Perkembangan dan Prospek Konsumsi Gula Pasir di Indonesia

HENRI FITRIADI. Perkembangan dan Prospek Konsumsi Gula Pasir di
Indonesia. @i bawah bimbingan ISANG GONARSYAH).
Gula pasir merupakan sumber bahan pemanis dominan, baik untuk keperluan
konsumsi rumah tangga maupun untuk bahan baku industri makanan dan minuman.
Tiigkat konsumsi gula pasir di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan
negara-negara lain sehingga diperkirakan bahwa konsumsi gula pasir akan terus
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat.
Sejak dibebaskannya tataniaga gula pasir pada awal tahun 1998, maka harga
gula pasir ditentukan oleh mekanisme pasar. Berdasarkan penelitian terdahulu,
permintaan terhadap gula pasir relatif inelastis sehingga adanya fluktuasi terhadap
penawaran akan me~mbulkanfluktuasi harga gula pasir yang cukup besar di pasar.
Oleh karena itu ketersediaan gula pasir di pasar dalam jurnlah yang cukup untuk
memenuhi permintaan hams senantiasa dijaga. Kondisi ini dapat dicapai jika data dan
informasi konsumsi yang tersedia senantiasa dimutakhirkan melalui kajian secara
teratur.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis perkembangan konsumsi gula
pasir di Indonesia, baik konsumsi secara agregat, konsumsi di sektor rumah tangga
(desa-kota) maupun konsumsi di sektor industri, (2) menganalisis faktor-faktor yang
berpengamh terhadap konsumsi langsung gula pasir per kapita sektor rumah tangga,
serta (3) mernproyeksikan kebutuhan gula pasir di Indonesia periode 2000-2010.
Data yang digunakan untuk menganalisis konsumsi gula pasir oleh sektor rumah

tangga adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 1996 dan
1999. Wilayah survei mencakup seluruh propinsi di Indonesia, kecuali Timor-Timur.
Sedangkan analisis terhadap permintaan gula pasir oleh sektor industri menggunakan
data Statistik Industri Besar dan Sedang tahun 1980-1997 serta Tabel input-Output
Indonesia tahun 1985, 1990 dan 1995.

Model yang digunakan dalam menduga parameter-parameter dari permintaan
langsung gula pasir oleh rumah tangga adalah model yang dikembangkan Food and

Agn'cufture &g&ation

(FAO) yaitu model fog-inverse-fog Pendugaan fungsi

permintaan langsung gula pasir oleh rumah tangga dilakukan dengan model regresi
tergabung @ooled regression) dan model regresi terpisah. Metode yang digunakan
dalam menduga hngsi tersebut adalah metode OrdinaryLeast Square (OLS).
Konsumsi gula pasir secara agregat memperliiatkan kecenderungan yang
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kesejahteraan masyarakat
serta berkembangnya industri berbahan baku gula pasir. Namun peningkatan konsumsi
gula pasir tersebut belum dapat diibangi dengan peningkatan produksi.

Secara statistik tingkat permintaan (konsumsi) langsung gula pasir per kapita
untuk wilayah perdesaan umumnya dipengaruhi oleh peubah kebalikan pendapatan,
tingkat pendapataq harga gula pasir, harga gula merah, harga kopi, jumlah anggota
keluarga dan pendidiian istri. Sedangkan untuk wilayah perkotaan secara umum
dipengaruhi oleh peubah kebalikan pendapatan, harga gula pasir, harga gula merah,
harga kopi dan jumlah anggota keluarga.
Elastisitas pendapatan untuk seluruh wilayah bertanda positif, yang
menunjukkan bahwa konsumsi langsung gula pasir per kapita akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya pendapatan per kapita. NiIai elastisitas pendapatan untuk
wilayah perdesaan relatif lebii tinggi dibandingkan dengan nilai elastisitas pendapatan
untuk wilayah perkotaan baik untuk tahun 1996 maupun 1999.
Niai elastisitas harga gula pasir untuk seluruh wilayah di bawah satu artinya

gula pasir termasuk sebagai barang inelastis. Elastisitas harga gula pasir di wilayah
perdesaan l e b i rendah dibandiian dengan nilai elastisitas harga gula pasir di wilayah
perkotaan untuk tahun 1996 dan 1999.
Kemampuan gula merah untuk menggantikan gula pasir semakin kecil. Hal ini
tercermin dari nilai elastisitas silangnya yang cenderung semakin kecil. Daya substitusi
gula merah terhadap gula pasir lebih tinggi di wilayah perdesaan. Parameter dugaan


peubah harga kopi selumhnya bertanda negatif, sehingga disimpukan bahwa antara
gula pasir dan kopi bersiiat komplementer.
Naiknya jumlah anggota keluarga pada kelompok mmah tangga menyebabkan
anggaran mmah tangga untuk gula terpaksa dikurangi guna menutupi anggaran untuk
kebutuhan pokok laimya yang lebii penting misalnya beras, sehingga konsumsi gula
pasir per kapita menurun.
Perbedaan konsumsi antara kepala keluarga maupun istri yang berpendidiian SD
ke bawah dengan yang berpendidikan selainnya di d a y a h perdesaan lebih berkaitan
dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang semakin modem, serba cepat dan
praktis sehingga pola konsumsi pangan juga semakin mengarah pada komoditas
pangan jadi.
Jumlah gula pasir yang dibutuhkan per tahun dalam periode 2000-2010 berada
di atas angka 3 juta ton per tahun. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka jumlah
gula pasir yang dibutuhkan juga semakin besar.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perlu disertai
dengan usaha peningkatan penyediaan gula pasir. Ketersediaan gula pasir di pasar
dalam jumlah yang cukup harus senantiasa dijaga guna menghtndari fluktuasi harga
yang tajam mengingat jumlah gula pasir yang d i i t a semakin responsif terhadap
harga gula pasir temtama di daerah perdesaan Indonesia.
Adanya gejala depresiasi rupiah dan kecendemngan impor gula yang semakin

meningkat pada akhirnya akan menguras devisa negara yang cukup banyak untuk
mengimpor gula. Kecendemngan ini hendaknya semakin menguatkan tekad untuk
meningkatkan produksi gula nasional melalui upaya perbaikan produktivitas dan
efisiensi dengan sasaran kemandiian dan peningkatan daya saing industri gula nasional
dengan prioritas utama pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Diperlukan kebijakan yang kondusif untuk mengembangkan produksi pemanis
non gula yang tidak membahayakan kesehatan konsumen. Pada saat yang sama upaya
pemantauan, pendataan dan pengawasan mutu produk dan penggunaan bahan pemanis
sintetis perlu ditingkatkan.

PERNYATAAN

DENGAN INI, SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

MERWAKAN HASIL KARYA SENDIIU DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAl SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2000