A. Latar Belakang Masalah - TANGGUNGJAWAB KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

TANGGUNGJAWAB KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Oleh:
Bambang Ali Kusumo
Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Abstract:
Pengaturan wajib pajak yang diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan belum mengatur secara lengkap.
Dikatakan demikian karena dalam undang-undang tersebut badan atau korporasi
merupakan salah satu wajib pajak, namun dalam pengaturan sistem pidana dan
pemidanaan yang terkait dengan badan atau korporasi tidak diatur. Dengan tidak
diaturnya ini akan menimbulkan masalah, bagaimana tanggungjawab korporasi dalam
tindak pidana di bidang perpajakan. Dengan kondisi yang demikian, maka bila badan
atau korporasi melakukan tindak pidana perpajakan yang bertanggungjawab adalah
pengurus.
Keyword: korporasi, tindak pidana, perpajakan.

akan

A. Latar Belakang Masalah

Korporasi adalah sebutan yang

kebutuhan

untuk menjalankan

kegiatan secara bekerjasama dengan

pakar

beberapa orang atau korporasi. Lebih-

hukum pidana untuk menyebut apa

lebih adanya tuntutan perkembangan

yang biasa dalam bidang hukum lain,

ekonomi dan bisnis pada zaman revolusi


khususnya

industri

lazim dipergunakan dikalangan

bidang

hukum

perdata,

yang

semakin

luas

sebagai badan hukum. Adanya korporasi


kompleks,

sebenarnya

dari

keterbatasan dana untuk pembeayaan

perkembangan modernisasi. Pada zaman

industri – industri besar dan masalah

dahulu,

pengorganisasian

terjadi

masyarakat


akibat

primitif

atau

terutama

dan

kerjasama

masalah

antara

tradisional tidak dikenal badan hukum

pemilik modal dalam melaksanakan


atau

/

aktivitas ekonomi dan bisnis. Adanya

secara

korporasi dana – dana dari perseorangan

korporasi,

kegiatan

hanya

individu

atau


dalam

segala

dijalankan
perorangan.

perkembangannya,

Riset Fair 2017

aktivitas

Namun
timbullah

dapat

dikumpulkan


atau

digabung

untuk membiayai proyek – proyek besar

yang membutuhkan dana yang sangat

jaringan korporasi. Udara yang kita

banyak (Salman Luthan, 1994 : 15). Di

hirup, air yang kita minum, makanan

samping itu ada keinginan agar dengan

yang kita telan, pakaian dan alas kaki

tergabungnya keterampilan akan lebih


yang

berhasil dari pada bila dilaksanakan

menyehatkan kita, berita yang kita baca,

hanya seorang diri. Kemungkinan pula

masa depan yang kita rencanakan,

ada pertimbangan tertentu yakni dapat

bahkan

membagi

tidurpun seperti jumlah anak yang

resiko


kemungkinan

kerugian

timbul

yang

dalam

usaha

kita

pakai,

perilaku

dikehendaki,


obat-obatan

di

dalam

kamar

semuanya

berbau

bersama tersebut. Dalam perkembangan

korporasi,

lebih

atau


produknya maupun pencemarannya. (IS.

korporasi ini tidak hanya melibatkan

Susanto, 1993 : 5). Adanya korporasi

beberapa orang, tetapi

memang

lanjut

usaha

bersama

dapat terjadi

baik

yang

dengan

banyak

melalui

mendatangkan

beberapa ratus bahkan ribuan orang

keuntungan

sebagaimana yang terjadi saat ini adanya

negara,

Perseroan

yang

pemasukan kas negara dari pajak dan

saham-sahamnya

devisa, membuka lapangan pekerjaan,

Terbatas

menawarkan

(PT)

bagi

seperti

masyarakat
adanya

dan

kenaikan

Ini

peningkatan alih teknologi dan lain

biasanya terjadi pada Perseroan Terbatas

sebagainya. Namun di samping ada

yang sudah go public.

keuntungan atau dampak positif seperti

kekhalayak

ramai

atau

publik.

Pada masa kini perkembangan
korporasi nampak semakin pesat baik
dari segi kualitas, kuantitas maupun
bidang

usaha

yang

dijalaninya.

