Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga
PERANAN TENAGA KERJA WANITA DALAM INDUSTRI
SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENDAPATAN KELUARGA
( Studi Kasus : Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH:
RIRIN MARISSA 080309005 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERANAN TENAGA KERJA WANITA DALAM INDUSTRI
SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENDAPATAN KELUARGA
( Studi Kasus : Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI OLEH: RIRIN MARISSA
080309005 AGRIBIBISNIS
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Menyelesaikan perkuliahan dalam Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP: 1963 0082 21988 032003 NIP: 1960 1110 1988 310030
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
RINGKASAN
RIRIN MARISSA (080309005), dengan judul “PERANAN TENAGA KERJA WANITA DALAM INDUSTRI SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kegiatan tenaga kerja wanita dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk, mengetahui persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga, mengetahui pengaruh karakteristik (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan tenaga kerja wanita, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri pembuatan sapu ijuk
Pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode random Sampling, dimana tenaga kerja wanita yang menjadi sampel penelitian adalah. Jumlah populasi sebanyak 90 wanita dan petani yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 30 tenaga kerja wanita dengan data yang dikumpulkan adalah data primer melalui wawancara dan observasi langsung dengan memberikan daftar pertanyaan, Kuisioner dan data sekunder melalui instansi terkait, seperti dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Camat, Kantor Lurah, dan literatur buku.
Tahapan kegiatan yang dilakukan tenaga kerja wanita adalah membersihkan ijuk, memasang segitiga atau kipas, mengikat ijuk terhadap tangkai, menjalin ijuk terhadap tangkai maupun segitiga, menyisir dan meratakan ijuk, pendapatan tenaga kerja wanita (istri) per bulan adalah sekitar Rp.725.733,33 dan Rp. 8.708.800 per tahun sedangkan pendapatan suami per bulan sekitar Rp. 1.219.433,33 dan Rp. 14.633.200 per tahun, persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga adalah ≤ 50 % yaitu sebesar 37,30 % itu berarti kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga masih kecil namun sudah sangat mempengaruhi pendapatan keluarga.
Berdasarkan hasil dari output SPSS diperoleh dari uji F bahwa semua variabel-variabel bebas berpengaruh nyata secara serempak terhadap pendapatan tenaga kerja wanita. Sedangkan hasil melalui uji t hanya variabel pengalaman bekerja yang mempengaruhi nyata secara parsial variabel pendapatan tenaga kerja wanita. Masalah yang ditemukan dalam proses pembuatan sapu ijuk antara lain adalah masalah keterampilan, masalah waktu, masal dalam pengerjaan, masalah jarak dan lokasi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam proses pembuatan sapu ijuk antara lain dengan melatih membuat sapu ijuk lebih sering, membagi waktu antara mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan pekerjaan membuat sapu ijuk, memilih satu anggota untuk dijadikan kepercayaan, serta membawa bahan-bahan dan peralatan membuat sapu ijuk ke rumah kemudian mengerjakannya di rumah.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Ririn Marissa Simbolon, lahir di Panyabungan, Mandailing Natal pada tanggal 03 Mei 1991. Anak kedua dari empat bersaudara dari Ayahanda Jamian M. Simbolon, S.Pd dan Linda N. Pasaribu.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1994 masuk Taman Kanak-Kanak Bhayangkari dan tamat tahun 1996.
2. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Negeri 5 Panyabungan.
3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Panyabungan. 4. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas Swasta Kesuma Indah
Padangsidempuan.
5. Tahun 2008 masuk Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
6. Bulan Juni-Juli 2012 mengikuti PKL di Desa Perhutaan Silau, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.
7. Bulan September 2012 melakukan penelitian skripsi di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani, dan mengakhiri masa perkuliahan bahkan dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga” (Studi Kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Anggota Komisi pembimbing.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S,selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU.
4. Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU.
5. Para dosen dan staf pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU.
6. Ayahanda tercinta Jamian M. Simbolon, S.Pd dan Ibunda tercinta Linda N. Pasaribu serta Kakak dr. Eva Y. Fitrie Simbolon dan adik-adik penulis yang terkasih Connie D. Simbolon dan Maydelind S.D. Simbolon yang
(6)
telah mendukung, mendoakan, menasehati, dan kepada adik tersayang yang telah menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 7. Teman-teman seperjuangan yaitu Agribisnis dan PKP stambuk 2008,
terkhusus kepada teman saya Tota, Veralina, Monika, Maria, Betharia, Martin, Frandi, Jopi dan Manro yang telah memberikan motivasi dan kepada Kak Lisbet Sinaga yang telah menasehati dan memotivasi penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulsi terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2013
(7)
DAFTARI ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR……… ... v
DAFTAR LAMPIRAN……… ... v
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… ... 1
1.2. Identifikasi masalah……… ... 4
1.3. Tujuan Penelitian……… ... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka… ... 6
2.2. Landasan Teori… ... 9
2.3. Kerangka Pemikiran ……… ... 14
2.4. Hipotesis Penelitian……… ... 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penentuan Daerah penelitian ... 18
3.2. Metode Penentuan Sampel… ... 18
3.3. Metode Pengumpulan Data… ... 19
3.4. Metode Analisis Data……… ... 20
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi………… ... 24
3.5.2. Batasan Operasional………… ... 25
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA SAMPEL 4. 1. Deskripsi Kecamatan… ... 26
(8)
4.1.1. Deskripsi Penelitian… ... 26
4.1.2. Keadaan Penduduk dan Mata pencaharian… ... 27
4.1.3. Keadaan Sarana dan Prasarana………… ... 31
4.2. Karakteristik Sampel…… ... 32
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Kegiatan Pembuatan Sapu Ijuk ... 34
5.1.1. Membersihkan Ijuk ... 34
5.1.2. Memotong Ijuk ... 35
5.1.3. Memasang Segitiga atau Kipas ... 35
5.1.4. Mengikat Ijuk Terhadap Tangkai ... 36
5.1.5. Menjalin Ijuk Terhadap Tangkai Maupun Segitiga ... 36
5.1.6. Menyisir dan Meratakan Ijuk ... 37
5.2. Hasil Analisis ... 40
5.2.1. Kontribusi Tenaga Kerja Wanita Terhadap Total Pendapatan Keluarga……… ... 40
5.2.2. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja yang Bekerja Dalam Industri Sapu Ijuk Terhadap Pendapatan Keluarga…. ... 43
5.3. Masalah – Masalah yang Dihadapi Tenaga Kerja ... 47
5.3.1. Masalah Dalam Hal Keterampilan… ... 47
5.3.2. Masalah Waktu ... 47
5.3.3. Masalah Pengerjaan ... 48
5.3.4. Masalah Jarak dan Lokasi ... 48
5.4. Upaya – Upaya Mengatasi Masalah ... 49
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…… ... 50
6.2. Saran…… ... 51 DAFTAR PUSTAKA
(9)
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
NO. Judul Halaman
1. Komoditi andalan Produk Industri kecil Menengah di Kabupaten Deli
Serdang tahun 2012 ... 3
2. Beberapa Industri Kecil dan Manengah Wilayah Desa Medan Sinembah tahun 2012 ... 3
3. Data Sentra Industri Kecil di Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 ... 18
4. Spesifikasi pengumpulan data ... 19
5. Komposisi Penduduk di Desa Medan Sinembah menurut kelompok umur tahun 2012 ... 27
6. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah tahun 2012 ... 28
7. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah menurut mata pencaharian tahun 2012 ... 29
8. Luas dan penggunaan tanah di Desa Medan Sinembah tahun 2012 ... 30
9. Sarana dan Prasarana di Desa Medan Sinembah ... 31
10. Karakteristik Tenaga kerja wanita Responden tahun 2012 ... 31
11. Tahapan pekerjaan pembuatan sapu ijuk di Desa Medan Sinembah… .. 38
12. Rata-rata kontribusi Tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga tahun 2012 ... 40
13. Analisis Statistik Regresi Linier Berganda dan Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan ... 41
(10)
DAFTAR LAMPIRAN NO.
1. Lampiran 1 : Karakteristik Tenaga Kerja Wanita sampel di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa,
kabupaten Deli Serdang
2. Lampiran 1 : Pendapatan tenaga kerja wanita dan suami setiap bulan dan setiap tahun
3. Lampiran 1 : Total Pendapatan Keluarga Per tahun
4. Lampiran 2 : Kontribusi Pendapatan Wanita terhadap total pendapatan keluarga
5. Lampiran 3 : Analisis Statistik Regeresi dan pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan
(11)
DAFTAR GAMBAR
(12)
RINGKASAN
RIRIN MARISSA (080309005), dengan judul “PERANAN TENAGA KERJA WANITA DALAM INDUSTRI SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kegiatan tenaga kerja wanita dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk, mengetahui persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga, mengetahui pengaruh karakteristik (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan tenaga kerja wanita, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri pembuatan sapu ijuk
Pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode random Sampling, dimana tenaga kerja wanita yang menjadi sampel penelitian adalah. Jumlah populasi sebanyak 90 wanita dan petani yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 30 tenaga kerja wanita dengan data yang dikumpulkan adalah data primer melalui wawancara dan observasi langsung dengan memberikan daftar pertanyaan, Kuisioner dan data sekunder melalui instansi terkait, seperti dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Camat, Kantor Lurah, dan literatur buku.
