T1 Judul Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan

TANGGUNGJAWAB PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK

PIDANA PEMBAKARAN HUTAN

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Kristen Satya Wacana

Ayu Wulandari
NIM: 312012068

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

KATA PENGANTAR

Latar belakang penulisan skripsi ini berkaitan dengan keinginan penulis untuk
menganalisis mengenai permasalahan bagaimana korporasi dimintai tanggungjawab dalam

tindak pidana pembakaran hutan.
Penulisan pada Bab I akan menguraikan mengenai latar belakang permasalahan yang
penulis hadapi, rumusan permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoretis
dan kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Pada Bab II adalah Bab Pembahasan merupakan uraian mengenai hakekat hutan dan
hukum kehutanan di Indonesia, dan mengenai korporasi Indonesia yang akan diteliti lebih
jauh lagi mengenai korporasi yang dapat dijadikan sebagai subjek hukum pidana di
Indonesia, uraian konsep mengenai pertanggungjawaban, pertanggungjawaban pidana,
tindak pidana dalam bidang kehutanan, landasan hukum yang dipergunakan dan
tanggungjawab korporasi sebagai pelaku tindak pidana pembakaran hutan.
Selanjutnya pada Bab III akan menguraikan tentang analisis dari penulis, teori
tentang korporasi, perbuatan pidana yang dilakukan oleh korporasi, bagaimana representasi
korporasi oleh organ korporasi, bentuk-bentuk pidana.
Dan akhirnya pada Bab IV merupakan rangkaian akhir dari skripsi ini. berisikan
kesimpulan dan saran atas pokok permasalahan yang ada.
Harapan

penulis

adalah


dengan

penulisan

skripsi

ini

adalah

supaya

pertanggungjawaban pidana korporasi terhadap korporasi yang melakukan perbuatan
pidana pembakaran hutan memahami bagaimana konsep pertanggungjawaban korporasi

atas tindakan yang dilakukannya sehingga dapat membantu semua pihak yang
membacanya.

Salatiga,


September 2017

Ayu Wulandari

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan

i

Lembar Pengujian

ii

Lembar Hasil Ujian Skripsi

iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas Skripsi


vi

Ucapan Terima Kasih

vii

Kata Pengantar

x

Daftar Peraturan/Kasus

xii

Daftar Isi

xiii

Abstrak


xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang

1

1.2

Rumusan Masalah


10

1.3

Tujuan Penelitian

10

1.4

Manfaat Penelitian

11

1.5

Metode Penelitian

11


1.5.1 Jenis Penelitian

11

1.5.2 Pendekatan Penelitian

12

1.5.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

12

KAJIAN TEORITIK

13

2.1

2.2


Pengertian Hukum Pidana

13

2.1.1

Pengertian Pidana

13

2.1.2

Pengertian Hukum

14

2.1.3

Pengertian Hukum Pidana


16

Tindak Pidana Oleh Korporasi

18

2.2.1 Pengertian Korporasi

19

2.2.2 Pengaturan Korporasi Sebagai Subjek
Hukum Pidana

2.3

21

2.2.3 Pengertian Pertanggungjawaban


22

2.2.4 Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

24

Tindak Pidana Dibidang Kehutanan

28

2.3.1 Pengertian Hukum Kehutanan

28

2.3.2 Sumber Hukum Kehutanan

30

2.3.3 Pengertian dan Cakupan Tindak Pidana


2.4

Dibidang Kehutanan

30

Tindak Pidana Pembakaran Hutan

33

2.4.1 Gambaran Umum Tentang Pembakaran Hutan 34
2.4.2 Pengaturan Pembakaran Hutan dan
Pencegahannya
BAB III

38

PEMBAHASAN

42

3.1

Korporasi

42

3.2

Perbuatan Pidana

46

BAB IV

3.3

Representasi Korporasi Oleh Organ Korporasi

48

3.4

Bentuk-Bentuk Pidana

50

PENUTUP

53

4.1

Kesimpulan

53

4.2

Saran

54

DAFTAR PUSTAKA

56

ABSTRAK

Kebakaran hutan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir ini terjadi karena kesengajaan
yang dibuat oleh korporasi untuk memperluas lahan atau membuka lahan baru. Pembakaran
hutan untuk pembukaan lahan maupun perluasan lahan sebenarnya dilarang. Jika hal ini
dilakukan, harus ada prosedur yang memadai untuk memadamkan api agar tidak menjalar
jauh keluar batas yang ditentukan.
Ketidak-jelasan pengaturan hukum mengenai kedudukan dan pertanggungjawaban
korporasi dalam hukum pidana serta hukum acara yang mengakibatkan timbulnya
multitafsir dan pemikiran yang saling berbeda diantara aparat penegak hukum. Hal ini
mengakibatkan dalam proses penyidikan dan sampai penuntutan jarang sekali memasukkan
korporasi sebagai pelaku tindak pidana, bahkan tidak sedikit juga jaksa dalam dakwaannya
tidak mencantumkan korporasi sebagai pelaku tindak pidana dengan dalih pengurus
korporasi sudah dipidana, sudah membayar denda, dan uang pengganti, sehingga korporasi
dibiarkan bebas karena kasusnya dianggap selesai.
Dalam hal demikian, penjatuhan pidana denda untuk korporasi menjadi jenis pidana
utama yang bisa diterapkan. Sementara, ancaman pidana penjara sebenarnya juga memiliki
fungsi pencegahan tindak pidana (fungsi deteren), sehingga tidak dapat diterapkannya
pidana penjara untuk korporasi bisa mengurangi fungsi deteren pidana yang diancamkan
dalam Undang-Undang Kehutanan.

Kata Kunci: pertanggungjawaban pidana, korporasi, hutan.