TUTUP KAKI TANDA PANGKAT, TANDA JABATAN, TANDA KEAHLIAN,

Pasal 16 1 Tutup badan PDU untuk pegawai pria dan wanita, serta wanita berbusana muslimah terdiri dari : a. Jas lengan panjang tanpa manset; b. Kemeja lengan panjang berwarna biru muda dengan manset, menggunakan krah tegak, satu buah saku luar tidak berpenutup pada bagian dada kiri, dan epolet yang dipasang di atas bahu; c. Dasi berwarna biru kehitam-hitaman dengan logo Tanda Korps Bea dan Cukai; d. Celana panjang untuk pegawai pria; e. Rok model span, paling tinggi 2cm di bawah lutut dan paling rendah 5cm di bawah lutut untuk pegawai wanita; dan f. Rok model lurus sebatas mata kaki untuk pegawai wanita berbusana muslimah. 2 Jas lengan panjang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a menggunakan kancing logam dengan Tanda Korps Bea dan Cukai. Pasal 17 Bentuk dan model tutup kepala dan tutup badan PDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 ditetapkan pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

BAB III TUTUP KAKI

Pasal 18 1 Tutup kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3 terdiri dari : a. Sepatu pantofel dari kulit berwarna hitam, digunakan pada : a.1. PDH; a.2. PDL untuk pegawai yang bertugas sebagai pemeriksa fisik barang impor dan ekspor, dan pemeriksa di terminal penumpang di Pelabuhan UdaraLaut; a.3. PDU. b. Sepatu bot dari kulit berwarna hitam, digunakan pada : b.1. PDL untuk pegawai yang bertugas sebagai pawang anjing pelacak narkotika; b.2. PDL untuk pegawai yang bertugas sebagai kru kapalpesawat udara patroli Bea dan Cukai; 2 Sepatu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hutuf a : a. untuk pegawai pria menggunakan tali dan kaos kaki berwarna hitam; b. untuk pegawai wanita tanpa tali dan kaos kaki; c. untuk pegawai wanita berbusana muslimah tanpa tali dan menggunakan kaos kaki berwarna hitam. Pasal 19 Bentuk dan model tutup kaki sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 18 ditetapkan pada Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

BAB IV TANDA PANGKAT, TANDA JABATAN, TANDA KEAHLIAN,

ATRIBUT DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS SERAGAM Paragraf 1 Tanda Pangkat, Tanda Jabatan, Dan Tanda Keahlian Pasal 20 Pakaian Dinas Seragam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib menggunakan : 1. Tanda Pangkat yang dipasang pada epolet kemeja di bahu kanan dan kiri. 2. Tanda Jabatan yang dipasang pada saku kanan kemeja, untuk pegawai yang menduduki jabatan eselon I, II, III, IV, dan V. 3. Tanda Keahlian untuk : 3.1. Pejabat Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai dipasang pada saku kanan kemeja; 3.2. Nahkoda kapal patroli Bea dan Cukai dipasang pada dada kiri di atas Tanda Customs dan Excise; dan 3.3. Pilot pesawat udara patroli Bea dan Cukai dipasang pada dada kiri di atas Tanda Customs dan Excise. Pasal 21 1 Tanda Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 angka 2 : a. untuk jabatan eselon I, II, dan III menggunakan Lambang Departemen Keuangan; b. untuk jabatan eselon IV dan V menggunakan Tanda Korps Bea dan Cukai. 2 Tanda Keahlian sebagaimana dimaksud Pasal 20 angka 3 menggunakan Tanda Korps Bea dan Cukai. Pasal 22 1 Bentuk dan model Tanda Pangkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 angka 1 adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan nomor 375KMK.042008 tentang Pakaian Dinas Seragam Pegawai Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai. 2 Bentuk dan model Tanda Jabatan dan Tanda Keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 angka 2 dan angka 3, ditetapkan sebagaimana Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. 3 Penempatan Tanda Jabatan dan Tanda Keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 angka 2 dan angka 3, ditetapkan pada Lampiran VII Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Paragraf 2 Atribut Pasal 23 1 Pakaian Dinas Seragam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib menggunakan atribut yang dipasang pada kemeja PDH dan PDL, serta jas PDU, yaitu berupa : a. Tanda Departemen Keuangan; b. Badge Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. Tanda Customs dan Excise; d. Tanda Nama; e. Tanda Jabatan; dan f. Tanda Pangkat. 2 Selain atribut sebagaimana dimaksud pada ayat 1, terhadap pegawai yang mendapat penghargaan formal sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dapat diperkenankan menggunakan atribut berupa tanda jasa. 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk dan atas nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai. 4 Atribut lainnya seperti Tanda Pengabdian dan Tanda Keahlian dapat digunakan sesuai dengan peruntukan dan ketentuan yang mengaturnya. Pasal 24 1 Bentuk dan model atribut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 1 ditetapkan pada Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. 2 Penempatan atribut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 1 ditetapkan pada Lampiran VII Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini. Paragraf 3 Kelengkapan Pasal 25 1 Pakaian Dinas Seragam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib memakai kelengkapan berupa : a. Ikat pinggang yang digunakan pada : a.1. PDH; a.2. PDL untuk pegawai yang bertugas sebagai pemeriksa fisik barang impor dan ekspor, dan pemeriksa di terminal penumpang di Pelabuhan UdaraLaut; a.3. PDU. b. Kopel riem, digunakan pada : b.1. PDL pegawai yang bertugas sebagai pawang anjing pelacak narkotika; b.2. PDL pegawai yang bertugas sebagai kru kapalpesawat udara patroli Bea dan Cukai. 2 Ikat pinggang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi : a. Ban ikat pinggang dari kain berwarna hitam; dan b. Kepala ikat pinggang dari logam dengan Tanda Korps Bea dan Cukai; 3 Kopel riem sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi ban ikat pinggang berwarna hitam dan kepala ikat pinggang dari logam. Pasal 26 Selain kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, kelengkapan lainnya Pakaian Dinas Seragam adalah berupa : 1. Ban piket untuk petugas penegak disiplin kepegawaian, yang digunakan pada lengan kanan kemeja PDH. 2. Rompi pengaman untuk pegawai yang sedang melaksanakan tugas pengawasan kepabeanan dan cukai; 3. Jas hujan. Pasal 27 Bentuk dan model kelengkapan Pakaian Dinas Seragam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26, ditetapkan pada Lampiran VIII Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini.

BAB V KEWAJIBAN DAN SANKSI