y 1
derajat keanggotaan
µ[x] 0 x
a b c d domain
Gambar 2.4 Representasi kurva trapezium
2.4 Jeruk
Jeruk Citrus sp. adalah tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik
sebagai tanaman liar maupun tanaman di pekarangan Bambang, 1996. Buah jeruk selalu tersedia pada sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal
musim berbunga yang khusus. Disamping itu tanaman jeruk tanaman jeruk dapat ditanam dimana saja, baik didaratan rendah maupun didartan tinggi AAK, 1994.
2.4.1 Asal Usul Jeruk
Jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Cochin
Cina daerah sekitar Vietnam. Konon, yag membudidayakan pertama kali adalah
orang Cina bagian Selatan. Di Eropa baru dibudidayakn akhir abad ke-15. Pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1520, orang Portugis membawa bibit unggul dari Cina ke Eropa. Jeruk manis sampai di Mexico pada tahun 1518,kemudian meluas ke California, Texas, Arizona yang
terletak antara 28 -35
LU. Pada waktu itu jeruk manis sudah banyak ditanam didaerah tropis maupun subtropics Pracaya, 2003.
Pada mulanya, jeruk manis dimakan sebagai buah segar atausebagai pencucu mulut setelah makan. Akan tetapi, karena kulitnya tebal dan sulit dikupas, seringkali
orang memerasnya untuk diambil airnya. Air buah jeruk ini dapat dikonsumsi dalam bentuk air buah segar, didinginkan terlebih dahulu atau dipasteurisasi supaya lebih
tahan lama bahkan dipekatkan dan dijadikan tepung. Negara penghasil jeruk manis yaitu Amerika Serikat, Spanyol, Italia,Brasil,Mexico,
dan Afrika Selatan. Di Indonesia, tanaman jeruk manis tidak bgitu banyak dibandingkan dengan dengan jeruk keprok atau jeruk siem karena pada umumnya
orang masih suka makan jeruk yang segar sebagai buah-buahan. Di Indonesia, sebelum perang dunia ke II, telah banyak ditanam jeruk manis. Sesudah kemerdekaan
makin banyak ditanam, tetapi akhir-akhir initanaman jeruk tiak begitu pesat perkemabangannya disebabkan oleh penyakit Pracaya, 2003.
Di Indonesia jeruk merupaakn komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga dilihat dari luas pertanaman dan produksi pertahun.
Produksi jeruk Indonesia belum mencukupi kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri. Di Indonesia daerah-daerah yang terkenal jeruknya, antara lain: Garut, Tawamangu,
Selayar, Pontianak, Kalimantan Selatan dan lain-lainya Bambang, 1996.
2.4.2 Kandungan Gizi pada Jeruk
Tanaman jeruk dikenal sebagai tanaman penghasil buah yang penting karena selain rasanya enak juga banyak mengandung vitamin C dan berbagai asam organik.
Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bemacam-macam, diantaranya air 70-92 tergantung kualitas buah, gula, asam amino, asam organik, vitamin, zat warna,
mineral dan lain-lain. Semua jenis jeruk ini memiliki satu hal yang sama: mengandung Vitamin C dosis tinggi – khususnya jeruk manis dan jeruk keprok.
Universitas Sumatera Utara
Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, tetapi berkisar antara
27-49 mg100 g daging buah. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang
kandungan vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya Pracaya, 2003. Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit. Seperempat bagian dari
total kandungan vitamin C buah jeruk terdapat di dalam sari buahnya. Betakaroten provitamin A, yang membentuk vitamin A banyak terdapat di dalam kulit dan sari
buah jeruk. Vitamin C berperan dalam proses penyerapan zat besi nonorganik zat besi dan makanan nonhewani sehingga dapat mencegah dan membantu penyembuhan
anemia lesu darah. Vitamin C juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat aktivitas molekul radikal bebas.
Beberapa varietas jeruk manis mengandung vitamin C antara 39.85 mgllOO g sampai 72.83 mgIOO g sedangkan kandunganasam sitrat 0.113-1.430.
