24
BAB II RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG
Pasal 2
Undang-undang ini berlaku untuk melaksanakan tata cara ganti kerugian akibat kesalahan penangkapan dan penahanan dalam lingkup hukum
acara pidana.
Pasal 3
Pemberlakuan undang-undang ini dilakukan secara tepat dan selektif.
BAB III HAK MENUNTUT GANTI KERUGIAN
Pasal 4
1. Setiap tindakan aparat penegak hukum yang karena kesengajaannya menangkap dan menahan seseorang secara tidak sah dapat dituntut
membayar ganti kerugian; 2. Akibat tindakan aparat penegak hukum sebagaimana tersebut pada
ayat 1 di atas haruslah adanya kerugian nyata materil;
Pasal 5
Yang berhak menuntut ganti kerugian adalah: 1
Tersangka, keluarga atau kuasanya hukumnya yang khusus ;
25 2
Terdakwa; keluarga atau kuasanya; dengan kuasa khusus ; 3
Terpidana ; 4
Jaksa Agung karena jabatannya;
Pasal 6
Alasan mengajukan tuntutan ganti kerugian, karena: 1
Adanya kesalahan; penangkapan; 2
Adanya kesalahan penahanan; 3
Salah menerapkan hukum.
BAB IV GANTI KERUGIAN
Pasal 7
Ganti kerugian karena kesalahan penangkapan dan penahanan hanya diberikan terhadap kerugian materiil atau yang menimbulkan cacat fisik
atau kematian. .
Pasal 8
1. Besarnya jumlah tuntutan ganti kerugian sekurang-kurangnya Rp.500.000 lima ratus ribu rupiah atau setinggi-tingginya
Rp.50.000.000 lima puluh juta rupiah; 2. Jika mengakibatkan cacat atau mati jumlah tuntutan ganti kerugian
sekurang-kurangnya Rp.5.000.000 lima juta rupiah atau setinggi- tingginya Rp.100.000.000 seratus juta rupiah.
26
Pasal 9
Tata cara tuntutan ganti karugian. 1. Tuntutan ganti kerugian ditujukan kepada Hakim Komisaris .
2. Tuntutan ganti kerugian hanya dapat diajukan dalam tenggang waktu 3 tiga bulan sejak putusan mempunyai kekuatan hokum tetap.
3. Dalam hal tuntutan ganti kerugian tersebut diajukan terhadap perkara yang dihentikan pada tingkat penyidikan atau tingkat penuntutan,
maka jangka waktu 3 tiga bulan dihitung dari saat pemberitahuan penetapan pengadilan.
Pasal 10
1. Ganti kerugian hanya dapat diberikan atas dasar penetapan hakim; 2, Dalam hal hakim mengabulkan atau menolak tuntutan ganti kerugian,
maka alasan pemberian atau penolakan tuntutan ganti kerugian dicantumkan dalam penetapan.
3. Terhadap penetapan hakim tidak ada upaya hukum;
Pasal 11
1. Petikan penetapan ganti kergian sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 diberikan kepada pemohon dalam waktu 3 tiga hari setelah
penetapan diucapkan. 2. Salinan penetapan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 diberikan kepada Penydik, penuntut umum dan Menteri Keuangan
27 dalam
hal ini Direktorat
Jenderal Anggalan
atau kantor
perbendaharaan setempat.
Pasal 12
1. Pembayaran ganti kerugian akan dilakukan oleh Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Anggaran atau Kantor
Perbendaharaan setempat 2. Tata cara pembayaran tuntutan ganti kerugian sebagaimana
dimaksud diatas akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. dalam hal ini Direktorat Jenderal Anggaran atau kantor
perbendaharaan setempat.
Pasal 13
1. Selambat-lambatnya 3 tiga bulan sejak penetapan hakim pemerintah harus membayar ganti kerugian dimaksud;
2. Terhadap keterlambatan pemmbayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada pasal 8 Pemerintah diharuskan membayar uang
paksa dwangsome sekurang-kurangnya Rp.500.000 lima ratus ribu rupiah tiap hari keterlambatan atau 10 sepuluh prosen dari
jumlah denda yang harus dibayar berdasarkan penetapan hakim .
Pasal 14
1. Selain tuntutan ganti kerugian , tersangka, terdakwa, keluarga maupun kuasa hukumnya dapat mengajukan permintaan rehabilitasi
28 kepada pengadilan yang berwenang , selambat-lambatnya 14
empat belas hari setelah penetapan sah tidaknya penangkapan atau penahanan diberitahukan kepada pemohon.
2. Tatacara permohonan rehabilitasi akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB V KETENTUAN PERALIHAN