Peran BPK Dalam Meningkatkan

Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015 hal ini Peran BPK sebagai auditor independen dapat memberikan keyakinan atas kualitas informasi dalam pemeriksaan dan pengelolaan keuangan negara dengan memberikan pendapat yang independen atas kewajaran penyajian informasi pada laporan keuangan Negara. Miriam Budiardjo mendefinisikan akuntabilitas sebagai “ pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat itu ”. Sedangkan pengertian dari transparansi dan akuntabilitas yang diambil dari kerangka konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut: 11 transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan. Mengingat begitu pentingnya APBNAPBD sebagai rencana kerja penyelenggara negara, maka proses penyusunan dan penetapan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBNAPBD setiap tahun anggaran melalui serangkaian tahapan kegiatan yang saling berkaitan. Dan dengan berlakunya perundang-undangan di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan, Undang- Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, maka pengelolaan keuangan di Indonesia mengacu pada ketiga undang-undang tersebut. Untuk melaksanakan Undang-Undang tersebut di atas dan sebagai petunjuk pelaksanaannya maka ditetapkan pula berbagai peraturan turunannya, baik berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan maupun Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. Sehingga 11 http:id.wikipedia.orgwikiBPK .Diakses Desember 2013 transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah merupakan pondasi utama bagi terciptanya good governance yang dalam hal ini merupakan persyaratan mutlak dalam demokrasi dan ekonomi yang sesungguhnya.

C. Peran BPK Dalam Meningkatkan

Pelaksanaan Good Governance Sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini, BPK akan tetap melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk menemukan dan mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara dengan memberikan perhatian secara proporsional pada peningkatan transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektifitas pengelolaan keuangan negara. Selain itu, BPK berupaya untuk dapat memberikan penilaian dan pendapat atas pelaksanaan kebijakan pemerintah. BPK melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dengan berlandaskan pada peningkatan kualitas pemeriksaan BPK secara berkelanjutan dan nilai-nilai dasar BPK yang terdiri dari integritas, independensi, dan profesionalisme. Hal ini disebabkan aspek keuangan negara menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan bangsa, sehingga dalam hal ini Peran BPK sebagai auditor independen dapat memberikan keyakinan atas kualitas informasi dalam pemeriksaan dan pengelolaan keuangan negara dengan memberikan pendapat yang independen atas kewajaran penyajian informasi pada laporan keuangan Negara. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu, perlu dipadukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan- nyata sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab, dan bebas dari KKN. Undang-undang No.15 tahun 2006 Pasal 1 ayat 1 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015 jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan bahwa Laporan Keuangan pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK sebelum disampaikan kepadapihak legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat opini sebagaimana diamanatkan oleh Undang- Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolahaan dan tanggung jawab kekuangan negara.Dengan demikian,laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah yang disampaikan kepada BPK untuk diperiksa masih berstatus belum diaudit unaudited financial statements.sebagaimana lazimnya,laporan keuangan tersebut setelah diperiksa dapat disesuaikanberdasarkan temuan audit danatau koreksi lain yang diharuskan oleh SAP. Laporan keuangan yang telah diperiksa dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh pemerintah pusatdaerah dalam suatu rancangan undang- undang atau peraturan daerah tentang laporan keuangan pemerintah pusatdaerah untuk dibahas dengan dan disetujui oleh DPRDPRD. Berdasarkan undang-undang tersebut, maka sangat jelas bahwa Badan Pemeriksa Keuangan memegang peranan penting dalam perwujudan good governance di Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, tugas Badan Pemeriksa Keuangan mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Setelah pemeriksaan berakhir dilaksanakan, pemeriksa wajib membuat atau menyusun laporan hasil pemeriksaan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pemeriksaan yang dilaksanakan dan melaporkan hasil pemeriksaan kepada dewan perwakilan rakyat selambat-lambatnya 2 bulan setelah menerima laporan keuangan pemerintah pusat. Tindakan dalam tindaklanjut dapat digolongkan dalam beberapa macam, sesuai dengan temuan dalam pemeriksaan, yaitu: 12 tindakan administratif, tindakan tuntutangugatan perdata, tindakan pengaduan tindak pidana, tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah dibidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan, tindakan peningkatan daya dan hasil guna, tindakan pemberian penghargaan. Sebagai konsekuensi dari kewajiban menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK, maka terdapat ancaman pengenaan sanksi bagi pejabat yang melanggar kewajiban tersebut. Tindakan dalam tindaklanjut dapat digolongkan dalam beberapa macam, sesuai dengan temuan dalam pemeriksaan, yaitu: 13 Tindakan administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang kepegawaian, tindakan tuntutangugatan perdata, tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, indakan penyempurnaan aparatur pemerintah, tindakan peningkatan daya dan hasil guna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan sumber daya yang ada, serta tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan. Sebagai konsekuensi dari kewajiban menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK, maka terdapat ancaman pengenaan sanksi bagi pejabat yang melanggar kewajiban tersebut. Adapun jenis sanksi yang dapat dikenakan adalah Peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil menggolongkan sanksi disiplin menjadi 3tiga tingkatan yaitu, hukuman disiplin ringan, hukuman disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat. Dan sanksi yang selanjutnya dikenakan yaitu Sanksi pidana. Selain sanksi administratif sebagaimana ditentukan dalam pasal 20 ayat 5 UU No 15 tahun 2004 juga menentukan 12 Ikhwan fahrojih,dan mokh. Najih,”menggugat peran DPR dan BPK dalam reformasi keuangan negara ”, Trans Publishing, Malang, 2008, hlm.124 13 Ibid, hlm.124 Edisi 1, Volume 3, Tahun 2015 ancaman sanksi pidana dengan ancaman hukuman paling lama 1 tahun danatau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. III. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah saya paparkan di atas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa peranan BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah dalam mengupayakan tercapainya suatu Pemerintahan yang baik adalah salah satu unsur mutlak yang harus dilakukan dalam era penyelenggaraan dan peningkatan birokrasi pembangunan yang berkelanjutan, dan guna mewujudkan tujuan Negara dalam mencapai masyarakat adil, makmur dan sejatera. Sesuai yang telah dijabarkan dan diamanatkan oleh UUD RI 1945 pada pasal 23E, UU RI Nomor 15 Tahun 2006, UU RI Nomor 28 1999, dan UU RI Nomor 17 Tahun 2003. Terkait dalam kinerja BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah, dalam penerapan transparansi dan akuntabilitas untuk good governance , BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah mengacu pada UUD 1945 , UU RI Nomor 15 Tahun 2004 , UU RI Nomor 17 tahun 2003, dan PP RI Nomor 8 Tahun 2006. Namun dalam hal ini BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai visi dan misi tersendiri yang termuat dalam Restra dan laporan akuntabilitas kinerja BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah itu sendiri

B. Saran