperoleh orang tua memiliki kecenderungan yang
berdampak positif terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, jika keyakinan
yang ada dalam budaya masyarakat setempat justru memperbesar munculnya
faktor resiko, maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh orang tua pun akan
menyebabkan perkembangan yang negatif pada anak (Brooks, 2001).
Perkembangan pada dasarnya adalah serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock
1980). Pemberian stimulus yang kurang akan berpengaruh terhadap pencapaian
tahap perkembangan anak. Perkembangan seorang anak tidak hanya berfokus
pada perkembangan kognitif, tetapi juga pada perkembangan sosial anak atau
kematangan sosial. Perkembangan sosial anak merupakan kemampuan untuk
memahami orang lain serta bertindak secara bijaksana dalam hubungan antar
manusia (Goleman 1996). Menurut Hastuti (2008), perkembangan sosial adalah
kemampuan anak untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Perkembangan
sosial dibutuhkan oleh individu untuk menjalin hubungan dengan orang-orang
disekitarnya.
Perkembangan sosial sangat penting untuk ditanamkan sejak usia dini.
Usia emas anak yang berada pada usia 0-5 tahun adalah masa-masa dimana
pertumbuhan otak anak sangat pesat. Perkembangan sosial pada masa kanakkanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau
pengasuh-pengasuh lain, termasuk anggota keluarga (Djiwandono 2006).
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal ini. Pemberian
stimulus yang tepat sangat penting dilakukan pada masa ini, karena pemberian
stimulus sejak dini yang dilakukan orang tua pada periode kritis anak akan
mempengaruhi perkembangan anak pada tahap selanjutnya. Kehidupan pada
masa kanak-kanak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang
sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi)
dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, kehidupan pada masa
kanak-kanak dianggap sebagai periode kritis, periode sensitif dimana kualitas
stimulasi harus diatur sebaik-baiknya, tentunya oleh orang tuanya sendiri yang
pada

hakikatnya

adalah

orang

yang

paling

bertanggungjawab

untuk

membesarkan dan membantu perkembangan anak menjadi pribadi yang

 

dewasa, matang dan aspek-aspek kepribadiannya terintegrasi dengan baik
(Gunarsa 2001).
Budaya yang beranekaragam akan menghasilkan sebuah tatanan
masyarakat yang heterogen, yang dapat berpengaruh pada kehidupan keluarga
dalam aktivitas perilaku pengasuhan anak dan akhirnya berpengaruh terhadap
perkembangan sosial anak. Nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat, baik di
lingkungan keluarga maupun di luar keluarga, akan dapat mempengaruhi
seseorang untuk bersikap, yang selanjutnya mempengaruhi perilaku. Nilai-nilai
budaya akan menegaskan perilaku mana yang penting dan perilaku mana yang
harus dihindari (Porter & Samovar 1990). Singkatnya nilai-nilai budaya akan
mempengaruhi perilaku seseorang (Kusrestuwardhani 2003). Berdasarkan hal
yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengetahui Nilai Budaya,
Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5
Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor.

Perumusan Masalah
Anak usia dini memiliki kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional, dan intelegensia yang berjalan cepat dan merupakan
landasan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, setiap kelainan atau
penyimpangan sekecil apapun jika tidak tertangani dengan baik akan
mengurangi kualitas sumberdaya manusia di kemudian hari (Latifah 2007).
Perkembangan sosial adalah salah satu aspek perkembangan yang penting bagi
anak.Goleman (1996) menyatakan bahwa, hanya sekitar 20 persen kemampuan
hardskill yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sementara 80 persen
sisanya adalah softskill yang termasuk di dalamnya kemampuan membina
hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya stimulus yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk
merangsang perkembangan sosial pada anak.Perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau
orang dewasa lainnya (Soetjiningsih 1995 diacu dalam Latifah 2007).
Sejauh ini, orang tua lebih memiliki kecenderungan untuk berorientasi
pada perkembangan kognitif anak daripada perkembangan sosial. Sehingga
pengasuhan yang dilakukan pun lebih merujuk kepada output berupa
kecerdasan kognitif dibandingkan kecerdasan sosial. Pengasuhan yang lebih
menekankan pada kecerdasan kognitif atau dalam istilah pendidikan disebut era

