Identifikasi Pengembangan Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Muna (Studi Kasus: Kabupaten Muna)

(1)

IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL WILAYAH KABUPATEN MUNA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh :

Laode Ismail Munajad 10.60.90.18

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji dan syukur atas

kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Strata 1. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW., beserta keluarga serta sahabat hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal’alaamiin.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang selama penyusunan tugas akhir ini telah banyak memberi bantuan baik berupa bantuan moril dan materil maupun berupa saran, dan dorongan semangat kepada penulis. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Drs Laode Sefu dan Ibu Waode Tasima yang sangat penulis cintai beserta kakak penulis yaitu Laode Sulfiq, Laode Iril Syahdar, Laode Asar Sastiadi dan Laode Nunu Rahmat Syah yang sangat penulis sayangi. Terimakasih atas segala dukungan, dorongan, semangat, kasih sayang, dan doa yang tiada henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan yang sangat tulus kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dan memperoleh gelar Strata 1; 2. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, MSc., selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia;

3. Bapak Prof.Dr.H. Denny Kurniadie, Ir. MSc selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer;

4. Ibu Rifiati Safariah, ST., MT. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah.

5. Bapak Tatang Suheri, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang sangat sabar meluangkan waktu, saran, pemikiran serta motivasi dalam membimbing penulis selama pengerjaan tugas akhir ini dan selaku Dosen Wali angkatan 2009 yang telah menjadi orang tua wali di kampus UNIKOM Terimakasih banyak, Bapak.


(3)

iii

6. Ibu Ir. Romaiza Syafriharti, M Si., sebagai dosen pembahas dan penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si., sebagai dosen pembahas dan penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

8. Seluruh Dosen dan Sekretariat Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia;

9. Seluruh pegawai dan staf di Instansi Pemerintahan dan tokoh masyarakat yang terlibat selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini;

10. Keluarga Besar penulis, terimakasih atas rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi, atas kebersamaan, atas motivasi, doa, nasehat dan saran yang diberikan;

11. Sahabat-sahabat PWK Universitas Komputer Indonesia angkatan 2009, kawan seperjuangan dalam pembuatan tugas akhir, Alfredho Septian, Ilham Dirgayusa, Edison Siboro dan Ricky Wildanyah Hasibuan. Terimakasih atas kebersamaan kita selama 5 tahun terakhir ini, semoga perjalinan kita sebagai saudara tetap erat meskipun nantinya kita akan terpisah-pisah.

12. Sahabat-sahabat PWK Universitas Komputer Indonesia angkatan 2009 yaitu Andi Andrean, Kristian Dura, Deni, Rizal, Syarif, Arif Rahman, Berto (almahrum), Mifar, Yunus, Ambo, Alfan, Yogi, Ridho, Miskey, Marga, angga, Tomy, dan Ivan yang selalu ada memberikan semangat, dukungan,

dan do’a. Semoga selamanya kita akan terus kompak dan solid hingga akhir

hayat memisahkan kita. Aamiin;

13. Seluruh pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha membuat dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin, namun kekurangan- kekurangan yang terdapat didalamnya semata-mata karena keterbatasan penulis dalam kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu saran dan kritik yang tentunya sangat bermanfaat dan sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis


(4)

iii

khususnya dan bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan pada umumnya.

Bandung, Agustus 2015

Laode Ismail Munajad NIM : 1.06.09.018


(5)

vi

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 2

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.2. Sasaran ... 2

1.4. Ruang Lingkup ... 2

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah ... 2

1.2.2. Ruang Lingkup Materi ... 3

1.5. Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.6. Teknik Analisis Data ... 4

1.7. Kerangka Pemikiran ... 5

1.8 Sistematika Pelaporan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi ... 7

2.2. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah ... 11

2.3. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ... 11

2.4. Perencanaan Ekonomi Daerah ... 13

2.5. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 15

2.6. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 19

2.7. Teori Komoditas Unggulan ... 20

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Muna ... 23


(6)

vi

3.1.1. Kondisi Geografis ... 23

3.1.2. Kondisi Wilayah Administrasi ... 25

3.1.3. Hidrologi ... 27

3.1.4. Demografi ... 29

3.2. Keuangan dan Perekonomian Daerah ... 29

BAB IV ANALISIS 4.1. Perkembangan Perekonomian Wilayah di Kabupaten Muna sesuai Sektor PDRB Tahun 2000-2013 ... 36

4.2. Faktor Penyebab Perubahan Perekonomian Wilayah dan Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Muna sesuai Trend Perkembangan Sektor PDRB Tahun 2000-2013 ... 47

4.2.1. Faktor Penyebab Perubahan Perekonomian Wilayah ... 47

4.2.2. Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Muna sesuai Trend Perkembangan Sektor PDRB Tahun 2000-2013 ... 48

4.3. Arahan Pengembangan Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Muna ... 48

4.3.1. Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Muna Tahun 2010-2015 ... 48

4.3.2. Pengembangan Sektor Potensial Perekonomian Kabupaten Muna ... 50

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

DAFTARA PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014, Kabupaten Muna telah resmi memekarkan diri menjadi dua wilayah administrasi Kabupaten yaitu Kabupaten Muna Barat. Keputusan ini merupakan lanjutan dari kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 1999 yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah atau UU Pemerintahan Daerah ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam mensejahterakan masyarakat, baik melalui peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing Daerah. Perubahan ini bertujuan untuk memacu sinergi dalam berbagai aspek dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan Pemerintah Pusat.

Namun, fenomena pemekaran wilayah yang terjadi belakangan ini seringkali dinilai tidak dapat mencapai tujuan pemekaran, bahkan berdasarkan kajian Kementerian Dalam Negeri terkait dengan pemekaran daerah menyebutkan, sekitar 70 persen dari 57 daerah baru masuk dalam pemerintahan gagal berkembang. Tujuan dari pemekaran daerah sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui: (1) peningkatan pelayanan kepada masyarakat, (2) percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, (3) percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, (4) percepatan pengelolaan potensi daerah, (5) peningkatan keamanan dan ketertiban, serta untuk (6) peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.

Pemekaran wilayah yang terjadi di Kabupaten Muna ini secara langsung akan berdampak pada berkurangnya pendapatan daerah Kabupaten Muna karena berkurangnya wilayah sebagai sumber pendapatan daerah (PDRB) yang merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut


(8)

2

serta dalam proses produksi di daerah. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengembangkan potensi sektor andalan perekonomian yang potensial untuk menyokong dan meningkatkan pendapatan daerah pasca pemekaran tersebut.

Dilain pihak, Kabupaten Muna memiliki banyak potensi ekonomi yang masih belum dikembangkan secara optimal oleh pemerintah seperti sumber daya alam dan sosial-budaya. Maka berdasarkan uraian tersebut penelitian ini berjudul

“Identifikasi Pengembangan Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Muna”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan sektor-sektor pada perekonomian wilayah di Kabupaten Muna 2000-2013?

2. Apakah sektor-sektor yang potensial secara ekonomi di Kabupaten Muna? 3. Bagaimana arahan untuk pengembangan sektor potensial?

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitan

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi arahan pengembangan ekonomi berdasarkan sektor potensial di wilayah Kabupaten Muna.

1.3.2. Sasaran

Adapun sasaran penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi perkembangan sektor pada perekonomian wilayah di Kabupaten Muna 2000-2013.

2. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Perubahan Perekonomian Wilayah dan sektor potensial di Kabupaten Muna.

3. Menyusun arahan pengembangan sektor potensial wilayah Kabupaten Muna.

1.4. Ruang Lingkup

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, maka penelitian ini dibatasi oleh lingkup wilayah dan lingkup materi.

1.4.1. Lingkup wilayah

Lingkup wilayah yang menjadi fokus penelitian ini adalah Kabupaten Muna.


(9)

3

1.4.2. Lingkup Materi

Lingkup materi dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten Muna Tahun 2000 sampai tahun 2013.

1.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan adalah survei kepustakaan untuk mengumpulkan data-data sekunder berupa data statistik mengenai perkembangan Kabupaten Muna dari aspek ekonomi daerah. Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif analisis yaitu menganalisis komoditi unggulan berdasarkan besaran persestase dalam PDRB. Adapun wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian adalah Kabupaten Muna. Kurun waktu yang digunakan adalah tahun Kabupaten Muna tahun 2000 sampai tahun 2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber dengan cara mengambil data statistik yang telah ada serta dokumen-dokumen lain yang terkait dan yang diperlukan. Dalam hal ini buku-buku statistik yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Muna yang merupakan sumber yang relevan dengan penelitian ini.

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei primer berupa wawancara mendalam kepada stakeholder yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, dengan menggunakan teknik sampling kuota. Teknik sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Jadi, berdasarkan teknik sampling kuota maka jumlah kuota sampel yang akan disurvei sebanyak 100 sampel dengan proporsi sebagai berikut :

1. Badan Perencanaan dan Pengelolaan Daerah (BAPPEDA) sebanyak 30%. 2. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Muna sebanyak 3%.

3. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Muna sebanyak 25%. 4. Pemerintah wilayah kecamatan sebanyak 2%.

5. Pelaku usaha sebanyak 40%.

Responden/informan yang dipilih merupakan orang yang memiliki kapasitas dan pengalaman sesuai dengan masalah yang akan diteliti dalam hal ini adalah perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Muna tahun 2000-2013. Adapun responden yang dipilih adalah sebagai berikut :


(10)

4

a. Pihak Dinas Pendapatan Daerah sebagai pihak yang mengetahui besaran atau pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Muna.

b. Pihak yang mewakili kecamatan, dalam hal ini kepala wilayah kecamatan yang berada pada wilayah pesisir/kepulauan dan kepala wilayah kecamatan yang berada pada wilayah dengan basis komoditas pertanian/kehutanan, serta peternakan yang dinggap mewakili karakteristik wilayah Kabupaten Muna pada umumnya.

c. Pihak DPRD sebagai mitra pemerintah dalam menyusun kebijakan pembangunan, pengawasan dan anggaran.

d. Pihak BAPPEDA Kabupaten Muna sebagai badan perencanaan pembangunan yang berkapasitas menyusun rencana pembangunan dan pengembangan wilayah Kabupaten Muna.

e. Pihak pelaku usaha sebagai pelaku utama kegiatan ekonomi yang dalam hal ini dipilih asosiasi pengusaha Kab. Muna.

1.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakn dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan deskriptif.

Analisis kuantitatif digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui kecenderungan (trend) pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya berdasarkan pertambahan atau pengurangan nilai sektor-sektor ekonomi Kabupaten Muna tahun 2000-2013 sesuai dengan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).

Analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan konsep dan pendekatan pengembangan sektor potensial Kabupaten Muna. Dalam penelitian ini adalah wawancara intensif dan mendalam kepada responden/informan kunci berdasarkan panduan wawancara yang telah ditentukan (terlampir) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Muna tahun 2000-2013. Informasi yang dapatkan selajutnya disimpulkan dalam bentuk tabel/diagram dan penjelasan secara deskriptif.


(11)

5

1.7. Kerangka Pemikiran

Pengembangan Sektor Andalan Kabupaten Muna

Latar Belakang

Data

PRDB Kabupaten Muna Tahun 2000 -2013

Arahan pengembangan Ekonomi Kabupaten

Muna Kesimpulan

Sektor-sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Muna

Tahun 2000 -2013

Berkurangnya pendapatan daerah Kabupaten Muna sebagai dampak

pemekaran wilayah

Identifikasi potensi & arahan pengembangan sektor potensial di wilayah

Kabupaten Muna

Analisis Kuantitatif

Pengembangan potensi sektor andalan perekonomian

Kabupaten Muna Perubahan sektor-sektor PDRB

Kabupaten Muna Tahun 2000 sampai tahun 2013

Deskriptif

Arahan Pengembangan Ekonomi Kab. Muna

Faktor Penyebab perubahan Internal

dan eksternal Perekonomian Kabupaten Muna


(12)

6

1.8. Sistematika Pelaporan

Secara garis besar pembahasan pada penelitian ini terbagi dalam beberapa bagian, antara lain :

BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang; rumusan masalah; tujuan

penelitian; manfaat penelitian; lingkup penelitian; dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka, menguraikan landasan teoritis serta standar yang

digunakan untuk menganalisis masalah penelitian yang diperoleh dari buku bacaan, jurnal dan penelitian yang sesuai dengan tema penelitian yang dilaksanakan.

BAB III Gambaran Umum, menguraikan tentang keadaan wilayahdan keadaan

perekonomian Kabupaten Muna secara umum.

BAB IV Analisis, menguraikan analisis data yang diperoleh dari PDRB dan

wawancara terkait upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam pembangunan Kabupaten Muna, dengan menggunakan analisis kauantitatif dan kualitatif.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, kesimpulan hasil penelitian serta

rekomendasi terkait besaran/nilai perubahan pendapatan daerah (PDRB) Kabupaten Muna pasca pemekaran wilayah dan rekomendasi terkait pengembangan potensi sektor andalan perekonomian Kabupaten Muna.


(13)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi

Masalah pembangunan harus ditegaskan bahwa pembangunan suatu negara harus mampu mengatasi tiga persoalan mendasar yaitu masalah kemiskinan, tingkat pengangguran dan ketimpangan pendapatan. Sehingga dapat di definisikan bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensi yang mencerminkan perubahan stuktur masyarakat secara keseluruhan baik itu stuktur nasional, sikap masyarakat dan kelembagaan nasional. Perubahan tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan dan memberantas kemiskinan sehingga diharapkan terwujudnya kondisi kehidupan yang lebih baik secara material maupun spiritual (Todaro,2000:21).

Menurut pendapat Profesor Goulet dan tokoh-tokoh lainnya (Todaro,2000:27) terdapat 3 komponen atau nilai inti yang dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami arti pembangunan yang hakiki, yaitu:

a. Kecukupan

Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan. Apabila dari kebutuhan

dasar tersebut terpenuhi, maka akan muncul “keterbelakangan absolute”. Fungsi dasar

dari semua kegiatan ekonomi, pada hakikatnya adalah untuk menyediakan sebanyak mungkin masyarakat yang dilengkapi perangkat dan bekal guna menghindari segala kesengsaraan dan ke tidak berdayaan akibat kekurangan kebutuhan dasar tersebut. Atas dasar itulah, kita bisa menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi merupakan prasarat bagi membaiknya kualitas kehidupan.

b. Harga Diri

Komponen dari kehidupan yang lebih baik adalah adanya dorongan diri sendiri untuk merasa pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu dan seterusnya.


(14)

8

Menurut Todaro (2006), proses pembangunan harus memiliki 3 tujuan inti: 1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang

kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan, kesehatan, perlindungan dan keamanan).

2. Peningkatan standar kehidupan yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan. Namun juga meliputi penambahan penyediaan, lapangan pekerjaan, perbaikan, kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan. Dimana semuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil melainkan juga untuk menumbuhkan jati diri pribadi bangsa yang bersangkutan.

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan bangsa secara keseluruan, yakni dengan membebaskan mereka dari sikap ketergantungan.

Menurut Bachrawi (2000) pembanguan harus memperhatikan beberapa aspek: a. Potensi yang diawali oleh suatu daerah, baik dalam arti kekayaan alam maupun

sumber daya insani.

b. Kemampuan daerah untuk membangun dirinya dalam kerangka pembangunan nasional secara keseluruan

c. Keselarasan antara pembangunan daerah dan pembanguan sektoral

d. Keselarasan pembangunan antar seluruh daerah tujuan dari pembangunan. e. Keselarasan pembangunan ekonomi dalam suatu daerah.

Pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat dan kelembagaan nasional seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ke tidak merataan atau ketimpangan dan kemiskinan absolut (Todaro,2000:20).

Pengertian pembangunan ekonomi yang paling banyak diterima adalah definisi dari Meir dalam Richardson (2001) yang mendefinisikan bahwa pembangunan ekonomi merupakan proses dimana suatu Negara/wilayah mampu meningkatkan pendapatan perkapita penduduk selama kurun waktu yang panjang


(15)

9

dengan melihat bahwa jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan absolute tidak meningkat serta distribusi pendapatan tidak makin timpang (Meir dalam Richardson, 2001).

Proses dalam arti berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling berkaitan dan mempengarui. Rostow mendefisinikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan-perubahan ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat misalnya perubahan keadaan sistem politik, stuktur sosial dan sistem ekonomi. Jika perubahan itu terjadi maka proses pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan suatu masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang sifatnya demikian (Arsyad,1999:49).

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk menaikkan taraf hidup suatu bangsa yang sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi untuk menaikkan pendapatan nasional riel dan untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan pendapatan perkapita dalam waktu yang relatif lama yang disertai dengan:

a. Terjadinya tranformasi dalam struktur produksi, struktur perdagangan internasional dan transformasi bidang demografi dalam arti yang luas.

b. Makin berkurangnya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. c. Terjadinya distribusi / pembagian pendapatan secara relatif tanpa menjadi tambah

buruk.

d. Terciptanya kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang tetap terpelihara.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi dan non ekonomi. Oleh karena itu sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada menurut Todaro (2000) adalah:

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup seperti perumahan, kesehatan dan lingkungan.


(16)

10

2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu atau nasional.

3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan tidak hanya hubungan dengan orang lain dan Negara lain tetapi dari sumber sumber kebodohan dan penderitaan.

