HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI

PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : ZAKIYAH ARROHMAH

20120310192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI

PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : ZAKIYAH ARROHMAH

20120310192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MAHASISWA

PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY Disusun oleh :

ZAKIYAH ARROHMAH 20120310192

Telah disetujui dan diseminar pada tanggal 31 Desember 2016 Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Dr.dr.Wiwik Kusumawati, M.Kes dr.Dirwan Suryo Soularto, Sp.F., M.Sc NIK : 173018 NIK : 173047

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr.Alfaina Wahyuni Sp.OG,M.Kes NIK: 173027


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Zakiyah Arrohmah NIM : 2012031092 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Judul Penelitian : Hubungan Antara Performance sebagai Pemimpin Diskusi dengan Kemampuan Kognitif pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 31 Desember 2016

Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wa rohmatullohi wa barokatuh

Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya dan memberi kemudahan, kekuatan serta kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat yang telah membawa ilmu pengetahuan di muka bumi ini.

Karya Tulis Imiah yang berjudul “Hubungan Antara Performance sebagai

Pemimpin Diskusi dengan Kemampuan Kognitif pada Mahasiswa Pendidikan

Dokter FKIK UMY” ini tidak akan terealisasi tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. dr.Alfaina Wahyuni,Sp.OG, M.Kes, selaku ketua Program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr.dr.Wiwik Kusumawati, M.Kes, sebagai dosen pembimbing yang telah bersabar dan bersedia membimbing, meluangkan waktu serta memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

4. dr.Dirwan Suryo Soularto, Sp.F sebagai dosen penguji dan dosen pembimbing akademik penulis

5. Keluarga tercinta penulis: umi Marijati, abi Aris, Firda, Fira dan Fursan yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil agar penulis segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Suami dan anak penulis: mas Acep dan Adzkiya yang mengikhlaskan waktunya agar penulis dapat segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan menjadi qurrota a‟yun untuk penulis


(6)

v

7. Keluarga besar penulis: mamah Ining, bapak Hartono, mbah Surono, amah Endang, ami Seno, Muna dan Farrozan

8. Teman-teman yang telah bersedia direpotkan penulis: Fadhila, Ontivia dan Salma

9. Para responden dan kosema angkatan 2013-2016

10.Teman-teman Amira Medical Club dan kelompok bimbingan KTI yang selalu mendorong agar segera bisa menyusul untuk menjadi dokter muda 11.Dan pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini namun tidak dapat dituliskan satu persatu, penulis sekali lagi mengucapkan jazakumullah khairan katsiran.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan menjadi catatan amal jariyah di sisi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermafaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Aaamin ya Robbal „alamiin. Wassalamualaikum wa rohmatullohi wa barokatuh

Yogyakarta, 31 Desember 2016 Penulis


(7)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRACT ... ix

INTISARI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kepemimpinan ... 9

B. Tantangan dalam Memimpin Diskusi Tutorial ... 23

C. Kemampuan Kognitif ... 24

D. Kerangka Konsep ... 27

E. Hipotesis ... 28

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan sampel ... 27

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 28


(8)

vii

E. Cara Pengumpulan Data ... 31

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

G. Analisa Data ... 36

H. Keterbatasan Penelitian ... 36

I. Etika Penelitian ... 37

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

LAMPIRAN ... 54

Lampiran 1. Lembar Inform Consent dan Kuesioner ... 54

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel………29 Tabel 2. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional (Uji Validitas dan

Reliabilitas………34

Tabel 3. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional (Uji Validitas dan

Reliabilitas)………...…….35

Tabel 4. Karakteristik Responden………40 Tabel 5. Rata-rata nilai minikuis pada kelompok mahasiswa yang pernah menjadi

pemimpin diskusi………...42

Tabel 6. Rata-rata nilai minikuis pada kelompok mahasiswa bukan pemimpin

diskusi………...……….42

Tabel 7. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional………43 Tabel 8. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional………44


(10)

ix ABSTRACT

Background : One concepts in the theory of Five Star Doctor is to be a community leader. It shows as a doctor is important to have leadership skills. The ability to lead can be seen in tutorial activities, namely into the discussion leader. In order for the group dynamics goes well, the discussion leader should have a good understanding of the tutorial material that can increase the value of their value of miniquiz too. This study was conducted to determine the relationship of performance as a leader discussions with cognitive abilities in students.

Methods : This research used an observational analytic method with cross sectional study used a modified transformational and transactional leadership questionnaires . The study involved 58 students of Medical Education Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) as the respondents. The respondents were divided into 31 students who had been the discussion leader and 27 students who had never been discussion leader. Data analysis was performed using Spearman correlation test.

Result : This research had result the performance as the discussion leader is not related to cognitive abilities in students. The correlation coefficient 0,111 for the transformational leadership and the transactional leadership is 0.103 which means "very low".