 

headstart, yaitu kecenderungan anak untuk dipaksa belajar terlalu dini
mengakibatkan kasus-kasus antisocial, personality disorder, learning disability
dan masalah-masalah lainnya yang merujuk pada tingginya angka tawuran dan
stress pada remaja (Megawangi 2004). Lebih lanjut Megawangi (2004)
menyatakan bahwa, anggapan bahwa keberhasilan di sekolah ditentukan oleh
kemampuan anak membaca dan berhitung pada usia dini, seperti yang banyak
dipercaya oleh para orang tua dan guru, adalah tidak benar. Penelitian terakhir
justru menunjukkan bahwa perkembangan sosial-emosi anak yang terbentuk
sejak usia prasekolah yang akan menentukan kesuksesan anak pada usia
selanjutnya.
Pengasuhan

yang

diterapkan

orang

tua

perkembangan sosial anak. Gaya pengasuhan

pun

berdampak

pada

yang baik adalah gaya

pengasuhan yang menerima anak atau pengasuhan penerimaan, tetapi
kadangkala orang tua secara tidak sadar menerapkan gaya pengasuhan
penolakan, seperti pengabaian, penolakan, dan perasaan tidak sayang baik
secara verbal maupun fisik. Secara verbal anak sering dicemooh dan dicaci,
sedangkan secara fisik anak sering mengalami kekerasan seperti dipukul.Data
menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kekerasan terhadap anak dilakukan
oleh

ibunya

sendiri

dengan

alibi

untuk

menegakkan

disiplin

kepada

anak.Sepanjang Tahun 2010, Komnas Perlindungan Anak menerima laporan
sebanyak 2.355 kasus kekerasan terhadap anak.Angka ini meningkat dari 2009
yang mencapai 1.998 kasus (Komnas perlindungan anak, 2010). Hal ini
disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua mengenai gaya pengasuhan yang
tepat bagi anak. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penolakan
(pengabaian, penolakan, perasaan tidak sayang) baik secara verbal maupun fisik
berdampak serius terhadap perkembangan anak, yaitu pada perkembangan
sosial anak. Anak

yang ditolak akan bermasalah dalam berhubungan

antarpersonal, yang menyebabkan anak sulit dalam beradaptasi, berkomunikasi,
dan berempati (Sunarti 2004).
Berdasarkan paparan di atas, menjadi penting untuk mengetahui Nilai
Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak
Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor. Dengan demikian
yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana

nilai

budaya

yang

terkait

pengasuhan di Kampung Adat Urug?

dengan

kebiasaan

dalam

 

2. Bagaimana Pengasuhan Penerimaan-Penolakan yang dilakukan ibu dari
anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug?
3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anak dan keluarga
dengan pengasuhan penerimaan-penolakan?
4. Bagaimana perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat
Urug?
5. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anak dan keluarga
dengan perkembangan sosial?
6. Apakah terdapat hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan
dengan perkembangan sosial di Kampung Adat Urug?
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena melihat bagaimana
hubungan pengasuhan penerimaan-penolakan dan nilai budaya yang ada dalam
lingkungan masyarakat terhadap perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Oleh
karena itu, dalam penelitian akan diperoleh informasi mengenai karakteristik
anak, karakteristik keluarga, serta nilai budaya terkait pengasuhan dan
pengasuhan penerimaan-penolakan yang diterapkan orang tua agar diketahui
sejauh mana pengasuhan penerimaan-penolakan serta nilai budaya terkait
pengasuhan berhubungan dengan perkembangan sosial.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis Nilai Budaya,
Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5
Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis nilai budaya yang terkait dengan kebiasaan dalam
pengasuhan di Kampung Adat Urug.
2. Menganalisis Pengasuhan Penerimaan-Penolakan yang dilakukan ibu di
Kampung Adat Urug.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan
pengasuhan penerimaan-penolakan
4. Menganalisis perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat
Urug.
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan
perkembangan sosial anak di Kampung Adat Urug

 

6. Menganalisis hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan
dengan perkembangan sosial anak usia3-5 tahun di Kampung Adat Urug.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang
tua mengenai perkembangan sosial anal usia 3-5 tahun dan hubungannya
dengan pengasuhan penerimaan-penolakan yang diterapkan orang tua.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk
lebih memberikan kasih sayang, perhatian, serta tanggap akan kebutuhan anak.
Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi tambahan informasi untuk
nantinya dijadikan referensi dalam pembuatan kebijakan yang ramah anak dan
sosialisasi pentingnya memberikan pengasuhan yang tepat bagi anak, terutama
untuk desa-desa yang berada jauh dari pusat kota.
Bagi instansi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam sosialisasi kepada masyarakat yang berada di daerah yang jauh dari
pusat kota mengenai pentingnya stimulasi kepada anak untuk perkembangan
sosial anak yang optimal.
Bagi bidang ilmu, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
penelitian, khususnya di bidang perkembangan anak.
Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat dijadikan sebagai latihan bagi
peneliti dalam melakukan penelitian dan mengembangkan kompetensi di bidang
perkembangan anak.Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah
sensitifitas penulis dalam melihat fenomena dalam kehidupan masyarakat.