Tahapan kegiatan yang dilakukan tenaga kerja wanita adalah membersihkan ijuk, memasang segitiga atau kipas, mengikat ijuk terhadap tangkai, menjalin ijuk terhadap tangkai maupun segitiga, menyisir dan meratakan ijuk, pendapatan tenaga kerja wanita (istri) per bulan adalah sekitar Rp.725.733,33 dan Rp. 8.708.800 per tahun sedangkan pendapatan suami per bulan sekitar Rp. 1.219.433,33 dan Rp. 14.633.200 per tahun, persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga adalah ≤ 50 % yaitu sebesar 37,30 % itu berarti kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga masih kecil namun sudah sangat mempengaruhi pendapatan keluarga.
Berdasarkan hasil dari output SPSS diperoleh dari uji F bahwa semua variabel-variabel bebas berpengaruh nyata secara serempak terhadap pendapatan tenaga kerja wanita. Sedangkan hasil melalui uji t hanya variabel pengalaman bekerja yang mempengaruhi nyata secara parsial variabel pendapatan tenaga kerja wanita. Masalah yang ditemukan dalam proses pembuatan sapu ijuk antara lain adalah masalah keterampilan, masalah waktu, masal dalam pengerjaan, masalah jarak dan lokasi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam proses pembuatan sapu ijuk antara lain dengan melatih membuat sapu ijuk lebih sering, membagi waktu antara mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan pekerjaan membuat sapu ijuk, memilih satu anggota untuk dijadikan kepercayaan, serta membawa bahan-bahan dan peralatan membuat sapu ijuk ke rumah kemudian mengerjakannya di rumah.
Kata kunci : Industri Sapu Ijuk, Tenaga Kerja wanita, Kontribusi Pendapatan
(13)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kondisi krisis ekonomi yang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini berdampak sangat luas dan memberatkan kehidupan masyarakat dari semua lapisan. Dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu seorang kepala rumah tangga pada dasarnya harus menyesuaikan diri antara lain dengan memanfaatkan anggota rumah tangga untuk bekerja sebagai upaya meningkatkan pendapatan keluarga (Gilarso, 1994).
Wanita Indonesia terutama di pedesaan sebagai sumber daya manusia cukup nyata berpartisipasi khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama pria. Partisipasi tenaga kerja wanita memang erat kaitannya dengan latar belakang keluarga, mengingat bahwa fungsi keluarga dalam pengambilan keputusan sangat menentukan. Kemiskinan yang dihadapi oleh sebagian besar keluarga di pedesaan menuntut keikutsertaan semua anggota keluarga untuk memikirkannya (Wulandari, 1992).
Keinginan para wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup, perbaikan taraf hidup, dan perbaikan keadaan ekonomi serta keadaan sosial keluarga senantiasa tergambar dari upaya yang selalu mereka lakukan. Misalnya dengan bekerja di sektor industri atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga. Wanita pada umumnya sangat peka dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, mereka akan menjadi penengah untuk setiap masalah yang terjadi di dalam keluarga, mereka juga tidak segan-segan untuk memasuki
(14)
dunia pekerjaan yang beresiko tinggi apabila keadaan keluarga mereka mengharuskan untuk berbuat demikian (Ihromi,1995).
Pendapatan rumah tangga merupakan hasil usaha bersama dari semua anggota rumah tangga yang mempu bekerja dan digunakan untuk semua anggota rumah tangga sesuai dengan pos-posan pengeluaran, pengeluaran tertinggi ada pada pos makanan (Bastian, 1995).
Dalam rangka dinamika dan pergeseran mata pencaharian daerah pedesaan yang cenderung berubah dari pola agraris ke non agraris, misalnya menonjolkan aktivitas industri rumah tangga, industri pariwisata, jasa, kehidupan sektor formal lainnya seperti pendidikan, pegawai, dan lain sebagainya ternyata wanita memegang peranan juga. Terutama untuk menambah pendapatan keluarga dan membantu kegiatan suami serta mengurangi beban dan ketergantungan isteri terhadap suami (Kartini, 1995).
Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi. Fokus perhatian pembangunan sektor ekonomi dirasa perlu diberikan pada subsektor industri kecil dan kerajinan yang memiliki potensi dan peranan penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah pedesaan tentunya menjadikan industri kecil dan kerajinan ini memberikan sumbangan bagi daerah dan masyarakatnya (Tambunan, 1999).
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas perindustrian dan perdagangan diperoleh enam komoditi andalan Kabupaten Deli Serdang yang telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri pengolahan berskala
(15)
kecil dan menengah terhadap perekonomian di seputar kawasan di Kabupaten ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang 2011
No Jenis Komoditi Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Nilai Investasi (Rp.000) Kapasitas Produksi Nilai Produksi (Rp.000) 1 Kerupuk Opak 41 398 320.400 2.654 Ton 6.635.000
2 Sapu Ijuk 73 410 236.000 1.215.000
Batang
5.467.500
3 Meubel Kayu 16 340 172.000 10.100 Unit 2.020.000 4 Emping
Melinjo
204 391 49.050 156 Ton 2.808.000 5 Keramik
Gerabah
12 89 374.500 600 Unit 985.000 6 Sabut Kelapa 3 76 489.000 240 Ton 1.440.000 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang 2012
Industri Kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi di pedesaan dan usaha pemerataan karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding dengan industri besar (Syamsiah, 1991).
Tabel 2. Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan Sinembah 2011
No Industri Kecil dan Menengah
Jumlah ( unit )
Jumlah kegiatan
( unit )
Jumlah pengurus dan anggota
( orang )
1. Industri Kerajinan Sapu Ijuk 36 1 0 2. Industri Alat Rumah Tangga 1 2 2 3. Industri Material Bahan dan
Bangunan
1 0 0
4. Industri Alat pertanian 2 0 0 5. Industri Makanan 2 1 6 6. Rumah Makan dan Restoran 2 1 1 Sumber : Kantor Kepala Desa 2012
(16)
Dari Tabel 2 di atas dapat terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat yang tinggal di desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang tidak hanya berada dalam sektor pertanian tetapi juga termasuk di dalamnya adalah sektor industri, baik `itu sektor industri kecil dan menengah. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa sektor industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk menjadi industri rumah tangga utama di desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Apa saja kegiatan tenaga kerja wanita dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk?
2. Bagaimana persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian?
3. Bagaimanakah pengaruh karakteristik tenaga kerja wanita (umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dalam industri rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan tenaga kerja wanita?
4. Masalah-masalah apa saja yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk?
5. Apakah ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri pembuatan sapu ijuk?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kegiatan tenaga kerja wanita dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk.
2. Untuk mengetahui persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga.
(17)
3. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan tenaga kerja wanita.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri pembuatan sapu ijuk.
5. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri pembuatan sapu ijuk.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun Kegunaan dari penelitian ini yaitu :
1. Sebagai bahan informasi maupun pertimbangan terhadap pihak pengambil keputusan dalam pembangunan industri rumah tangga.
2. Sebagai bahan informasi serta referensi terhadap pihak yang membutuhkan.
3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung tinggi, ini terlihat pada wanita desa yang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Upaya yang mereka lakukan misalnya bekerja di sektor pertanian atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga (Daulay, 2001).
Sebagai sumber penghasilan dari kegiatan pencaharian nafkah, rumah tangga petani ternyata tidak hanya melakukan pekerjaan di bidang pertanian, tetapi juga di bidang lainnya seperti usaha dagang, kerajinan tangan, industri rumah tangga. Perilaku tersebut karena terdorong bahwa pada dasarnya keadaan ekonomi yang kurang memuaskan, yang mendesak keluarga termasuk wanita/istri untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah pendapatan keluarga (Sajogyo,1992).
Citra wanita dalam aspek sosial disederhanakan ke dalam dua peran yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran ialah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Peranan wanita artinya bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan wanita. Ada berbagai peran wanita yang dimilikinya sejak lahir sampai pada usia-usia selanjutnya, peran-peran itu merupakan bagian dari hidupnya (Sugihastuti, 1999).
6
(19)
Struktur ekonomi akan mengalami perubahan dalam proses pembangunan karena makin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, akan tetapi sebaliknya sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja termasuk industri rumah tangga (Sukirno, 1998).
Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi di pedesaan dan usaha pemerataan karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang perluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya (Mubyarto, 1997).
Partisipasi tenaga kerja wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu di bidang pertanian sejak semula dalam memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada, yaitu tenaga kerja laki-laki dalam mengerjakan ladangnya atau sawah, tegalan dan kebunnya. Kini dengan berkembangnya industri yang berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi wanita (Sajogyo, 1992).
Meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita dalam kegiatan ekonomi disebabkan oleh berbagai hal. Pertama, makin terasa adanya perubahan pandangan dan sikap dalam masyarakat, antara lain tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan pria serta makin disadari perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, adanya kemauan wanita untuk mandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha untuk membiayai kebutuhan hidupnya (mungkin juga kebutuhan dari orang-orang yang menjadi tanggungannya) dengan penghasilannya
(20)
sendiri, atau adanya kebutuhan menambah penghasilan keluarga. Kemungkinan lain yang menyebabkan peningkatan partisipasi wanita dalam angkatan kerja adalah makin luasnya kasempatan kerja yang bisa menyerap tenaga wanita (Sajogyo, 1994).
Sapu ijuk adalah perpaduan dari beberapa bahan seperti ijuk, kayu, tangkai, rotan dan bambu sehingga menghasilkan daya dan hasil guna yang lebih besar. Pada awalnya pengrajin memanfaatkan bahan yang ada di sekitar desanya atau diusahakan sendiri, namun lama kelamaan usaha ini berkembang dan bahan dari sekitar desa tidak mencukupi lagi sehingga sehingga kemudian membeli bahan dari luar desa.
