Kedudukan Wanita Buruh Industri dan Kontribusinya untuk Keluarga (Kasus Wanita Buruh Industri di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN
KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA
(Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SULASTRI. Kedudukan Wanita Buruh lndustri dan Kontribusinya Untuk
Keluarga. (Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). ( Di bawah bimbingan TlTlK SUMARTI ).
Sejak beberapa tahun terakhir perkembangan industri di Indonesia terlihat
semakin pesat, dari tahun 1991 sampai tahun 1994 ada peningkatan sebesar
13.7% (BPS, 1996).
Peningkatan jumlah industri menyebabkan lapangan
pekerjaan sernakin rneluas, bukan hanya bagi tenaga kerja pria tetapi juga bagi
tenaga kerja wanita, meskipun hanya bekerja sebagai buruh. Tenaga kerja wanita
yang bekerja sebagai buruh industri meningkat sebesar 7% dari tahun 1993 sampai
tahun 1994 ( BPS,1996 ).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui karakteristik wanita yang
bekerja di sektor industri, (2) mengetahui jenis rnotivasi yang rnendorong wanita
bekerja di sektor industri dan (3) rnengetahui kontribusi yang diberikan wanita yang
bekerja di sektor industri untuk keluarganya.
Penelitian dilakukan di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober - November 1996.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja ( purposive ). Responden pada penelitian
ini terdiri dari wanita yang telah menikah dan bekerja sebagai buruh di industri
dengan kedudukan sebagai buruh harian dan buruh bulanan, dipilih dengan
rnenggunakan rnetode pernilihan sarnpel secara acak tidak proporsional. Total
responden dalarn penelitian ini adalah 40 orang, terdiri dar~20 orang buruh har~an
dan 20 orang buruh bulanan
Karakteristik wanita buruh industri yang diternui di Desa Tarrkolot adalah
urnur yang relatif rnuda yaitu antara 18 - 24 tahun (27.5%), antara 25
47.5% dan 25% berusia antara 32 - 44 tahun.
- 31 tahun
Pendidikan formal yang telah
ditamatkan wanita buruh industri sudah cukup tinggi yaitu 40% tamat SMTA, 27.5%
tamat SMTP dan 32.5% tamat SD. Pekerjaan pokok suami sangat beragam, jenis
pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai karyawan swasta non buruh pabrik
yaitu 42.5% dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah sebagai pegawai negeri
yaitu 2.5%. Penghasilan suami bervariasi sesuai dengan jenis pekerjaan suami.
Ada sebanyak 40% penghasilan suami responden antara Rp 150.000 200.0001bulan, 40% berpenghasilan antara Rp 201.000 - 300.000lbulan dan 20%
berpenghasilan antara Rp 301.000 - 900.0001bulan.
Sebagian besar keluarga
wanita buruh industri (60%) belum mempunyai rumah sendiri (masih mengontrak)
dan hanya 40% yang sudah memiliki rumah sendiri. Hampir semua wanita buruh
industri (90%) adalah pendatang dan hanya 10% yang merupakan warga asli Desa
Tarikolot.
Masa kerja 5 - 10 tahun telah dimiliki oleh 42.5% responden, 40%
responden telah memiliki masa kerja 1 - 4 tahun dan hanya 17.5% yang telah
memiliki masa kerja 11 - 15 tahun. Jumlah anak satu adalah jumlah anak yang
paling banyak dipilih oleh responden yaitu 37 5% dan jumlah anak empat hanya
dimiliki oleh 2.5% responden.
Jenis motivasi dipengaruhi oleh tingkat penghasilan suami. Semak~nrendah
tingkat penghasilan suami maka jenis motivasi wanita buruh industri akan semakin
ke nafkah utama ( semakin tinggi ).
Kedudukan wanita di industri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
mempunyai hubungan dengan jenis motivasi kerja wanita buruh industri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka kedudukan wanita di industri akan semakin ke buruh
bulanan ( semakin tinggi ). Sedangkan wanrta buruh industri yang mempunyal
kedudukan sebagai buruh harian ( kedudukan rendah) mempunyai jenis motivasi
sebagai nafkah utama ( tinggi), karena tingkat penghasilan suami rendah.