 

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Sosial
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan
hanya sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang
atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari
banyak struktur dan fungsi yang kompleks (Hurlock 1980). Lebih lanjut Hurlock
menyatakan bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan
bertujuan untuk memungkinkan orang atau individu menyesuaikan diri dengan
lingkungan dimana dia hidup.Untuk mencapai tujuan ini, maka individu harus
mengaktualisasikan dirinya atau realisasi diri.
Salah

satu

perkembangan

yang

harus

dicapai

anak

adalah

perkembangan sosial.Perkembangan sosial berkaitan dengan keterampilan
sosial yang dimiliki oleh anak.Perkembangan sosial adalah kemampuan anak
dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial.Sebagaimana dikatakan
oleh ilmuwan, frase “otak sosial” tidak merujuk pada benjolan otak tertentu.
Melainkan istilah tersebut merujuk pada suatu rangkaian sirkuit tertentu yang
terorkestrasi ketika seseorang berhubungan dengan orang lain. Meskipun
struktur-struktur tertentu otak memainkan peran yang besar dalam menangani
relasi dengan orang lain, namun tidak ada satu zona utamapun yang
kelihatannya diperuntukkan secara eksklusif bagi kehidupan sosial (Goleman
2007). Riset menyatakan bahwa, manusia membangun kerangka kerja mental
yang kompleks dan skema sosial ini menentukan sikap, keyakinan, dan
tanggapan

seseorang

terhadap

orang-orang

yang

dia

temui

dalam

kehidupannya.Peta kognitif ini terdiri dari berbagai stereotipe sosial, sifat pribadi,
serta perilaku khas dalam situasi sosial (Armstrong 2005).
Ada beberapa teori dasar yang membahas mengenai perkembangan
sosial anak, diantaranya adalah teori ekologi Bronfenbrenner dan teori
perkembangan hidup (life-span) dari Erik Erikson.Kedua teori ini digunakan
karena cukup komprehensif dalam membahas konteks sosial anak dimana dia
berkembang (Teori Bronfenbrenner) dan perubahan utama dalam perkembangan
sosial anak yang dibahas dalam Teori Erik Erikson (Santrock, 2003).
Teori ekologi Bronfenbrenner berfokus pada konteks sosial dimana anak
tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Teori Ekologi

 

Bronfenbrenner dibagi menjadi lima sistem lingkungan yang merentang dari
interaksi interpersonal hingga ke pengaruh kultur yang lebih luas. Sistem-sistem
tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksositem, makrosistem, dan
kronosistem.
Erikson (1902-1994) mengemukakan teori mengenai perkembangan
seseorang melalui tahapan.Erikson membagi tahapan dalam perkembangan
manusia kedalam delapan tahapan.Masing-masing tahapan terdiri dari tugas
perkembangan

yang

dihadapi

oleh

individu

yang

mengalami

krisis.

Perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun berada pada tahapan Inisiatif vs rasa
bersalah. Tahap ini berhubungan dengan masa kanak-kanak awal, sekitar usia
tiga hingga lima tahun. Pada usia ini, anak merasakan dunia sosial yang lebih
luas dan mereka mendapatkan tantangan yang lebih banyak dibandigkan pada
saat masa bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka harus aktif dan
mempunyai tujuan dalam setiap tindakannya.Pada tahap ini, orang dewasa
memiliki harapan kepada anak untuk lebih bertanggung jawab. Dengan
memunculkan tanggung jawab kepada anak, maka anak akan memiliki inisiatif.
Tetapi anak akan mengembangkan rasa bersalah ketika anak tidak bertanggung
jawab.
Banyak

ahli

psikologi

menyatakan

bahwa

tahun-tahun

pertama

prasekolah, pada usia sekitar dua hingga lima tahun, adalah salah satu tahapan
yang penting dalam seluruh tahapan perkembangan dan analisis fungsional.
Pada periode ini, diletakkan dasar struktur perilaku yang kompleks yang dibentuk
di dalam kehidupan seorang anak (Hurlock, 1980).Lebih lanjut, White dalam
Hurlock (1980) berpendapat bahwa dasar-dasar yang diletakkan selama dua
tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis. Pengalamanpengalaman yang dialami anak pada rentang usia ini akan menentukan
kemampuan anak dikemudian hari. Sangat penting bagi orang tua untuk
memberikan stimulus kepada anak sejak usia dini, sehingga perkembangan
anak, khususnya perkembangan sosial yang berkaitan dengan kematangan
sosial anak dapat terpenuhi secara optimal. Salah satu cara untuk mengukur dan
mengetahui

perkembangan

sosial

anak

adalah

dengan

mengukur

kemandiriannya. Doll (1965) mengukur perkembangan sosial-emosi anak dengan
menggunakan instrumen Vineland Social Maturity Scale yang terdiri dari delapan
aspek perkembangan, yaitu:

 

1.

