Keragaan Industri dan Analisis Distribusi Optimal Gula Pasir di Indonesia
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANLAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
kurang efisien. Karenanya pemerintah menetapkan kebijaksanaan
untuk
mengembangkan industri gula di luar Jawa.
Daerah sumber gula pasir di Indonesia adalah ibukota dari propinsi-propinsi
yang memiliki pabrik gula pasir dan atau menjadi pelabuhan tujuan dari irnpor gula
pasir. Kota-kota tersebut adalah Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung,
Semarang, Yogya, Surabaya Banjarmasin, Menado dan Ujungpandang. Sedangkan
daerah-daerah tujuamya adalah seluruh ibukota propinsi di Indonesia. Daerah
sumber terbesar adalah Surabaya, yang sekaligus merupakan daerah yang benarbenar surplus dalam penawaran gula pasir pada saat ini, sedang yang terkecil
adalah Menado. Pada sumber dummy, umurnnya tidak ada jumlah yang dikirim
atau diterima oleh daerah sumber dan tujuan. Tapi dari hasil pengolahan data ada
yang dikirim ke Banda Aceh (sebesar 30 870 ton), Pekanbaru (sebesar 4 530.7 ton)
dan Jayapura (sebesar 24 599.3 ton). Hal ini mengindikasikan bahwa didaerah
tersebut terjadi kekurangan pasokan gula sebesar jumlah tersebut dan h a m dikirim
dari daerah tertentu di sekitar wilayahnya, karena dengan pola distribusi yang
dilahkan oleh Bulog selama ini ternyata belum cukup efisien.
Pola distribusi gula pasir yang optimum memilii nilai fungsi tujuan 6.5
milyar rupiah. Sedangkan dengan alokasi yang dilakukan oleh Bulog tahun 1995
yang laly besarnya biaya adalah 7.7 milyar rupiah. Selisih niiai yang c u h p besar
ini (16 persen) menunjukkan bahwa pola distribusi yang dilakukan oleh Bulog
belum c u h p efisien dan masih dapat diperbaiki, sehingga terjadi perubahan pola
pengiriman. Masalah dalam efisiensi distribusi gula pasir diantaranya adalah masih
terpusatnya pabrik-pabrik gula di daerah-daerah tertentu di Indonesia, perbedaan
waktu antara produksi dan konsumsi, panjangnya rantai tataniaga dan struktur
pasar yang tidak bersaing sempuma.
Kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah tidak membatasi
jumlah peuyalur, menarik investor swash, membangun pelabuhan di daerah-daerah
yang jauh dari sentra prodpksi agar dapat menjadi pelabuhan tujuan impor, dengan
serta menciptakan sistem harga yang menarik sehingga petani berminat untuk
menanam tebu.
Beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan masalah keragaan
industri gula dan efisiensi distribusi gula pasir antara lain perlu dilakukan
modifikasi atas Inpres No.9 Tahun 1975 agar kembali kepada tujuan utamanya
yaitu menjadikan petani sebagai tuan diatas tanahnya sendiri, upaya peningkatan
produktivitas pabrik gula yang masih untung dan kebijahnaan yang menunjang
perbaikan efisiensi sistem tataniaga gula pasir beserta seluruh sub sistemnya.
Sedangkan untuk menangani pabrik gula yang tidak efisien dapat dilakukan
peniduran pabrik gula secara bertahap, amalgamasi dari beberapa pabrik gula kecil,
dan relokasi pabrik gula ke luar Jawa.
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
GULA PASIR DI INDONESIA
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mernperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 1 Desember 1973 di Bandung dan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Ir. H. Soewarto (alm.) dan
Drg. H. Ratna Farida, MS.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di SD
KPBD, Jakarta. Selanjutnya menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Islam Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta pada tahun 1989 dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Yogyakarta pada tahun 1992.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN, dan setahun kemudian menjadi mahasiswa pada Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra universiter dan menjadi asisten l u x
biasa pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi.