Tetapi vitamin C bukan satu-satunya nutrisi yang berharga di dalam buah jeruk. Jeruk juga mengandung vitamin B dengan porsi yang menyehatkan penting
untuk pembentukan darah dan metabolisme juga kalsium potassium. Seperti yang terkandung dalam jeruk manis, setiap 100 g terdapat kalori 51 kal, protein 0.9 g,
lemak 0.2 g, karbohidrat 11.4 g, mineral 0.5 g, kalsium 33 mg, fosfor 23 mg, besi 0.4 mg dan asam askorbat 49 mg.
2.4.3.Varietas Jeruk Manis
Jeruk manis dibagi kedalam empat golongan, yaitu jeruk manis biasa, jeruk manis pusar, jeruk manis merah darah, dan jeruk manis tidak asam Pracaya,2003.
1. Jeruk Manis Biasa
Jeruk ini banyak ditanam dan merupakan salah satu yang terpentingdiantara empat golongan jeruk manis karena produksinya lebih kurang dua pertiga
bagian dari totalproduksi jeruk manis. a.
Jeruk Manis Valencia,
Universitas Sumatera Utara
b. Jeruk Manis Hamlin
c. Jeruk Manis Pineapple
d. Jeruk Manis Shamouti
e. Jeruk Manis Tenerife
2. Jeruk Manis Pusar
Jeruk ini berbeda dengan jenis jeruk manis lainnya. Pada ujung buahnya terdapat pusar, yaitu seperti buah kecil, kerdil, melekat pada ujung buah yang
pertama. Jeruk manis ini tidak berbiji, mungkin fungsi tepung sari dan telur tidak baik.
a. Jeruk Manis Washington
b. Jeruk Manis Thomson
c. Jeruk Manis Australia
d. Jeruk Manis Baianinha Piracicaba
3. Jeruk Manis Merah Darah
Jeruk manis merah darah ini berbeda penampilanya dengan jeruk manis yang lain. Bauah bewarna kemerahan, baik pada kulit, daging buah, maupun
cairanya. Warna merah ini disbabkan oleh pigmen anthocyanin. a.
Jeruk Manis Malteise Sanguine b.
Jeruk Manis Double Fine Amelioree c.
Jeruk Manis Double Fine d.
Jeruk Manis Entrefine 4.
Jeruk Manis Tidak Asam Pada umumnya, rasa asam buah jeruk masih jelas terasa sekalipun jeruk
tersebut tergolonng jeruk manis. Namun jeruk asam ini termasuk buah jeruk yang tingkat keasamannyarendah sekali bahkan bisa dikatakan tidak asam.
a. Jeruk Manis Imperial
b. Jeruk Manis Lima
c. Jeruk Manis Maltase
d. Jeruk Manis Sukkari
2.4.4. Hama dan Penyakit pada Jeruk
Universitas Sumatera Utara
Serangan hama dan penyakit jeruk paling banyak terjadi pada saat-saat terdapat tumbuhan baru atau tunas-tunas muda, sehingga perlu diperhatikan upaya-upaya
pengendaliaanya. Serangan hama maupun penyakit pada jeruk merupakan salah satu faktor penting sebagai pembatasan produksi jeruk. Oleh karena itu, dalam pengelolaan
tanaman jeruk sanitasi kebun dan pengendaliaan serangga penular harus diperhatikan Bambang, 1996.
2.4.4.1 Hama pada Jeruk
Hama adalah binatang yang merusak tanaman kebutuhan manusia. Hama yang tersebar dari kelas serangga, yaitubinatang beruas-ruas berkaki enam. Serangga ada
yang menguntungkan, tetapi ada juga yang merugikan sehingga dalam mengendalikanya harus hati-hati jangan sampai serangga yang menguntungkan
manusia ikut dibinasakan Pracaya,2003. Adapun hama jeruk yang terdapat di Kabupaten Tanah Karo antaralain
Sidaharta,2007:
1. Kutu Daun Hijau, Coklat dan Hitam Toxoptera citridicus, T.Auranti, Myzus
persicae
Secara umum kutu daun berukuran antara 1-6mm. sebagian dari populasi kutu daun memiliki sayap bila keadaanlingkungan kurang baik bagi hama ini. Satu
generasi berlangsung kira-kira 6-8 hari dan bila suhu lebih rendah pertumbuhan kutu ini juga akan menjadi lebih lamnbat. Timbulnya serangan
hama kutu daun bersamaan dengan munculnya tunas baru jeruk.