Self Help General (SHG)
Pada aspek ini yang diukur adalah kemandirian anak secara umum, seperti
kemampuan anak menangani diri sendiri ketika di toilet.

2.

Self Help Eating (SHE)
Pada perkembangan ini yang diukur adalah kemampuan menangani diri
sendiri pada saat makan.

3.

Self Help Dressing (SHD)
Aspek yang diukur dalam perkembangan ini adalah kemampuan dalam hal
berpakaian, seperti mengancingkan baju sendiri.

4.

Self Direction (SD)
Tugas kemandirian yang diukur pada aspek ini adalah kemandirian dalam
mengatur diri.

5.

Occupation (O)
Dalam aspek ini, yang diukur adalah aktivitas atau jenis pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh anak dan kemampuan anak untuk menyelesaikan
pekerjaan itu.

6.

Communication (C)
Komunikasi yang dimaksudkan pada aspek ini adalah kemampuan anak
menggunakan

simbol-simbol

sederhana,

seperti

tersenyum

dan

menghubungkan pensil untuk menulis.
7.

Locomotion (L)
Aspek ini mengukur kemandirian dalam bergerak. Anak mampu bergerak
dengan motorik kasarnya tanpa dihalangi atau dibatasi oleh orang lain.

8.

Socialization (S)
Aspek perkembangan ini mengukur kemampuan anak untuk bergaul dan
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Keluarga adalah tempat dimana anak memperoleh dasar dalam

membentuk kemampuannya agar menjadi orang yang berhasil di masyarakat.
Sejak dini anak perlu belajar disiplin waktu dan diri karena kebiasaan disiplin
yang sudah terbentuk sejak dini akan memudahkan anak dalam pergaulan dan
hubungan sosial (Gunarsa & Gunarsa 2004). Gunarsa dan Gunarsa (2004)
menyebutkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang
terpenting adalah memberi pengalaman belajar pada anak-anak dari usia dini,
sebab pengalaman belajar merupakan faktor penting dalam pengembangan
pribadi anak. Pengalaman yang diperoleh anak dalam hidupnya berbeda-beda

 

dari satu keluarga dengan keluarga lainnya.Anak yang kesulitan menjalin
hubungan

persahabatan,

hubungan

kekeluargaan,

serta

kenalan

dapat

menyebabkan berbagai masalah emosi dan jasmani (Armstrong 2005).

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Orang Tua Terhadap Anak
Pengasuhan secara sederhana dapat diartikan sebagai impelementasi
serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa kepada
anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggung jawab, menjadi
anggota masyarakat yang baik, memiliki karakter-karakter baik (Sunarti 2004).
Pengasuhan dapat pula diartikan sebagai proses menumbuhkan dan mendidik
anak dari kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa (Hastuti 2008).
Houghughi (2000) mengartikan pengasuhan sebagai suatu aktivitas yang
bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan anak.Kata
pengasuhan lebih berfokus pada kegiatan pendidikan dan pengembangan yang
dilakukan oleh pengasuh. Karena pengasuhan merupakan proses yang panjang,
maka proses pengasuhan akan mencakup 1) interaksi antara anak, orang tua,
dan

masyarakat

lingkungannya,

2)

penyesuaian

kebutuhan

hidup

dan

temperamen anak dengan orang tuanya, 3) pemenuhan tanggung jawab untuk
membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak, 4) proses mendukung dan
menolak keberadaan anak dan orang tua, serta 5) proses mengurangi resiko dan
perlindungan tehadap individu dan lingkungan sosialnya (Berns 1997). Prosesproses tersebut akan membentuk gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua
kepada anak.
Gaya pengasuhan adalah pola perilaku orang tua yang paling menonjol
atau dominan dalam menangani anaknya sehari-hari.Pola orang tua dalam
mendisiplinkan anak, menanamkan nilai-nilai hidup, mengajarkan keterampilan
hidup, dan mengelola emosi anak (sunarti 2004). Rohner (1987) menyatakan
gaya pengasuhan dimensi kehangatan, yang dibagi menjadi dua kategori yaitu
gaya pengasuhan penerimaan (acceptance) dan gaya pengasuhan penolakan
(rejection). Gaya pengasuhan penerimaan dicirikan dengan curahan kasih
sayang orang tua kepada anak baik secara fisik maupun secara verbal.Secara
verbal orang tua senantiasa mengekspresikan kasih sayang dan perhatiannya
melalui pujian, penghargaan, dan dukungan untuk maju. Sedangkan pengasuhan
penolakan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) gaya pengasuhan pengabaian,
ciri dari gaya pengasuhan ini adalah ketiadaan perhatian orang tua terhadap

