Mataair Pola Budidaya PertanamanVegetasi

6 Jurnal Alami ISSN : 2548-8635, Vol. 1, No. 1, Tahun 2017

3.2.5. Mataair

Mataair terbentuk pada bagian atas dan tengah bukit Telagalele. Mataair tersebut terlihat jelas termasuk dilihat dari jarak jauh setelah kejadian bencana tanah longsor. Dari kejauhan terlihat adanya torehan-torehan pada tebing longsor membentuk alur-alur baik di bagian bawah mahkota longsor di bagian barat maupun timur. Keberadaan mataair termasuk sangat berpengaruh terhadap kejenuhan batuan yang dilaluinya. Curah hujan yang ekstrim yang terjadi terus-menerus menyebabkan debit mataair tersebut juga membesar, sehingga soil hasil pelapukan batuan yang dilaluinya menjadi semakin cepat jenuh. Aliran air yang berasal dari mataair Gambar 9. Aliran Air yang Mengalir dari Mataair yang Berasal Bagian Atas dan Tengah Mahkota Longsor yang Terpotong Topograinya Pada bagian tengah bukit juga nampak aliran air yang mengalir liar terbuang ke bawah melewati alur alami di antara reruntuhan tanah pasca terjadinya longsor setelah hari ke-5 pasca longsor, dan makin ke bawah makin besar mengalir ke sungai di bagian barat yang debitnya cukup besar. Sementara itu lahan pada kaki bukit ditunjang oleh sistem drainase yang sekaligus berfungsi sebagai saluran irigasi untuk budidaya pertanian padi sawah Soewandita, 2015.

3.2.6. Pola Budidaya PertanamanVegetasi

Meskipun merupakan perbukitan dengan kelerengan yang tergolong curam hingga sangat curam, perbukitan di sekitar lokasi kejadian bencana longsor telah dimanfaatkan untuk budidaya tanaman. Dari segi aspek konservasi tanah, lahan dengan kelerengan 45 sangat curam tidak cocok untuk budidaya tanaman dan harus merupakan kawasan konservasilindung. Namun apabila dilihat dari areal terdampak longsor morfologi lahan pada kaki bukit relatif mempunyai kemiringan lereng kurang dari 45. Pada lahan ini dimanfaatkan untuk persawahan padi sawah pada kaki bukit hingga pertengahan dan pada kawasan yang lebih atas upland, lahan dimanfaatkan untuk pertanian tegalan dan pola pertanian agroforestry. Pola pertanaman tegalan yaitu dengan tanaman jagung, kacang panjang, singkong, rumput gajah dan tanaman kobis. Pada pola pertanian tegalan beberapa petakan lahan disisipkandiselingi juga pertanaman kayu pohon seperti secara kebanyakan tanaman sengon. Beberapa jenis pertanaman kayu juga terdapa tanaman Jabon seperti yang terdapat di sebelah timur kawasan terdampak. Pola agroforestry juga telah diterapkan pada lahan kawasan pertengahan bukit dan bagian puncakupland. Nampak pertanaman agroforestry adalah tanaman kopi dan sengon atau tanaman salak dan sengon. Pola campuran seperti tegalan dan kebun campuran juga nampak pada bagian upland seperti pola pertanaman arensagu, sengon, nangka, pisang dan jagung. Sistem pengelolaan lahan dari bagian bawah hingga upland telah menerapkan sistem terasering dengan tujuan untuk konservasi tanah Soewandita, 2015. Gambar 10. Pola Budidaya Pertanaman Sawah Tadah Hujan, Tegalan dan Agroforesty di Sekitar Mahkota Longsor 7 Jurnal Alami ISSN : 2548-8635, Vol. 1, No. 1, Tahun 2017

3.2.7. Aktivitas Manusia