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANLAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
kurang efisien. Karenanya pemerintah menetapkan kebijaksanaan
untuk
mengembangkan industri gula di luar Jawa.
Daerah sumber gula pasir di Indonesia adalah ibukota dari propinsi-propinsi
yang memiliki pabrik gula pasir dan atau menjadi pelabuhan tujuan dari irnpor gula
pasir. Kota-kota tersebut adalah Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung,
Semarang, Yogya, Surabaya Banjarmasin, Menado dan Ujungpandang. Sedangkan
daerah-daerah tujuamya adalah seluruh ibukota propinsi di Indonesia. Daerah
sumber terbesar adalah Surabaya, yang sekaligus merupakan daerah yang benarbenar surplus dalam penawaran gula pasir pada saat ini, sedang yang terkecil
adalah Menado. Pada sumber dummy, umurnnya tidak ada jumlah yang dikirim
atau diterima oleh daerah sumber dan tujuan. Tapi dari hasil pengolahan data ada
yang dikirim ke Banda Aceh (sebesar 30 870 ton), Pekanbaru (sebesar 4 530.7 ton)
dan Jayapura (sebesar 24 599.3 ton). Hal ini mengindikasikan bahwa didaerah
tersebut terjadi kekurangan pasokan gula sebesar jumlah tersebut dan h a m dikirim
dari daerah tertentu di sekitar wilayahnya, karena dengan pola distribusi yang
dilahkan oleh Bulog selama ini ternyata belum cukup efisien.
Pola distribusi gula pasir yang optimum memilii nilai fungsi tujuan 6.5
milyar rupiah. Sedangkan dengan alokasi yang dilakukan oleh Bulog tahun 1995
yang laly besarnya biaya adalah 7.7 milyar rupiah. Selisih niiai yang c u h p besar
ini (16 persen) menunjukkan bahwa pola distribusi yang dilakukan oleh Bulog
belum c u h p efisien dan masih dapat diperbaiki, sehingga terjadi perubahan pola
pengiriman. Masalah dalam efisiensi distribusi gula pasir diantaranya adalah masih
terpusatnya pabrik-pabrik gula di daerah-daerah tertentu di Indonesia, perbedaan
waktu antara produksi dan konsumsi, panjangnya rantai tataniaga dan struktur
pasar yang tidak bersaing sempuma.
Kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah tidak membatasi
jumlah peuyalur, menarik investor swash, membangun pelabuhan di daerah-daerah
yang jauh dari sentra prodpksi agar dapat menjadi pelabuhan tujuan impor, dengan
serta menciptakan sistem harga yang menarik sehingga petani berminat untuk
menanam tebu.
Beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan masalah keragaan
industri gula dan efisiensi distribusi gula pasir antara lain perlu dilakukan
modifikasi atas Inpres No.9 Tahun 1975 agar kembali kepada tujuan utamanya
yaitu menjadikan petani sebagai tuan diatas tanahnya sendiri, upaya peningkatan
produktivitas pabrik gula yang masih untung dan kebijahnaan yang menunjang
perbaikan efisiensi sistem tataniaga gula pasir beserta seluruh sub sistemnya.
Sedangkan untuk menangani pabrik gula yang tidak efisien dapat dilakukan
peniduran pabrik gula secara bertahap, amalgamasi dari beberapa pabrik gula kecil,
dan relokasi pabrik gula ke luar Jawa.
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
GULA PASIR DI INDONESIA
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mernperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 1 Desember 1973 di Bandung dan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Ir. H. Soewarto (alm.) dan
Drg. H. Ratna Farida, MS.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di SD
KPBD, Jakarta. Selanjutnya menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Islam Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta pada tahun 1989 dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Yogyakarta pada tahun 1992.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN, dan setahun kemudian menjadi mahasiswa pada Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra universiter dan menjadi asisten l u x
biasa pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi.
