Peranan Tenaga Kerja Wanita Sebagai Buruh Pada Industri Kacang Intip Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi

TINJAUAN PUSTAKA Industri Rumah Tangga

  Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menampung secara penuh jumlah tenaga kerja yang ada. Upayapemerintah dalam menangani masalah tersebut diantaranya melalui program transmigrasi, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, juga dengan menggalakkan berbagai jenis pengembangan usaha-usaha industri kecil, koperasi dan industri rumah tangga. Pengembangan usaha berskala kecil pada kelompok- kelompok masyarakat kemudian menjadi salah satu alternatif penyelesaianmasalah surplus tenaga kerja, utamanya ditujukan untuk menjadi wadah bagi upaya pembinaan wirausaha di kalangan masyarakat (Tjiptoherijanto, 1999).

  Pada masa sekarang ini semakin banyak barang dan jasa yang diperjual belikan dan dikonsumsi masyarakat. Barang dan jasa tersebut dapat dibeli dalam jumlah, kualitas, model, dan ukuran yang beraneka macam. Hal ini didukung oleh adanya kegiatan untuk menambah atau menciptakan kegunaan barang dan jasa tersebut. Usaha atau kegiatan ini dilaksanakan melalui sistem produksi, dengan mengubah faktor-faktor produksi yang tersedia sehingga menjadi barang dan jasa.

  Faktor-faktor produksi tersebut seperti telah diketahui yaitu tenaga kerja, modal, mesin, metode, dan bahan baku (Sumarni, dkk. 2005).

  Secara umum ada dua jenis industri rumahan yang muncul akibat proses industrialisasi yang berlangsung, yang pertama, unit-unit usaha rumah tangga yang pada dasarnya merupakan perpanjangan dari industri atau yang dikenal sebagai sistem subkontrak. Kedua, jenis-jenis usaha rumah tangga yang secara langsung terlepas dari proses industrialisasi. Unit-unit usaha ini cenderung memanfaatkan sumber daya alam yang masih dapat dijangkaunya dan memanfaatkan sumber daya manusia seperti perempuan-perempuan yang terlempar dari arus proses industrialisasi yang berlangsung. Jenis kedua tersebutlah yang berkembang menjadi sektor-sektor ekonomi di pedesaan (Chotim dan Ratih, 2004).

  Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

  1. Meningkatkan nilai tambah Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengelolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik, maupun pasar luar negeri.

  2. Kualitas hasil Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas.

  Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri

  3. Penyerapan tenaga kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.

  Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.

  4. Meningkatkan keterampilan Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.

  5. Meningkatkan pendapatan Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 1991).

  Tenaga Kerja Wanita

  Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja merupakan suatu fenomena yang umum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan GBHN Bab IV mengenai “peranan wanita dalam pembangunan dan pembinaan bangsa”, yang antara lain menyebutkan “pembangunan menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria maupun wanita secara maksimal disegala bidang”. Oleh karena itu, wanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiatan pembangunan (Notopuro, 1979).

  Diferensiasi peranan dalam keluarga ada, karena adanya perbedaan umur, seks, generasi, posisi ekonomi dan pembagian kekuasaan. Perbedaan peranan dalam keluarga masyarakat yang patrilinear selain disebabkan oleh faktor biologis juga disebabkan oleh faktor sosial budaya karena sistem kekerabatan tersebut, dimana pria lebih meraja dalam sistem ini. Sejak kecil anak laki-laki dididik dan diarahkan untuk menempati status yang berorientasi ke masyarakat luas dalam bertanggung jawab atas kelangsungan rumah tangga dan kerabatnya: merajai pewarisan tanah adat sebagai sumber nafkah dan dalam kegiatan- kegiatan seremonial atau sosial lainnya. Wanita dididik mengarah kepada menangani urusan rumah tangga. Namun diduga sedang terjadi perubahan dalam peranan yang ada yaitu wanita bukan saja mengurus rumah tangga, tetapi juga berperan dalam pencarian nafkah demikian juga pria sebaliknya (Hutajulu, 1987).

  Secara konseptual ada beberapa macam pengelompokan kerja perempuan, seperti sistem produksi subsistem yaitu pekerjaan tanpa upah dalam sistem produksi keluarga, sistem putting-up, seperti pekerjaan rumah (home worker), pembantu rumah tangga, buruh upahan, dan usaha mandiri (self employed). Semua itu menunjukkan bahwa hanya itulah ruang yang tersisa bagi perempuan marjinal (Chotim dan Ratih, 2004).

  Konteks pembangunan segala sumber daya seharusnya dikembangkan dan didayagunakan, baik sumber daya fisik maupun sumber daya insani termasuk di dalamnya wanita yaitu dengan usaha meningkatkan peran wanita, baik dalam lingkup rumah tangga maupun dalam lingkup masyarakat. Jadi wanita dalam statusnya sebagai ibu rumah tangga memiliki peranan untuk mengatur rumah tangga dengan kegiatannya yang terpusat sekitar rumah dan kegiatan pria di luar rumah. (Sajogyo, 1983).