Adapun proses atau cara pembuatan sapu ijuk adalah sebagai berikut : 1. Membersihkan ijuk
2. Memotong ijuk
3. Membelah rotan dan mengikis rotan 4. Mengikis tangkai
5. Melubangi tangkai 6. Membelah bambu
7. Memasang segitiga atau kipas 8. Mengikat ijuk terhadap tangkai 9. Menjalin ijuk terhadap tangkai 10.Menyisir dan meratakan ijuk (http :// bainfokomsumut.go.id)
(21)
2.2. Landasan Teori
Peranan adalah aspek dinamis dari aspek yang dimiliki seseorang. Peranan dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu :
1. Peranan yang ditentukan oleh masyarakat secara normatif. 2. Peranan yang merupakan orientasi bagi Individu.
3. Peranan sebagai kegiatan atau perilaku individu (Kadir, 2004).
Sebagai wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga inti yaitu sebagai istri, sebagai pengurus rumah tangga, ini pada umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seorang wanita yang terkait dalam gambaran perkawinan. Dalam dua peran tersebut diatas wanita memberikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan bagi keluarganya, dalam kehidupan moderen dan era pembangunan dewasa ini sering juga dimotivasi untuk memberikan sumbangan lebih daripada di atas, tidak terbatas pada pelayanan suami dan urusan rumah tangga. Banyak wanita merasa yang tidak puas hanya dalam kedua peran di atas dan sering keadaan ekonomi keluarganya menuntut untuk bekerja di luar atau mencari suatu kegiatan yang menambah penghasilan keluarganya (Munandar, 2003).
Peran wanita yang semakin meningkat dalam keluarga dan masyarakat akan membawa pengaruh terhadap masyarakat wanita sendiri dan kehidupan keluarganya, kehidupan manusia akan selalu terikat dengan aspek ekonomi, dalam era saat ini yang berperan mencari nafkah untuk keluarga tak hanya laki-laki saja yang berperan sebagai kepala rumah tangga namun perempuan juga memiliki peran dalam membantu perekonomian keluarga. Mereka ada yang bekerja di sektor primer
(22)
(agraris), sektor sekunder (industri), dan sektor jasa (tersier) ketiganya merupakan sektor yang memiliki peran dalam membantu perekonomian keluarga (Sajogyo, 1992).
Wanita disamping sebagai ibu rumah tanggaa juga berperan dalam peningkatan pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi kontribusi terhadap pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang dalam penelitian ini dibatasi pada faktor upah, dan jumlah pendapatan suami (Munandar, 2003).
Sebagai sumber penghasilan dari kegiatan pencarian nafkah rumah tangga petani di pedesaan nyatanya tidak saja melakukan pekerjaan di bidang pertanian, tetapi juga di bidang lainnya seperti usaha dagang, kerajinan tangan, dan industri, perilaku tersebut terdorong oleh karena pada dasarnya keadaan ekonomi keluarga yang kurang memuaskan sehingga mendesak anggota keluarga termasuk istri untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah pendapatan keluarga (Hafsah, 2000).
Kegiatan istri ini sangat mempengaruhi keadaan rumah tangga mereka, produktivitas tenaga kerja wanita dillihat dari bagaimana produksi ijuk yang mereka hasilkan, produksi sapu yang mereka hasilkan dalam hal ini juga diperhatikan curahan tenaga kerja mereka, kontribusi yang disumbangkan oleh tenaga kerja wanita untuk rumah tangga mereka merupakan sumbangan yang diberikan mereka terhadap pendapatan rumah tangga, dimana sumbangan ini tidak ditambahi dari pendapatan suami/anak mereka (Loekman, 1997).
(23)
Dalam pembangunan sektor industri, usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) merupakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja tanpa harus mensyaratkan jenjang pendidikan formal yang tinggi, penyerapan tenaga kerja di sektor industri khususnya IKKR cukup besar dibandingkan sektor lainnya (Badan Pusat Statistik Jakarta, 2010).
Tampaknya terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam perekonomian Indonesia. Alasan utama adalah sebagian besar populasi industri kecil dan kerajinan rumah tangga berlokasi di pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang relatif berkurang, maka industri kecil dan industri rumah tangga merupakan jalan keluar yang tepat (Tambunan, 1999).
Penambahan tenaga kerja sebagai akibat peledakan penduduk belum seluruhnya dapat diserap oleh sektor-sektor pertanian, maka dalam menuju industrialisasi pertanian, pembangunan industri pada umumnya dan industri kecil serta kerajinan tangan pada khususnya di daerah pedesaan cukup mempunyai arti besar. Mendorong perkembangan industri pedesaan terutama yang mengolah hasil pertanian dari bahan mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi, dapat menciptakan kenaikan produksi dan kesempatan kerja (Gilarso, 1994).
Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam atau kekuatan mesin yang digunakan. Empat ketegori tersebut adalah :
(24)
1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1-4 orang 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5-19 orang
3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20-99 orang
4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih (Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2010)
Karakteristik Sosial Ekonomi
Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu kelompok. Untuk berinteraksi dalam masyarakat dan dalam berusahatani, seorang petani pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda seperti umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga.
1. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).
(25)
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).
Menurut Munandar (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.
3. Pengalaman bekerja
Pengalaman seseorang dalam berusahatani sangat berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Di dalam mengadakan suatu penelitian lamanya berusahatani diukur mulai sejak kapan petani itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia, 1991).
Menurut Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan dimikian pula dengan penerapan teknologi.
Pengalaman bekerja biasanya dihubungkan dengan lamanya seseorang bekerja dalam bidang tertentu (misalnya lamanya seseorang bekerja sebagai petani) hal ini
(26)
disebabkan karna semakin lama orang tersebut bekerja, berarti pengalaman bekerjanya tinggi sehingga secara langsung akan mempengaruhi pendapatan (Suwita, 2011).
4. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).
2.3. Kerangka Pemikiran
Rumah tangga di desa merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena pada umumnya mereka memiliki pendapatan rendah. Pendapatan petani atau buruh (suami) sebagai kepala rumah tangga berasal dari hasil panen ataupun dari hasil industri. Suami bekerja sebagai petani/buruh memakan waktu yang cukup lama dalam prosesnya mendapatkan hasil dan pendapatan. Di kebanyakan desa saat ini mata pencaharian keluarga tidak hanya bertumpu pada sektor usaha tani tetapi juga sekarang ini kebanyakan bekerja di sektor usaha kecil atau sektor industri rumah tangga.
(27)
Pendapatan pria/suami dan anggota keluarga lainnya berpengaruh bagi pendapatan utama keluarga karena pendapatan tersebut memberi andil dalam menanggulangi kebutuhan rumah tangga.
Adapun kegiatan yang ditekuni istri untuk menambah pendapatan keluarga adalah kegiatan membersihkan ijuk, memotong ijuk, menyisir dan meratakan ijuk. Tenaga kerja wanita membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk kegiatan tersebut, bisa dikatakan curahan tenaga kerja wanita cukup besar, dalam hal ini istri petani memiliki peranan ganda di rumah tangga mereka selain sebagai ibu rumah tangga.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut tenaga kerja wanita memiliki kesulitan (masalah) yaitu keterampilan untuk membuat sapu ijuk dari bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan istri sangat mempengaruhi keadaan rumah tangga mereka, kontribusi yang disumbangkan oleh tenaga kerja wanita untuk rumah tangga mereka merupakan sumbangan yang diberikan mereka terhadap pendapatan rumah tangga dimana sumbangan ini tidak ditambahi pendapatan suami. Sumbangan yang diterima keluarga dari tenaga kerja wanita merupakan sumbangan dalam bentuk upah yang di dapat oleh tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga.
Upah yang diterima oleh tenaga kerja wanita dari hasil pekerjaannya dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk merupakan bagian dari pendapatan keluarga yang kemudian ditambah lagi dengan pandapatan dari suami. Secara skematis kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut
(28)
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Berperan : Terdiri dari : Dipengaruhi
RUMAH TANGGA
SUAMI ISTRI
Pendapatan
Kegiatan :
-Membersihkan ijuk. -Memotong ijuk.
-Menyisir dan meratakan ijuk.
Upah Masalah
Upaya
Pendapatan Keluarga
(29)
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka dapat disusun beberapa hipotesis yang perlu diuji kebenaran yaitu :
1. Persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap keluarga di daerah penelitian besar.
2. Ada pengaruh karakteristik (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan tenaga kerja wanita.
(30)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang karena di desa ini menghasilkan produksi sapu ijuk yang cukup besar yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 3. Data Sentra Industri Kecil Di Kabupaten Deli Serdang 2011 No Jenis Komoditi Alamat Sentra
Produksi Unit Usaha Tenaga Kerja (Orang) Produksi ( Tahun ) 1. Sapu Ijuk Desa medan Sinembah
Kec.Tanjung Morawa
36 180 2.684.400 Batang 2. Sapu Ijuk Dasa Negara Kec.STM
Hilir
10 30 265.000 Batang 3. Keramik
Gerabah
Desa Bangunsari Kec.Tj. Morawa
8 3 25.000 Buah 4. Meubel Kayu Desa Sekip Kec.
Lubuk Pakam
8 8 6500 Buah 5. Meubel
Bambu
Desa Wonosari Kec.Tj. Morawa
1 1 300 Set Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang 2012
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode “simple random sampling “. Populasi penelitian ini adalah tenaga kerja wanita dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Jumlah wanita yang bekerja dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk ini adalah sebanyak 180 wanita namun yang sudah berumah tangga hanya 90 orang sedangkan yang lainnya merupakan tenaga kerja
18
(31)
wanita yang belum berumah tangga tergolong masih remaja dan anak-anak. Adapun yang menjadi sampel penelitian dan adalah tenaga kerja wanita yang bekerja dalam kegiatan produktif sebanyak 30.
Sampel sebanyak 30 diharapkan mampu mewakili jumlah populasi wanita yang berperan sebagai tenaga kerja dalam industri pembuatan sapu ijuk di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Menurut Nazir (2005) yang mengatakan bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif minimal 30 sampel dan cukup mewakili keseluruhan populasi.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh langsung dari responden melalui wawancara dan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Kantor Kepala desa Medan Sinembah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data
No. Jenis Data Sumber Metode
1. Identitas Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Keluarga
Wawancara
2. Jenis Pekerjaan Responden Wawancara dan
Observasi 3. Pencurahan Tenaga Kerja Responden Wawancara 4. Besar Pendapatan
a.Wanita b.Keluarga
Responden Wawancara
5. Pola Pengambilan Keputusan Responden Wawancara 6. Monografi Desa Kepala Desa Observasi dan
(32)
3.4. Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah 1, 4, 5 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui peranan wanita dalam usaha industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk, masalah yang ditemukan tenaga kerja wanita dalam industri pembuatan sapu ijuk dan upaya dalam mengatasi masalah kendala yang ditemukan dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk.
Untuk mengidentifikasi masalah 3 yaitu mengenai besarnya kontribusi tenaga kerja wanita dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana dengan perhitungan pendapatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pendapatan Keluarga = Upah Istri + Pendapatan Suami
Maka kontribusi tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kontribusi tenaga kerja = PendapatanTenagaKerjaWanita
Total PendapatanKeluarga x 100 %
Untuk menentukan besar atau kecilnya kontribusi wanita terhadap total pendapatan keluarga maka diukur dengan :
- Jika kontribusi ≤ 50% dari total pendapatan keluarga maka kontribusi kecil - Jika kontribusi > 50 % dari total pendapatan keluarga maka kontribusi besar (Samadi, 2001)
(33)
Untuk mengidentifikasi masalah 3 dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda. Adapun penyusunan model regresi adalah dengan metode OLS (Ordinary Liest Square) dengan rumus sebagai berikut :
Y=a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4
Keterangan :
Y = Pendapatan Tenaga Kerja Wanita (Rp) a1,a2,a3,a4 = Koefisien Regresi
a0 = Konstanta
X1 = Umur (tahun)
X2 = Tingkat Pendidikan (tahun)
X3 = Pengalaman bekerja (tahun)
X4 = Jumlah tanggungan (jiwa)
Untuk melihat sejauh mana variabel bebas (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan) mempengaruhi variabel terikat (pendapatan keluarga), digunakan uji statistik koefisien determinasi. Koefisien determinasi pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.
Nilai koefisien determinasi (R2) adalah di antara 0 dan 1. Nilai ..yang kecil memperlihatkan kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel-variabel sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas
(34)
memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksikan variabel-variabel terikat (Ghazali, 2001).
Rumus R2 yaitu : R²= � JKxy
�JKxx JKyy�
²
Keterangan :
JKyy = n∑Y² - (∑Y)²
JKxx = n∑X² - (∑X)²
JKxy = n∑XY - ∑X∑Y
Keterangan :
R² = Koefisien determinasi N = Jumlah observasi
B = Parameter yang akan diduga
Untuk mengetahui variabel bebas (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pendapatan keluarga).
F-hitung = b₁ .JKxy �JKyy−b1(�−2.)JKxy�
Kriteria uji untuk uji F adalah:
(35)
H0 = Variasi variabel bebas (umur, pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah
tanggungan) berpengaruh nyata secara serempak terhadap variasi variabel terikat (pendapatan).
H1 = Variasi variabel bebas (umur, pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah
tanggungan) berpengaruh nyata secara serempak terhadap variasi variabel terikat (pendapatan).
Kriteria uji F :
Jika f hitung ≤ Ftabel : maka H₀ diterima atau H₁ ditolak Jika f hitung > Ftabel : maka H₁ diterima atau H₀ ditolak
Untuk mengetahui variabel bebas (umur, pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pendapatan keluarga) digunakan uji t, yaitu dengan menggunakan rumus :
t-hitung =
XY h
JK s
b t
/
1
=
(
2)
.
1
− − =
n JK b JK
s yy XY
Keterangan :
s = Nilai t-hitung JK = Jumlah Kuadrat
(36)
yy = Variabel terikat xy = Variabel Campuran
Kriteria uji untuk uji T adalah:
H0 = Variasi variabel bebas (umur, pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah
tanggungan) berpengaruh nyata secara parsial terhadap variasi variabel terikat (pendapatan).
H1 = Variasi variabel bebas (umur, pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah
tanggungan) berpengaruh nyata secara parsial terhadap variasi variabel terikat (pendapatan).
Kriteria Uji t :
Jika
t
hitung ≤ t tabel : maka H₀ diterima atau H₁ ditolak Jikat
hitung > t tabel : maka H₁ diterima atau H₀ ditolakt
-hitung menguji adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara nyata dan parsial (Supriana, 2008).1. Uji Multilolinieritas
Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linier antara variable bebas menurut Gujarati (2006), multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah sebgai berikut :
Jika nilai toleransi atau VIF kurang dari 0,01 atau melebihi 10 ketika R2 tinggi (antara 0,7 sampai 1) dan ketika korelasi derajat nol juga tinggi, tetapi tak satupun
(37)
atau sangat sedikit tefisien regresi parsial yang hanya mengusahakan pekerjaan sebagai tenaga kerja dalam industri sapu ijuk.
2. Uji Heterokesdasitas
Untuk mengetahui apakah penelitian ini terjadi heteroskesdasitas adalah dengan melihat gambar scater plot dimana apabila tidak terjadi heteroskesdasitas maka titik akan bersebar tanpa membentuk pola tertentu.
3. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, varibel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, baik uji F ataupun uji-t, dan nilai estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak valid. Untuk mendekati normalitas pada model regresi yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Adapun dasar pengambilan keputusannya berdasarkan kriteria uji sebagai berikut:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Gujarati, 2006).
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
(38)
3.5.1 Definisi
1. Peranan merupakan status maupun kedudukan seseorang dalam suatu keadaan. 2. Peranan tenaga kerja wanita adalah partisipasi tenaga kerja wanita dalam berbagai
kegiatan untuk mengatur rumah tangga.
3. Kontribusi tenaga kerja wanita secara individual adalah kontribusi yang diberikan oleh wanita kepada keluarga secara individu tanpa kontribusi dari suami dan dari anggota keluarga lainnya.
4. Kontribusi pendapatan wanita adalah kontribusi persentase pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga dalam setahun
5. Partisipasi wanita adalah keikutsertaan wanita (istri) sebagai anggota keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga baik itu dalam usaha tani maupun kegiatan di luar usaha tani.
6. Pendapatan keluarga adalah pendapatan pria dan anggota keluarga lainnya ditambah pendapatan dari wanita (istri).
7. Upah diukur berdasarkan jumlah pendapatan yang diperoleh dari industri rumah tangga.
8. Industri kecil adalah industri atau perusahaan berskala kecil dan menghasilkan produksi dalam bentuk barang, biasanya berada di pedesaan.
9. Industri sapu ijuk adalah industri atau perusahaan berskala kecil yang menghasilkan produk dari bahan dasar ijuk dalam bentuk sapu ijuk berdasarkan keterampilan, kerajinan dan ketelitian yang biasanya dikerjakan oleh tangan. 10.Produksi sapu ijuk adalah hasil dari industri kerajinan sapu ijuk dalam bentuk
sapu ijuk.
(39)
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita ibu rumah tangga yang bekerja dalam industri pembuatan sapu ijuk yang terletak di desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
(40)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1. Deskripsi Kecamatan
Penelitian dilakukan di desa Medan sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, terletak ± 12 Km dari ibukota kabupaten Deli Serdang, dan jarak Kantor kecamatan dengan ibukota provinsi 16 km
Secara administratif Kecamatan ini memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Batang Kuis
Sebelah Selatan : Kecamatan Sinembah T. Muda Hilir Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam
Sebelah Barat : Kecamatan Medan Johor dan Percut Sei Tuan
Kecamatan Tanjung Morawa mempunyai luas sekitar sekitar 13. 175 ha atau 131,75 km2 dan terletak pada ketinggian 30 m diatas permukaan laut. Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 25 desa dan 1 Kelurahan.
4.1.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Desa yang menjadi daerah penelitian adalah desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki jarak ke ibukota provinsi.
Desa Medan Sinembah merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa yang mengusahakan kerajinan sapu ijuk sebagai usaha pokok dan usaha sampingan. Luas pemukiman Medan Sinembah 327,26 ha/m2, Desa Medan Sinembah merupakan dataran rendah.
(41)
Adapun batas-batas Geografis Desa Medan Sinembah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Limau Manis
Sebelah Selatan : Desa Tadukan Raga Sebelah Timur : Desa Bandar Labuhan Sebelah Barat : Desa Sigara-gara
4.1.2. Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk di desa Medan Sinembah sampai pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7320 jiwa. Terangkum dalam 1653 KK yang tediri dari 3.672 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 3.648 yang berjenis kelamin perempuan. Selain itu jumlah penduduk juga terdiri dari beberapa komposisi penduduk menurut umur dan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011
No. Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah Penduduk Persentase %
1 0-6 742 11,63
2 7-12 1019 15,97
3 13-18 878 13,76
4 19-25 921 14,43
5 26-35 1264 19,81
6 36-45 647 10,1
7 46-50 429 6,724
8 51-60 240 3,762
9 >61 240 3,762
Sumber : Kantor Kepala desa Medan Sinembah, 2012
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling besar jumlahnya adalah kelompok umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 1264 jiwa (19,81),
(42)
disusul oleh kelompok umur 7-12 tahun sebanyak 1019 jiwa (15,97), dan kelompok umur 19-25 tahun sebanyak 921 jiwa (14,43). Tenaga kerja (man power) adalah penduduk pada usia 26-35.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Komposisi Penduduk desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang 2011
Uraian Jumlah Penduduk %
(Jiwa)
1. Belum Sekolah 116 2,06
2. SD 159 2,83
3. SLTP 1705 30,38 4. SLTA 3448 61,45
5. Akademi/(D1-D3) 82 1,46
6. S1 101 1,8
Total 5611 100 Sumber : Kantor Kepala desa, 2012
Dari tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang memiliki tingkat pendidikan rata-rata terbesar pada tingkat pendidikan SLTP yaitu sebesar 3448 (61,45 %) sedangkan yang paling sedikit adalah akademi D1, D2 dan D3 sebanyak 82 (1,46 %). Sosial Ekonomi
Mata Pencaharian utama di desa medan sinembah pada umumnya adalah buruh tani, selain itu ada sebagian besar juga memiliki mata pencaharian di bidang industri rumah tangga, wiraswasta dan karyawan perusahaan pemerintahan. Sebagai gambaran tentang keadaan penduduk dari struktur ekonominya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
(43)
Tabel 7. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang 2011
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa ) Persentase %
1. Buruh Tani 490 33,67 %
2. Karyawan Perusahaan swasta 385 26,46 %
3. Pegawai Negeri Sipil 93 6,392 %
3. Pengusaha Kecil dan menengah 307 21,1 %
4. Pedagang Keliling 106 7,285 %
5. Pengrajin Industri rumah tangga 38 2,612 %
6. Peternak 26 1,787 %
7. Tukang Jahit 10 0,687 %
Jumlah 1455 100 %
Sumber : Kantor Kepala Desa Medan Sinembah, 2012
Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang tinggal di desa Medan Sinembah memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebanyak 490 jiwa (33,67%) disusul oleh kelompok masyarakat yang bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta sebanyak 385 jiwa (26,46%), kemudian kelompok masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negri sipil yaitu sebanyak jiwa 93 (6,392%), berikutnya pengusaha kecil dan menengah 307 jiwa (21,1%), Kelompok masyarakat pedagang keliling sebanyak 106 jiwa (7,285 % ), pengrajin industri rumah tangga sebanyak 38 (2,612%) berikutnya peternak sebanyak 26 jiwa yaitu (1,787 %) dan kelompok masyarakat yang memiliki mata pencaharian paling kecil adalah kelompok masyarakat yang bekerja sebagai tukang jahit sebanyak 10 (0,687%).
(44)
4.1.3. Luas dan penggunaan tanah
Luas total Desa Medan Sinembah adalah 375 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Luas dan Penggunaan tanah di desa Medan Sinembah 2011 No. Jenis Penggunaan Tanah Luas ( Ha ) Persentase %
1. Perumahan dan Pekarangan 327,6 94,5 %
2. Persawahan 4,5 1,298 %
3. Perkebunan perorangan 12 3,46 %
4. Perkantoran pemerintahan 0,04 0,012 % 5. Tempat pemakaman desa 2,2 0,635 % Sumber : Kantor Kepala Desa Medan Sinembah, 2012
Dari tabel 8 diatas dapat kita peroleh informasi bahwa penggunaan perumahan dan pekarangan untuk perumahan dan pekarangan lebih luas yaitu seluas 327,6 ha atau 94,5 % kemudian di urutan ke dua penggunaan tanah terluas adalah persawahan yaitu seluas 4,5 ha atau 1,298% kemudian pada urutan ketiga perkebunan perorangan 12 ha atau 3,46 %, pada urutan ke empat perkantoran pemerintahan seluas 0,04 ha atau 0,012 % dan terakhir pada urutan kelima yaitu untuk pemakaman desa seluas 2,2 ha atau 0,635 %.
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di desa Medan Sinembah sudah cukup memadai, dengan adanya sarana dan prasarana yang yang terdapat disuatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana maka aakan mempercepat laju perkembangan daerah
(45)
tersebut. Adapuan sarana dan prasarana yang terdapat di desa medan Sinembah dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Sarana dan Prasarana Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang 2011
No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Rumah sakit umum 1
2 Puskesmas 1
3 Posyandu 7
4 Perpustakaan desa 1
5 Taman bacaan 1
6 Sekolah 15
7 Sumur Gali 1215
8 Lapangan Sepak Bola 1
9 Masjid 8
10 Gereja 3
Sumber : Kantor Kepala Desa 2012
Dari tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana baik berupa sekolah, tempat ibadah, dan sarana kesehatan cukup memadai jumlah tiap sarana dan prasarana dianggap mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Medan Sinembah.
4.2. Karakteristik Tenaga Kerja Wanita Responden
Karakteristik Tenaga Kerja Wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga yang secara lengkap dan dapat dilihat pada tabel berikut :
(46)
Tabel 10. Karakteristik tenaga kerja wanita sampel di daerah penelitian 2012
No. Uraian Rentang Rata-rata
1. Umur (Tahun) 21-65 38,67
2. Pendidikan (Tahun ) 6-12 7,9 3. Pengalaman Bekerja( Tahun) 1-30 10,77 4. Jumlah tanggungan ( Jiwa ) 1-6 3,07 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1
Dari tabel 10 diperoleh umur rata-rata sampel adalah 38,67 tahun dengan rentang umur 21-65 tahun. Tingkat pendidikan tenaga kerja sampel antara 6-12 tahun dengan rata pendidikan 7,9 tahun. Pangalaman bekerja 1-30 tahun dengan rata-rata 10,7 tahun, selanjutnya jumlah tanggungan keluarga sampel bervariasai mulai 1 sampai 6 orang tanggungan keluarga dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 3 jiwa.
(47)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Kegiatan Pembuatan Sapu Ijuk
Sapu ijuk adalah perpaduan dari beberapa bahan seperti ijuk, kayu/ tangkai, rotan dan bambu sehingga menghasilkan daya dan hasil guna yang lebih besar. Pada awalnya pengrajin memanfaatkan bahan yang ada disekitar desanya atau di usahakan sendiri, namun lama kelamaan usaha ini berkembang dan bahan dari sekitar desa tidak mencukupi lagi sehingga mereka kemudian membeli bahan dari luar desa .
Dewasa ini para pengrajin sapu ijuk atau pada saat ini dikenal dengan para tenaga kerja yang bekerja dalam industri sapu ijuk bekerja dengan bergantung kepada agen-agen atau dikenal sebagai toke besar yang ada di desanya atau di luar desa. Bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan diperoleh langsung dari toke tersebut.
Adapun proses atau cara kerja pembuatan sapu ijuk adalah sebagai berikut :
5.1.1. Membersihkan ijuk
Ijuk yang diperoleh adalah ijuk yang diambil dari pohon enau, sehingga masih perlu dibersihkan. Tujuan dari membersihkan ijuk ini adalah untuk memisahkan ijuk dengan lidi, karena disamping tidak bermanfaat pada sapu, lidi juga dapat mengganggu kelancaran pembuatan sapu serta mencegah tangan tertusuk oleh lidi tersebut. Disamping memisahkan ijuk dari lidi sekaligus juga memilih ijuk antara kuaalitas yang baik dan yang kurang baik (hal ini sesuai dengan pengalaman
(48)
pengrajin), ini berhubungan juga dengan klasifikasi sapu ijuk yakni kualitas tempahan dan kualitas biasa. Proses membersihkan ijuk dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan kemudian memisahkan ijuk-ijuk yang masih menyatu dengan lidi-lidi. Ijuk yang akan dibersihkan tersebut dibersihkan dengan cara menggenggamnya kemudian menyisir sedikit demi sedikit agar hasilnya lebih bersih. Adapun proses membersihkan ijuk membutuhkan waktu cukup lama bahkan bisa mencapai setengah hari, karena jumlah ijuk yang dibersihkan sangat banyak 5.1.2. Memotong ijuk
Sapu yang dihasilkan pada dasarnya sudah mempunyai ukuran tertentu, baik ijuk, tangkai, dan yang lainnya. Apabila ijuk tersebut sudah bersih maka dilakukan pemotongan ijuk sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
Proses memotong ijuk ini dilakukan dengan gunting khusus atau dengan menggunakan pisau tajam dimana dalam proses pemotongan ijuk dilakukan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan biasanya para tenaga kerja wanita memotong ijuk dengan ukuran ± 20 cm. Memotong ijuk ini ini tidak terlalu rumit tapi membutuhkan ketelitian dalam proses pengerjaanya, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan proses membersihkan ijuk.
5.1.3. Memasang Segitiga atau Kipas
Apabila sudah siap, maka pekerjaan berikutnya adalah memasang segitiga atau kipas (sesuai jenis sapu). Fungsi segitiga adalah menahan ijuk agar tidak berputar pada tangkai sehingga ijuk mudah lepas, juga mempermudah pembuatan bentuk dari sapu, dimana apabila ijuk sudah dijalin akan menyerupai segitiga. Proses
(49)
pengerjaanya dengan menggunakan tali yang sengaja diikat di salah satu kaki para tenaga kerja wanita kemudian ijuk-ijuk tersebut dimasukan pada segitiga atau kipas yang sudah tersedia.