2. Tungau Merah dan Tungau Karat Panonycus citri, Phyllocoptruta oleivera
Tungau menyerang tangkai, daun dan buah. Serangan pada tangkai meninggalkan bekas keperak-perakan, pada daun timbul bercak kuning atau
coklat, dan pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat.
Universitas Sumatera Utara
Populasinya meningkat pada musim kemarau. Tunggau merah dewasa bewarna merah tua, berbentuk bulat agak lonjong, berukuran hingga 0,2 mm,
memiliki empat pasang kaki. Tungau dapat bergerak cepat, misalnya bila terpapar sinar matahari langsung. Tunggau biasanya memilih tempat yang
ternaungi seperti permukaan bawah daun atau bagian bawah buah.
3. Thrips Scritothrips citri
Thrips sering juga disebut dengan wereng. Thrips dewasa berukuran 0,7-0,9 mm, thrips jantan lebih pendek memiliki dua pasang sayap yang berbentuk
seperti sisir ganda.
Gejala pada buah sangat khas yaitu adanya burik atau nekrotis jaringan mati tipis disekitar atau mengelilingi tangkai buah. Gejala pada
bagian tangkai dan daun muda mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung keatas dan pertumbuhannya tidak normal.
4. Ulat Peliang Daun Phylocnistis citriella
Ulat peliang daun adalah serangga dari golongan Lepidoptera dimana serangga dewasanya berupa ngenget kupu-kupu yang aktif pada malam hari.
Hama ini menyerang daun yang masih muda, kadang-kaddang buah muda dan cabang yang masih muda juga diserang. Kerugian yang diakibatkan oleh hama
ini adalah terutama karena daun yang diserang menjadi tidak normal dan terhambat pertumbuhannya sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal.Pada
tanaman yang terserang, daun tampak berkerut, menggulung, mengeritinng dan terlihat bekass gerekan berupa garis berkelok-kelok tidak teratur.
5. Kutu SisikKutu Perisai Lepidosaphes beckii, Unaspsis citri
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya kerusakan akibat hama ini dikenal sebagai “penyakit jamur merah”. Hal ini disebabkan karena pada tanaman jeruk yang meranggas
tampak semacam jamur bewarna kemerahan Jamur tersebut sesungguhnya adalah jamur Aschersonia sp yang justru musuh alami kutu sisik. Jamur
tersebut adalah jamur berguna yang membunuh kutu sisik. Serangan ini dapat ditandai adanya cangkang yang terbuat dari semacam lilin yang melekat erat
pada tangkai daun maupun pada daun atau buah.
6. Pengerak Buah Citripestis sagitiferella
Hama pengerak buah yang berupa kupu-kupu meletakkan telur pada permukaan buah secara berkelompok 4-8 butir perkelompok yang tersusun
saling menindih seperti susunan genteng namun terkadang telur diletakkan sendiri-sendiri.
7. Lalat Buah Batrocera spp
Larva lalat buah hidup dan berkembang didalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau
pencernayang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah dihisap dan dicerna.
8. Kutu Dempolan Planococcus citri
Kutu dempolan dewasa berbentuk lonjong, datar, bewarna kuning kecoklatan, kuning muda hhingga kuning tua yang ditutupi lapisan lilin bewarna putih.
9. Hama Siput Keong Daun Helix aspera
Universitas Sumatera Utara
Hama ini biasanya memakan daun-daun muda dan kadang memakan buah yang matang. Bila bagian yang diserang adalah buah maka hama keong
menjadi cukup merugikan. Pada lahan yang semak, populasi siput biasanya lebih tinggi dan bila gulma dibersihkan maka siput tersebut akan pindah
ketanaman.