Korporasi bergerak diberbagai bidang
seperti

bidang

perbankan,

bidang

transportasi,

komunikasi,

pertanian,

kehutanan,

kelautan,

otomotif,

elektronik, bidang hiburan dan lain
sebagainya. Hampir tidak ada bidang
kehidupan
Riset Fair 2017

kita

yang

terlepas

dari

tersebut di atas, adanya korporasi juga
dapat mendatangkan dampak negatif,
seperti

pencemaran

udara,

tanah),

pengurasan
secara

eksploitasi

sumber

curang,

eksploitasi

lingkugan

alam,

atau
bersaing

manipulasi

terhadap

(air,

pajak,

pekerja/buruh,

menghasilkan produk dibawah standar
atau

cacat

konsumen
Munculnya

yang
dan

membahayakan
lain

dampak

sebagainya.
negatif

ini

diakibatkan korporasi terlalu mengejar

pendapatan negara diperoleh paling

keuntungan yang cukup besar.

besar

Di bidang perpajakan korporasi
mempunyai

peranan

yang

penting.

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun
2007 tentang perubahan ketiga atas
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan tata Cara

dari

perpajakan. Dan

perpajakan

ini

yang

bidang

kontribusinya

paling besar adalah dari pajak badan
atau korporasi. Mengingat peranan yang
sangat besar inilah pengamanan dari
sektor ini perlu mendapat perhatian
yang serius.

Perpajakan dinyatakan dalam Pasal 1
butir kedua bahwa wajib pajak adalah

B. Perumusan Masalah

orang pribadi atau badan (korporasi:

Dengan

mendasarkan

pada

penulis). Dalam butir ketiga dinyatakan

uraian di atas, maka rumusan masalah

bahwa badan atau korporasi adalah

yang dapat diangkat adalah bagaimana

sekumpulan orang dan/atau modal yang

tanggungjawab korporasi dalam tindak

merupakan

pidana perpajakan ?

kesatuan

baik

yang

melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan

usaha

perseroan

yang

terbatas,

meliputi
perseroan

komanditer, perseroan lainnya, badan

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Berdasarkan

usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana

pensiun,

perkumpulan,

persekutuan,

yayasan,

organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kotrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan
atau korporasi

pada perpajakan ini

mempunyai peranan yang sangat besar,
karena

bila

Riset Fair 2017

melihat

anggaran

dan

masalah

dan

tujuan penelitian di atas, maka jenis
penelitan yang digunakan adalah
penelitian

yuridis

normatif.

Penelitian yuridis normatif terhadap
penggunaan hukum pidana atau
sanksi

pidana

dalam

rangka

penanggulangan tindak pidana di
bidang
pilihan

perpajakan
yang

menganalisis

merupakan

cocok

permasalahan

untuk
yang

ada. Penelitian ini bertolak pada

analisis

terhadap

ketentuan

ketentuan-

normatif

3. Metode Pendekatan

peraturan-

Metode

peraturan di bidang perpajakan yang

digunakan

mencantumkan sanksi pidana.

adalah

2. Sifat Penelitian

sifat

penelitian

dalam

yang

penelitian

pendekatan

ini

perundang-

undangan (statute approach), ) dan

Dalam penelitian dikenal tiga
macam

pendekatan

penelitian,

diskriptif,

yaitu

pendekatan komparatif (comparative
Maksud

approach).

penelitian

undang-undang

pendekatan

adalah

menelaah

eksploratoris

dan

penelitian

undang-undang yang terkait dengan

eksplanatoris

(Soerjono

Soekanto,

perpajakan

khususnya

Undang-

1986: 9). Di dalam penelitian ini

Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

peneliti atau penulis menggunakan

Ketentuan Umum dan Tata Cara

sifat

Perpajakan. Sedangkan pendekatan

penelitian

diskriptif

dan

penelitian eksploratoris. Penelitian

kompratif

diskriptif adalah penelitian yang

memperbandingkan aturan sanksi

dimaksudkan

pidana di bidang perpajakan dengan

untuk

memberikan

adalah

dengan

data yang seteliti mungkin tentang

sanksi

manusia, keadaan atau gejala-gejala

misalnya

dengan

undang-undang

lainnya. Maksudnya adalah terutama

Korupsi,

dengan

undang-undang

untuk

pencucian uang.

mempertegas

hipotesa-

hipotesa, agar dapat membantu di
dalam memperkuat teori-teori lama,

pidana di bidang lainnya,

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

atau di dalam kerangka menyusun

Jenis

teori-teori baru (Soerjono Soekanto,

penelitian

1986:

sekunder.