Kedudukan wanita di industri tidak rnernpengaruhi curahan waktu kegiatan
nafkah, tetapi berpengaruh terhadap curahan waktu kegiatan rurnahtangga.
Curahan waktu kegiatan nafkah tidak berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni
untuk keluarga, karena curahan waktu kerja wanita buruh industri adalah sarna.
Jadi yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni adalah kedudukan di industri
yang rnembedakan tingkat upah. Kontribusi ekonomi untuk keluarga tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh istri untuk kegiatan nafkah,
tetapi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk kegiatan rurnahtangga.
Dengan kondisi buruh harian yang lebih lemah dalam ha1 tingkat pendidikan,
kedudukan di industri, kontribusi yang rendah, serta pola pengambilan keputusan
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan buruh bulanan, hendaknya dapat
rnerubah pola pikir buruh, khususnya buruh harian untuk rneningkatkan pendidikan
bagi keluarganya, dan menambah keterarnpilannya.
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA
UNTUK KELUARGA
( Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa barat )
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN
KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA
(Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SULASTRI. Kedudukan Wanita Buruh lndustri dan Kontribusinya Untuk
Keluarga. (Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). ( Di bawah bimbingan TlTlK SUMARTI ).
Sejak beberapa tahun terakhir perkembangan industri di Indonesia terlihat
semakin pesat, dari tahun 1991 sampai tahun 1994 ada peningkatan sebesar
13.7% (BPS, 1996).
Peningkatan jumlah industri menyebabkan lapangan
pekerjaan sernakin rneluas, bukan hanya bagi tenaga kerja pria tetapi juga bagi
tenaga kerja wanita, meskipun hanya bekerja sebagai buruh. Tenaga kerja wanita
yang bekerja sebagai buruh industri meningkat sebesar 7% dari tahun 1993 sampai
tahun 1994 ( BPS,1996 ).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui karakteristik wanita yang
bekerja di sektor industri, (2) mengetahui jenis rnotivasi yang rnendorong wanita
bekerja di sektor industri dan (3) rnengetahui kontribusi yang diberikan wanita yang
bekerja di sektor industri untuk keluarganya.
Penelitian dilakukan di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober - November 1996.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja ( purposive ). Responden pada penelitian
ini terdiri dari wanita yang telah menikah dan bekerja sebagai buruh di industri
dengan kedudukan sebagai buruh harian dan buruh bulanan, dipilih dengan
rnenggunakan rnetode pernilihan sarnpel secara acak tidak proporsional. Total
responden dalarn penelitian ini adalah 40 orang, terdiri dar~20 orang buruh har~an
dan 20 orang buruh bulanan
Karakteristik wanita buruh industri yang diternui di Desa Tarrkolot adalah
urnur yang relatif rnuda yaitu antara 18 - 24 tahun (27.5%), antara 25
47.5% dan 25% berusia antara 32 - 44 tahun.
- 31 tahun
Pendidikan formal yang telah
ditamatkan wanita buruh industri sudah cukup tinggi yaitu 40% tamat SMTA, 27.5%
tamat SMTP dan 32.5% tamat SD. Pekerjaan pokok suami sangat beragam, jenis
pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai karyawan swasta non buruh pabrik
yaitu 42.5% dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah sebagai pegawai negeri
yaitu 2.5%. Penghasilan suami bervariasi sesuai dengan jenis pekerjaan suami.
Ada sebanyak 40% penghasilan suami responden antara Rp 150.000 200.0001bulan, 40% berpenghasilan antara Rp 201.000 - 300.000lbulan dan 20%
berpenghasilan antara Rp 301.000 - 900.0001bulan.
Sebagian besar keluarga
wanita buruh industri (60%) belum mempunyai rumah sendiri (masih mengontrak)
dan hanya 40% yang sudah memiliki rumah sendiri. Hampir semua wanita buruh
industri (90%) adalah pendatang dan hanya 10% yang merupakan warga asli Desa
Tarikolot.