  Wanita disamping sebagai ibu rumah tangga ia juga berperan dalam peningkatan pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi kontribusi terhadap pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang dalam penelitian ini dibatasi pada faktor upah dan jumlah pendapatan suami (Moenandar, 1985).

  Produktivitas Tenaga Kerja Wanita

  Produktivitas adalah rasio antara outputdan input dari suatu proses produksi dalamperiode tertentu, dimana input terdiri atasmanajemen, tenaga kerja, biaya produksi,peralatan serta waktu, sedangkan output meliputi produksi, produk penjualan sertapendapatan (Mangkuprawira,2007).

  Produktivitas merupakan perbandinganantara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan per satuan waktu. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran yang strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya (Sumarsono, 2003).

  Perkembangan kewirausahaan wanita sangat berpotensi sebagai motor utama pendorong proses pemberdayaan wanita, transformasi sosial dan produktivitas tenaga kerja wanita. Tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki wanita juga mempengaruhinya dalam memanfaatkan waktu dan pendapatan mereka. Dapat diduga bahwa wanita dengan pendidikan yang lebih baik dapat menyeleksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih baik dibandingkan wanita yang berpendidikan lebih rendah (Tambunan, 2009).

  Besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang akan dipertimbangkan dan merupakan pendorong bagi isteri dalam mengambil keputusan bekerja, yang menyangkut waktu, jenis dan harapan dalam pekerjaannya. Jumlah tanggungan keluarga dapat mencerminkan jumlah pengeluaran rumah tangga. Dengan demikian akan mendorong tenaga kerja untuk bekerja lebih giat, hal ini akan meningkatkan produktivitas sehingga penerimaan atau pendapatan akan bertambah. Namun apabila tanggungan keluarga bukan merupakan usia angkatan kerja maka keadaan ini akan mengurangi produktivitas (Sayogyo, 1983).

  Partisipasi tenaga kerja wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu di bidang pertanian sejak semula dalam memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada, yaitu tenaga laki-laki dalam mengerjakan ladangnya atau sawah, tegalan dan kebunnya. Kini dengan berkembangnya industri yang tersedianya pekerjaan yang cocok bagi wanita (Sajogyo, 1986).

  Pendapatan Rumah Tangga

  Menurut Tinker dalam Hutajulu (1987) untuk melihat kedudukan wanita dalam perekonomian rumah tangga para ahli lebih menitikberatkan perhatiannya pada rumah tangga sebagai suatu kesatuan yang menentukan atau mengambil keputusan dalam berbagai aspek kehidupan anggota-anggotanya. Suatu ciri dari rumah tangga pada masyarakat agraris adalah sebagai kesatuan dasar dalam kegiatan produksi, konsumsi dan reproduksi. Tujuan utama daripada rumah tangga di pedesaan adalah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan daripada anggota. Maka setiap pria, wanita, tua maupun muda semua mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

  Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatanterhadap total pendapatan rumah tangga tergantung pada produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yangbersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tanggacenderung dipengaruhi dominasi sumber-sumberpendapatan. Jenis-jenis pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian umumnya tidak terkait dengan musim dan dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun (Nurmanaf, 2006).

  Keinginan para wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan perbaikan ekonomi serta keadilan sosial keluarga senantiasa tergambar dari upaya yang selalu mereka lakukan, misalnya dengan bekerja dibidang pertanian atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga. Wanita pada umumnya sangat peka dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, wanita akan menjadi penengah untuk setiap masalah yang terjadi dalam keluarga dan juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang berisiko tinggi apabila keadaan keluarga mengharuskan untuk berbuat demikian (Ihromi,1995).

  Sebagai wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga inti sebagai istri, sebagai pengurus rumah tangga, dan sebagai pencari nafkah. Ini pada umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seseorang wanita yang terkait dalam gambaran perkawinan. Dalam tiga peran tersebut, wanita memberikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan bagi keluarganya. Banyak wanita merasa tidak puas dalam ketiga peran diatas dan sering keadaan ekonomi keluarganya menuntut untuk bekerja di luar, atau mencari suatu kegiatan yang menambah penghasilan keluarganya (Moenandar, 1985).

  Pola curahan tenaga kerja wanita dan pria pada tingkat rumah tangga dengan memperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan nafkah. Hal tersebut akan dihubungkan dengan pola pendapatan atau upah rumah tangga, serta lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Hubungan tersebut akan mencerminkan strategi atau usaha keluarga dalam mempertahankan hidup serta kesejahteraannya (Sayogyo, 1983).

  Pendapatan seseorang (wanita atau pria) telah menetapkan mereka pada posisi sentral perekonomian rumah tangga. Sayangnya posisi sentral ini sering tidak tampak karena nilai-nilai patriarki yang membudaya di masyarakat. Seperti konsep bahwa kepala rumah tangga dan pencari nafkah adalah pria. Konsep ini telah membawa implikasi pada kerja produktif wanita yang selalu dipandang oleh masyarakat dan kadang-kadang oleh wanita sendiri sebagai kerja sampingan (Ihromi, 1995).

  Partisipasi laki-laki dalam golongan kajian wanita justru perlu, mengingat bahwa pembahasan perempun hanya bermakna bila dilakukan dalam konteks lingkungannya, termasuk bahwa dalam setiap lingkungan dimana ia berada selalu ada pula laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu program kajian wanita diperkaya dengan adanya partisipasi kaum laki-laki, karena yang dituju bukan suatu masyarakat tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga dapat dilihat pada dominasi pendapatan rumah tangga tidak melulu didominasi oleh pendapatan kaum lelaki saja tetapi juga ada kaum perempuan yang turut andil di dalamnya (Ihromi, 1995).

  Suatu kenyataan menunjukkan bahwa kultur dominasi laki-laki merupakan aspek yang tidak begitu saja disingkirkan meskipun perempuan desa telah terbiasa melakukan prilaku mandiri sejak dini. Biasanya anak-anak tergantung pada orang tuanya sampai mereka menikah. Kondisi ini menyebabkan perempuan lebih banyak tergantung kepada orang lain dan kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemandirian (Notopuro, 1979).

  Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Wanita 1.

Umur

  Umur tenaga kerja adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Anonimous, 2012).

  2. Pendidikan

  Banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga.Tingkat pendidikan formal yang dimiliki akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahanya. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Anonimous, 2012).

  3. Lamanya bekerja Pengalaman seseorang dalam bekerja berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya bekerja untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya bekerja dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Anonimous, 2012).

  Lama waktu kerja seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk bekerja. Waktu maksimal seseorang bekerja selama 7 jam per hari (Suratiyah, 2009).

  4. Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong pekerja untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

  Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1991).

  Kerangka Pemikiran

  Usaha pengolahan kacang intip merupakan salah satu jenis industri dengan memanfaatkan kacang tanah sebagai bahan baku utamanya, dimana kacang tersebut akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersil. Industri kacang intip di daerah penelitian masih sederhana dan masih tergolong usaha rumah tangga. Usaha ini membantu masyarakat sekitar, khususnya kaum wanita untuk menambah penghasilan dengan menjadi buruh pada usaha tersebut.

  Peran tenaga kerja wanita dapat dilihat dari besarnya sumbangan pendapatan yang diberikan oleh si isteri terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Selain sebagai ibu rumah tangga juga berperan dalam peningkatan pendapatan keluarga. Industri kacang intip dapat menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja wanita untuk mengolah usaha kacang intip. Hal ini membuka peluang bagi wanita untuk menambah pendapatan keluarga. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita pada industri kacang intip adalah mengadon, mencetak, membentuk, melipat dan mengemas. Pendapatan rumah tangga secara keseluruhan adalah pendapatan suami yang ditambah dengan pendapatan isteri atau anggota keluarga lainnya jika ada. Jadi secara keseluruhannya mempengaruhi pendapatan rumah tangga, bukan hanya dari pendapatan suami saja atau isteri saja jika keduanya masih produktif.

  Dari uraian diatas secara sistematis dapat disusun kerangka pemikiran seperti tertera dibawah ini : Industri kacang intip

  Alasan Tenaga kerja wanita

  Tenaga kerja

  bekerja sebagai buruh pada

  wanita

  industri kacang intip

  curahan tenaga kerja wanita Pendapatan suami Upah/pendapatan isteri Pendapatan rumah tangga Keterangan

  Menyatakan mempengaruhi

  Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peranan Tenaga Kerja Wanita Sebagai Buruh Pada Industri Kacang Intip Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Kota Tebing Tinggi.

  Hipotesis Penelitian

  Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian adalah

  1. Curahan tenaga kerja wanita sebagai buruh di industri kacang intip cukup besar.

  2. Pendapatan yang diperoleh tenaga kerja wanita sebagai buruh cukup besar.

  3. Kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita sebagai buruh pada industri kacang intip terhadap total pendapatan keluarga tinggi.

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Industri Roti Kacang Dalam Pengembangan Wilayah di Kota Tebing Tinggi

4 97 112

Peranan Tenaga Kerja Wanita Sebagai Buruh Pada Industri Kacang Intip Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi

8 88 75

Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Rumah Tangga Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Kecamatan Pantai Labuh Kabupaten Deli Serdang

0 48 77

Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga

9 149 73

Karakteristik Wanita Buruh Tani Pada Usahatani Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

0 41 115

Peranan Tenaga Kerja Wanita Pedagang Hortikultura di Pasar Tradisional Terhadap Pendapatan Keluarga.

18 133 82

Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Tebing Tinggi Kota Di Kota Tebing Tinggi

0 46 93

Pengaruh Alat Bantu Kerja Dalam Mereduksi Gangguan Muskuloskletal Pekerja Industri Rumah Tangga Pencetakan Batu-Bata Di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009

0 26 188

Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi Dan Sikapnya Terhadap Peran Ganda Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus : Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 56 79

Tenaga Kerja dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Suatu Kasus Pada Industri Rumah Tangga Emping Jagung di Desa Ciomas Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka) Jaka Sulaksana

0 0 23