Conclusion : There is no relationship between performance as a leader discussions to cognitive abilities in students of Pendidikan Dokter FKIK UMY Keywords: leadership, discussion leader, cognitive abilities, value of miniquiz


(11)

x INTISARI

Latar Belakang : Salah satu konsep Five Star Doctor adalah menjadi pemimpin komunitas. Hal ini menunjukkan seorang dokter penting untuk memiliki kemampuan kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan dapat terlihat pada kegiatan tutorial yaitu menjadi pemimpin diskusi. Agar dinamika kelompok berjalan dengan baik, pemimpin diskusi seharusnya memiliki pemahaman yang baik terhadap materi tutorial sehingga bisa meningkatkan nilai minikuisnya pula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional study menggunakan kuesioner kepemimpinan transformasional dan transaksional yang dimodifikasi. Penelitian ini melibatkan 58 mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) sebagai responden. Responden terbagi menjadi 31 mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi dan 27 mahasiswa yang belum pernah atau sedang tidak menjadi pemimpin diskusi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Spearman.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan performance sebagai pemimpin diskusi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa. Sedangkan untuk koefisien korelasinya sebesar 0.111 untuk kepemimpinan transformasional dan 0,103 untuk kepemimpinan transaksional yaitu hubungan yang sangat rendah.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY. Kata kunci: kepemimpinan, pemimpin diskusi, kemampuan kognitif, nilai minikuis


(12)

(13)

ix ABSTRACT

Background : One concepts in the theory of Five Star Doctor is to be a

community leader. It shows as a doctor is important to have leadership skills. The ability to lead can be seen in tutorial activities, namely into the discussion leader. In order for the group dynamics goes well, the discussion leader should have a good understanding of the tutorial material that can increase the value of their value of miniquiz too. This study was conducted to determine the relationship of performance as a leader discussions with cognitive abilities in students.

Methods : This research used an observational analytic method with cross

sectional study used a modified transformational and transactional leadership questionnaires . The study involved 58 students of Medical Education Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) as the respondents. The respondents were divided into 31 students who had been the discussion leader and 27 students who had never been discussion leader. Data analysis was performed using Spearman correlation test.

Result : This research had result the performance as the discussion leader is not related to cognitive abilities in students. The correlation coefficient 0,111 for the transformational leadership and the transactional leadership is 0.103 which means "very low".

Conclusion : There is no relationship between performance as a leader

discussions to cognitive abilities in students of Pendidikan Dokter FKIK UMY Keywords: leadership, discussion leader, cognitive abilities, value of miniquiz


(14)

x

kemampuan kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan dapat terlihat pada kegiatan tutorial yaitu menjadi pemimpin diskusi. Agar dinamika kelompok berjalan dengan baik, pemimpin diskusi seharusnya memiliki pemahaman yang baik terhadap materi tutorial sehingga bisa meningkatkan nilai minikuisnya pula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional study menggunakan kuesioner kepemimpinan transformasional dan transaksional yang dimodifikasi. Penelitian ini melibatkan 58 mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) sebagai responden. Responden terbagi menjadi 31 mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi dan 27 mahasiswa yang belum pernah atau sedang tidak menjadi pemimpin diskusi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Spearman.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan performance sebagai pemimpin diskusi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa. Sedangkan untuk koefisien korelasinya sebesar 0.111 untuk kepemimpinan transformasional dan 0,103 untuk kepemimpinan transaksional yaitu hubungan yang sangat rendah.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY. Kata kunci: kepemimpinan, pemimpin diskusi, kemampuan kognitif, nilai minikuis


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Spillane pada tahun 2006 menyatakan bahwa pemimpin itu agen perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh orang-orang tersebut kepadanya. Robbins pada tahun 2006 menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk menuju pencapaian sasaran, Kartono pada tahun 2005 mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan.

Berdasar perspektif dari dokter, kepemimpinan ditandai dengan pengalaman individual sebagai dokter dan kesadaran terhadap peran kepemimpinan dalam pelayanan kesehatan serta memberikan keteladanan baik untuk memulai bekerja kolaboratif maupun mengambil tindakan yang tepat agar dapat meningkatkan kerja tim dan mengubah sistem jika diperlukan untuk kepentingan pasien.

Terlepas dari banyaknya cara untuk membuat konsep kepemimpinan, komponen berikut bisa diidentifikasi sebagai pusat fenomena tersebut: a) kepemimpinan adalah proses, b) kepemimpinan melibatkan pengaruh, c) kepemimpinan terjadi di dalam kelompok, d) kepemimpinan melibatkan tujuan yang sama. Dengan didasarkan pada komponen ini, definisi berikut tentang kepemimpinan digunakan di dalam teks ini. Kepemimpinan adalah proses dimana


(16)

individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013).