10).

eksploratoris

Sedangkan

penelitian

dimaksudkan

untuk

ini

data

dalam

adalah

data

b. Sumber Data

menggali mengenai apa yang harus

Dalam

penelitian

ini

dilakukan untuk mengatasi masalah

sumber

yang

sekunder. Sumber data sekunder

tidak

terumuskan

dalam

datanya

regulasi atau pengaturan mengenai

diperoleh dari

sanksi pidana di bidang perpajakan.

primer

Riset Fair 2017

yakni

adalah

data

bahan hukum
peraturan-

peraturan

tentang

perpajakan,

yang

tidak

hanya

untuk

Agung

mengungkapkan

tentang kasus-kasus perpajakan,

menggambarkan

data

catatan-catatan resmi atau risalah

melainkan

juga

mengungkapkan

dalam

formulasi

hukum

Keputusan

Mahkamah

pembuatan

undangan;

bahan

sekunder yakni
hukum,

perundanghukum

atau
an

pidana

sich,

yang

diharapkan.

jurnal-jurnal

buku-buku

teks,

D. Hasil penelitian dan Pembahasan

komentar-komentar atas putusan

Di bidang perpajakan korporasi

pengadilan atau pendapat para

mempunyai

ahli hukum, hasil-hasil penelitian

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun

dan

lainnya.

2007 tentang perubahan ketiga atas

Sedangkan bahan hukum tersier

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

yakni

yang

tentang Ketentuan Umum dan tata Cara

memberikan petunjuk maupun

Perpajakan dinyatakan dalam Pasal 1

penjelasan

bahan

butir kedua bahwa wajib pajak adalah

hukum primer dan sekunder,

orang pribadi atau badan (korporasi:

seperti

dan

penulis). Dalam butir ketiga dinyatakan

Mahmud

bahwa badan atau korporasi adalah

kegiatan

ilmiah

bahan

hukum

terhadap

kamus

ensiklopedi

hukum

(Peter

Marzuki, 2009: 141).
5. Teknik

Pengumpulan

Data

dan

merupakan

kesatuan

melakukan

bahan hukum primer, bahan hukum

perseroan

dan

baik

yang

usaha

yang

terbatas,

meliputi
perseroan

hukum

tersier

komanditer, perseroan lainnya, badan

melalui

studi

usaha milik negara atau badan usaha

kepustakaan dan studi dokumen.
Analisis

penting.

melakukan usaha maupun yang tidak

Data sekunder yang berupa

dikumpulkan

yang

sekumpulan orang dan/atau modal yang

analisis data

bahan

peranan

data

dilakukan

milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,

secara kualitatif dengan penguraian

dana

secara diskriptif dan preskriptif. Hal

perkumpulan,

ini bertolak dari maksud penelitian

massa, organisasi sosial politik, atau

Riset Fair 2017

pensiun,
yayasan,

persekutuan,
organisasi

organisasi lainnya, lembaga dan bentuk

tersebut. Manfaatnya adalah agar rakyat

badan lainnya termasuk kotrak investasi

dapat

kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan

kegunaan menaati hukum itu, dan insaf

atau korporasi

pada perpajakan ini

tidak baik menaati hukum hanya karena

mempunyai peranan yang sangat besar,

takut dihukum, 4). Tugas hukum adalah

karena

dan

membimbing para warga pada suatu

pendapatan negara diperoleh paling

hidup yang saleh dan sempurna, 5).