Tujuan pembangunan ekonomi dibagi menjadi tujuan utama dan tujuan sampingan. Tujuan utama adalah menaikkan atau memperbesar output nasional dan pendapatan masyarakat. Tujuan ini adalah dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pembangunan secara keseluruhan. Sedangkan tujuan sampingan adalah mengusahakan distribusi pendapatan yang merata, tingkat ekonomi yang, memerangi kemiskinan serta mengurangi tingkat pengangguran (Baldwin Meier dalam Hassan, 2005:19).

Menurut Todaro (2000) dalam tujuan suatu pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik dan suatu keadaan jiwa yang di upayakan cara-caranya oleh masyarakat melalui suatu kombinasi berbagai proses sosial ekonomi dan kelembagaan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Ada empat model pembangunan yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan pekerjaan, penghapusan kemiskinan, dan model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model diatas pembangunan tersebut semuanya bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja yang baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai batas maksimal.


(17)

11

2.2. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah

Sebelum membahas masalah pembangunan ekonomi daerah dan perencanaan pembangunan ekonomi daerah, ada baiknya membahas pengertian daerah (Arsyad,1999:107-108). Pengertian daerah berbeda tergantung aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi daerah mempunyai tiga pengertian yaitu :

a. Daerah Homogen, dalam pengertian ini mengangap suatu daerah sebagai suatu ruang dimana kegiatan ekonomi berlaku dan di berbagai pelosok ruang tersebut sifat-sifatnya adalah sama. Jadi batas-batas diantara satu daerah dengan daerah lain ditentukan oleh titik-titik dimana kesamaan sifat-sifat tersebut sudah mengalami perubahan. Perubahan sifat-sifat dapat ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduknya, dari sosial budaya, geografis ataupun struktur ekonominya.

b. Daerah Nodal, suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.

c. Daerah perencanaan, memberikan batasan sesuatu daerah berdasarkan pembagian administratif dari suatu negara. Jadi menurut pengertian ini suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah suatu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, desa dan sebagainya. Jadi pengertian daerah lebih ditunjukkan dan didasarkan pada pembagian administrasi suatu Negara / Wilayah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi/pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut (Arsyad,1999:108).

2.3. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Tujuan strategi pembangunan adalah mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk, mencapai stabilitas ekonomi daerah, dan mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja yang beragam (Arsyad,1999:122). Strategi pembangunan ekonomi dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:


(18)

12

Melalui pembangunan program perbaikan kondisi daerah ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan, daerah akan berpengaruh bagi pengembangan dunia usaha daerah. Secara khusus strategi pembangunan fisik atau lokalitas adalah untuk menciptakan identitas daerah atau kota, memperbaiki basis pesona atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki daya tarik pusat kota dalam upaya untuk memperbaiki dunia usaha daerah

b. Strategi Pengembangan Dunia Usaha

Pengembangan penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena daya tarik atau daya tahan kegiatan dunia usaha merupakan cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang sehat. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengembangkan dunia usaha ini yakni : penciptaan iklim usaha, pembuatan pusat informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat dunia usaha berhubungan dengan aparat pmerintah daerah untuk segala kepentingan, seperti perijinan serta pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil, pembuatan sistem pemasaran dan pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan.

c. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi. Sebab peningkatan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia adalah suatu keniscayaan. Pengembangan kualitas sumber daya manusia ini dapat dilakukan dengan cara antara lain: pelatihan dengan sistim customized training. Sistem ini adalah sistem pelatihan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja. Selain itu dapat juga dilaksanakan pembuatan bank keahlian dimana informasi yang ada dalam bank berisi data tentang keahlian dan latar belakang orang yang menganggur di suatu daerah. Selanjutnya adalah penciptaan iklim yang mendukung bagi pengembangan lembaga pendidikan dan ketrampilan. d. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu daerah. Dalam bahasa populer sekarang ini juga sering dikenal dengan istilah pemberdayaan masyarakat. Kegiatan-kegiatan seperti ini berkembang di Indonesia belakangan ini


(19)

13

karena ternyata kebijakan umum ekonomi yang tidak mampu memberikan manfaat bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Tujuan kegiatan ini untuk menciptakan manfaat sosial, misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya.

2.4. Perencanaan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan daerah merupakan perencanaan untuk memperbaiki sumber daya sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber daya sumber daya swasta secara bertanggung jawab (Arsyad,1999:127).

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang terdapat dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran yang dilakukan dalam proses pembangunan. Ada empat peran yang diambil oleh pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi daerah yaitu (Arsyad,1999:120-121) :

a. Enterpreneur, pemerintah berperan dan bertanggung jawab untuk menjalankan usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri dengan BUMD. Sehingga asset-asset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara ekonomis menguntungkan.

b. Koordinator, Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan daerahnya. Dalam peranannnya sebagai koordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran, rencana-rencana dan strategi-strategi pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum dari padanya.

c. Fasilitator, Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan ekonomi melalui perilaku atau budaya masyarakat di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah. Pentingnya campur tangan pemerintah dalam pembangunan daerah dimaksudkan untuk mencegah akibat-akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pembangunan


(20)

14

daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang ada.

d. Stimulator, Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempegarui perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut.

Ada tiga implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Arsyad,1999:133) :

1. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut

2. Sesuatu yang baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, atau sebaliknya,

3. Perangkat kelembagaan maupun proses pengambilan keputusan yang tersedia untuk pembangunan daerah dan tingkat pusat sangat berbeda.

2.5. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Semua pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh adanya sektor basis. Penempatan kriteria pertumbuhan sebagai dasar penetapan kawasan adalah relevan dengan teori pusat pertumbuhan yang dikemukakan oleh Perroux (1998). Pertumbuhan tidak muncul diberbagai daerah pada waktu yang sama. Menurut Perroux, kota merupakan suatu tempat sentral sekaligus kutup pertumbuhan. Artinya, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat terutama daerah perkotaan yang di sebut sebagai pusat pertumbuhan dengan instensitas berbeda.

Dilain pihak diungkapkan bahwa industri unggulan merupakan penggerak utama pembangunan daerah sehingga dimungkinkan dilakukannya pemusatan industri yang akan mempercepat pertumbuhan perekonomian. Pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah, sehingga perkembangan


(21)

15

industri suatu daerah berpengaruh dalam perkembangan daerah lainnya (Sjafrizal, 1997:85).

Ada 3 faktor yang mempengarui pertumbuhan ekonomi dalam suatu masyarakat menurut Todaro (2000). Faktor-faktor tersebut diungkapkan oleh sebagai berikut:

1. Akumulasi modal, meliputi semua investasi baru pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengarui oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah daya dukung ekonomi di dalam daerah seperti sumber daya manusia, investasi, sumber daya alam, sarana dan prasarana penunjang aktivitas. Sedangkan faktor eksternal yang merupakan kekuatan dari luar adalah campur tangan pemerintah yang diimplementasikan dalam penyaluran dana pembangunan melalui dana inpres dan dana bentuk lain pada daerah atau sektor yang diprioritaskan.

Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada unsur region, maka faktor-faktor yang menjadi perhatian juga berbeda apa yang ada pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi pada teori pertumbuhan ekonomi regional, faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Karena perbedaan faktor-faktor tersebut maka analisa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan teori-teori dalam menganalisa pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi daerah dapat digunakan beberapa teori, antara lain:

1. Teori Lokasi

Teori lokasi mengutamakan pertimbangan posisi sebuah lokasi (tempat) kegiatan ekonomi dari biaya transport terendah untuk mendatangkan sumber daya manusia dan memasarkan produk. Pada dasarnya teori lokasi ini bersifat mikro,


(22)

16

namun pada perkembangannya lokasi dapat dipandang makro yaitu apa bila sebuah wilayah dibandingkan dengan wilayah lain dalam aspek keunggulan komparatif Hassan, 2005:72). Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi.

Kelompok pertama sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip Least Cost Theory yang menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur pada pasar dan permintaan. Analisa ini dari aliran least cost theory didasarkan pada asumsi pokok antara lain : lokasi pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, sebagai bahan baku adalah localized materials, tidak terjadi perubahan teknologi, ongkos transport tetap untuk setiap kesatuan produksi dan jarak.

Kelompok kedua dinamakan Market Area Theory dimana faktor permintaan lebih penting artinya dalam pemilihan lokasi. Teori ini disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu konsumen tersebar secara merata keseluruh tempat, bentuk persamaan permintaan dianggap sama dan ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama. Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent Theory,

dimana pemilihan lokasi perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menyewa tanah. Teori ini lebih banyak berlaku didaerah perkotaan yang harga dan sewa tanah yang sangat tingggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi tertentu yaitu: terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan tingkat kesuburan yang sama, ditanah tersebut terdapat sebuah pusa produksi dan konsumsi, ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, harga produksi juga sama untuk setiap jenis produksi, tidak terjadi perbuahan teknologi (Hera Susanti, dkk, 2000:327).

