Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menghantarkan pada topik penelitian. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan, manfaat serta sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Penelitian
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja individu mengalami berbagai perubahan, baik
fisik maupun psikis. Pada masa remaja, perasaan mereka lebih peka, sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya.
Remaja menjadi seseorang yang sangat mempedulikan dirinya sendiri sehingga tidak menyukai hal-hal yang menggangu diri para remaja. Remaja dalam
menghadapi masa transisi ini sering kehilangan kontrol diri, oleh karena itu salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah memperkuat
self-control
kemampuan mengendalikan diri Havighurst Yusuf, 2008: 25-26. Seiring dengan tugas perkembangan remaja Phares dan Lefcont Febrianti,
2005 mengemukakan, beberapa penelitian membuktikan individu yang memiliki orientasi letak kendali internal kendali diri lebih berhasil mengarahkan
perhatiannya, lebih selektif terhadap stimulus dan lebih sensitif terhadap tugas. Individu yang memiliki kecenderungan internal kendali diri memiliki level
aspirasi yang lebih tinggi, lebih terlibat dengan lingkungan tempat mereka berada, mandiri, mampu menahan perasaan dan keinginan sesaat demi tujuan jangka
panjang, bertanggung jawab, berdaya juang tinggi, dan tekun. Hurlock 2004: 225 menjelaskan individu yang memiliki kontrol diri
memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma, adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tuntutan lingkungan masyarakat
dimana ia tinggal, emosinya tidak lagi meledak-ledak dihadapan orang lain,
1
Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima.
Menurut Cavanagh dan Justin 2002: 211-212 orang yang kurang memadai pengendalian diri telah gagal untuk menguasai dua tugas perkembangan yang
penting. Dua tugas perkembangan tang penting yang dimaksud adalah individu tidak bisa mengatur dirinya sendiri, dan individu mudah dikuasai atau terpengaruh
oleh lingkungan. Apabila remaja yang berada pada masa transisi mampu mengendalikan diri
tentu saja remaja akan menjalani kehidupannya dengan tentram dan dapat diterima oleh lingkungannya. Keadaan sebaliknya apabila remaja tidak dapat
mengendalikan diri maka remaja tersebut akan cenderung melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Hasil penelitian Lestari 2006: 69 terhadap siswa Kelas 2 SMA Pasundan 2 Bandung menunjukkan, kendali diri memberi kontribusi positif terhadap
kedisiplinan siswa di sekolah sebesar 27,2. Dalam hal ini diketahui kendali diri merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap diri siswa terutama dalam
hal kedisiplinan di sekolah, kedisiplinanpun akan berdampak terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Jadi salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan
siswa dalam melakukan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah adalah adanya kemampuan pengendalian diri.
Banyak kasus terjadi di kalangan remaja yang cenderung merupakan perilaku menyimpang siswa yang disebabkan oleh kurangnya pengendalian diri. Contoh
kasus, seorang siswa SMK yang menyiram air keras di dalam bis karena marah kepada siswa yang menjadi musuh sekolahnya sehingga terdapat 14 korban yang
terkena air keras dan menderita luka Tribun News, 2013. Kasus lain adalah tawuran antar pelajar SMK di Karawang yang menewaskan satu orang pelajar
karena ditusuk menggunakan pisau Karawang News, 2013. Hasil penelitian Lestari 2009 menggambarkan kualitas pengendalian diri
siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 20082009 dari sampel yang diteliti yang berjumlah 35 orang menyatakan, kualitas kendali diri siswa termasuk
Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam kategori sedang, artinya belum semua siswa dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Terdapat sebagian siswa telah mampu mengendalikan dirinya
dengan baik namun jumlah siswa yang tidak dapat mengendalikan dirinya dengan baik tidak sedikit.
Pada
setting
sekolah terdapat juga kasus pelanggaran yang dilakukan oleh remaja terutama terhadap peraturan sekolah. Pelanggaran tersebut dapat dikatakan
serius karena telah mengarah pada penyimpangan norma agama dan norma sosial, seperti perkelahian antara pelajar tawuran, perkelahian siswa dengan guru,
penggunaan obat-obat terlarang, membaca atau melihat majalah dan
video
porno, berbicara kasar atau kotor, dan kasus lainnya. Perilaku yang tidak disiplin
memengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah maupun masyarakat. Sesuai dengan penjelasan Bhave Saini 2009: 3 mengatakan
manusia perlu mempelajari bagaimana cara mereka mengendalikan emosinya agar dapat beradaptasi dengan baik.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 2 Batusangkar,
terdapat beberapa siswa yang kurang mampu mengendalikan diri, terutama dari segi kedisiplinan terhdap peraturan sekolah, contoh tindakan siswa yang kurang
mampu mengontrol diri adalah terjadinya perkelahian antar pelajar yang menyebabkan cidera, memecahkan kaca sekolah, dan pencurian.