10. Kumbang Pemakan Daun Maleuterpes dentipes
Kumbang dewasa menyerang dengan memakan daun. Serangan pada daun mengakibatkan hilangnya helaian daun dibagian tepi. Serangan berat
mengakibatkan daun gugur dan ranting-ranting muda mati..
2.4.4.2 Penyakit pada Jeruk
Tanaman jeruk manis disebut sakit bila menyimpang dari keadaan normal, misalnya suatu hari tanaman kelihatan layu, pada batang kelihatan ada blendok,. Tiba-tiba
daunya rontok, kelihatan mengecil, kusam, seperti berkarat, buah menjadi busuk, dan lain-lain. Tanaman yangsakit lalu disebut terkena penyakit. Penyebab penyakit itu
bermacam-macam, diantaranya karena serangan cendawan, bakteri, virus, viroid, kekurangan unsure hara, dan lain-lain Pracaya,2003.
Adapun penyakit jeruk yang pernah ada di kabupaten Tanah Karo, antara lain Sidharta,2007:
1. Blendok Phitophthora
Di Indonesia penyakit ini terdapat di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis jamur Phitophthora, yaitu: P.
nicotiana, P. citrophthora dan P.Palmivora.
Universitas Sumatera Utara
Gejala penyakit ini awalnya pangkal batang bewarna hitam kebasah- basahan mengeluarkan blendokgom yang encer. Biasanya pembusukan
dimulai dari daerah persambungan batang atas dengan batang bawah. Bila ditoreh, bagian yang busuk akan tampak bewarna coklat dan seringkali warna
ini meluas melewati cambium hingga ke kayu batang. Tanaman yang terserang juga kadang menghasilkan bunga diluar musim
namun buah yang dihasilkan kecil-kecil dan biasanya merupakan buah yang terakhir sebelum tanaman ini mati dan meranggas. Buah dan daun semakin
kecil lalu berguguran hingga akhirnya mati. Bila serangan jamur sudah mengelilingi batang maka tanaman akan segera mati.
Gambar 2.5 Gejala Penyakit Blendok Phitophthora
Pengendalian penyakit blendok phitophthota dapat dilakukan dengan langkah- langkah berikut:
- Menggunakan batang bawah yang lebih tahan terhadap phitophtora
misalnya trifoliate orange. -
Jeruk ditanam pada gundukkan tanah setinggi 15-2 cm dan diusahakan agar batang atas tidak bersinggungan dengan tanah untuk mencegah
infeksi. -
Hindari menanam jeruk pada tanah yang bertekstur berat kandungan liat tinggi, kandungan pasir rendah.
- Pembuatan drainase yang baik
- Melumasi pangkal batang yang belum terserang dengan carbolineum
plantarum sejenis ter yang biasa digunakan untuk melapisi bekas bidang sadapan karet.
Universitas Sumatera Utara
- Untuk tanaman yang baru terinfeksi, luka dikupas bersama kulit yang
masih sehat 1-2 cm keliling, pada luka ini diolesi fungisida berbahan aktif mankozeb, oksiklorida tembaga dan mefenoxan.
- Pada beberapa kasus tanaman yang terserang berat dapat dikendaliakn
dengan aanenten yaitu dengan cara “mencangkokkan” beberapa batang bawah pada tanaman yang terserang sehingga tanaman dapat menyerap
air dan hara melalui batang bawah yang “dicangkokkan”.
2. Blendok Diplodia
Penyakit Diplodia terdapat di berbagai wilayah dunia dan Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Botryodiplodia theobromae. Gejalanya terdiri atas
dua tipe yaitu gejala diplodia basah dan diplodia kering.