5.1.4. Mengikat Ijuk terhadap Tangkai
Apabila sudah selesai tahap pemasangan segitiga berarti pekerjaan mempersiapkan bahan telah selesai, maka pekerjaan berikutnya adalah mengikat ijuk terhadap tangkai dan segitiga. Hal ini bertujuan untuk memadukan ijuk terhadap tangkai dengan jarak 13 cm dari pangkal tangkai, pengikatan dilakukan dengan menggunakan rotan yang telah dipersiapkan semula. Jumlah ijuk yang dibutuhkan tergantung dari mutu dan kualitas sapu tersebut, pada jenis sapu tempahan maka jumlah ijuk yang dipakai lebih banyak sehingga sapu akan lebih tebal.
Bila proses pemaduan antara ijuk terhadap tangkai serta segitiga telah selesai maka sudah terbentuk sapu ijuk hanya saja sapu ini belum kuat sehingga masih perlu dilakukan proses selanjutnya yaitu penjalinan.
5.1.5. Menjalin Ijuk terhadap tangkai maupun segitiga
Tahap ini merupakan inti dari seluruh tahap yang telah diuraikan di atas. Adapun tujuan dari penjalinan antara lain: Memperkuat penyatuan antara ijuk terhadap tangkai, sehingga kokoh waktu digunakan, memperkuat penyatuan ijuk sehingga tidak mudah tercabut satu per satu dipakai menyapu, membuat bentuk dari sapu, dimana setelah dijalin bentuknya seperti segitiga, memperindah bentuk dari sapu, karena jalinan rotan menambah nilai keindahan sapu.
(50)
Proses penjalinan sangat membutuhkan kesabaran serta keterampilan. Penjalinan dilakukan dengan menggunakan jarum sebagai alat penusuk (jarum yang dipakai adalah jarum goni) yang dimulai dari samping bawah (batas segitiga) menuju ke atas. Penjalinan dilakukan secara teratur, sehingga disisi kiri akan terbentuk jalinan rotan yang rapi demikian juga dengan bagian depan dan belakang.
Dengan selesainya penjalinan, maka boleh dikatakan pembuatan sapu sudah rampung hanya tinggal menyisir dan meratakan ijuk.
5.1.6. Menyisir dan Meratakan Ijuk
Setelah selesai penjalinan, maka sapu tersebut disisir dengan tujuan untuk merapikan susunan daripada ijuk tersebut serta mengeluarkan kotoran yang masih tersisa. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sisir yang agak kasar yang dimulai dari bagian atas menuju ke bawah.
Sapu yang telah selesai dijalin biasanya ujung dari ijuk (permukaan ijuk yang bersentuhan dengan lantai) belum rata benar sehingga masih perlu dipotong sampai benar-benar rata dengan tujuan untuk efektivitas penggunaan sapu tersebut. Dengan berakhirnya tahapan tahapan kerja menyisir dan meratakan ijuk ini maka kegiatan pembuatan sapu ijuk telah selesai.
Di daerah penelitian kegiatan membuat sapu ijuk ini biasa dilakukan oleh tenaga kerja wanita pada pagi hari sampai tengah hari atau dimulai pada pukul 08.00 pagi atau setelah semua pekerjaan rumah tangga telah selesai diselesaikan dan batas waktu pengerjaan tergantung dari tiap-tiap pekerja. Sebagian pekerja mengerjakan di tempat industri sapu ijuk dan ada pula yang mengerjakan di rumah masing-masing.
(51)
Bahan-bahan seperti ijuk, rotan, tangkai kipas, tali dll disediakan oleh toke, biasanya para ibu hanya mengerjakan tahapan pekerjaan seperti membersihkan ijuk, memasang segitiga atau kipas, menjalin ijuk terhadap tangkai maupun segitiga, serta menyisir dan meratakan ijuk adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Tahapan pekerjaan pembuatan sapu ijuk di desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang 2012
Keterangan :
√ = Dilakukan - = Tidak dilakukan
Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa dalam setiap tahapan pembuatan sapu ijuk banyak didominasi oleh tenaga kerja wanita daripada tenaga kerja laki-laki, dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa dalam proses pembuatan sapu ijuk tersebut pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita lebih ringan dibanding pekerjaan laki-laki.
Dalam proses pelaksanaan tahapan kegiatan pembuatan sapu ijuk memang banyak dibutuhkan biaya-biaya terutama untuk penyediaan bahan-bahan dan alat .
Tahapan pekerjaan industri pembuatan sapu ijuk Tenaga kerja
No. Pria Wanit
1. Membersihkan ijuk - √
2. Memotong ijuk √ √
3. Membelah rotan dan mengikis rotan √ -
4. Melubangi tangkai √ -
5. Memasang segitiga atau kipas - √
6. Mengikat ijuk terhadap tangkai - √
7. Menjalin Ijuk terhadap tangkai maupun segitiga - √
(52)
Dalam pembuatan sapu ijuk yang dilakukan oleh pengrajin memerlukan korbanan berupa komponen-komponen sebagai berikut :
1. Ijuk
Ijuk adalah merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembuatan sapu ijuk, sekitar 16 kg - 16,5 kg ijuk untuk pembuatan 100 batang sapu ijik, dimana pada umumnya tiap 1 kg ijuk dapat menghasilkan 5-6 buah sapu ijuk. Jika dibandingkan dari keseluruhan komponen biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan 100 batang sapu ijuk.
2. Rotan
Rotan juga merupakan komponen penting dalam proses pembuatan sapu ijuk. Di daerah penelitian dapat dilihat bahwa jumlah bambu yang dibutuhkan untuk setiap pembuatan 100 buah sapu ijuk sekitar 5 batangnya bambu tersebut dapat dipakai untuk membuat 20 buah sapu ijuk, dan harga tiap batangnya adalah Rp. 5000. Jika dibandingkan dari keseluruhan komponen biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan 100 batang sapu ijuk.
3. Tali
Tali juga merupakan salah satu yang diperlukan dalam setiap pembuatan sapu ijuk. Di daerah penelitian dilihat bahwa jumlah tali yang diperlukan untuk pembuatan 100 buah sapu ijuk dibutuhkan 8 kg tali, dimana untuk setiap 1 kg tali dapat dipakai untuk membuat 13 buah sapu.
Proses penyediaan bahan dan alat memang sepenuhnya diserahkan kepada para pemilik industri, toke, dan pedagang besar namun dalam proses penyalurannya kepada para tenaga kerja juga dengan menggunakan perantara yaitu mandor atau
(53)
orang yang dipercaya untuk menyalurkannya kepada para pekerja, dimana yang banyak membuat sapu ijuk di rumah mereka masing-masing.
Pada daerah penelitian kebanyakan tenaga kerja wanita bekerja membuat sapu ijuk di rumahnya masing-masing atau mengerjakannya di rumah mandor yaitu orang yang dipercaya pedagang atau pemilik industri.
Kegiatan pembuatan sapu ijuk ini juga sering dilakukan bersama-sama di rumah mandor setelah selesai membuat sapu ijuk jumlah yang mereka buat akan langsung dikumpulkan menjadi satu kemudian mengantarnya ke lokasi industri dengan begitu pengumpulan sapu ijuk yang sudah selesai akan lebih mudah karna akan langsung di antar ke lokasi pengumpulan atau bahkan langsung menyalurkannya ke konsumen atau grosir-grosir.
5.2. Hasil Analisis
5.2.1. Kontribusi Tenaga Kerja Wanita Terhadap Total Pendapatan Keluarga Kondisi Rumah tangga lapisan menengah ke bawah memerlukan sumber berganda atau penghasilan yang berganda. Penghasilan suami saja tidak cukup untuk menghidupi keluarga. Sehingga menuntut istri ikut terlibat dalam usaha mencari nafkah untuk menopang kehidupan keluarga.
Pendapatan keluarga tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai tenaga kerja di sebuah industri pembuatan sapu ijuk, dan pendapatan dari suami yang kemudian ditambahkan dengan upah yang diterima sebagai tenaga kerja di industri kerajinan sapu ijuk dengan asumsi 24 hari dimana setiap 1 sapu yang telah selesai dibuat diberi harga @Rp. 350- Rp.500/sapu itu kalau sapu segitiga (kipas) dan sapu jahit 1 sapu diberi harga @ Rp. 1000/ sapu setelah sapu selesai dibuat masing-masing tenaga
(54)
kerja wanita mengumpulkan seberapa banyak sapu yang bisa mereka kerjakan kemudian pada hari sabtu atau hari ke 6 mereka akan memperoleh upah dari toke masing-masing.
Anak juga ikut berperan dalam pekerjaan membuat sapu ijuk terutama anak perempuan, para tenaga kerja wanita yang membawa bahan dan alat untuk membuat sapu ijuk ke rumah masing-masing ikut dibantu pekerjaanya oleh anak-anak mereka, namun sapu yang mereka buat terhitung sebagai upah ibu.
Anak-anak yang bekerja di bidang lain menggunakan pendapatannya untuk keperluannya sendiri tanpa menyumbangkan untuk keperluan keluarga, oleh sebab itu anak yang sudah bekerja itu tidak termasuk sebagai tanggungan keluarga. Namun ada juga anak yang bekerja sekali-sekali sehingga jumlah tanggungan keluarga kadang berkurang kadang bertambah.