Untuk melengkapi data studi pendahuluan diperoleh juga data melalui penyebaran angket, diperoleh gambaran profil umum pengendalian diri siswa
kelas VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun Ajaran 20142015 yang berjumlah 226 siswa yaitu: sebanyak 33 siswa 14,60 dari jumlah subjek penelitian berada
pada kategori tinggi. Sebanyak 163 siswa 72,12 dari jumlah subjek penelitian berada pada kategori sedang, sebanyak 30 siswa 13,27 dari jumlah subjek
penelitian berada pada kategori rendah. Berdasarkan persentase tersebut, profil umum komunikasi interpersonal siswa kelas X VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun
Ajaran 20142015 berada pada kategori sedang. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kebutuhan
Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan pengendalian diri siswa, berikut dipaparkan gambaran persentase berdasarkan aspek dari persentase
terendah, sebagai berikut: aspek Kontrol perilaku
Behavior Control
sebesar 10,62, aspek kontrol keputusan
Decisional Control
sebesar 13,27, aspek Kontrol kognitif
Cognitive Control
sebesar 15,93. Gambaran persentase setiap indikator dari tiga aspek pengendalian diri
siswa, sebagai berikut: pada aspek Kontrol perilaku
Behavior Control
, 1 Mengatur pelaksanaan sebesar 14,16, 2 Memodifikasi stimulus sebesar 9.
Pada aspek kontrol keputusan
Decisional Control
, 1 Memperoleh Informasi sebesar 19 2 Melakukan penilaian sebesar 16. Pada aspek Kontrol kognitif
Cognitive Control
, 1 Memilih tindakan sebesar 16, 2 Memilih hasil sebesar 11.
Terdapat 13,27 yang berjumlah 30 siswa berada pada kategori rendah. Siswa yang berada pada kategori rendah ini tidak dapat dibiarkan. Pratt Cullen
Higgins, 2007 dalam penelitiannya menjelaskan, sebagian besar penelitian empiris menunjukkan rendahnya pengendalian diri memiliki hubungan dengan
perilaku kriminal. Beriringan dengan hal itu Veral Moon 2011 meneliti sekelompok remaja, hasil penelitiannya menunjukkan rendahnya pengendalian
diri umumnya secara signifikan berhubungan dengan perilaku menyimpang. Chapple, Hope, dan Whiteford 2005 menjelaskan kontrol diri juga
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, dalam menangani anak yang terpengaruh oleh narkoba. Orang tua yang bagus pola asuhnya maka anaknya akan mampu
mengendalikan diri terhadap pengaruh narkoba. Namun pola asuh orang tua yang kurang baik cenderung anaknya terpengaruh oleh narkoba.
Guru Bimbingan dan konseling berperan penting mengetahui keadaan pengendalian diri siswa dan diperlukan solusi yang dapat meningkatkan
pengendalian diri siswa yang masih rendah. Bandura Wagner, 2007 menyebutkan banyak perilaku, baik dan buruk adalah belajar dengan meniru
perilaku orang lain. Siswa berperilaku melanggar norma dapat terjadi karena melihat lingkungan yang tidak baik. Salah satu cara yang dapat digunkan melalui
Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
teknik
modeling
atau cara pemodelan terhadap siswa.
Modeling
merupakan salah satu teknik yang diimplementasikan dari teori belajar sosial, teori belajar sosial dipelopori oleh Albert Bandura. Teori belajar
sosial menjelaskan perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kogntif, perilaku, pengaruh lingkungan. Belajar melalui
modeling
mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya
Melalui pemodelan remaja dapat memperoleh informasi secara langsung baik melalui penghadiran model langsung atau pun melaui simbol-simbol. Remaja
yang diberikan model, dapat mengambil benang merah sendiri dari peristiwa atau fenomena yang disajikan kepadanya.
Menurut literatur, teknik pemodelan pernah digunakan untuk mengatasi
perilaku kenakalan pada remaja
juvenile delinquent
, fobia, depresi, serta perilaku agresif Krumboltz dan Thoresen, 1976. Beberapa perilaku yang
dipaparkan berkaitan langsung dengan pengendalian diri, oleh karena itu pemodelan dipandang tepat digunakan untuk meningkatkan pengendalian diri.
Inti dari teknik modeling adalah seseorang akan memperoleh sejumlah tingkah laku, pikiran dan perasaan dengan mengobservasi atau mengamati perilaku orang
lain.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian