Latar Belakang T MAT 1303350 Chapter1

Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu kunci seseorang untuk meraih kesuksesan. Dengan pendidikan seseorang dapat melihat dunia, mengejar cita- cita dan mewujudkan impiannya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia bahwa pendidikan adalah kunci kesuksesan sehingga penting khususnya di negara-negara berkembang untuk meningkatkan baik kualitas maupun jumlah anak-anak yang mengenyam bangku sekolah. Anak-anak ini perlu mendapatkan pendidikan berkualitas agar mereka siap menghadapi beragam kesempatan dan tantangan pada abad ke-21 Wardani, 2014. Karena begitu pentingnya pendidikan maka Indonesia terus melakukan pembenahan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu pembenahan yang dilakukan adalah perubahan kurikulum yang terjadi saat ini. Perubahan kurikulum ini dilakukan dalam rangka untuk dapat mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia Kemdikbud, 2013. Perubahan ini merupakan salah satu cara untuk mensukseskan tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara khusus perubahan ini juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kurikulum 2013 menyebutkan tentang standar kompetensi lulusan yang berisi kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengalami pembelajaran yaitu aspek sikap spiritual dan sosial, aspek pengetahuan dan aspek ketrampilan. Untuk mendukung pencapaian kompetensi tersebut, dalam kurikulum 2013 terdapat perubahan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada pendekatan scientifikilmiah. Pendekatan scientifik ini memuat lima langkah dalam pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Mengkomunikasikan merupakan langkah akhir pada pendekatan ini. Proses pembelajaran pada pendekatan scientifik ini diharapkan dapat menumbuhkan lima kemampuan matematis yaitu kemampuan pemahaman, penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan Depdiknas, 2006. Kemampuan komunikasi ini merupakan salah satu bagian dari lima kemampuan yang harus dimiliki siswa. Dalam Kurikulum 2006 maupun Kurikulum 2013 kemampuan komunikasi selalu diangkat sebagai salah satu kemampuan yang diharapkan dari setiap peserta didik. Oleh karena itu kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dikuasai oleh peserta didik. Dalam hal ini matematika bukan hanya sebagai alat bantu berpikir, menemukan pola menyelesaikan masalah tetapi sebagai bahasa untuk mengkomunikasikan ide. Ontario Ministry of Education 2005 juga menyatakan bahwa komunikasi matematika merupakan proses esensial pembelajaran matematika karena melalui komunikasi, siswa merenungkan, memperjelas dan memperluas ide dan pemahaman mereka tentang hubungan dan argumen matematika. Barrody 1993 juga mengemukakan alasan pentingnya pembelajaran berfokus pada komunikasi yaitu: 1. Mathematics is essentially a language : matematika bukan hanya sekedar alat bantu berfikir, alat menemukan pola, menyelesaikan masalah atau membuat kesimpulan. Matematika juga merupakan alat Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang tak ternilai harganya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas tepat dan ringkas. 2. Mathematics and mathematics learning are, at heart, social activities : sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa seperti komunikasi antara guru dan siswa yang berguna untuk mengembangkan potensi matematis siswa. Selain itu kemampuan komunikasi siswa dalam belajar menjadi standar utama dalam pembelajaran matematika yang termuat dalam Standar National Council of Teachers of Mathematics NCTM, 2000. Peserta didik diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan idegagasansolusi tentang masalah matematika dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan dengan lebih optimal. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Pugalee 2011 yaitu bahwa siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen atas setiap jawaban serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi lebih bermakna baginya. Untuk mendukung tercapainya kemampuan komunikasi yang baik, dibutuhkan suatu proses pemahaman yang cukup baik pula. Seseorang perlu memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang hendak ia komunikasikan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa seseorang akan memiliki kemampuan komunikasi yang baik apabila ia memahami materi tersebut dengan baik pula. Seperti yang dikemukakan Albert Einsten brainyquotes. com yaitu: “if you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough”. Maksudnya bahwa seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan baiksederhana apabila ia memahami dengan sangat baik tentang sesuatu yang hendak ia jelaskan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi seseorang sangat terkait dengan pemahaman yang dimiliki oleh orang tersebut. Oleh karena itu kemampuan pemahaman dibutuhkan untuk menunjang kemampuan komunikasi mereka. Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selain kemampuan pemahaman, ada satu hal lagi yang tidak kalah penting dalam mendukung kemampuan komunikasi yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri. Keyakinan ini penting dimiliki siswa guna menunjang kemampuan komunikasi. Terkadang siswa kurang yakin dalam mengkomunikasikan ide padahal siswa tersebut mampu melakukannya. Untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi yang baik, siswa harus memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjelaskan kepada orang lain tentang apa yang ada dalam pikirannya. Dalam usaha untuk mengasah kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy ini dibutuhkan suatu carametode pengajaran yang dianggap mampu menjawab tantangan ini. Pengembangan metode ini terus dilakukan seiring berkembangnya kurikulum dan situasi yang ada. Guru diharapkan mampu memilih, menggabungkan, menggunakan dan mengembangkan beberapa metodependekatanstrategi pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada, guna dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini dilakukan karena tidak ada satu pun metode pembelajaran yang paling baik yang dapat dilakukan. Oleh karena itu guru maupun calon guru diharapkan dapat selalu melakukan inovasi sebagai usaha mengasah kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan diantaranya Subagiana 2009, Anggraeni 2012 dan Hendriana 2009 dimana penelitian ini menerapkan suatu metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa. Berdasarkan hasil penelitian Subagiyana, peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran TAI Teams Assisted Individualization dengan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa dengan pembelajaran konvensional. Namun hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut masih belum sesuai dengan yang diharapkan, karena hasil peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi di kelas eksperimen masih tergolong rendah yaitu 9,45 Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 39,38 dan 8,25 34,38 dari skor ideal 24. Demikian pula hasil penelitian Anggraeni menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang mendapat pembelajaran FLSC Formulate-Share- Listen-Create lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan pemahaman dan komunikasi di kelas eksperimen berturut-turut sebesar 49,75 dan 50,63. Peningkatan ini tergolong dalam kategori sedang. Hal yang sama juga terjadi dalam penelitian Hendriana dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi siswa dan kepercayaan diri dengan pembelajaran Metaphorical Thinking tergolong dalam kategori sedang dengan skor pemahaman 26,46 skor ideal 40, skor komunikasi 17,46 skor ideal 30 dan skor kepercayaan diri sebesar 137,64 skor ideal 200. Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa dengan beberapa pendekatan, ternyata masih menunjukkan hasil yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari prosentase peningkatan dan pencapaian dari setiap kemampuan. Oleh karena itu peneliti ingin mencoba untuk menerapkan model lain sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy . Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan rujukan bagi guru adalah matematisasi berjenjang Susento, 2007. Model pembelajaran ini dikembangkan dengan memadukan beberapa pendekatan yaitu pendekatan kontekstual, pendekatan pembelajaran berbasis masalah, pendekatan kooperatif, pendekatan konvensional dan pendekatan pendidikan realistik. Selain itu model ini menjadi wadah bagi prinsip-prinsip didaktis yang baru yaitu 1 proses reinvensi terbimbing dalam kegiatan belajar matematika, 2 masalah kontekstual sebagai titik pangkal starting point pembelajaran, dan 3 pendayagunaan kelas kooperatif dalam pengelolaan belajar di kelas. Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Model pembelajaran lain yang dapat digunakan adalah model pembelajaran matematisasi berjenjang, dimana kegiatan pembelajaran untuk suatu topik matematika merupakan proses matematisasi berjenjang yang terdiri atas jenjang-jenjang kegiatan enaktif, kegiatan ikonik, kegiatan simbolik, dan kegiatan formal. Pada kegiatan enaktif siswa diberikan kegiatan berupa pemecahan masalah kontekstual yang melibatkan gerak anggota badan tindakan fisik dan benda-benda konkret. Kegiatan ikonik siswa diberikan kegiatan pendeskripsian dan pemecahan masalah kontekstual yang melibatkan model gambar yang dapat berupa skema atau gambaran situasi. Selanjutnya, dalam kegiatan simbolik siswa diharapkan dapat mendeskripsikan dan memecahkan masalah kontekstual dengan menggunakan lambang, istilah atau cara temuan sendiri yang menyatakan penalarannya. Kegiatan yang terakhir adalah kegiatan formal, yaitu kegiatan pemecahan masalah matematis yang menggunakan istilah, lambang, dan cara baku dalam matematika formal. Dalam model matematisasi berjenjang, guru perlu mengawali pembelajaran dengan kegiatan pemecahan masalah kontekstual dan secara bertahap masuk ke tingkat matematika formal Susento Rudhito, 2008. Model matematisasi berjenjang menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran dan proses pembelajarannya sesuai dengan jenjang yang diberikan. Proses pembelajaran dilakukan dalam empat tahap dimana tahapan ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak langsung menuju pada sesuatu yang abstrak, tidak langsung menuju pada rumus atau definisi. Tetapi pembelajaran dimulai dari sesuatu yang dikenal siswa, kemudian bayangan dari benda nyata, penggunaan simbol dan barulah masuk pada tahap abstrak. Dengan tahapan ini diharapkan dapat membuat matematika menjadi lebih bermakna dan menjadikan siswa lebih memahami materi yang diberikan oleh guru, sehingga diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik. Penggunaan masalah kontekstual sebagai titik awal dalam pembelajaran ini merupakan prinsip didaktis yang pertama. Selain menggunakan masalah kontekstual dan empat tahapan, model ini juga Klara Iswara Sukmawati, 2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan kelas kooperatif dalam penerapannya. Hal ini diharapkan agar siswa mempunyai waktu untuk berdiskusi, bertukar pendapat, belajar untuk mendengarkan teman, berkomunikasi atau menyampaikan ide dan belajar untuk yakin dengan kemampuan dirinya. Dengan adanya kelas kooperatif ini siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan komunikasi dan self-efficacy yang lebih baik. Penggunaan kelas kooperatif dalam pelaksanaan pembelajaran merupakan prinsip didaktis yang kedua. Prinsip didaktis yang ketiga adalah adanya reinvensi terbimbing yang dilakukan pada saat proses pembelajaran. Reinvensi terbimbing ini dilakukan dengan maksud agar siswa dapat seolah-olah menemukan konsep dengan sendirinya seperti penemu. Siswa dapat bertanya atau meminta bantuan kepada guru maupun teman dalam satu kelompok. Dengan menemukan konsep tersebut, diharapkan konsep lebih tertanam kuat dalam diri siswa. Apabila konsep dapat tertanam kuat, diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman, komunikasi matematika dan self-efficacy yang lebih baik. Dari penerapan 3 prinsip didaktis dalam model matematisaasi berjenjang ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa. Dari uraian di atas maka peneliti ingin mengambil judul Penerapan Matematisasi Berjenjang Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP.

B. Rumusan Masalah