Masa kerja 5 - 10 tahun telah dimiliki oleh 42.5% responden, 40%
responden telah memiliki masa kerja 1 - 4 tahun dan hanya 17.5% yang telah
memiliki masa kerja 11 - 15 tahun. Jumlah anak satu adalah jumlah anak yang
paling banyak dipilih oleh responden yaitu 37 5% dan jumlah anak empat hanya
dimiliki oleh 2.5% responden.
Jenis motivasi dipengaruhi oleh tingkat penghasilan suami. Semak~nrendah
tingkat penghasilan suami maka jenis motivasi wanita buruh industri akan semakin
ke nafkah utama ( semakin tinggi ).
Kedudukan wanita di industri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
mempunyai hubungan dengan jenis motivasi kerja wanita buruh industri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka kedudukan wanita di industri akan semakin ke buruh
bulanan ( semakin tinggi ). Sedangkan wanrta buruh industri yang mempunyal
kedudukan sebagai buruh harian ( kedudukan rendah) mempunyai jenis motivasi
sebagai nafkah utama ( tinggi), karena tingkat penghasilan suami rendah.
Kedudukan wanita di industri tidak rnernpengaruhi curahan waktu kegiatan
nafkah, tetapi berpengaruh terhadap curahan waktu kegiatan rurnahtangga.
Curahan waktu kegiatan nafkah tidak berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni
untuk keluarga, karena curahan waktu kerja wanita buruh industri adalah sarna.
Jadi yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni adalah kedudukan di industri
yang rnembedakan tingkat upah. Kontribusi ekonomi untuk keluarga tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh istri untuk kegiatan nafkah,
tetapi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk kegiatan rurnahtangga.
Dengan kondisi buruh harian yang lebih lemah dalam ha1 tingkat pendidikan,
kedudukan di industri, kontribusi yang rendah, serta pola pengambilan keputusan
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan buruh bulanan, hendaknya dapat
rnerubah pola pikir buruh, khususnya buruh harian untuk rneningkatkan pendidikan
bagi keluarganya, dan menambah keterarnpilannya.
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA
UNTUK KELUARGA
( Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa barat )
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA
(Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SULASTRI. Kedudukan Wanita Buruh lndustri dan Kontribusinya Untuk
Keluarga. (Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). ( Di bawah bimbingan TlTlK SUMARTI ).
Sejak beberapa tahun terakhir perkembangan industri di Indonesia terlihat
semakin pesat, dari tahun 1991 sampai tahun 1994 ada peningkatan sebesar
13.7% (BPS, 1996).
Peningkatan jumlah industri menyebabkan lapangan
pekerjaan sernakin rneluas, bukan hanya bagi tenaga kerja pria tetapi juga bagi
tenaga kerja wanita, meskipun hanya bekerja sebagai buruh. Tenaga kerja wanita
yang bekerja sebagai buruh industri meningkat sebesar 7% dari tahun 1993 sampai
tahun 1994 ( BPS,1996 ).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui karakteristik wanita yang
bekerja di sektor industri, (2) mengetahui jenis rnotivasi yang rnendorong wanita
bekerja di sektor industri dan (3) rnengetahui kontribusi yang diberikan wanita yang
bekerja di sektor industri untuk keluarganya.
Penelitian dilakukan di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober - November 1996.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja ( purposive ). Responden pada penelitian
ini terdiri dari wanita yang telah menikah dan bekerja sebagai buruh di industri
dengan kedudukan sebagai buruh harian dan buruh bulanan, dipilih dengan
rnenggunakan rnetode pernilihan sarnpel secara acak tidak proporsional. Total
responden dalarn penelitian ini adalah 40 orang, terdiri dar~20 orang buruh har~an
dan 20 orang buruh bulanan
Karakteristik wanita buruh industri yang diternui di Desa Tarrkolot adalah
urnur yang relatif rnuda yaitu antara 18 - 24 tahun (27.5%), antara 25
47.5% dan 25% berusia antara 32 - 44 tahun.