Gejala serangan diplodia basah tampak semacam blendok kental bewarna kuning keemasan yang keluar dari batang yang sakit. Kadang-kadang
luka ini mongering dan sembuh dengan sendirinya namun bial sempat menggeleng batang maka tanaman akan mati. Infeksi juga sering terjadi
dipersemaian dimana jamur masuk melalui luka bekas sayatan okulasi. Gejala diplodia sukar diketahui pada tahap awal sehingga sangat berbahaya. Gejala
dikenali dengan mengeringnya kulit dan jika dipotong, pada bagian bawahnya bewarna hitam kehijauan pada kulit dan permukaan kayu. Pada kulit batang
terdapat celah-celah yang dari dalamnya keluar spora jamur bewarna putih yang bewarna putih yang kemudian menjadi hitam.
Gambar 2.6 Gejala Serangan Blendok Diplodia
Universitas Sumatera Utara
Pengendalain pada tanaman yang belum terserang berat dapat dilakukan dengan mengupas bagian dengan karboleneum palantarium.
Pengecatan dengan bubur kalifornia dapat mencegah serangan diplodia. Bubur kalifornia dibuat dari campuran Belerang : Kapur : Air dengan perbandingan
1 : 2 :10.
3. Busuk Akar Hitam Armilaria sp
Busuk akar ini biasanya menyebabkan tanaman mati. Jamur ini menyerang bagian akar hingga pangkal batang tanaman, untuk penyebaranya jamur ini
membutuhkan suhu yang relative rendah dan lembab.
Gejala pertama yang tampak berupa pertumbuhan tanaman yang terhambat, ujung-ujung ranting mati, daun sedikit menguning lalu gugur. Pada
serangan berat pada pangkalbatang tampak jamur bewarna hitam, bila sekeliling pangkal batang sudah ditumbuhi jamur maka tanaman akan mati.
Jamur menular melalui akar-akar tanaman dengan tanaman lainnya yang saling bersinggungan. Jamur ini dapat bertahan pada akar hidup maupun akar mati
hingga bertahun-tahun. Keberadaan jamur ini biasanya terlokalisasi, namun dengan penggunaan alat pengolahan tanah dari lahan yang terserang ke lahan
yang belum terinfestasi mengakibatkan jamur ini tersebar.
Gambar 2.7 Gejala Busuk Akar Hitam
Universitas Sumatera Utara
Upaya pengendalian penyakit ini terutama dilakukan adalah dengan upaya pencegahan. Pada saat tanaman dilahan yang baru, semua akar-akar
tanaman yang berukuran 1 inchi atau lebih dibuang dikeluarkan dari lahan. Hindari penanaman jeruk pada lahan yang pernah terserang penyakit ini.
Bila muncul serangna pada salah satu pohon, tanaman tersebut segera dibongkar bersama akarnya kemudian dibakar. Jika tanaman yang
disampingnya diperkirakan sudah terinfeksi, maka tanaman tersebut juga ikkut dibongkar walaupun belum menunjukkan gejala penyakit. Belum ada
pengendalian seacara hayati terhadap armilaria. Secaara kimia, pada saat menanam dapat diaplikasikan metamsodium,
fungisida ini di campur dengan tanah saat mencangkul lubang tanam. Sodium tetrahiocarbonat dapat ditaburkan disekitar pangkal batang yang baru
terserang.
4. Penyakit Mati Ujung Antraknose Colletotrichum glosporioides dan
Gloeosporium limetticolum
Penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum gloeosporioides dan Gloeosporium limetticolum. Pada kondisi normal penyakit ini tidak
mengakibatkan kerugian yang berarti. Kerugian yang besar oleh penyakit ini akan terjadi karena factor-faktor fisiologis tanaman yang kuranng baik.
Gejala pada daun berupa bercak bulat dengan garis-garis yang tegas, biasanya terdapat dipinggir daun atau diantara helaian daun dengan tangkai
daun muda. Pada ranting yang terserang, daun dan buah berguguran. Ujung ranting tersebut kemudian bewarna coklat dan mongering sepanjang 10-20 cm
dari ujung. Pada keadaan yang lembab tampak spora tumbuh pada pangkal buah yang gugur atau pada ujung tangkai buah yang gugur.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Gejala Serangan Penyakit Mati Ujung
Upaya pengendalian yang terutama pada prinsipnya adalah mengusahakan agar tanaman dalam keadaan yang prima. Pemupukkan yang
baik dan seimbang dengan menggunakan pupuk kimia dan pupuk organic adalah baik untuk mencukupi kebutuhan unsure hara tanaman.