 

kebutuhan anak. orang tua bisa saja secara fisik berada didekat anak, tetapi
tidak secara psikologis, sehingga anak tidak merasakan kehadiran orang tua; (2)
gaya pengasuhan penolakan, dicirikan dengan perkataan dan perilaku orang tua
yang menyebabkan anak merasa tidak dicintai, merasa tidak dikasihi, tidak
dihargai, bahkan kehadirannya tidak dikehendaki oleh orang tua; dan (3) gaya
pengasuhan permusuhan, yang dicirikan dengan penggunaan perkataan dan
perbuatan yang kasar dan agresif.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengasuhan PenerimaanPenolakan
Pengasuhan merupakan suatu proses, yang dapat didefinisikan sebagai
kegiatan yang secara khusus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anak.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengasuhan yang diterapkan oleh orang
tua kepada anak, diantaranya:
Usia Anak
Masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang dalam kehidupan, saat
dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Hurlock
(1980) menyatakan bahwa, masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa
bayi yang penuh ketergantungan, yakni pada usia dua tahun hingga anak
matang secara seksual. Usia anak akan mempengaruhi interaksi antara orang
tua dan anak. Semakin dewasa anak, maka interaksi antara orang tua dengan
anak akan berubah. Praktek-praktek pengasuhan akan berubah seiring semakin
dewasanya

usia

anak,

tetapi

nilai-nilai

dasar

orang

tua

masih

tetap

dipertahankan (McNally, Eisenberg dan Harris 1991 diacu dalam Berns 1997).
Orang

tua

lebih

memberikan

dukungan

dan

dapat

menerima

sikap

ketergantungan anak usia pra sekolah daripada usia remaja (Wahini 2001).

Jenis Kelamin
Jenis kelamin akan mempengaruhi cara pengasuhan orang tua terhadap
anak. Dalam menghadapi anak laki-laki dan perempuan orang tua akan memiliki
praktek pengasuhan yang berbeda karena perbedaan pertumbuhan fisik serta
perkembangan mental dan sosial anak (Nurrohmaningtyas 2008). Riset WitkinLanoil di acu dalam Puspitawati (2009) menunjukkan bahwa, pada pengasuhan
menunjukkan orang tua mempunyai ekspektasi untuk anak laki-lakinya agar kuat
dan agresif dalam mencapai cita-cita, sedangkan anak perempuan lebih sensitif

 

dan sopan serta hormat. Anak perempuan diperlakukan dengan lembut, sering
dipeluk dan dijaga, sedangkan anak laki-laki diperlakukan lebih agresif.

Besar Keluarga
Besar keluarga yang dicerminkan dari kuantitas anggota keluarga akan
mempengaruhi pola dan corak komunikasi antar anggota keluarga (Gunarsa &
Gunarsa 2004). Semakin besar jumlah anggota keluarga, maka jumlah interaksi
interpersonal yang terjadi akan semakin banyak dan kompleks. Keluarga besar
yang terdiri dari banyak orang akan membentuk hubungan yang semakin
majemuk dan kemungkinan ketegangan yang terjadi antar anggota keluarga juga
menjadi lebih besar.

Usia Orang Tua
Usia orang tua akan mempengaruhi kualitas pengasuhan yang diberikan
kepada anak yang terkait dengan kesiapan dalam menjalankan peranannya,
terutama dalam hal memenuhi kebutuhan anak untuk menunjang tumbuh
kembang anak yang optimal. Pasangan

yag

menikah

muda

relatif

rentan

terhadap adanya tantangan dalam keluarga yang berhubungan dengan
kestabilan emosi dan ekonomi yang berdampak pada pengasuhan yang
diberikan kepada anak.

Pendidikan Orang Tua
Menurut Guhardja et al (1992) dalam Setiawati (2007), tingkat pendidikan
orang tua merupakan aspek yang mempengaruhi keefektifan komunikasi dalam
keluarga. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dan membentuk
cara dan pola pikir seseorang. Hurlock (1980) menyatakan ba