Teori Lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan industri pada umumnya terletak dimana permintaan terkonsentrasi atau pada sumber bahan baku. 2. Teori basis ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis ekonomi ditentukan oleh kemampuan suatu daerah tersebut melakukan ekspor berupa barang dan jasa termasuk tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju mundurnya sektor basis. Kemajuannya antara lain disebabkan oleh perkembangan


(23)

17

transportasi perkembangan permintaan dan pendapatan dari wilayah lain, perkembangan tektnologi dan prasarana lainnya. Kemunduran sektor basis disebabkan oleh perubahan permintaan dari luar wilayah, habisnya sumber cadangan sumber daya alam yang dimiliki daerah yang bersangkutan dari perkembangan teknologi (Hera Susanti, dkk, 2000:332).

3. Teori kausasi komulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif. Hal ini berarti kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah lainnya (Hera Susanti, dkk, 2000:344).

4. Model daya tarik

Model dari teori ini adalah pendekatan atau strategi pengembangan wilayah melalui pemberian insentif dari sisi perpajakan atau bahkan mengalihkan penanaman modal dari daerah lain. Harapannya adalah bahwa dengan semakin banyak modal masuk ke dalam suatu wilayah, maka semakin tinggi aktivitas ekonomi sehingga pemasukan pajak akan semakin banyak dan dapat mengganti pengorbanan diri dari pemerintah daerah yang dilakukan sebelumnya untuk dapat menarik perhatian. Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif (Hera Susanti, dkk, 2000:359).

5. Tempat sentral

Teori ini mengangkap bawa ada semacam hierarki tempat setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyedikan sumber daya industri dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daaerah perkotaan maupun di daerah pedesaan (Arsyad,1999:117).


(24)

18

Dampak dari adanya tempat sentral ini adalah aglomerasi industri. Keuntungan dari adanya aglomerasi industri adalah semacam keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan memungkinkan perusahan industri yang tergabung didalamnya beroperasi dengan skala besar, karena adanya jaminan sumber bahan baku dan pasar. Kedua, yaitu adanya saling keterkaitan antar industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat dipenuhi dengan mengeluarkan ongkos angkut yang minimum.

Ketiga yaitu timbulnya fasilitas sosial dan ekonomi dapat digunakan secara bersama sama sehingga pembebanan ongkos untuk masing-masing perusahaan industri dapat dilakukan serendah mungkin (Hera Susanti, dkk, 2000:371). Untuk mempelajari apakan suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau non basis dalam suatu wilayah dapat digunakan metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung (Glasson,1974 dalam Mudrajat, 2004:7). Metode pengukuran langsung dilakukan melalui survei secara langsung dalam mengidentifikasi sektor mana yang menjadi basis dan mana yang non basis. Melalui pendekatan ini dapat ditentukan sektor basis ataupun non basis secara tepat, tetapi pelaksanaannya memerlukan dana dan sumber daya yang besar.

6. Teori ekonomi neo klasik kausasi kumulatif.

Dalam teori Neo Klasik yang dikembangkan oleh Arthur (2003:65), ini menggunakan unsur perumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan besarnya output yang saling berinteraksi. Teori ini melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar. Dan tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber atau akumulasi modal, bertambahnya tenaga kerja dan peningkatan teknologi (obinson Tarigan,2004:50). Peranan teori ekonomi neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Teori ini memberi dua konsep dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor produksi artinya sistem perekonomian akan mendapati keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh karena itu modal akan mengalir dari yang daerah yang berupah tinggi ke daerah yang berupah rendah (Arsyad,1999:116).


(25)

19

7. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif ini, kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan daerah-daerah lain. 8. Teori Pusat Pertumbuhan

Teori Perroux yang dikenal dengan istilah pusat pertumbuhan merupakan teori yang menjadi dasar dari strategi kebijakan pembangunan industri daerah yang diterapkan di berbagai Negara dewasa ini. Perroux mengatakan pertumbuhan tidak muncul diberbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas berbeda (Arsyad,1999:147).

Inti dari Teori Perroux adalah sebagai berikut :

a Dalam proses pembangunan akan timbul industri uggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah, karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri di daerah tersebut akan mepengarui perkembangunan daerah daerah lainnya.

b Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengarui perkembangan daerah-daerah lainnya.

c Perekonomian merupakan gabungan dari sistim industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau akhir mempengarui daerah yang relatif pasif.

2.6. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah/wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang


(26)

20

dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Secara kuantitatif PDRB merupakan nilai barang dan jasa, oleh karena itu PDRB dihitung atas harga berlaku (at current price) dan PDRB atas dasar harga konstan (at constant price). PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi riil. PDRB disebut juga sebagai suatu neraca regional dimana muatannya dapat dipisahkan sebagai PDRB sektoral pada sisi kiri dan PDRB menurut penggunaan pada sisi kanan.

Dari sisi pemanfaatannya PDRB digunakan sebagai dasar penghitungan ramalan, berbagai macam rasio, dan ukuran disparitas regional. Dalam pengertian lain, data PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi (faktor produksi) di daerah/wilayah tersebut. Kondisi terbatasnya sumber daya alam dan penyediaan faktor-faktor produksi tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah/wilayah.

2.7. Teori Komoditas Unggulan

Menurut Hasani dan Akrom (2010:13), konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi bio-fisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Kondisi sosial ekonomi ini mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan petani setempat (Anonymous, 1995). Pengertian tersebut lebih dekat dengan locationaladvantages, sedangkan dilihat dari sisi permintaan, komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai permintaan


(27)

21

yang kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional dan keunggulan kompetitif.

Secara umum pengertian komoditi adalah produk yang dihasilkan secara kontinyu oleh suatu produsen. Komoditi dikatakan unggulan jika memiliki kontribusi yang besar minimal untuk produsen itu sendiri, berdasarkan criteria tertentu. Ada beberapa cara dalam menentukkan sebuah komoditi dikatakan sebagai suatu komoditi unggulan. Berikut ini adalah pendekatan yang dilakukan untuk menentukan suatu komoditi dikatakan sebagai komoditi unggulan bagi suatu daerah, yaitu:

1. Value added, yaitu nilai tambah cukup besar dari total outputnya, yaitu di atas rata-rata dari nilai tambah seluruh kegiatan perekonomian regional

2. Input domestik, kandungan input domestik besar, di atas rata-rata total dari input domestik seluruh kegiatan ekonomi.

3. Spesialisasi Ekspor, peran suatu industry dalam ekspor netto (baik antar provinsi dan Negara) cukup besar, diatas rata-rata .

4. Investasi/output, peran suatu industry dalam pembentukan investasi cukup besar (di atas rata-rata).

5. Penyebaran (forward linkages), indeks penyebaran besar lebih dari 1, yang merupakan keterkaitan ke depan atau serapan terhadap output sektor industri. 6. Kepekaan (backward lingkages), indeks kepekaan besar lebih dari 1, yang

merupakan keterkaitan ke belakang atau kemampuan sektor industry untuk menyerap output dari beberapa usaha

7. Kontribusi terhadap perekonomian (PDRB), peran komoditas terhadap pembentukan PDRB yang cukup tinggi di atas, rata-rata peran seluruh usaha perekonomian daerah.

Identifikasi industri unggulan berdasarkan kriteria di atas merupakan salah satu pertimbangan dalam suatu metode penentuan industri unggulan.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan lebih jauh adalah: 1. Mempertimbangkan besarnya serapan tenaga kerja. 2. Industri yang relatif aman terhadap lingkungan.


(28)

22

Pemberiaan tekanan (bobot) yang berbeda-beda pada masing-masing criteria ungulan, bahkan bila perlu dilakukan pentahapan bobot untuk beberapa kurun waktu atau pencapaian tertentu.


(29)

23

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Muna

3.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak di jazirah Sulawesi Tenggara meliputi bagian utara Pulau Buton dan Pulau Muna serta pulau-pulau kecil yang tersebar disekitarnya yang berjumlah 237 dengan kategori 22 pulau-pulau berpenghuni, 10 pulau berpenghuni sementara dan 205 pulau tidak berpenghuni. Secara geografis Kabupaten Muna terletak di bagian Selatan Khatulistiwa pada garis lintang 4006’ sampai 5015’ Lintang Selatan dan 12208’ Bujur Timur sampai dengan

123015’ Bujur Timur. Kabupaten Muna berbatasan pada sebelah utara dengan Selat

Tiworo dan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton Tengah dan sebelah Barat berbatasan dengan Muna Barat.


(30)

24 Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Muna


(31)

25

Luas daratan Kabupaten Muna adalah sebesar 2.963,97 km2 atau 296.397 Ha. Luas tersebut dibagi menjadi 33 kecamatan dan yang mekar ada 11 kecamatan, berarti Kabupaten Muna Menjadi 22 Kecamatan yang terdiri dari 205 desa, 31 kelurahan, dan 3 (tiga) Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Wilayah Kabupaten Muna memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Bagian Utara Kabupaten Muna berbatasan dengan Selat Spelman.  Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara.

 Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton Tengah, dan  Bagian Barat berbatasan dengan Muna Barat.

3.1.2. Kondisi Wilayah Administrasi

Kabupaten Muna merupakan kabupaten yang berada dibawah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Ibu Kota Kabupaten Muna adalah Raha yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Muna Sebelum Pemekaran Wilayah, secara administrasi Kabupaten Muna terdiri 29 kecamatan yang terdiri dari 247 Desa, 39 Kelurahan, 6 desa persiapan, dan 1 unit permukiman transmigrasi. Setelah pemekaran dibagi menjadi 33 kecamatan, yang terdiri dari 205 desa, 31 kelurahan, dan 3 (tiga) Unit Pemukiman Transmigrasi yang berada di Kecamatan Bone sebanyak dua UPT dan yang berada di Kecamatan Wakorumba Selatan 1 (satu) UPT.

Tabel. 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Muna menurut Kecamatan Tahun 2014

No. Kecamatan Luas (km2) Persentase

1. Tongkuno 440.98 14.88

2. Tongkuno Selatan 57.26 3.93

3. Parigi 123.76 4.18

4. Bone 130.09 4.39

5. Marobo 41.37 1.40

6. Kabawo 204.94 6.91

7. Kabangka 97.62 3.29

8. Kontukowuna 70.56 2.38

9. Tiworo Kepulauan 70.90 2.63

10. Maginti 40.57 1.37

11. Tiworo Tengah 82.35 2.78

12. Tiworo Selatan 66.98 2.26


(32)

26

14. Lawa 85.17 2.87

15. Sawarigadi 102.60 3.46

16. Barangka 33.09 1.12

17. Wadaga 175.05 5.91

18. Kusambi 109.33 3.49

19. Kontunaga 50.88 1.72

20. Watopute 100.12 3.38

21. Katobu 12.88 0,43

22. Lohia 49.81 1,68

23. Duruka 11.52 0.39

24. Batalaiworu 22.71 0.77

25. Napabalano 105.47 3.56

26. Lasalepa 107.52 3.64

27. Napano Kusambi 77.19 2.60

28. Towea 29.02 0.98

29. Wakarumba Selatan 85.00 3.21

30. Pasir Putih 89.53 3.02

31. Pasi Kolaga 48.77 1.65

32. Maligano 98.08 3.31

33. Batukara 69.39 2.24

TOTAL 2.963.97 1.000

Sumber BPS Kab Muna (2014)

Tabel. 3.2. Luas Wilayah Kabupaten Muna Barat menurut Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Luas (km2) Persentase

1. Lawa 85.17 2.87

2. Wadaga 175.05 5.91

3. Barangka 33.09 1.12

4. Saworigadi 102.60 3.46

5. Kusambi 109.33 3.49

6. Napano kusambi 77.19 2.60

7. Tiworo utara 62.05 2.09

8. Tiworo selatan 66.98 2.26

9. Tiworo tengah 82.35 2.78

10. Tiworo kepulauan 70.90 2.63

11. Maginti 40.57 1.37

TOTAL 864.53 30,58


(33)

27 Tabel. 3.3. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Muna

No. Kecamatan Ibu Kota Jumlah

Desa

Jumlah

Kelurahan Total

1. Tongkuno Wakuru 9 3 12

2. Tongkuno Selatan Lawama 5 1 6

3. Parigi Wasolangka 7 4 11

4. Bone Bonekancitala 5 0 7

5. Marobo Marobo 5 0 5

6. Kabawo Lasehao 10 1 11

7. Kabangka Oensuli 9 0 9

8. Kontukowuna Bahurata 6 0 6

9. Tiworo Kepulauan Kambara 7 2 9

10. Maginti Pajala 8 0 8

11. Tiworo Tengah Wapae 8 0 8

12. Tiworo Selatan Kasimpajaya 5 0 5

13. Tiworo Utara Tondasi 7 0 7

14. Lawa Lambubalano 6 2 8

15. Sawerigadi Kampobalano 10 0 10

16. Barangka Bungkolo 8 0 8

17. Wadaga Lailangga 7 0 7

18. Kusambi Konawe 9 1 10

19. Kontunaga Liabalano 6 0 6

20. Watopute Wali 6 2 8

21. Katobu Raha 8 0 8

22. Lohia Lohia 9 0 9

23. Duruka Wapunto 5 2 7

24. Batalaiworu Laiworu 2 2 4

25. Napabalano Tampo 4 2 6

26. Lasalepa Bonea 7 0 7

27. Napano Kusambi Lahaji 6 0 6

28. Towea Moasi 5 0 5

29. Wakarumba Selatan Pure 4 1 6

30. Pasir Putih Pola 6 0 6

31. Pasikolaga Lambelu 4 0 4

32. Maligano Maligano 6 0 6

33. Batukara Lano Bake 4 0 4

TOTAL 205 31 239

Sumber: BPS Kab. Muna (2014)

3.1.3. Hidrologi

Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis dengan suhu rara-rata sekitar 25 - 27ºC. Demikian juga dengan musim, di Kabupaten Muna terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pada umumnya terjadi pada Bulan November sampai dengan Juni, dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan bulan Oktober, pada bulan


(34)

28

ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.

Khusus pada bulan April di Kabupaten Muna seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang berakibat pada curah hujan yang tidak menentu pula dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Pada Tahun 2009, rata-rata hari hujan sekitar 8 hari perbulan dimana bulan Maret, Mei, dan Desember adalah bulan dengan hari hujan terbanyak yaitu 12 hari hujan. Rata-rata curah hujan mencapai 284 mm dengan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Juni dengan intensitas 816 mm.

Pada Tabel 3.4 disajikan banyaknya hari hujan di Kabupaten Muna pada Tahun 2014, rata-rata hari hujan sekitar 7 hari perbulan dimana bulan Maret adalah bulan dengan hari terbanyak hujan yaitu 12 hari, rata-rata curah hujan mencapai 81 mm dengan curah hujan terbesar terjadi pada bulan April dengan intensitas 155 mm.

Tabel. 3.4. Data Curah Hujan Kabupaten Muna Tahun 2014

No. Bulan Hari Hujan Curah Hujan

1. Januari 10 87

2. Februari 9 91

3. Maret 12 102

4. April 11 155

5. Mei 11 110

6. Juni 4 149

7. Juli 5 42

8. Agustus 4 32

9. September 3 24

10. Oktober 5 48

11. November 8 71

12. Desember 5 59

Sumber: BPS Kab Muna (2014)

Pengaruh langsung curah hujan terhadap kemantapan lereng, adalah air hujan yang meresap kedalam tanah. Peristiwa ini dapat memperbesar bobot masa tanah dan menaikan tekanan air pori sehingga kekuatan geser (shear strenght) tanah menjadi menurun. Selain itu pada daerah aliran-aliran sungai lebih-lebih pada musim hujan,


(35)

29

aliran sungai dapat mengikis pada bagian tebingnya sehingga menyebabkan hilangnya tahanan samping (lateral support) atau tahanan bawah akibatnya tegangan geser bertambah besar dan menjadikan kelongsoran. Berdasarkan data curah hujan menunjukan bahwa musim penghujan terjadi pada bulan November hingga Maret dengan curah hujan rata-rata bulanan sebesar 356 mm/bulan, musim kemarau terjadi terjadi pada bulan April hingga Oktober. Untuk itu pada musim hujan diharapkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

3.1.4. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Muna tahun 2014 sebanyak 279.471 jiwa terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 132.133 jiwa, jumlah perempuan 141.503 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Muna selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2000 sampai tahun 2014 rata-rata sebesar 1,36% pertahun. Pertumbuhan ini lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yaitu rata-rata 2,07 persen pertahun serta lebih kecil dibandingkan pertumbuhan penduduk Indonesia 1,47 persen pertahun pada periode yang sama.

3.2. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun berikutnya. Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari: a. pendapatan daerah; b. belanja daerah; dan c. pembiayaan daerah.

Dari sudut biaya pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Muna, perlu dilihat kemampuan Kabupaten Muna dalam membiayai belanja pembangunan. Ralisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Muna dalam 5 tahun terakhir.

Dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan Kabupaten Muna dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 13,04% pertahun. Terutama pendapatan yang sah mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 yaitu sebesar 73,87%. Pendapatan dari dana perimbangan juga masih tergolong besar,


(36)

30

ini menunjukkan bahwa Kabupaten Muna masih membutuhkan dana bantuan dari pusat (APBN) untuk membiayai pembangunannya. Sedangkan dari sisi pembelanjaan juga setiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,76% belanja tidak langsung memiliki peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan belanja langsung yaitu sebesar 13,22%.