besar

bidang

Orang yang melanggar undang-undang

kontribusinya

harus dihukum (Bernard L. Tanya, 2010:

bila

dari

melihat

anggaran

perpajakan. Dan

perpajakan

ini

yang

paling besar adalah dari pajak badan

sektor ini perlu mendapat perhatian
yang serius.

memahami

Terkait dengan teorinya Plato
ini adanya Undang-Undang No. 28
tahun 2007 tentang perubahan ketiga
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

Plato menyarankan agar negara
membentuk

dan

41 – 42).

atau korporasi. Mengingat peranan yang
sangat besar inilah pengamanan dari

mengetahui

peraturan

perundang-

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

merupakan

tatanan

undangan yang dihimpun dalam suatu

perpajakan yang sangat berguna bagi

kitab

ada

wajib pajak dan pemungut pajak atau

kepastian hukum, dan masyarakat sadar

fiskus. Dalam tatanan ini ada ketentuan-

hukum

ketentuan bagaimana wajib pajak untuk

undang-undang,

untuk

agar

mentaati

hukum

(Gunarto, 2015: 19). Untuk lebih jelasnya

membayar

Plato

merumuskan

hukum

demikian:

pajak

teorinya

tentang

pemungut

1).

Hukum

melaksanakan

pajak

dan

bagaimana

atau

tugasnya

fiscus

memungut

untuk

pajak dengan baik. Dalam ketentuan ini

menangani dunia fenomena yang penuh

juga diatur mengenai sanksi administrasi

situasi ketidakadilan, 2). Aturan-aturan

dan sanksi pidana yang berlaku bagi

hukum harus dihimpun dalam satu

wajib pajak atau fiscus yang melanggar

kitab, supaya tidak muncul kekacauan

aturan

hukum,

ketentuan ini juga diatur mengenai

merupakan

3).

tatanan

Setiap

harus

didahului

motif

dan

Riset Fair 2017

terbaik

Undang-Undang

Di

samping

itu

dalam

tentang

prosedur penanganan pelanggaran atau

undang-undang

tindak pidana di bidang pajak apabila

preambule

tujuan

ini.

wajib pajak atau pemungut pajak atau

(Moh Mahfudh MD, 2010: 21). Substansi

fiscus melakukan tindak pidana atau

hukum adalah materi atau isi hukum

kejahatan pajak.

yang

Dalam Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, apakah sudah
mengatur secara lengkap berhubungan
dengan

pemberian

sanksi

pidana

terhadap wajib pajak dan pemungut
pajak yang melakukan tindak pidana
perpajakan.

Rumusan

pemidanaan

dalam undang-undang pajak bersifat
kumulatif.

Adanya

sifat

kumulatif

mengharuskan penegak hukum (hakim)
untuk

mengetrapkan

ketentuan

ini.

Nampaknya bila aturan ini dipaksakan
tidak

berjalan

menemui

dengan

baik

kesulitan

penerapannya.

Kemudian

atau
dalam
aturan

mengenai kapan wajib pajak khususnya
badan atau korporasi melakukan tindak
pidana

dan

bagaimana

pertanggungjawaban

pidanya

sistem
belum

merupakan

produk

yang

dihasilkan oleh pembuat atau penyusun.
Termasuk

substansi

hukum

adalah

hukum yang hidup di masyarakat (living
law). Kemudian Struktur hukum adalah
lembaga atau institusi dalam sistem
hukum yang menentukan bisa atau
tidaknya

hukum

itu

dilaksanakan.

Kewenangan lembaga penegak hukum
dijamin oleh undang-undang, sehingga
dalam melaksanakan tugasnya tidak
boleh

diintervensi

dari

pihak

lain.

Lembaga atau institusi penegak hukum
ini

harus

kompeten

mempunyai
dan

kredibilitas,

independen.