- 31 tahun
Pendidikan formal yang telah
ditamatkan wanita buruh industri sudah cukup tinggi yaitu 40% tamat SMTA, 27.5%
tamat SMTP dan 32.5% tamat SD. Pekerjaan pokok suami sangat beragam, jenis
pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai karyawan swasta non buruh pabrik
yaitu 42.5% dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah sebagai pegawai negeri
yaitu 2.5%. Penghasilan suami bervariasi sesuai dengan jenis pekerjaan suami.
Ada sebanyak 40% penghasilan suami responden antara Rp 150.000 200.0001bulan, 40% berpenghasilan antara Rp 201.000 - 300.000lbulan dan 20%
berpenghasilan antara Rp 301.000 - 900.0001bulan.
Sebagian besar keluarga
wanita buruh industri (60%) belum mempunyai rumah sendiri (masih mengontrak)
dan hanya 40% yang sudah memiliki rumah sendiri. Hampir semua wanita buruh
industri (90%) adalah pendatang dan hanya 10% yang merupakan warga asli Desa
Tarikolot.
Masa kerja 5 - 10 tahun telah dimiliki oleh 42.5% responden, 40%
responden telah memiliki masa kerja 1 - 4 tahun dan hanya 17.5% yang telah
memiliki masa kerja 11 - 15 tahun. Jumlah anak satu adalah jumlah anak yang
paling banyak dipilih oleh responden yaitu 37 5% dan jumlah anak empat hanya
dimiliki oleh 2.5% responden.
Jenis motivasi dipengaruhi oleh tingkat penghasilan suami. Semak~nrendah
tingkat penghasilan suami maka jenis motivasi wanita buruh industri akan semakin
ke nafkah utama ( semakin tinggi ).
Kedudukan wanita di industri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
mempunyai hubungan dengan jenis motivasi kerja wanita buruh industri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka kedudukan wanita di industri akan semakin ke buruh
bulanan ( semakin tinggi ). Sedangkan wanrta buruh industri yang mempunyal
kedudukan sebagai buruh harian ( kedudukan rendah) mempunyai jenis motivasi
sebagai nafkah utama ( tinggi), karena tingkat penghasilan suami rendah.
Kedudukan wanita di industri tidak rnernpengaruhi curahan waktu kegiatan
nafkah, tetapi berpengaruh terhadap curahan waktu kegiatan rurnahtangga.
Curahan waktu kegiatan nafkah tidak berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni
untuk keluarga, karena curahan waktu kerja wanita buruh industri adalah sarna.
Jadi yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni adalah kedudukan di industri
yang rnembedakan tingkat upah. Kontribusi ekonomi untuk keluarga tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh istri untuk kegiatan nafkah,
tetapi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk kegiatan rurnahtangga.
Dengan kondisi buruh harian yang lebih lemah dalam ha1 tingkat pendidikan,
kedudukan di industri, kontribusi yang rendah, serta pola pengambilan keputusan
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan buruh bulanan, hendaknya dapat
rnerubah pola pikir buruh, khususnya buruh harian untuk rneningkatkan pendidikan
bagi keluarganya, dan menambah keterarnpilannya.
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA
UNTUK KELUARGA
( Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa barat )
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN
KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA
(Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
RINGKASAN
SULASTRI. Kedudukan Wanita Buruh lndustri dan Kontribusinya Untuk
Keluarga. (Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). ( Di bawah bimbingan TlTlK SUMARTI ).
Sejak beberapa tahun terakhir perkembangan industri di Indonesia terlihat
semakin pesat, dari tahun 1991 sampai tahun 1994 ada peningkatan sebesar
13.7% (BPS, 1996).
Peningkatan jumlah industri menyebabkan lapangan
pekerjaan sernakin rneluas, bukan hanya bagi tenaga kerja pria tetapi juga bagi
tenaga kerja wanita, meskipun hanya bekerja sebagai buruh. Tenaga kerja wanita
yang bekerja sebagai buruh industri meningkat sebesar 7% dari tahun 1993 sampai
tahun 1994 ( BPS,1996 ).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui karakteristik wanita yang
bekerja di sektor industri, (2) mengetahui jenis rnotivasi yang rnendorong wanita
bekerja di sektor industri dan (3) rnengetahui kontribusi yang diberikan wanita yang
bekerja di sektor industri untuk keluarganya.