Pemangkasan selain dapat membuang cabang-cabang tanaman yang terseran agar tidak menjadi sumber penyakit bagi cabang yang sehat, juga bermamfaat
untuk mengurangi kelembaban didalam tahuk tanaman. Pengendalian secara kimia sebagai tindakan pencegahan dapat memberikan hasilyang biak namun
yang utama adalah tindakan perawatan tanaman agar berada pada kondisi optimum. Bahan aktif fungisida yang dapat digunakan untuk mencegah
penyakit ini diantaranya adalah fungisida berbahan aktif propineb, namun penyemprotan dengan fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan bila
buah segar mulai gugur.
5. Busuk Kering Pangkal Batang Fusarium solani
Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti, namun dari pengalaman di laboratorium, jamur Fusarium solani paling sering terisolasi dari tanaman
yang terserang. Busuk kering pangkal batang menyerang bagian akar utama tanaman kemudian menyebar ke pangkal batang di atas permukaan tanah.
Penyakit ini juga sering muncul pada bekas okulasi bibit atau bekas potongan batang bawah di pembibitan. Pada bagian kayu yang mati terkadang badan
buah jamur sekunder bewarna coklat hingga orange. Bila tanaman sudah
Universitas Sumatera Utara
diserang, biasanya akan tumbuh tunas-tunas dari batang bawah pada bagian pangkal batang.
Usaha pengendalian yang terutama adalah menjaga agar kondisi tanaman dan lahan dalam keadaan optimal, lahan yang semak mengakibatkan
udara disekitar pangkal batang menjadi lembab sehingga meningkatkan resiko srangan yang disebabkan jamur. Hindari hal-hal yang adapt mengakibatkan
kerusakan atau luka pada pangkal batang. Pada serangan awal, bagian yang terserang diusahakan mendapatkan aerasi yang cuku[p untuk mencegah
perkembangan yang lebih lanjut. Pembibitan yang sering dibiarkan semak akan mengakibatkan pangkal batang
menjadi lembab. Dalam keadaan lembab, tanamn sangat rentan terhadap serangan jamur terutama pada bagian bekas luka saat melakukan okulasi.
Untuk itu, pada saat penanaman harus benar-benar diperhatikan apakah bibit yang ditanam benar-benar sehat. Tanaman yang terserang berat sebaiknya
dicabut dan dibakar. Hingga saat ini belum ada pestisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit ini.
6. Penyakit Tepung Oidium tingitatinum
Penyakit tepung sering juga disebut sebagai embun tepung. Penyakit ini hanya menyerang pada pucuk atau daun muda tanaman. Penyakit tepung disebabkan
oleh jamur Oidium tingitaninum
Gejala sangat mudah dikenali yaitu adanya semacam tepung yang merupakan miselium dan spora jamur bewarna putih pada daun dan tangkai
pucuk tanaman. Akibat serangan ini daun dapat menjadi gugur dan bila tidak gugur, daun akan berkerut dan pada bekas serangan menjadi bewarna
kehitaman. Penyakit ini hanya muncul pada tanaman jeruk yang ditanam di dataran tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Gejala Penyakit Tepung
Secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam yang baik dan pemangkasan untuk mengurangu kelembaban pada kanopi
tanaman. Pemangkasan sangat penting pada tunas-tunas air pada bagian dalam kanopi tanaman. Tunas air seringkali menjadi sumber penularan jamur.
Penyerbukkan dengan belerang dapat dilakukan pada saat permukaan daum masih dibasahi oleh embun. Pengendalian dapat juga dilakukan dengan
penyemprotan bubur kalifornia dengan kosentrasi 1:30. Beberapa fungisida yang efektif untuk mengendalikan penyakit ini adalah fungisida yang berbahan
aktif propineb atau benomil.