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANLAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
kurang efisien. Karenanya pemerintah menetapkan kebijaksanaan
untuk
mengembangkan industri gula di luar Jawa.
Daerah sumber gula pasir di Indonesia adalah ibukota dari propinsi-propinsi
yang memiliki pabrik gula pasir dan atau menjadi pelabuhan tujuan dari irnpor gula
pasir. Kota-kota tersebut adalah Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung,
Semarang, Yogya, Surabaya Banjarmasin, Menado dan Ujungpandang. Sedangkan
daerah-daerah tujuamya adalah seluruh ibukota propinsi di Indonesia. Daerah
sumber terbesar adalah Surabaya, yang sekaligus merupakan daerah yang benarbenar surplus dalam penawaran gula pasir pada saat ini, sedang yang terkecil
adalah Menado. Pada sumber dummy, umurnnya tidak ada jumlah yang dikirim
atau diterima oleh daerah sumber dan tujuan. Tapi dari hasil pengolahan data ada
yang dikirim ke Banda Aceh (sebesar 30 870 ton), Pekanbaru (sebesar 4 530.7 ton)
dan Jayapura (sebesar 24 599.3 ton). Hal ini mengindikasikan bahwa didaerah
tersebut terjadi kekurangan pasokan gula sebesar jumlah tersebut dan h a m dikirim
dari daerah tertentu di sekitar wilayahnya, karena dengan pola distribusi yang
dilahkan oleh Bulog selama ini ternyata belum cukup efisien.
Pola distribusi gula pasir yang optimum memilii nilai fungsi tujuan 6.5
milyar rupiah. Sedangkan dengan alokasi yang dilakukan oleh Bulog tahun 1995
yang laly besarnya biaya adalah 7.7 milyar rupiah. Selisih niiai yang c u h p besar
ini (16 persen) menunjukkan bahwa pola distribusi yang dilakukan oleh Bulog
belum c u h p efisien dan masih dapat diperbaiki, sehingga terjadi perubahan pola
pengiriman. Masalah dalam efisiensi distribusi gula pasir diantaranya adalah masih
terpusatnya pabrik-pabrik gula di daerah-daerah tertentu di Indonesia, perbedaan
waktu antara produksi dan konsumsi, panjangnya rantai tataniaga dan struktur
pasar yang tidak bersaing sempuma.
Kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah tidak membatasi
jumlah peuyalur, menarik investor swash, membangun pelabuhan di daerah-daerah
yang jauh dari sentra prodpksi agar dapat menjadi pelabuhan tujuan impor, dengan
serta menciptakan sistem harga yang menarik sehingga petani berminat untuk
menanam tebu.
Beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan masalah keragaan
industri gula dan efisiensi distribusi gula pasir antara lain perlu dilakukan
modifikasi atas Inpres No.9 Tahun 1975 agar kembali kepada tujuan utamanya
yaitu menjadikan petani sebagai tuan diatas tanahnya sendiri, upaya peningkatan
produktivitas pabrik gula yang masih untung dan kebijahnaan yang menunjang
perbaikan efisiensi sistem tataniaga gula pasir beserta seluruh sub sistemnya.
Sedangkan untuk menangani pabrik gula yang tidak efisien dapat dilakukan
peniduran pabrik gula secara bertahap, amalgamasi dari beberapa pabrik gula kecil,
dan relokasi pabrik gula ke luar Jawa.
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
GULA PASIR DI INDONESIA
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mernperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 1 Desember 1973 di Bandung dan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Ir. H. Soewarto (alm.) dan
Drg. H. Ratna Farida, MS.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di SD
KPBD, Jakarta. Selanjutnya menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Islam Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta pada tahun 1989 dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Yogyakarta pada tahun 1992.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN, dan setahun kemudian menjadi mahasiswa pada Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra universiter dan menjadi asisten l u x
biasa pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi.
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANLAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
kurang efisien. Karenanya pemerintah menetapkan kebijaksanaan
untuk
mengembangkan industri gula di luar Jawa.