Tanpa

adanya itu maka penegakan hukum
tidak akan berjalan baik. Hukum yang
baik ditangan penegak hukum yang baik
akan

terwujud

putusan

yang

baik,

hukum yang jelek ditangan penegak
hukum

yang

baik

akan

diperoleh

putusan yang baik. Sedangkan hukum

diatur.

yang baik ditangan penegak hukum
Kemudian teori dari Lawrence

yang jelek akan diperoleh putusan yang

M. Friedman (teori penegakan hukum)

jelek. Dan yang paling tidak baik adalah

menyatakan bahwa berhasil tidaknya

hukum yang jelek di tangan penegak

penegakan hukum

pada

hukum yang jelek, maka akan di dapat

tiga hal , yaitu materi/substansi hukum,

putusan yang jelek. Inilah pentingnya

struktur hukum dan budaya hukum

penegak

Riset Fair 2017

tergantung

hukum

yang

profesional,

kredibel dan independen. Sedangkan

persoon).

budaya hukum adalah suasana pikiran

dilakukan

sosial

korporasi, maka yang melakukan

dan

kekuatan

menentukan

sosial

bagaimana

yang
hukum

digunakan,dihindari

atau

disalahgunakan. Budaya hukum sangat
erat

kaitannya

hukum.

dengan

Semakin

kesadaran

tinggi

tingkat

kesadaran hukum masyarakat, maka

tindak

Bila

tindak

pidana

dilingkungan

pidana

adalah

pengurusnya.

Yang

bertanggungjawab

bila

terjadi

tindak pidana adalah pengurus
yang melakukan tindak pidana.

akan semakin baik budaya hukum yang

Sistem ini dianut oleh KUHP kita,

ada di masyarakat.

hal ini dinyatakan dalam Pasal 59

Dalam penegakan hukum di
bidang perpajakan ini yang mengalami
kesulitan

dalam

meminta

yang berbunyi “dalam hal-hal
dimana

karena

ditentukan

pelanggaran

pidana

terhadap

pertanggungjawaban hukum pidana dari

pengurus, anggota-anggota badan

pelaku tindak pidana adalah pelaku

pengurus

atau

komisaris-

tindak pidana badan atau korporasi. Hal

komisaris,

maka

pengurus,

ini disebabkan sulitnya menentukan

anggota badan pengurus atau

siapa yang melakukan tindak pidana

komisaris yang ternyata tidak ikut

dan kapan tindak pidana itu dilakukan.

campur melakukan pelanggaran

Terkait dengan hal ini muncullah sistem
pertanggungjawaban

hukum

pidana

yang menyangkut badan atau korporasi
ini, yakni:

tidak

dipidana”.

Nampaknya

ketentuan dari pasal tersebut di
atas dipengaruhi oleh asas yang
berkembang pada abad 19 yakni

1. Pengurus

sebagai

societas delinquere non potest atau

pembuat, maka penguruslah yang

universitas delinquere non potest,

bertanggungjawab.

ini

yaitu badan-badan hukum tidak

membatasi sifat tindak pidana

bisa melakukan tindak pidana.

yang dilakukan korporasi adalah

Kesalahan

hanya perorangan saja (natuurlijk

dibebankan kepada badan hukum

Riset Fair 2017

korporasi

Sistem

tidak

dapat

atau korporasi, tetapi dibebankan

korporasi

pada

(sifat

pidana tidak dapat dilepaskan dari

pasal

persoalan

manusia

individualisasi).

Pada

tersebut di atas juga memuat
alasan penghapus pidana bagi
para pengurus, anggota badan
pengurus atau komisaris yang
ternyata tidak ikut melakukannya
tindak pidana.

sebagai

subyek

tindak

pokok

pertanggungjawaban dalam hukum
pidana

atau

kesalahan.

Dalam

Undang-undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal
6 ayat (2) menyatakan bahwa “tidak
seorangpun dapat dijatuhi pidana,
kecuali apabila pengadilan, karena

2. Korporasi sebagai pembuat, maka

alat pembuktian yang sah menurut

pengurus yang bertanggungjawab.

undang-undang,

Sistem

bahwa

keyakinan bahwa seseorang yang

korporasi sebagai subyek hukum

dianggap dapat bertanggungjawab,

pidana atau pelaku tindak pidana,

telah bersalah atas perbuatan yang

namun pertanggungjawaban tetap

didakwakan

dibebankan pada pengurus.

kesalahan

ini

mengakui

3. Korporasi sebagai pembuat dan yang

atas

mendapat

dirinya”.

merupakan

asas

Asas
yang

mutlak ada dalam hukum pidana

bertanggungjawab. Dalam sistem ini

yaitu

dimungkinkan menuntut korporasi

menjatuhkan

dan

meminta

bagaimana pengaruh asas kesalahan

Dalam

terhadap korporasi sebagai pembuat

pertanggungjawabannya.

sebagai

dasar

pidana.

untuk

Masalahnya

sistem ini telah terjadi perubahan

delik

yang pada mulanya korporasi tidak

mempunyai kesalahan ?. Menurut

dapat melakukan tindak pidana atau

Suprapto

universitas

dipersalahkan bila kesengajaan atau

delinquere

non

potest

?

apakah

korporasi

korporasi

bisa

bisa

berubah dengan menerima konsep

kelalaian atau kealpaan

pelaku fungsional, artinya korporasi

pada orang-orang yang menjadi alat-

dapat dimintai pertanggungjawaban

alat korporasi. Kesalahan itu bukan

dalam melakukan tindak pidana.

individu tetapi kolektif (Setiyono,

Masalah

2002: 130). Hal ini senada dengan

Riset Fair 2017

pertanggungjawaban

terdapat

pendapatnya Van Bemmelen dan

pada diri orang tersebut tidak ada

Remmelink yang menyatakan bahwa

kesalahan.

korporasi tetap dapat mempunyai
kesalahan

dengan

konstruksi

kesalahan pengurus atau anggota
direksi (Muladi dan Dwijo Priyatna,
2010:

20).

Berkaitan

dengan

ini

Roeslan Saleh berpendapat bahwa
asas kesalahan pada korporasi tidak
mutlak

berlaku,

mendasarkan
loquitur

tetapi

adagium

(fakta

cukup
res

sudah

ipsa

berbicara

sendiri) (Muladi dan Dwijo Priyatna,
2010:102). Sebenarnya hal ini tidak
asing lagi karena di negara-negara

Vicarious Liability merupakan
suatu pertanggungjawaban pidana yang
dibebankan

kepada

perbuatan

seseorang

orang

Pertanggungjawaban

atas
lain.

seperti

ini

misalnya terjadi dalam hal perbuatanperbuatan yang dilakukan oleh orang
lain itu ada dalam ruang lingkup
pekerjaan

atau

jabatannya.

Pada

umumnya terbatas pada kasus-kasus
yang

menyangkut

hubungan

antara

majikan dengan buruhnya, pembantu
atau bawahannya.

Anglo Saxon dikenal asas mens rea
(sikap batin) dengan perkecualian

Dapat dipertanggungjawabkan

terhadap delik-delik tertentu, yaitu

korporasi atas dasar kedua doktrin

apa

tersebut

dalam

memang

sangat

yang

dikenal

dengan

strict

liability dan vicarious liability.
Strict

liability

pertanggungjawaban

merupakan

pidana

tanpa

perkembangannya
diperlukan.

Sebab

dengan perkembangan teknologi, tidak
mudah

mendapatkan

bukti

yang

keharusan untuk membuktikan adanya

memadai tentang kesalahan dari pemilik

kesalahan. Prinsip tanggungjawab yang

korporasi. Sehubungan dengan hal ini

memandang kesalahan sebagai suatu hal

Barda Nawawi arief menyatakan bahwa

yang

kedua doktrin tersebut di atas perlu

tidak

relevan

untuk

dipermasalahkan apakah ada atau tidak

dipertimbangkan

ada. Menurut doktrin ini seseorang

diambil

sudah

dengan beberapa tindak pidana saat ini

dapat

dipertanggungjawabkan

untuk tindak pidana tertentu walaupun

yang

oper.

erat

sejauhmana
Hal

ini

dapat

sehubungan

hubungannya

dengan

perkembangan dan kemajuan di bidang

Riset Fair 2017

teknologi, ekonomi dan perdagangan

menuntut pertanggungjawaban adalah

yang banyak melibatkan badan hukum

fakta tentang penderitaan korban.

atau korporasi. Terlebih apabila akibatakibat yang ditimbulkan oleh delik-delik
tersebut

menyangkut

kepentingan

umum. Adalah merupakan suatu yang
sangat sulit untuk membuktikan adanya
kesalahan pada korporasi karena pada
umumnya yang mempunyai kesalahan
adalah orang. Untuk memudahkan perlu
dipertimbangkan

sistem

pertanggungjawaban pidana korporasi
dengan prinsip atau doktrin strict liability
dan vicarious liability (Barda Nawawi
Arief dalam Muladi dan Dwijo Priyatna,
2010: 115).