Di daerah penelitian ada dua jenis sapu ijuk yang dihasilkan dengan berbagai merk, dua jenis sapu tersebut yaitu jenis sapu ijuk kipas dan sapu ijuk jahit sedangkan merk yang terkenal di desa Medan Sinembah adalah Rajawali dan zebra. Perbedaan yang tampak antara sapu ijuk kipas dengan sapu ijuk jahit terlihat dari bentuknya dan cara pengerjaannya, dari bentuknya sapu ijuk kipas akan terlihat berbentuk kipas dan segitiga dan pengerjaanya dengan memasang ijuk pada segitiga sedangkan sapu ijuk jahit proses pengerjaanya dengan menjahit ijuk pada batang sapu. Proses membuat sapu ijuk cukup rumit bila dibandingkan dengan proses pengerjaan sapu ijuk kipas oleh karena itu biaya serta upah yang dihasilkan lebih besar.
Di daerah penelitian pekerjaan suami tenaga kerja buruh wanita berbeda antara lain buruh bangunan, petani, penjual sapu keliling, penarik becak dll. Secara
(55)
keseluruhan pria dan wanita mempunyai peranan yang sama terhadap pendapatan keluarga. Besarnya kontribusi tenaga kerja buruh wanita terhadap total pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 12. Rata-rata kontribusi tenaga kerja wanita pekerja Industri Sapu Ijuk terhadap Total Pendapatan Keluarga 2012
No. Uraian Jumlah
(Rp/Bulan)
Jumlah (Rp/Tahun)
Persentase (%)
1. Pendapatan istri 725.733,33 8.708.800 37,3 2. Pendapatan Suami 1.219.433,33 14.633.200 62,70 Total Pendapatan Keluarga 1.945.166,66 23.342.000 100% Sumber : Data primer diolah dari lampiran 2
Berdasarkan Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa wanita menyumbangkan rata-rata Rp. 725.733 bulan dan 8.708.800 /tahun terhadap total pendapatan keluarga. Hal ini menunjukkan keikutsertaan wanita dalam usaha mencari nafkah dengan menjadi pekerja di industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk ternyata tidak menjadi andalan utama dalam pendapatan keluarga, namun sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Dengan melihat persentase kontribusi tenaga kerja tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga sebesar 37,30% dari total pendapatan keluarga ≤ 50 % maka kontribusi tenaga kerja wanita sebagai pekerja di industri pembuatan sapu ijuk di daerah penelitian adalah kecil namun sangat mempengaruhi pendapatan keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa Ho : ditolak, H1 = diterima. Hal ini terjadi
karena masih banyak tenaga kerja wanita yang terhambat oleh masalah waktu, dimana kendala waktu ini menjadi alasan utama mereka mampu membuat sapu dengan jumlah yang lebih besar sapu dalam jumlah sedikit.
(56)
5.2.2. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Yang Bekerja Dalam Industri Sapu Ijuk Terhadap Pendapatan Keluarga
Pendapatan Keluarga merupakan variabel terikat (Ŷ) sedangkan variab el bebasnya ada sebanyak empat variabel yaitu umur (X1), Tingkat Pendidikan (X2),
Pengalaman Bekerja (X3), Jumlah Tanggungan (X4). Pengaruh Karakteristik Sosial
Ekonomi Tenaga Kerja Yang Bekerja Dalam Industri Sapu Ijuk Terhadap Pendapatan Keluarga. Akan dihitung dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda seperti pada persamaan dibawah ini :
Ŷ = a + b1x1+ b2x2 + b3x3 + b4x4 Dimana:
Ŷ = Pendapatan Tenaga Kerja Wanita (Rp) X1 = Umur Tenaga Kerja (Tahun)
X2 = Tingkat pendidikan (Tahun) X3 = Pengalaman bekerja (Tahun) X4 = Jumlah tanggungan keluarga (Jiwa)
Tabel 13. Analisis Statistik Regresi Linear Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 640228,796 564533,357 1,134 ,268
Umur -5138,973 9856,442 -,098 -,521 ,607
Tingkat_Pendidikan 11759,106 35352,428 ,062 ,333 ,742
Pengalaman_Bekerja 47920,760 11901,817 ,793 4,026 ,000
Jumlah_Tanggungan -105858,357 62055,636 -,279 -1,706 ,100
a Dependent Variable: Pendapatan
(57)
Konstanta : 640228,79 R2 = 0,442
( sumber diolah dari lampiran 3)
Dari tabel di atas dapat diperoleh persamaan perhitungan sebagai berikut : Y = 640.228 – 5.138X1+ 11.759X2 – 47.920X3 -105.858X4
Keterangan :
Y = Pendapatan Tenaga Kerja Wanita (Rp) X1 = Umur (Tahun)
X2 = Tingkat Pendidikan (Tahun)
X3 = Pengalaman Bekerja (Tahun)
X4 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 328988008
3365,017 4
82247002084
1,254 4,954 ,004(a)
Residual 415087778
3301,653 25
16603511133
2,066
Total 744075786
6666,670 29
a Predictors: (Constant), Jumlah_Tanggungan, Tingkat_Pendidikan, Umur,
Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
• Dengan menggunakan uji serempak
Nilai signifikansi 0.004 dan nilai α = 0,05. Apabila nilai signifikansi > α maka Ho diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi ≤ α maka Ho diterima. Dari tabel diperoleh nilai signifikansi 0,004 < 0,05 maka Ho diterima artinya bahwa keempat
(58)
variabel bebas yakni umur (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman bekerja (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan tenaga kerja wanita ( Ŷ). Nilai Fhitung > Ftabel yaitu 4,954 > 2,18.
• Dengan menggunakan uji Parsial
a. Variabel Umur (X1) diperoleh hitung = -0,521 dan tabel = 2,05 sehingga t-hitung (-0,521) < t-tabel (2,05). Hal ini menunjukkan bahwa umur tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Tanda koefisien negativ pada umur tenaga kerja yang bekerja dalam industri sapu ijuk memberikan arti bahwa pengaruh antara umur dan pendapatan keluarga bersifat negatif. Artinya semakin tinggi umur tenaga kerja maka semakin rendah pula pendapatan keluarga yang diterima . Nilai -5.138 merupakan koefisien regresi variabel X1, yang menunjukkan setiap adanya penambahan umur sebesar 1 tahun maka akan menurun pula pendapatan sebesar Rp. 5.138 .
b. Variabel Tingkat pendidikan (X2) diperoleh t-hitung = 0,333 dan t-tabel = 2,05 sehingga t-hitung < t-tabel Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja wanita yang bekerja dalam industri pembuatan sapu ijuk tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Tanda koefisien positif pada tingkat pendidikan petani tenaga kerja wanita memberikan arti bahwa pengaruh antara tingkat pendidikan dan pendapatan bersifat positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja wanita maka semakin tinggi pendapatan keluarga. Nilai 11.759 merupakan koefisien regresi variabel X2, yang menunjukkan setiap adanya penambahan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun maka akan menambah pendapatan keluarga Rp.11.759.
(59)
c. Variabel Pengalaman bekerja (X3) diperoleh t-hitung = 4,026 dan t-tabel = 2,05 sehingga t-hitung (4,026) > t-tabel (2,05). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bekerja tenaga kerja wanita berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga. Tanda koefisien positif pada pengalaman bekerja tenaga kerja wanita memberikan arti bahwa pengaruh antara pengalaman bekerja dan pendapatan keluarga bersifat positif. Artinya semakin tinggi pengalaman bekerja semakin menambah pendapatan keluarga. Nilai 47.920 merupakan koefisien regresi variabel X3, yang menunjukkan setiap adanya penambahan pengalaman bekerja sebesar 1 tahun maka akan menambah pendapatan keluarga sebesar Rp. 47.920 d. Variabel Jumlah tanggungan keluarga (X4) diperoleh t-hitung = -1.706 dan t-tabel
= 2,05 sehingga t-hitung(-1.706) < t-tabel (2,05). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga tenaga kerja wanita yang bekerja dalam industri pembuatan sapu ijuk tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga. Tanda koefisien negatif pada jumlah tanggungan keluarga tenaga kerja wanita yang bekerja dalam industri sapu ijuk memberikan arti bahwa pengaruh antara jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan keluarga bersifat negatif. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga tenaga kerja wanita maka semakin menurun pula pendapatan keluarga. Nilai 105. 858 merupakan koefisien regresi variabel X4, yang menunjukkan setiap adanya penambahan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 orang maka akan menurunkan pendapatan keluarga sebesar Rp. 105.858.
(60)
5.2. Masalah-masalah yang dihadapi tenaga kerja wanita yang bekerja dalam Industri Sapu Ijuk.
1. Masalah Keterampilan
Dalam proses pengerjaan pembuatan sapu ijuk daerah penelitian bukan tanpa hambatan, akan tetapi banyak hal ataupun kondisi yang membuat para tenaga kerja harus lebih ekstra untuk mengerjakan sapu ijuk. Hambatan yang dijumpai penduduk yang sering muncul proses pengerjaan sapu ijuk ini pada umum yaitu pada tahap pengerjaan pemasangan kipas segitiga, dalam tahapan proses pembuatan sapu ijuk tahapan ini dianggap menjadi tahapan pekerjaan yang cukup sulit karna sangat dibutuhkan keterampilan dan kecepatan tangan agar pamasangan kipas segitiga bisa dilakukan dengan waktu yang efisien.