Pada sektor Pendapatan Asli Daerah, pemerintah Kabupaten Muna secara bertahap meningkatkan pendapatan asli daerah melalui penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Selama ini pungutan Daerah yang berupa Pajak dan Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, Daerah diberi kewenangan untuk memungut 11 (sebelas) jenis Pajak, yaitu 4 (empat) jenis Pajak provinsi dan 7 (tujuh) jenis Pajak kabupaten/kota. Selain itu, kabupaten/kota juga masih diberi kewenangan untuk menetapkan jenis Pajak lain sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang. Undang-Undang tersebut juga mengatur tarif pajak maksimum untuk kesebelas jenis Pajak tersebut. Terkait dengan Retribusi, Undang- Undang tersebut hanya mengatur prinsip-prinsip dalam menetapkan jenis Retribusi yang dapat dipungut Daerah. kabupaten/kota diberi kewenangan untuk menetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Selanjutnya, peraturan pemerintah menetapkan lebih rinci ketentuan mengenai objek, subjek, dan dasar pengenaan dari 11 (sebelas) jenis Pajak tersebut dan menetapkan 27 (dua puluh tujuh) jenis Retribusi yang dapat dipungut oleh Daerah. Hasil penerimaan Pajak dan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karena itu, pemberian peluang untuk mengenakan pungutan baru yang semula


(37)

31

diharapkan dapat meningkatkan penerimaan Daerah, dalam kenyataannya tidak banyak diharapkan dapat menutupi kekurangan kebutuhan pengeluaran tersebut.


(38)

32

Tabel 3.5. Keuangan dan Perekonomian Kabupaten Muna Tahun 2009-2013

No Realisasi Anggaran Tahun Rata-Rata

Pertumbuhan

2009 2010 2011 2012 2013

A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3 ) 486,539,882,374 576,043,518,409 558,390,283,298 685,811,570,572 781,796,243,983 13.04

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 18,540,970,830 15,558,529,436 14,827,227,819 16,202,790,575 20,675,589,616 4.02

a.11 Pajak Daerah 1,506,916,167 1,783,171,967 1,787,754,581 2,853,080,686 2,744,461,924

a.12 Retribusi Daerah 9,294,506,474 6,676,103,557 6,143,588,894 8,331,381,211 7,093,218,289

a.13 Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 2,888,678,373 920,745,112 2,511,002,098 2,179,495,924 3,437,962,628

a.14 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 4,850,869,816 6,178,508,800 4,384,882,246 2,838,832,754 7,399,946,775

a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 426,804,369,677 489,430,473,071 506,261,911,202 515,691,131,319 672,087,940,060 12.58

a.21 Dana bagi hasil 21,429,646,677 21,001,872,071 24,140,181,802 24,544,008,319 29,762,405,060

a.22 Dana alokasi umum 340,333,723,000 396,946,601,000 436,043,204,400 425,401,023,000 561,580,535,000

a.23 Dana alokasi khusus 65,041,000,000 71,482,000,000 46,078,525,000 65,746,100,000 80,745,000,000\

a.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 41,194,541,867 71,054,515,902 37,301,144,277 153,917,648,678 89,032,714,307 73.87

a.31 Dana bagi hasil pajak dari propinsi kpd kabupaten 2,577,752,067 1,440,168,901 4,058,292,959 3,980,107,798 5,515,464,307

a.32 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 18,616,789,800 2,590,168,901 31,516,163,218 146,330,448,880 77,812,598,000

a.33 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah lainnya 20,000,000,000 67,024,178,100 1,726,688,100 3,607,092,000 5,704,652,000

B Belanja ( b.1 + b.2 ) 517,743,499,473 509,063,613,563 560,005,559,174 646,646,460,895 771,118,581,766 10.76

b.1 Belanja Tidak Langsung 302,432,119,576 335,546,567,132 402,551,673,248 447,569,067,865 495,743,695,583 13.22

b.11 Belanja pegawai 280,233,560,582 319,804,913,398 376,115,707,657 423,841,915,154 469,628,724,186

b.12 Bunga 1,231,878,640 1,508,986,734 1,129,882,591 1,069,168,861 1,044,738,655

b.13 Subsidi 90,800,774 0 0 0 0

b.14 Hibah 9,556,179,580 6,311,944,000 17,126,000,000 12,476,455,250 14,748,742,845

b.15 Bantuan Sosial 300,000,000 271,973,000 0 0 0

b.16 Belanja bagi hasil 17,000,000 0 0 17,000,000 0

b.17 Bantuan Keuangan 10,078,000,000 7,354,250,000 7,880,083,000 9,432,895,500 9,845,734,954

b.18 Belanja tidak terduga 924,700,000 294,500,000 300,000,000 731,633,100 475,754,943

b.2 Belanja Langsung 215,311,379,897 173,517,046,431 157,453,885,926 199,077,393,030 275,374,886,183 9.02


(39)

33 Tabel 3.6. Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Muna Tahun 2009-2013

Deskripsi 2009 2010 Tahun 2011 2012 2013

PDRB harga konstan ( struktur perekonomian) (Rp.)

966,291,250,000 1,041,771,560,000 2,083,880,570,000 2,419,107,800,000 2,611,837,800,000

Pendapatan Perkapita Kabupaten Muna (Rp.)

3,927,949 4,192,898 4,053,800 4,849,340 5,297,000

Pertumbuhan Ekonomi ( %)

7.76 7.81 6.78 7.14 7.46

b.22 Belanja barang dan jasa 48,194,524,811 0 50,823,550,925 72,985,653,710 87,945,742,785

b.23 Belanja modal 152,811,307,973 173,517,046,431 97,079,314,223 115,258,624,877 174,643,794,745


(40)

34

Tabel 3.7. PDRB Kabupaten Muna Tahun 2000-2013

NILAI PDRB KABUPATEN MUNA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (RIBU RUPIAH)

SEKTOR

TAHUN

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian, Kehutanan, Peternakan

a. Tanaman Pangan 32.652,52 97.987,75 98.727,20 105.268,95 105.482,80 108.271,72 86.539,90 92.272,79 97.398,29 96.206,37 103.666,62 110.037,69 116.025,97 121.957,32

4.746.210,57

b. Tanaman Perkebunan 11.803,83 45.438,74 52.489,87 70.801,17 74.556,08 81.007,59 55.220,10 56.939,93 63.193,39 65.287,01 58.767,82 62.444,34 65.563,32 69.693,51

c. Peternakan 12.340,83 80.518,45 68.948,08 67.011,77 74.919,86 76.287,45 50.879,55 53.008,22 56.828,45 61.959,29 67.762,72 73.754,10 79.624,11 84.772,76

d. Kehutanan 4.286,38 15.607,64 17.791,09 15.762,24 17.390,73 18.613,78 14.804,74 15.621,49 16.139,46 16.703,32 18.168,12 19.962,11 21.141,04 21.762,97

e. Perikanan 14.411,37 93.643,76 99.988,56 108.887,03 110.377,00 122.061,81 82.219,82 87.783,39 94.873,12 103.972,56 111.161,22 118.353,04 122.758,19 127.646,36

Total Sektor 75.494,93 333.196,34 337.944,80 367.731,16 382.726,47 406.242,35 289.664,11 305.625,82 328.432,71 344.128,55 359.526,50 384.551,28 405.112,63 425.832,92

Pertambangan & Penggalian

a. Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

307.655,00

b. Pertambangan Tanpa

Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

c. Penggalian 11.690,75 12.571,97 14.153,23 19.340,06 16.721,26 18.176,17 18.338,01 20.063,71 21.511,11 25.432,95 28.132,25 31.693,67 33.044,14 36.785,72

Total Sektor 11.690,75 12.571,97 14.153,23 19.340,06 16.721,26 18.176,17 18.338,01 20.063,71 21.511,11 25.432,95 28.132,25 31.693,67 33.044,14 36.785,72

Industri Pengolahan

a. Kilang Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1.122.159,55

b. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

a. Makanan, Minuman,

Tembakau 27.640,66 28.872,75 30.007,10 32.773,57 34.637,18 37.756,18 26.132,07 27.688,14 28.992,66 55.754,69 61.093,19 71.086,75 83.508,73 95.165,53

b. Tekstil, Barang Kulit,

Alas Kaki 1.919,14 1.997,81 2.002,55 2.106,95 2.410,66 2.505,56 1.822,25 1.882,29 2.057,65 3.342,67 3.686,08 4.300,72 5.161,43 6.122,68

c. Barang Dari Kayu,

Hasil Hutan 18.744,13 19.918,77 20.346,46 20.867,22 22.981,94 24.046,74 19.918,34 20.448,78 21.155,60 34.827,99 36.499,24 40.743,73 43.145,32 45.850,81

d. Kertas dan Barang

Cetakan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

e. Pupu, Kimia, Barang

dari Karet 0,00 5,46 5,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

f. Semen & Barang

Galian Bukan Logam 832,56 972,27 1.016,62 1.242,66 1.425,60 1.709,06 1.049,11 1.113,32 1.165,87 2.085,42 2.244,52 2.536,41 3.085,30 3.520,23

g. Logam dasar, Besi,

Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 179,93 347,85 379,5 413,84 461,47 521,2

h. Alat Angkut Mesin

dan Peralatan 172,18 184,58 284,96 293,91 239,91 302,25 204,07 212,02 180,41 314,61 329,54 350,79 384,95 432,47

i. Barang Lainnya 647,17 691,66 884,56 945,18 1.027,85 1.118,78 848,63 951,20 1.109,27 1.998,75 2.160,10 2.455,29 2.995,88 3.371,73