Dalam

Rancangan

Undang-Undang

Kitab

Hukum

Pidana

(Konsep Rancangan KUHP baru 2012)
doktrin strict liability dan vicarious liability
diterima. Untuk yang strict liability dapat
dilihat pada Pasal 38 ayat (1) yang
menyatakan
tertentu,

“Bagi

tindak

pidana

undang-undang

dapat

menentukan bahwa seseorang dapat
dipidana

semata-mata

karena

telah

dipenuhinya unsur-unsur tindak pidana
tersebut

tanpa

memperhatikan

kesalahan”.

Selanjutnya

untuk

yang

vicarious liability dapat dilihat pada Pasal

Selanjutnya

bangaimana

38 ayat (2) yang menyatakan bahwa

dengan kondisi kita ?. Secara tegas

“dalam hal ditentukan oleh Undang-

memang kita tidak menganut doktrin

undang,

ini, namun dalam praktek khususnya

dipertanggungjawabkan

dalam penerapan peraturan lalu lintas,

pidana yang dilakukan oleh orang lain”.

ternyata kita menganut strict liability
tanpa

dilihat

apapun

bentuk

kesalahannya, bila terjadi pelanggaran,
maka ia yang dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan

uraian

di

atas,

maka

doktrin strict liability dan vicarious liability
dapat digunakan untuk delik atau tindak
pidana yang dilakukan oleh korporasi,
dengan

dasar

Riset Fair 2017

yang

dipakai

untuk

setiap

orang
atas

dapat
tindak

Doktrin identification, menurut
doktrin

ini

untuk

dapat

dipertanggungjawabkan pidana kepada
korporasi, siapa yang melakukan tindak
pidana

tersebut

harus

mampu

diidentifikasikan oleh penuntut umum.
Bila tindak pidana itu dilakukan oleh
directing mind (personil yang memiliki
posisi

sebagai

penentu

kebijakan

korporasi atau mempunyai kewenangan

demikian berarti harus ada ketentuan

sah

khusus

untuk

melakukan

atau

tidak

mengenai

kapan

dikatakan

melakukan perbuatan yang mengikat

badan atau korporasi melakukan tindak

korporasi

pidana,

harus

meminta

persetujuan atasannya dari

korporasi)

dari

tanpa

korporasi

tersebut,

maka

siapa

yang

dipertanggungjawabkan,
bagaimana

dapat

dalam

korporasi

hal
dapat

pertanggungjawaban tindak pidana baru

dipertanggungjawabkan dan jenis sanksi

dapat dibebankan kepada korporasi.

apa yang dapat dijatuhkan untuk badan

Dari uraian di atas, bila melihat
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan masuk pada sistem
pertanggungjawaban

korporasi

yang

nomor dua, yakni

Korporasi sebagai

pembuat,

pengurus

maka

yang

bertanggungjawab. Sistem ini mengakui
bahwa korporasi sebagai subyek hukum
pidana
namun

atau

pelaku

tindak

pidana,

pertanggungjawaban

tetap

dibebankan pada pengurus. Hal ini bisa
dilihat pada ketentuan Pasal 1 butir 2
yang menyatakan bahwa wajib pajak
adalah

orang

pribadi

atau

badan

(korporasi). Dari pernyataan itu jelas
sekali

bahwa subyek hukum pajak

adalah orang pribadi dan badan atau
korporasi. Dengan dijadikannya badan
atau korporasi sebagai subyek hukum
pajak,

maka

sistem

pidana

dan

pemidanaannya seharusnya berorientasi
pada badan atau korporasi. Dengan
Riset Fair 2017

atau

korporasi.