2. Masalah Waktu.
Masalah yang juga cukup sering di hadapi adalah masalah waktu, masalah waktu adalah salah satu masalah yang cukup sering timbul, pada umumya para tenaga kerja yang bekerja dalam Industri Sapu Ijuk dalam mengerjakan tugas sebagai pekerja terlebih dahulu mangerjakan pekerjaan rumah tangga yaitu menyiapkan makanan, membersihkan rumah, belanja dan sebagainya oleh karna itu waktu mereka cukup tersita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga untuk mengerjakan pembuatan sapu mereka hanya mampu mengerjakan sampai puluhan biji sekitar 30-50 sapu akibatnya penghasilan yang mereka peroleh cukup dan pas-pasan.
(61)
Di antara para tenaga kerja wanita beberapa di antaranya mengerjakan membuat sapi ijuk dari pagi jam 0.8.00 sampai jam 15.00 yang dimafaatkan maksimal sehingga sapu yang bisa dibuat mencapai ≥ 50 sapu. Tenaga kerja wanita yang menjadi sampel saya bekerja tidak hanya bekerja pada satu tempat pembuatan sapu ijuk namun berasal dari berbagai industri sapu ijuk yang ada di desa Medan Sinembah, sehingga ada beberapa perbedaan yang dijumpai antara lain upah yang diberikan, jenis sapu ijuk yang dikerjakan, dan sistem pengerjaan.
3.Masalah dalam pengerjaan
Masalah yang ditimbulkan antara lain pada sistem pengerjan yaitu ada yang dibawa ke rumah pekerja masing-masing, dan ada pula yang dikerjakan langsung di lokasi industri dan tenaga kerja wanita yang membawa ke rumah masing-masing terkadang kurang mendapat informasi dari toke mengenai berapa jumlah sapu yang dibutuhkan atau sudah harus selesai dikerjakan akibatnya terkadang para tenaga kerja wanita terpaksa bekerja keras untuk mencukupi jumlah sapu ijuk yang dibutuhkan.
4. Masalah jarak dan lokasi
Masalah yang terakhir adalah jarak antara lokasi tempat industri dengan tempat tinggal mereka yang cukup jauh sehingga memerlukan waktu dan tenaga yang cukup besar beberapa tenaga kerja memiliki tempat tinggal di luar desa Medan Sinembah. Meskipun bahan dan alat-alat dalam membuat sapu ijuk dapat dibawa ke rumah tenaga kerja wanita masing-masing, namun terkadang mengerjakannya lebih maksimal apabila dikerjakan di tempat industri pembuatan sapu ijuk karna tenaga
(1)
Lampiran 2 : Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap
Pendapatan Keluarga
No. sampel Total Pendapatan Keluarga (Rp/Tahun) Kontribusi Pendapatan wanita
1 305520000 0,075412412
2 386400000 0,074534161
3 86880000 0,066298343
4 53712000 0,056300268
5 121920000 0,070866142
6 149184000 0,069498069
7 180480000 0,071808511
8 103200000 0,069767442
9 96240000 0,067331671
10 85392000 0,060708263
11 89280000 0,064516129
12 86880000 0,066298343
13 104100000 0,069164265
14 68160000 0,063380282
15 267720000 0,072613178
16 264600000 0,072562358
17 130416000 0,06624954
18 117600000 0,06122449
19 52440000 0,054919908
20 111600000 0,064516129
21 102000000 0,070588235
22 117600000 0,06122449
23 76416000 0,052763819
24 65760000 0,065693431
25 89280000 0,064516129
26 110400000 0,065217391
27 89520000 0,056300268
28 125088000 0,062164236
29 104040000 0,062283737
30 93600000 0,076923077
TOTAL 3835428000 0,065854824
(2)
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Pendapatan 725733,3333 506535,14929 30
Umur 38,6667 9,66092 30
Tingkat_Pendidikan 7,9000 2,66975 30 Pengalaman_Bekerja 10,7667 8,38588 30 Jumlah_Tanggungan 3,0667 1,33735 30
Correlations
Pendapat an
Um ur
Tingkat _Pendid ikan
Pengalama n_Bekerja
Jumlah_Tanggu ngan Pears
on Corre lation
Pendapatan
1,000 ,239 -,255 ,608 ,005
Umur
,239 1,00
0 -,532 ,511 ,127
Tingkat_Pen
didikan -,255
-,532 1,000 -,479 -,037
Pengalaman_
Bekerja ,608 ,511 -,479 1,000 ,377
Jumlah_Tang
gungan ,005 ,127 -,037 ,377 1,000
Sig. (1-tailed )
Pendapatan
. ,102 ,087 ,000 ,491
Umur ,102 . ,001 ,002 ,251
Tingkat_Pen
didikan ,087 ,001 . ,004 ,424
Pengalaman_
Bekerja ,000 ,002 ,004 . ,020
Jumlah_Tang
gungan ,491 ,251 ,424 ,020 .
N Pendapatan 30 30 30 30 30
Umur 30 30 30 30 30
Tingkat_Pen
didikan 30 30 30 30 30
Pengalaman_
(3)
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1
Jumlah_Tan ggungan, Tingkat_Pe ndidikan, Umur, Pengalaman _Bekerja(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Pendapatan
Model Summary(b)
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Change Statistics
R Square Change
F
Change df1 df2
Sig. F Change
R Square Change
F
Change df1 df2 1 ,665(a) ,442 ,353 407474,06216 ,442 4,954 4 25 ,004 a Predictors: (Constant), Jumlah_Tanggungan, Tingkat_Pendidikan, Umur, Pengalaman_Bekerja b Dependent Variable: Pendapatan
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 328988008
3365,017 4
82247002084
1,254 4,954 ,004(a) Residual 415087778
3301,653 25
16603511133
2,066
Total 744075786
6666,670 29
a Predictors: (Constant), Jumlah_Tanggungan, Tingkat_Pendidikan, Umur, Pengalaman_Bekerja b Dependent Variable: Pendapatan
(4)
Coefficients(a) Mod el Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie
nts t Sig.
95% Confidence
Interval for B Correlations
Collinearit y Statistics
B
Std.
Error Beta
Low er Bou nd Upp er Bou nd
Zero-order Partial
Par t
Toleran ce
VI
F B
Std. Erro r
1 (Constant)
640228,7 96
564533,3
57
1,13
4 ,268
-522449,4 17 1802907, 009 Umur
-5138,973 9856,442 -,098 -,521 ,607
-25438,69 6 15160,75 0 ,23
9 -,104
-,07 8 ,63 1 1,58 4 Tingkat_Pendidi
kan 11759,10
6
35352,42
8 ,062 ,333 ,742
-61050,58 3 84568,79 5 -,25 5
,066 ,05
0 ,64 3 1,55 6 Pengalaman_Be kerja 47920,76 0 11901,81
7 ,793
4,02
6 ,000
23408,50 9
72433,01 1
,60
8 ,627
,60 1 ,57 5 1,74 0 Jumlah_Tanggu ngan -105858,3 57 62055,63
6 -,279
-1,70 6 ,100 -233664,3 33 21947,61 8 ,00
5 -,323
-,25 5 ,83 1 1,20 3
a Dependent Variable: Pendapatan
Coefficient Correlations(a)
Model
Jumlah_Tangg ungan
Tingkat_Pendi
dikan Umur
Pengalaman_B ekerja
1 Correlations Jumlah_Tanggungan 1,000 -,158 ,016 -,392
Tingkat_Pendidikan -,158 1,000 ,374 ,320
Umur ,016 ,374 1,000 -,324
Pengalaman_Bekerja -,392 ,320 -,324 1,000
Covariances Jumlah_Tanggungan 3850901991,63 9 -345704895,743 9872812,9 61 -289732890,494
Tingkat_Pendidikan
-345704895,743
1249794199,08 2
13019163
1,848 134518051,968 Umur
9872812,961 130191631,848 97149457,
983 -37954266,699 Pengalaman_Bekerja
-289732890,494 134518051,968
-37954266, 699
141653249,024 a Dependent Variable: Pendapatan
(5)
Collinearity Diagnostics(a)
Mo del
Dimen sion
Eigenv alue
Condi tion
Index Variance Proportions
(Const
ant) Umur
Tingkat _Pendid ikan
Pengalam an_Beker
ja
Jumlah_Ta nggungan
(Consta
nt) Umur
1 1 4,454 1,000 ,00 ,00 ,00 ,01 ,01
2 ,361 3,510 ,00 ,00 ,06 ,37 ,00
3 ,109 6,402 ,01 ,06 ,00 ,03 ,89
4 ,065 8,309 ,01 ,21 ,38 ,59 ,10
5
,012 19,55
0 ,98 ,73 ,56 ,00 ,01
a Dependent Variable: Pendapatan
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 239969,37 50
1674601,8 750
725733,33
33 336814,69803 30
Std. Predicted Value -1,442 2,817 ,000 1,000 30
Standard Error of Predicted Value
100735,08 6
285936,84 4
160351,68
6 45027,067 30
Adjusted Predicted Value 171959,87 50
1286262,3 750
698790,64
18 318103,48527 30
Residual
-631433,00 000
931866,18
750 ,00000 378330,16885 30
Std. Residual -1,550 2,287 ,000 ,928 30
Stud. Residual -1,612 2,668 ,030 1,038 30
Deleted Residual
-682878,75 000
1268526,3 7500
26942,691
52 477180,35598 30 Stud. Deleted Residual -1,668 3,091 ,055 1,106 30
Mahal. Distance ,806 13,314 3,867 2,839 30
Cook's Distance ,000 ,521 ,057 ,138 30
Centered Leverage Value ,028 ,459 ,133 ,098 30
(6)
R
egressi
on
S
tandardi
zed
P
redi
ct
ed
V
al
u
e
3
2
1
0
-1
-2