Inflasi Maumere Kecenderungan peningkatan inflasi juga terjadi di Maumere. Meski

Tabel 2.4 Inflasi Kota Kupang ytd

2.3 Inflasi Maumere Kecenderungan peningkatan inflasi juga terjadi di Maumere. Meski

inflasi tahunan yoy masih relatif lebih rendah dibandingkan yang terjadi di Kupang. Pada akhir triwulan I, inflasi di Maumere tercatat sebesar 7,02, dengan tekanan paling tinggi dialami oleh kelompok bahan makanan dengan 14,15. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan signifikan, dari level 5,22. Sedangkan bila melihat kondisi yang sama tahun 2009 lalu, triwulan I 2010 masih relatif lebih rendah. Sama halnya dengan Kupang, selama triwulan I, tekanan paling dominan terjadi pada bulan Januari. Pada bulan Januari, inflasi bulanan Maumere mencapai 3,56. Kemudian pada bulan Februari turun menjadi 0,07 dan di bulan Maret mengalami deflasi sebesar 0,15. Tren penurunan inflasi bulanan selama triwulan I, juga tidak terlepas dari pengaruh penurunan tarif angkutan udara, seperti yang terjadi di Kupang. Secara umum kondisi di Maumere relatif hampir sama dengan Kupang. Sehingga karakteristik inflasi yang terjadi juga tidak jauh berbeda. Sumber : BPS diolah Grafik 2.6 Inflasi Maumere Des Jan Feb Mar UMUM 6.49 3.08 3.42 3.25 BAHAN MAKANAN 18.56 5.63 7.34 7.05 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK TEMBAKAU 11.46 1.01 1.58 3.21 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS BB -1.46 0.38 0.10 -0.01 SANDANG 9.03 0.23 0.18 0.91 KESEHATAN 1.77 0.25 0.43 1.09 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.50 -0.39 -0.22 0.13 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.33 7.72 6.38 4.07 KOMODITI 2009 2010 Sumber : BPS diolah | Kajian Ekonomi Regional NTT 29 Tabel 2.5 Inflasi Maumere yoy I II III IV I UMUM 11.73 5.61 2.45 5.22 7.02 BAHAN MAKANAN 10.78 8.73 4.53 9.87 14.15 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK TEMBAKAU 11.44 3.86 3.50 5.65 9.24 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS BB 18.14 7.32 2.37 3.73 1.84 SANDANG 10.24 3.44 3.67 3.28 1.16 KESEHATAN 8.94 5.57 2.00 0.54 1.17 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2.86 2.65 0.91 1.63 1.80 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 5.62 -4.16 -6.66 -4.49 -2.64 KOMODITI 2009 2010 Tabel 2.6 Inflasi Maumere ytd Des Jan Feb Mar UMUM 5.22 3.56 2.21 2.11 BAHAN MAKANAN 9.87 8.27 4.74 4.45 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK TEMBAKAU 5.65 2.72 2.73 3.37 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS BB 3.73 0.88 0.91 0.44 SANDANG 3.28 0.47 0.40 0.57 KESEHATAN 0.54 0.71 0.72 1.04 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.63 0.19 0.19 0.26 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -4.49 -3.10 -3.40 -3.33 KOMODITI 2009 2010 Sumber : BPS diolah | Kajian Ekonomi Regional NTT 30 Perilaku Pembentukan Harga Produk Manufaktur Latar Belakang Struktur perekonomian Provinsi NTT, khususnya Kota Kupang didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan sementara untuk sektor industri sangat minim. Hal ini membuat tingkat ketergantungan Kupang terhadap daerah lain sangat tinggi terutama untuk produk-produk manufaktur. Oleh karena itu dilakukan kajian mengenai perilaku pembentukan harga produk manufaktur yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku pedagang dalam penentuan harga komoditas serta menganalisa faktor-faktor penyebab perubahan harga di tingkat pedagang besar dan pedagang retail. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara secara langsung terhadap pelaku usaha dalam perdagangan komoditas manufaktur dengan komposisi 112 pedagang eceran dan 28 pedagang besar. Hasil Analisa Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa metode yang paling banyak digunakan pada level pedagang besar adalah penentuan harga berdasarkan biaya langsung plus margin keuntungan yang besarnya bervariasi dengan responden sebesar 46,43. Metode lain yang sering digunakan adalah penentuan harga berdasarkan harga pesaing price leader. Kondisi tersebut mencerminkan faktor harga beli menjadi pertimbangan utama dalam penentuan harga produk. Namun, terdapat sedikit perbedaan, dimana pada pedagang retail, selain metode tersebut, penentuan harga juga mempertimbangkan oleh tingkatan harga tertinggi yang dapat diterima oleh pasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pedagang berupaya untuk memperoleh margin maksimal, walaupun tetap memperhitungkan tingkat harga pesaingnya. BOKS | Kajian Ekonomi Regional NTT 31 Seperti terlihat pada gambar 2, tidak terdapat perbedaan yang struktural pada komposisi pembentukan biaya untuk masing-masing komponen pengeluaran antara kelompok pedagang besar dan pedagang retail. Komponen biaya yang mempunyai peran utama dalam pembentukan harga produk manufaktur di Kota Kupang adalah harga pokok pembelian HPP, dilanjutkan dengan margin dan biaya distribusi barang. Namun bila dibandingkan, level pedagang besar komposisi biaya pembelian dan margin lebih kecil dibandingkan pada level pedagang kecil sedangkan pada komponen biaya distribusi, komposisinya lebih tinggi dibandingkan pada level pedagang kecil. Dengan komponen-komponen biaya tersebut diatas, perubahan harga yang paling sering dilakukan oleh pedagang di Kota Kupang adalah menaikkan harga dengan prosentase kenaikan rata-rata sebesar 6,74. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan harga di level pedagang besar adalah kenaikan komponen biaya pengadaan yaitu kenaikan harga produsen, kenaikan biaya overhead, kenaikan biaya tenaga kerja serta kenaikan biaya distribusi, sementara untuk pedagang retail, selain harga produsen dan biaya overhead, faktor yang membedakan adalah kenaikan permintaan serta gangguan distribusi. Sementara faktor yang Gambar 3. Faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan harga Gambar 1. Metode Penentuan Harga Gambar 2. Komponen Biaya Pembentuk Harga | Kajian Ekonomi Regional NTT 32 | Kajian Ekonomi Regional NTT 33 berpengaruh terhadap penurunan harga di level pedagang besar dan pedagang kecil adalah penurunan harga produsen, penurunan permintaan, penurunan biaya overhead dan penurunan harga pesaing. Pada kondisi tertentu, beberapa pedagang tidak melakukan perubahan harga meskipun terjadi perubahan komponen-komponen biaya pembentuk harga. Alasan utama yang membuat pedagang enggan untuk melakukan perubahan harga adalah biaya pengadaan tidak mengalami perubahan. Pada level pedagang retail, kekuatiran terjadinya penurunan permintaan yang tidak proporsional apabila terjadi kenaikan harga. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah menyebabkan tingkat daya beli masyarakat di Kota Kupang lebih rendah daripada daerah lain sehingga adanya kenaikan harga akan berdampak langsung pada penurunan daya beli masyarakat. Alasan lain keengganan pedagang untuk merubah harga adalah non pricing element atau pedagang lebih baik merubah kualitas barang atau kualitas layanan daripada mengubah harga. Berbeda dengan daerah lain dimana kualitas menjadi daya saing nomor satu untuk menarik minat pembeli, namun di Kota Kupang harga merupakan faktor paling penting dalam menarik konsumen sedangkan kualitas barang dan kualitas layanan tidak begitu diperhitungkan oleh konsumen. Hal tersebut merupakan perbedaan yang sangat mendasar antara perilaku konsumen di Kota Kupang dengan daerah lain, dimana Kota Kupang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki pendapatan perkapita paling rendah dan tingkat kesejateraan masyarakat terendah nomor dua di Indonesia. Sehingga yang menjadi tujuan utama bagi konsumen adalah mendapatkan barang dengan jumlah banyak dan harga murah. Gambar 4. Alasan Pedagang Enggan Merubah Harga Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi dan mendorong dinas-dinas terkait yang tergabung dalam TPID untuk dapat berperan aktif dalam mengendalikan komoditas penyumbang inflasi di Kota Kupang. 2. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah agar melakukan pengawasan secara ketat terhadap pelaku pasar dalam menetapkan kenaikan atau penurunan harga komoditas. 3. Menjaga kelancaran distribusi barang dari daerah pemasok dengan melakukan himbauan kepada para pedagang untuk menggunakan peti kemas dalam pengangkutan barang, terutama pada saat akhir tahun sehingga ketersediaan supply barang dapat terjamin walaupun kondisi perairan NTT tidak mendukung bagi pelayaran. | Kajian Ekonomi Regional NTT 34 B B B A A A B B B I I I I I I I I I P P P E E E R R R K K K E E E M M M B B B A A A N N N G G G A A A N N N P P P E E E R R R B B B A A A N N N K K K A A A N N N

3.1 Kondisi Umum Perekonomian NTT yang terus menunjukkan tren