Ketentuan-ketentuan

seperti itu semuanya tidak ada dalam
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007. Di
samping itu rumusan sanksi pidana
yang ada pada Pasal 39, 39A, 41, 41A,
41B, bersifat kumulatif yakni pidana
penjara atau kurungan dan denda.
Ketentuan sanksi pidana yang bersifat
kumulatif merupakan kewajiban yang
harus dilakukan oleh hakim dalam
memutus suatu perkara yakni pidana
penjara atau kurungan dan denda.
Mungkinkah

badan

atau

korporasi

dijatuhi pidana penjara atau kurungan ?.
Badan atau korporasi hanya mungkin
bisa dijatuhi hukuman denda, namun
hakim tidak dapat menjatuhi hukuman
salah satu yaitu denda, karena sifat
rumusan sanksinya kumulatif artinya
keduanya

harus

korporasi.

Melihat

dijatuhkan

pada

kondisi

yang

demikian maka korporasi dalam hukum
pidana

perpajakan

ini

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan. Bila korporasi

pemidanaannya, yakni mengenai kapan

melakukan tindak pidana di bidang

dikatakan korporasi melakukan tindak

perpajakan,

pidana,

maka

yang

bertanggungjawab adalah pengurusnya.

apa

Di dalam Undang-Undang No.
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan badan atau
korporasi telah menjadi subyek hukum
perpajakan,

diatur

sanksi

dalam

korporasi

dapat
hal
dapat

dipertanggungjawabkan dan jenis sanksi

E. Kesimpulan

pengaturan

yang

dipertanggungjawabkan,
bagaimana

dalam

siapa

namun

dalam

pidananya

tidak

pidana

dan

sistem

yang

korporasi.

dapat
Dengan

dijatuhkan

untuk

kondisi

yang

demikian, maka korporasi tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam tindak
pidana di bidang perpajakan. Bila badan
atau korporasi melakukan tindak pidana
perpajakan,

maka

yang

bertanggungjawab adalah pengurusnya.

Daftar Pustaka

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana
Penjara. Semarang: CV. Ananta, 1994.
__________________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta: Fajar Interpratama
Offset, 2008.
Bernard L. Tanya, Yoan Simanjuntak, Markus Y. Hage, 2010, Teori Hukum (Strategi Tertib
Manusia Lintas Ruang Dan Generasi), Yogyakarta: Genta Publising.
Gunarto, 2015 Materi Kuliah Teori Hukum, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sultan Agung Semarang.
IS. Susanto, 1993. Kejahatan Korporasi. Makalah Pada Penataran Nasional Hukum Pidana
Dan Kriminologi Untuk Dosen-dosen Fakultas Hukum PTN/PTS Seluruh
Indonesia.
Kartini Kartono, Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Moh. Mahfudh MD, 2010, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Riset Fair 2017

Mardjono Reksodiputro, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan. Jakarta: Pusat
Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia, 1994.
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung: Alumni, 1992.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni, 1992.
__________________________, Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni, 1992.
Muladi dan Dwija Priyatna, 2010, Pertanggungjawaban Korporasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Fajar Interpratama Offset.
S. Munawir, Perpajakan. Yogyakarta: Lierty, 1992.
Salman Luthan. 1994. Anatomi Kejahatan Korporasi Dan Penanggulangannya. Jurnal Hukum
Fakultas Hukum UII Yogyakarta.
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, Jakarta: UKI Press, 2006.
Sastrosoehardjo, Soehardjo. Tanpa Tahun. Politik Hukum Dan Pelaksanaannya Dalam
Negara Republik Indonesia. Semarang: Program Studi S2 (Magister) Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro.
Setiyono, 2002, Kejahatan Korporasi, Malang: Averroes Press.
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 1986.
Sudarto. 1986. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
_________. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
http://www.solopos.com/2015/04/02 kasus pengemplang pajak bebas di PN solo dihukum
di MA.
http;//www.pajak.go.id/content/article/penyelesaian
perpajakan.
Konsep KUHP Tahun 2012

Riset Fair 2017

kasus-kasus

tindak

pidana