Total Sektor 49.955,84 52.643,30 53.378,19 58.229,49 62.723,14 67.438,57 49.974,47 52.295,75 54.841,39 98.671,98 106.392,17 121.887,53 138.743,08 154.984,65

Listrik, Gas, dan Air Bersih

a. Listrik 1.835,72 2.498,30 2.725,32 2.668,31 2.980,19 3.509,88 2.708,06 2.708,06 3.013,83 9.232,51 10.040,22 12.130,29 14.290,18 17.463,49

93.139,64

b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

c. Air Bersih 204,96 178,44 175,96 176,78 158,48 178,76 132,43 132,43 168,29 617,3 689,76 773,43 838,94 909,32

Total Sektor 2.040,68 2.676,74 2.901,28 2.845,09 3.138,67 3.688,64 2.840,49 2.840,49 3.182,12 9.849,81 10.729,98 12.903,72 15.129,12 18.372,81

Konstruksi

Bangunan a. Konstruksi Bangunan 54.000,14 57.573,75 64.055,39 70.090,61 74.360,04 77.296,25 66.099,13 71.135,07 76.686,56 178.817,69 198.285,44 219.846,18 247.531,23 280.330,87

1.736.108,35

Total Sektor 54.000,14 57.573,75 64.055,39 70.090,61 74.360,04 77.296,25 66.099,13 71.135,07 76.686,56 178.817,69 198.285,44 219.846,18 247.531,23 280.330,87

Perdangan, Hotel, Restoran

a. Perdagangan Gesar

dan Eceran 124.166,94 131.794,75 154.836,80 157.629,20 176.121,06 192.457,82 174.163,48 189.864,47 203.700,88 513.741,92 566.245,87 656.141,26 750.558,41 841.944,69

4.919.166,92

b. Hotel 64,32 79,75 83,33 86,83 92,80 96,55 107,72 117,39 140,09 316,64 334,58 419,1 475,47 532,55

c. Restoran 2.197,56 2.737,24 2.580,07 2.853,00 3.106,75 3.124,70 3.001,13 3.196,59 3.810,98 9.323,38 9.806,98 10.797,44 12.397,82 13.918,61


(41)

35 Pengangkutan

dan Komunikasi

a. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

805.832,46

b. Angkutan Jalan Raya 17.465,04 18.246,95 20.479,02 22.232,36 23.918,07 25.398,57 21.839,61 22.864,04 26.615,67 74.057,92 77.837,39 85.415,34 91.161,03 105.072,77

c. Angkutan Laut 794,52 836,92 811,3 517,89 527,45 610,33 457,76 460,48 477,35 1.902,14 2.211,95 2.505,66 2.762,03 3.164,46

d. Angkutan Sungai dan

Penyebrangan 183,4 190,27 212,01 345 354,66 453,34 325,43 359,80 462,91 1.065,32 1.164,09 1.224,79 1.292,88 1.530,82

e. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

f. Jasa Penunjang

Angkutan 1.275,45 1.430,05 1.850,02 1.755,50 1.928,41 2.093,69 1.730,62 1.886,20 2.171,44 6.895,87 7.694,06 8.467,87 9.343,40 10.454,18

g. Pos & Telekomunikasi 1.202,23 3.137,00 3.748,51 4.148,43 4.709,55 5.098,06 4.541,65 5.305,36 6.011,84 7.459,28 8.021,57 9.082,57 9.967,74 10.678,22

h. Jasa Penunjang

Komunikasi 111,85 197,63 276,68 259,72 284,50 288,73 260,65 285,01 304,16 351,79 371,87 385,36 407,92 508,88

Total Sektor 21.032,49 24.038,82 27.377,54 29.258,90 31.722,64 33.942,72 29.155,72 30.801,09 36.043,37 91.732,32 97.300,93 107.081,59 114.935,00 131.409,33

Keuangan, Jasa Persewaan,

Jasa Perusahaan

a. Bank 6.689,00 7.585,29 8.895,14 11.049,59 13.321,22 14.144,00 18.013,85 20.124,54 24.302,69 60.338,00 71.900,07 81.315,98 87.239,93 90.273,69

1.257.425,5

b. Lembaga Keuangan

Tanpa Pajak 2.882,09 2.988,76 2.812,55 3.358,51 3.408,31 3.626,31 3.426,32 3.564,42 3.902,64 9.167,25 10.067,20 11.370,18 12.736,86 14.454,50

c. Jasa Penunjang

Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

d. Sewa Bangunan 22.338,30 23.868,96 24.742,39 25.755,12 27.061,20 28.207,78 22.263,78 22.550,88 24.099,09 61.235,80 65.747,97 69.994,07 77.290,47 84.050,69

e. Jasa Perusahaan 2.118,75 2.302,11 2.439,11 2.530,03 2.882,11 3.096,02 2.719,22 2.977,24 3.063,16 8.079,96 8.619,42 10.000,82 11.553,72 12.878,44

Total Sektor 34.028,14 36.745,12 38.889,19 42.693,25 46.672,84 49.074,11 46.423,17 49.217,08 55.367,58 138.821,01 156.334,66 172.681,05 188.820,98 201.657,32

Jasa

a. Adm. Pemerintahan &

Pertahanan 132.598,41 136.700,59 141.539,75 146.939,41 153.162,28 161.559,53 133.361,88 142.026,79 150.050,80 377.479,38 399.885,44 426.861,08 461.879,15 503.990,90

4.176.843,82

b. Jasa Pemerintahan

Lainnya 15.021,12 15.485,83 16.034,02 16.645,71 17.350,65 18.582,64 15.409,82 16.410,70 17.337,85 43.616,43 46.202,15 49.319,99 53.366,02 58.231,66

a. Sosial

Kemasyarakatan 975,05 987,28 1.021,07 1.340,65 1.550,51 1.679,56 1.624,93 1.727,23 1.858,06 4.159,40 4.787,46 5.379,68 5.842,12 6.752,07

b. Hiburan dan Rekreasi 46,86 68,34 73,83 84,82 89,98 98,77 92,46 96,85 116,83 285,22 331,98 369,01 419,57 482,44

c. Perorangan dan

Rumah Tangga 4.605,87 4.786,76 5.469,56 5.961,86 7.927,68 9.447,12 9.985,71 10.783,30 13.316,92 31.302,24 33.465,97 37.066,65 42.867,98 50.464,19

Total Sektor 153.247,31 158.028,80 164.138,23 170.972,45 180.081,10 191.367,62 160.474,80 171.044,87 182.680,46 456.842,67 484.673,00 518.996,41 564.374,84 619.921,26


(42)

36

BAB IV ANALISIS

4.1. Perkembangan Perekonomian Wilayah di Kabupaten Muna sesuai

Sektor PDRB Tahun 2000-2013

Data PDRB Kabupaten Muna Tahun 2000-2013 (terlampir) menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan yang positif dan memberikan kontribusi yang signifikan pada PDRB Kabupaten Muna dibandingkan sektor lain. Untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor PDRB Kabupaten Muna Tahun 2000-2013 maka dapat di lihat dalam gambar diagram berikut:

Gambar 4.1. Perkembangan Sektor-Sektor PDRB Kab. Muna Tahun 2000-2013 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000 650000 700000 750000 800000 850000 900000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

PDR B ( R IBU R UPIA H ) Tahun

Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun 2000 - 2013

Sektor Pertanian

Sektor Pertambanagan & Pengalian

Sektor Industri Pengolahan

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor Kontruksi Bangunan

Sektor Perdangan, Hotel, Restoran

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Keuangan, Jasa Persewaan, Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa


(43)

37

Berdasarkan hasil analisis perkembangan trend dari tahun 2000 sampai 2013, pada tahun 2000-2005 ada 3 sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi seperti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, sektor Pertanian, Sektor Jasa. Akan tetapi sektor pertanian yang paling memberikan kontribusi paling tinggi karena masyarkat Kabupaten Muna dominan petani, sedangkan pada tahun 2000-2005 ada 6 sektor yang terus menunjukkan trend perkembangan yang cenderung menurun tiap tahunnya atau tidak memberikan konstribusi paling tinggi bagi Kabupaten Muna Seperti Sektor Konstruksi Bangunan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Keuangan, Jasa Persewaan, Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.

Sedangkan Pada tahun 2006 terjadi penurunan PDRB di setiap sektor di Kabupaten Muna seperti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, sektor Pertanian, Sektor Jasa, Sektor Konstruksi Bangunan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Keuangan, Jasa Persewaan, Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Karena terjadi pemekaran Kabupaten Buton Utara.

Sedangkan pada tahun 2007 PDRB Kabupaten Muna mulai stabil kembali, maupun naiknya tidak segnifikan seperti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, sektor Pertanian, Sektor Jasa, Sektor Konstruksi Bangunan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Keuangan, Jasa Persewaan, Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.

Sedangkan pada tahun 2008-2013 ada 3 sektor yang nilai PDRB nya sangan melonjak tinggi seperti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, sektor Pertanian, Sektor Jasa, sedangkan ada 4 sektor yang memberikan konstribusi cukup tinggi seperi Sektor Konstruksi Bangunan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Keuangan, Jasa Persewaan, Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sedangkan ada 2 sektor yang terus menunjukkan trend perkembangan yang lambat tetapi naik tiap tahunnya seperti Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Karena Pada tahun 2008 pemerintah daerah Kabupaten Muna mendapat bantuan 50 Milyar dari Pemerintah


(44)

38 Pertanian, Kehutanan, Peternakan 24,5% Pertambangan & Penggalian 2% Industri Pengolahan 6%

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,5 % Konstruksi Bangunan 9% Perdagangan, Hotel, Restoran 26% Pengangkutan dan Komunikasi 4% Keuangan, Jasa Persewaan, Jasa Perusahaan 6% Jasa 22%

Persentase Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Muna Tahun 2000-2013

Provinsi Sulawesi Tenggara mengakibatkan PDRB Kabupaten Muna meningkat di tahun 2008.

Gambar 4.2. Presentase Sektor-Sektor PDRB Kab. Muna Tahun 2000-2013

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan pertumbuhan sektor-sektor PDRB Kabupaten Muna tahun 2000-2013 adalah sebagai berikut : 1. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi, yaitu sebesar 26% atau Rp. 4.919.166.920,- dari jumlah total PDRB Kabupaten Muna tahun 2000-2013 sebesar Rp.19.164.541.810,- yang terus menunjukkan trend perkembangan yang positif tiap tahunnya, seperti terlihat pada tabel dan grafik :

Tabel. 4.1. Nilai Harga Konstan PDRB Kabupaten Muna

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tahun 2000-2013 dalam Juta Rupiah

Sektor

Tahun

Total Sektor

(Juta Rupiah)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Perdangan , Hotel, Restoran

126.428,82 134.611,74 157.500,20 160.569,03 179.320,61 195.679,07 177.272,33

4.919.166.920,- Tahun


(1)

52 BAB V

KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Data PDRB Kabupaten Muna Tahun 2000-2013 menunjukkan bahwa

terdapat beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan yang positif dan memberikan kontribusi yang signifikan pada PDRB Kabupaten Muna dibandingkan sektor lain, yaitu:

Data hasil analisis perkembangan (trend) sektor PDRB Kabupaten Muna

tahun 2000-2013 menunjukkan bahwa dari sembilan sektor PDRB terdapat tiga sektor potensial yang memiliki perkembangan yang cepat dan kontribusi yang signifikan terhadap pertambahan nilai PDRB Kabupaten Muna. Sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut :

 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki kontribusi sebesar 26% dari

total PDRB.

 Sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 24,5% dari total PDRB.

 Sektor jasa memiliki kontribusi sebesar 22% dari total PDRB.

2. Berdasarkan hasil faktor internal yang paling mempengaruhi pengembangan

ekonomi wilayah Kabupaten Muna adalah infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi (47,33%). Sedangkan faktor eksternal yang paling mmpengaruhi pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Muna adalah investasi (53,33%).

3. Arahan pengembangan sektor potensial wilayah Kabupaten Muna sebagai

berikut :

Pengembangan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu: Konsep pengembangan infrastruktur pendukung, meningkatkan pelayanan publik dan peluang investasi.


(2)

53 5.2. Saran

1. Dalam mengakselerasikan pertumbuhan ekonomi daerah, maka oleh

pemerintah perlu kiranya mengembangkan sektor-sektor usaha potensial dimana kondisi dari usaha tersebut basis tapi pertumbuhannya lambat.

2. Diharapkan pemerintah senantiasa aktif dalam berbagai kegiatan terkait

promosi daerah terhadap berbagai jenis komoditi baik lokal maupun mancanegara dalam rangka memperkenalkan/menawarkan potensi daerah, terutama terkait dengan kondisi perekonomian Kabupaten Muna dari semua sektor lapangan usaha.

3. Dengan meihat kondisi topografi Kabupaten Muna yang terdiri dari daratan

dan kepulauan, maka pengembangan infrastruktur pendukung terkait dengan penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur fisik dengan memberikan kemudahan terutama dari sistem transportasi dan komunikasi yang sangat diperlukan oleh masyarakat dalam melakukan aktivitas perekonomian, sehingga untuk mencapai terpenuhinya infrastruktur wilayah, maka perlu kiranya dilakukan kerjasama antar daerah baik dalam skala nasional maupun antar negara.

4. Pemerintah juga perlu menarik pihak investor swasta/nasional untuk

berinvestasi di wilayah Kabupaten Muna untuk sektor-sektor yang unggulan dan potensial seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertaian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pariwisata, sektor jasa, dll.


(3)

54 DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah, (Edisi Pertama). Yogyakarta : BPEF.

Badan Pusat Statistik. (2003). Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Muna

Tahun 1999-2003. Kabupaten Muna: BPS Kabupaten Muna.

---. (2004). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Muna Tahun 2004-2008. Kabupaten Muna: BPS Kabupaten Muna.

---. (2013). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Muna Tahun 2009-2013. Kabupaten Muna: BPS Kabupaten Muna.

BAPPEDA. (2014). Rencana Strategis Pengembangan Ekonomi Wilayah Kab.

Muna 2014. Kabupaten Muna: BAPPEDA Kabupaten Muna.

Lewis Arthur. (2003). The Pinciples Of Economic Planning (Edisi Pertama).

Jakarta: Erlangga.

Miraza Bachtiar Hassan. (2005). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. ISEI

Bandung.

Harry W. Richardson. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Jakarta : FE

- UI

Hera Susanti, moh. Ikhsan, Widyanti. (2000). Indikator - Indikator Makro

Ekonomi (Edisi Kedua), Jakarta : FE - UI.

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta : Erlangga.

Sanusi Bachrawi. (2000). Pengantar Perencanaan Pembangunan, Jakarta :

Perpustakaan Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjafrizal. (1997). Pertubuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat. Jakarta : Prisma LP3ES.

Tarigan Robinson. (2007). Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (Cetakan

Keempat), Jakarta : Bumi Aksara.

Todaro Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. (Edisi


(4)

CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI

Nama : Laode Ismail Muanajad

NIM : 1.06.09.018

TTL : Raha, 16 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Laki - laki

Suku Bangsa : Muna

Kota/Kab : Kabupaten Muna

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Dahlia No 18. Raha. Kabupaten Muna. Kecamatan

Katobu. Kelurahan Wamponiki

Tlp : 082117903264

Email : ismailmunajad90@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

NO KETERANGAN TAHUN

1 TK PERMAWIDA 1 1996-1997

2 SD NEGERI 13 RAHA 1997-2003

3 SMP NEGERI 2 RAHA 2003-2006

4 SMA NEGERI 1 RAHA 2006-2009

5 UNIKOM Bandung (S1) Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota


(5)

PENGALAMAN ORGANISASI

NO KETERANGAN TAHUN

1 SD NEGRI 13 RAHA

 Pramuka 2997-2003

2 SMP NEGERI 2 RAHA

 Pramuka 2003-2006

2 SMA NEGERI 1 RAHA

 Pramuka 2006-2009

3 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

 Pengurus Himpunan Mahasiswa Perencanaan

Wilayah dan Kota. 2011-2012

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

NO KETERANGAN TAHUN

1 Studio Proses: Identifikasi Penyebab Urban

Shrinkage di Kecamatan Ujung Berung dan Kecamatan Cibiru.

2010

2 Studi Kota: Pengembangan Kawasan Pesisir

dan Pusat Pemerintahan Kabupaten di Kawasan Perkotaan Parigi.

2011

3 Studi Wilayah: Arahan Pengembangan Wilayah

Fungsional Jawa Barat Bagian Timur” (Studi

Kasus: Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten

Majalengka).


(6)

PENGALAMAN SEMINAR DAN KULIAH UMUM

NO KETERANGAN TAHUN

1 Peserta pada Kuliah Umum Geologi oleh Jurusan Teknik

Sipil UNIKOM. 2010

PENGALAMAN KERJA

NO KETERANGAN TAHUN

1 Kerja Praktik Strategi Pengembangan

Permukiman dan Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Muna