7. Jamur Upas Corrticium salmonicolor
Kelembaban dan cahaya yang kurang pada percabangan tanaman mendorong perkembangan penyakit. Pathogen masuk dengan penetrasi langsung.
Penyebaran terjadi karena kelembaban yang tinggi pada ranting, adanya percikan air, pengairan atau hujan.
Gejala timbul pada batang atau ranting yang awalnya berupa benang- benang mengkilap seperti sarang laba-laba. Perkembangan selanjutnya jamur
masuk dalam kulit membusuk. Pada tahap ini menyebabkan daun-daun menjadi gugur, ranting dan cabang
terserang dapat mengalami kematian. Pada stadium lebih parah mnyebabkan
Universitas Sumatera Utara
permukaan kulit terserang yang bewarna merah jambu berubah menjadi abu- abu. Lapisan miselium membentuk bercak-bercak tak beraturan seperti kerak.
Upaya pengendalian dapat dilkakuan dengan mengupayakan agar cahaya matahari cukup masuk ke bagian dalam tanaman. Apabila kanopi
tanaman telah bertautan sebaiknya dipangkas. Bagian tanaman yang sakit segera dibuang dengan cara dipotong pada batas 5cm dari bagian sakit,
kemudian luka ditutup dengan bahan penutup luka parafin. Potongan tanaman yang sakit segera dibakar. Bagian sakit yang belum parah stadiumnya
dapat diobati dengan pengerokkan, kemudian ditabur fungisiad dengan bahan aktif tembaga atau bubur kalifornia. Pada saat menyemprot dengan fungisida,
usahakan agar cairan semprot juga mengenai batang dan ranting-ranting tanaman.
8. Penyakit Kudis
Kerugian akibat penyakit ini terutama karena mengakibatkan buah menjadi jorok dan tidak menarik. Pembentukkan tunas dan buah baru merupakan fase
kritis tanaman peka terhadap serangan patogen.
Gejala telihat dengan adanya bercak kecil jernih pada daun, kemudian berkebang menjadi semacam gabus bewarna kuningcoklat. Serangan parah
menyebabkan pertumbuhan kerdil dan deformasi titiktumbuh. Pada tanaman yang sudah berbuah ditemukan serangan berupa bercak kudis yang dimulai
buah pentil. Pada saat buah membesar akan sem,akin meluas.
Pemupukan yang optimum akan meningkatkan daya tahan tanaman secara sangat nyata terhadap munculnya penyakit ini. Penyemprotan perlu
dilakukan dengan fungisida dithiocarbamat, thiaohanate-methyl atau benomyl pada awal pertumbuhan tunas atau buah pentil dengan menjaga agar
kelembaban tidak terlalu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
9. Kapang HijauBiru Penicillium spp
Kapang hijaubiru erupakan masalah penyakit yang utama pascapanen jeruk. Gejala diawali denganadanya bagian lembek dan kebasahan pada kulit buah.
Miselium bewarna keputihan, kemudian muncul dan berkembang menjadi bewarna kehijauan atau bewarna biru. Pemanenan pada saat buah masih
basahmerupakan salah satu penyebab munculnya penyakit ini. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Penicilin sp.
Gambar 2.10 Gejala Penyakit Kapang Hijau
Untuk mencegah munculnya penyakit tersebut maka usahakan pemanenan saat buah tidak basah akibat air hujan maupun embun. Pemanenan,
penyortiran dan pengangkutan buah dilakukan dengan hati-hatiuntuk mencegah luka dan benturan antar buah. Bila buah dicuci, gunakan larutan
sodium hiperklorit dan buah dikemas bila permukaan kulit sudah tidak berair.untuk buah yang akan diangkut jarak jauh dapat dicelupkan dalam
larutan fungisida benomil Benstar 50 WP lalu dianginkan hingga kering.
2.5 PHP Script