Penelitian dilakukan di Desa Tarikolot, Kecarnatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober - November 1996.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja ( purposive ). Responden pada penelitian
ini terdiri dari wanita yang telah menikah dan bekerja sebagai buruh di industri
dengan kedudukan sebagai buruh harian dan buruh bulanan, dipilih dengan
rnenggunakan rnetode pernilihan sarnpel secara acak tidak proporsional. Total
responden dalarn penelitian ini adalah 40 orang, terdiri dar~20 orang buruh har~an
dan 20 orang buruh bulanan
Karakteristik wanita buruh industri yang diternui di Desa Tarrkolot adalah
urnur yang relatif rnuda yaitu antara 18 - 24 tahun (27.5%), antara 25
47.5% dan 25% berusia antara 32 - 44 tahun.
- 31 tahun
Pendidikan formal yang telah
ditamatkan wanita buruh industri sudah cukup tinggi yaitu 40% tamat SMTA, 27.5%
tamat SMTP dan 32.5% tamat SD. Pekerjaan pokok suami sangat beragam, jenis
pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai karyawan swasta non buruh pabrik
yaitu 42.5% dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah sebagai pegawai negeri
yaitu 2.5%. Penghasilan suami bervariasi sesuai dengan jenis pekerjaan suami.
Ada sebanyak 40% penghasilan suami responden antara Rp 150.000 200.0001bulan, 40% berpenghasilan antara Rp 201.000 - 300.000lbulan dan 20%
berpenghasilan antara Rp 301.000 - 900.0001bulan.
Sebagian besar keluarga
wanita buruh industri (60%) belum mempunyai rumah sendiri (masih mengontrak)
dan hanya 40% yang sudah memiliki rumah sendiri. Hampir semua wanita buruh
industri (90%) adalah pendatang dan hanya 10% yang merupakan warga asli Desa
Tarikolot.
Masa kerja 5 - 10 tahun telah dimiliki oleh 42.5% responden, 40%
responden telah memiliki masa kerja 1 - 4 tahun dan hanya 17.5% yang telah
memiliki masa kerja 11 - 15 tahun. Jumlah anak satu adalah jumlah anak yang
paling banyak dipilih oleh responden yaitu 37 5% dan jumlah anak empat hanya
dimiliki oleh 2.5% responden.
Jenis motivasi dipengaruhi oleh tingkat penghasilan suami. Semak~nrendah
tingkat penghasilan suami maka jenis motivasi wanita buruh industri akan semakin
ke nafkah utama ( semakin tinggi ).
Kedudukan wanita di industri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
mempunyai hubungan dengan jenis motivasi kerja wanita buruh industri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka kedudukan wanita di industri akan semakin ke buruh
bulanan ( semakin tinggi ). Sedangkan wanrta buruh industri yang mempunyal
kedudukan sebagai buruh harian ( kedudukan rendah) mempunyai jenis motivasi
sebagai nafkah utama ( tinggi), karena tingkat penghasilan suami rendah.
Kedudukan wanita di industri tidak rnernpengaruhi curahan waktu kegiatan
nafkah, tetapi berpengaruh terhadap curahan waktu kegiatan rurnahtangga.
Curahan waktu kegiatan nafkah tidak berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni
untuk keluarga, karena curahan waktu kerja wanita buruh industri adalah sarna.
Jadi yang berpengaruh terhadap kontribusi ekonorni adalah kedudukan di industri
yang rnembedakan tingkat upah. Kontribusi ekonomi untuk keluarga tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh istri untuk kegiatan nafkah,
tetapi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk kegiatan rurnahtangga.
Dengan kondisi buruh harian yang lebih lemah dalam ha1 tingkat pendidikan,
kedudukan di industri, kontribusi yang rendah, serta pola pengambilan keputusan
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan buruh bulanan, hendaknya dapat
rnerubah pola pikir buruh, khususnya buruh harian untuk rneningkatkan pendidikan
bagi keluarganya, dan menambah keterarnpilannya.
KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA
UNTUK KELUARGA
( Kasus Wanita Buruh lndustri di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa barat )
Oleh :
SULASTRI
A. 290454
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997