Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 17
hasil kesalahan atau konsekuensi yang sangat pasti terjadi dari maksud yang mungkin sudah diduga.
Poin penting dari pendekatan ini adalah bukan tentang apakah individu di dalam perusahaan telah dapat memperkirakan kerugian yang akan terjadi, tetapi apakah dalam
struktur korporasi yang benar dan terorganisasi dengan baik resiko-resiko telah nyata. Untuk individu, tidak adanya pengakuan, maksud dan perkiraan dapat disimpulkan dari
tindakan obyektif. Ini hanya dapat dilakukan berdasarkan pada apa yang akan dapat diduga oleh seorang yang normal -- kecuali kehendak tersebut dalam beberapa hal
berbeda dengan orang yang normal, karena sakit mental atau pemabuk. Karena korporasi tidak dapat bermental ab-normal atau mabuk, hasilnya adalah juri atau hakim akan
mengambil kesimpulan yang sama seperti terhadap individu yang normal, bila konsekuensi secara objektif kemungkinansenyatanya pasti kemudian terdakwa harus bisa
menduga hasil dan oleh karena itu memiliki subyektif mens rea. Hanya ada satu kemungkinan bagi korporasi untuk lari, yaitu dengan menyatakan bahwa
ketika resiko terlihat secara objektif nyata, mereka memiliki keahlian khusus untuk memberikan kemampuan kepada mereka dalam mengendalikan resiko yang akan
meniadakan kesembronoan dan maksud. Keberatan utama terhadap doktrin corporate mens rea adalah kesulitan dalam
menentukan apakah perlu syarat degree untuk menyatakan suatu kebijakan dan praktek dari satu perusahaan memiliki kelemahan yang mencukupi sehingga dapat diputuskan
bersalah. Misalnya satu korporasi tidak memiliki prosedur keamanan yang benar, tidak ada seorang direktur yang bertanggung-jawab atas keselamatan dan telah menerima dan
mengabaikan peringatan sebelumnya. Namun untuk kasus yang lain, akan lebih sulit untuk mengidentifikasi kebijakan dan praktek yang memenuhi mens rea.
2.7. Specific Corporate Offences
Komisi Hukum Inggris telah mengusulkan bahwa satu kejahatan baru, yaitu pembunuhan oleh korporasi “corporate killing” telah diperkenalkan dalam hukum Inggris. Kejahatan
ini akan merupakan suatu species terpisah dari manslaugter yang hanya dapat dilakukan oleh korporasi. Dalam hal ini, masalah-masalah yang berkaitan dengan penegasan tentang
kesalahan korporasi, seperti pembuktian dari niat atau kesembronoan, dapat diatasi dengan membuat definisi khusus yang hanya dapat diterapkan kepada korporasi.
Bila argumentasi yang digambarkan di atas mengenai niat korporasi diterima, tentu saja tidak diperlukan lagi kejahatan khusus korporasi.
Prinsip-prinsip umum dapat diterapkan. Memang, terdapat alasan yang kuat bahwa hukum yang bersifat umum harus diaplikasikan. Bahaya dari usulan Komisi Hukum
Inggris ini adalah mereka dapat menyebabkan degradasi nilai pembunuhan akibat kelalaian korporasi. Kejahatan tidak akan dianggap serius, seperti pembunuhan akibat
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 18
kelalaian yang nyata dan banyak hukum yang mencela dan peran simbolik akan dikalahkan.
Saat ini, banyak perusahaan yang membunuh pekerjanya atau anggota masyarakat menemukan dirinya dituntut berdasarkan Undang-undang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Struktur yang berbeda dari kejahatan ini telah menimbulkan persepsi bahwa ini lebih kecil daripada kejahatan administratif. Kejahatan korporasi tidak sejahat kejahatan
yang sebenarnya. Untuk alasan yang sama, usulan untuk membuat kejahatan korporasi yang memfokuskan pada resiko yang ditimbulkannya yang kemungkinan akan
menimbulkan kerugian yang serius akan mengalami kegagalan, dalam memberi label kejahatan secara fair dan mengkomunikasikan seriusnya kejahatan korporasi.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 19
BAB III
TANGGUNG JAWAB PIDANA KORPORASI MENURUT RUU KUHP
3.1. Rumusan Tanggung Jawab Pidana Korporasi Menurut RUU KUHP
Pengaturan tentang Tanggung Jawab Pidana Korporasi dalam RUU KUHP diletakkan pada Buku I Bagian II Pertanggungjawaban Pidana, Paragraf 6 Korporasi. Dalam
paragraf ini, pasal-pasalnya secara keseluruhan sebagai berikut :
Pasal 47
Korporasi merupakan subyek tindak pidana.
Pasal 48
Tindak pidana dilakukan oleh korporasi apabila dilakukan oleh orang-orang yang bertindak untuk dan atas nama korporasi atau demi kepentingan korporasi,
berdasarkan hubungan kerja atau berdasar hubungan lain, dalam lingkup usaha korporasi tersebut, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama.
Pasal 49
Jika tindak pidana dilakukan oleh korporasi, pertanggungjawaban pidana dikenakan terhadap korporasi danatau pengurusnya.
Pasal 50
Korporasi dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap suatu perbuatan yang dilakukan untuk danatau atas nama korporasi, jika perbuatan tersebut termasuk
dalam lingkup usahanya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan.
Pasal 51
Pertanggungjawaban pidana pengurus korporasi dibatasi sepanjang pengurus mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi.
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 20
Pasal 52
1 Dalam mempertimbangkan suatu tuntutan pidana, harus dipertimbangkan apakah bagian hukum lain telah memberikan perlindungan yang lebih
berguna daripada menjatuhkan pidana terhadap suatu korporasi. 2
Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus dinyatakan dalam putusan hakim.
Pasal 53
Alasan pemaaf atau alasan pembenar yang dapat diajukan oleh pembuat yang bertindak untuk danatau atas nama korporasi, dapat diajukan oleh korporasi
sepanjang alasan tersebut langsung berhubungan dengan perbuatan yang didakwakan kepada korporasi.
3.2. Unsur-unsur Tanggung Jawab Pidana Korporasi Menurut RUU KUHP