Daerah sumber gula pasir di Indonesia adalah ibukota dari propinsi-propinsi
yang memiliki pabrik gula pasir dan atau menjadi pelabuhan tujuan dari irnpor gula
pasir. Kota-kota tersebut adalah Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung,
Semarang, Yogya, Surabaya Banjarmasin, Menado dan Ujungpandang. Sedangkan
daerah-daerah tujuamya adalah seluruh ibukota propinsi di Indonesia. Daerah
sumber terbesar adalah Surabaya, yang sekaligus merupakan daerah yang benarbenar surplus dalam penawaran gula pasir pada saat ini, sedang yang terkecil
adalah Menado. Pada sumber dummy, umurnnya tidak ada jumlah yang dikirim
atau diterima oleh daerah sumber dan tujuan. Tapi dari hasil pengolahan data ada
yang dikirim ke Banda Aceh (sebesar 30 870 ton), Pekanbaru (sebesar 4 530.7 ton)
dan Jayapura (sebesar 24 599.3 ton). Hal ini mengindikasikan bahwa didaerah
tersebut terjadi kekurangan pasokan gula sebesar jumlah tersebut dan h a m dikirim
dari daerah tertentu di sekitar wilayahnya, karena dengan pola distribusi yang
dilahkan oleh Bulog selama ini ternyata belum cukup efisien.
Pola distribusi gula pasir yang optimum memilii nilai fungsi tujuan 6.5
milyar rupiah. Sedangkan dengan alokasi yang dilakukan oleh Bulog tahun 1995
yang laly besarnya biaya adalah 7.7 milyar rupiah. Selisih niiai yang c u h p besar
ini (16 persen) menunjukkan bahwa pola distribusi yang dilakukan oleh Bulog
belum c u h p efisien dan masih dapat diperbaiki, sehingga terjadi perubahan pola
pengiriman. Masalah dalam efisiensi distribusi gula pasir diantaranya adalah masih
terpusatnya pabrik-pabrik gula di daerah-daerah tertentu di Indonesia, perbedaan
waktu antara produksi dan konsumsi, panjangnya rantai tataniaga dan struktur
pasar yang tidak bersaing sempuma.
Kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah tidak membatasi
jumlah peuyalur, menarik investor swash, membangun pelabuhan di daerah-daerah
yang jauh dari sentra prodpksi agar dapat menjadi pelabuhan tujuan impor, dengan
serta menciptakan sistem harga yang menarik sehingga petani berminat untuk
menanam tebu.
Beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan masalah keragaan
industri gula dan efisiensi distribusi gula pasir antara lain perlu dilakukan
modifikasi atas Inpres No.9 Tahun 1975 agar kembali kepada tujuan utamanya
yaitu menjadikan petani sebagai tuan diatas tanahnya sendiri, upaya peningkatan
produktivitas pabrik gula yang masih untung dan kebijahnaan yang menunjang
perbaikan efisiensi sistem tataniaga gula pasir beserta seluruh sub sistemnya.
Sedangkan untuk menangani pabrik gula yang tidak efisien dapat dilakukan
peniduran pabrik gula secara bertahap, amalgamasi dari beberapa pabrik gula kecil,
dan relokasi pabrik gula ke luar Jawa.
KERAGAAN INDUSTRI DAN ANALISIS DISTRIBUSI OPTIMAL
GULA PASIR DI INDONESIA
Oleh :
FARAH SOFA
A 29 0824
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mernperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 1 Desember 1973 di Bandung dan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Ir. H. Soewarto (alm.) dan
Drg. H. Ratna Farida, MS.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di SD
KPBD, Jakarta. Selanjutnya menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Islam Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta pada tahun 1989 dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Yogyakarta pada tahun 1992.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN, dan setahun kemudian menjadi mahasiswa pada Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra universiter dan menjadi asisten l u x
biasa pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi.