II - 47
L A
K
RINTANGAN KEDALAMAN KONSTAN
TITIK YANG DITINJAU ARAH GELOMBANG
PUNCAK GELOMBANG
B B
r
Gambar 2.16 . Difraksi Gelombang
2.2.6 Gelombang Laut Dalam Ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep gelombang laut dalam ekivalen. Pemakaian gelombang ini bertujuan untuk
menetapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difraksi dan transformasi lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan deformasi gelombang dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Tinggi gelombang laut dalam ekivalen diberikan oleh bentuk :
H’ = K’ K
r
H ……………………………………………………….2.63
dengan : H’
= tinggi gelombang laut dalam ekivalen
II - 48
H = tinggi gelombang laut dalam
K’ = koefisien difraksi K
r
= koefisien refraksi. Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan analisis
gelombang pecah, kenaikan runup gelombang, limpasan gelombang dan proses lain.
2.2.7 Refleksi Gelombang.
Gelombang yang mengenai atau membentur suatu bangunan akan di pantulkan sebagian atau seluruhnya. Refleksi gelombang di dalam pelabuhan akan
menyebabkan ketidak-tenangan di dalam perairan pelabuhan. Fluktuasi muka air ini akan menyebabkan gerakan kapal-kapal yang ditambat, dan dapat
menimbulkan tegangan yang besar pada tali penambat. Untuk mendapatkan ketenangan di kolam pelabuhan maka bangunan-bangunan yang ada di pelabuhan
harus bisa menyerap atau menghancurkan gelombang. Suatu bangunan yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu bata akan bisa menyerap
energi gelombang lebih banyak dibandingkan dengan bangunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus, dan dinding tidak elastis, gelombang akan
dipantulkan seluruhnya .
Gambar 2.17 adalah bentuk profil muka air di depan bangunan vertikal.
Besar kemampuan suatu benda memantulkan gelombang diberikan oleh koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang refleksi H
r
dan tinggi gelombang datang H
i
:
X =
i r
H H
………………………………………………………………………......
2.64 Sedangkan besarnya koefisien refleksi dapat dilihat pada Tabel 2.11
II - 49
h
d H
H SWL
Puncak Klapotis Elevasi Rerata Klapotis
Lembah Klapotis
Gambar 2.17 . Profil Muka Air di Depan Bangunan Vertikal
Tabel 2.11. Koefisien Refleksi.
Tipe Bangunan X
Dinding vertikal dengan puncak di atas air 0,7 – 1,0
Dinding vertikal dengan puncak terendam 0,5 – 0,7
Tumpukan batu sisi miring 0,3 – 0,6
Tumpukan blok beton 0,3 – 0,5
Bangunan vertikal dengan peredam energi diberi lobang 0,05 – 0,2
Sumber: Bambang Triatmodjo, 1996.
Gerak gelombang di depan dinding vertikal yang dapat memantulkan gelombang dengan sempurna yang mempunyai arah tegak lurus
pada dinding dapat ditentukan dengan superposisi dari dua gelombang yang mempunyai karakteristik sama tetapi arah penjalarannya berlawanan. Superposisi
dari kedua gelombang tersebut menyebabkan terjadinya standing wave atau klapotis. Untuk gelombang amplitudo kecil, fluktuasi muka air :
II - 50
cos 2
t kx
H
i i
σ η
− =
……………………………………………………………
2.65
dan gelombang refleksi :
cos 2
t kx
H X
i i
σ η
− =
………………………………………………………
2.66 Profil muka air di depan bangunan diberikan oleh jumlah
i
η dan
r
η :
cos 2
cos 2
t kx
H X
t kx
H
i i
r i
σ σ
η η
η
− +
− =
+ =
= 1+X
t kx
H
i
σ
cos cos
2
……………………………………………………
2.67 Apabila refleksi adalah sempurna
X = 1 maka : t
kx H
i
σ η
cos cos
= Persamaan tersebut menunjukkan fluktuasi muka air gelombang
klapotis standing wave yang periodik terhadap waktu t dan terhadap jarak x.
Apabila cos kx = cos σt = 1 maka tinggi maksimum adalah 2H
i
yang berarti bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertikal bisa mencapai dua kali tinggi
gelombang datang.
2.2.8 Gelombang Pecah.