Kedudukan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah Allah atau pengganti Allah, yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam, mengambil manfaat, serta mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud kedamaian dan kesejahteraan segenap manusia. Seperti dalam firman Allah pada surat Al-Baqoroh ayat 31:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui

Pada umumnya para klinisi junior di rumah sakit merasa kurang siap dalam menghadapi pekerjaan pertama mereka di rumah sakit. Dokter-dokter baru perlu mempunyai sifat-sifat kepemimpinan klinis sejak awal karena tuntutan pelayanan kesehatan modern saat ini menjadi sangat kompleks, membutuhkan keahlian dan kompetensi dokter untuk memberikan pelayanan klinis yang berkualitas, serta menuntut dokter untuk bekerja dalam tim yang bersifat multidisipliner. Kepemimpinan klinis perlu diukur pada para klinisi baru sebelum mereka bekerja di rumah sakit, karena transisi dari seorang mahasiswa menjadi seorang klinisi baru adalah tahapan kritis dalam perjalanan karir mereka. Kepemimpinan klinis kini sedang dikembangkan di banyak rumah sakit di


(17)

3

berbagai negara maju. Kepemimpinan klinis telah dinyatakan sebagai faktor utama yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pasien. Pada tingkat organisasi, staf yang mempunyai kepemimpinan klinis akan dapat beradaptasi dan mengatasi perubahan lingkungan yang terjadi. Pada tingkat individu, kepemimpinan klinis dapat mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan keahlian individu tersebut. Pada tingkat pasien, kepemimpinan klinis dapat meningkatkan respon terhadap kebutuhan pasien dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan.

West, dkk. pada tahun 2015 menjelaskan bahwa ada bukti yang jelas tentang hubungan antara kepemimpinan dan berbagai hasil penting dalam pelayanan kesehatan, termasuk kepuasan pasien, angka kematian pasien, kinerja keuangan organisasi, kesejahteraan staf, keterlibatan, omset dan ketidakhadiran kerja dan seluruh kualitas perawatan. Pentingnya kepemimpinan untuk seorang dokter juga tercantum dalam Boelen pada tahun 1993 tentang dokter bintang lima. Mampu menjadi pemimpin komunitas merupakan salah satu hal yang harus bisa dilakukan oleh dokter selain menjadi penyedia layanan, pengambil keputusan, komunikator dan manajer agar dapat menjadi dokter bintang lima.

Dari berbagai gaya kepemimpinan yang tersedia, peneliti memilih menggunakan gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional daripada gaya kepemimpinan yang lain agar dalam modifikasi kuesioner tidak terlalu banyak. Selain itu gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional sendiri merupakan gaya kepemimpinan yang bersifat mutually excusive yaitu seorang pemimpin dapat memunculkan gaya tersebut bergantian pada situasi yang berbeda


(18)

dan dapat saling melengkapi sesuai Utomo pada tahun 2009 dalam penelitian Munawaroh (2011).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan oleh dokter. Salah satu kegiatan kepemimpinan dalam pendidikan sarjana kedokteran adalah menjadi ketua tutorial dalam kegiatan tutorial. Tugas ketua tutorial adalah mengatur jalannya diskusi, membimbing diskusi, bertanggung jawab atas jalannya diskusi, penengah pendapat, dan menyimpulkan diskusi pada pertemuan kedua. Apabila ketua tutorial tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak memahami materi tutorial maka dinamika dalam kelompok tidak akan berjalan, anggota yang saling membantah pendapat atau anggota yang hanya diam saja. Hal tersebut dapat mempengaruhi nilai akhir tutorial. Oleh karena itulah, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan

performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitifnya.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang mendasari penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan antara performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan umum yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara


(19)

5

performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY.

Sedangkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas tujuan khusus yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbandingan kemampuan kognitif dari mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi dengan mahasiswa yang belum pernah menjadi pemimpin diskusi.

2. Mengetahui perilaku kepemimpinan yang dipakai mahasiswa saat menjadi pemimpin diskusi dengan teori Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY: Mengetahui cara meningkatkan kemampuan kognitif

2. Manfaat bagi peneliti: Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan amal jariyah untuk penulis

E. Keaslian Penelitian

Dalam skripsi yang ditulis Purwaningrum tahun 2013 berjudul “Pengaruh Dimensi Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Perawat di RSUD Temanggung Jawa Tengah” didapatkan bahwa pengaruh dimensi pengembangan intelektual lebih efektif dan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kerja perawat. Pengembangan intelektual dapat diterapkan oleh kepala ruang kepada perawat pelaksana di bangsal untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan terhadap pasien di rumah sakit. Sampel penelitiannya


(20)

adalah 70 perawat di RSUD Temanggung Jawa Tengah. Metode penelitiannya adalah kuantitatif deskriptif non-exprimental. Hasilnya adalah pengaruh dimensi pengembangan lebih efektif dan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perawat. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitiantersebut yaitu variabel nilai tutorial. Sedangkan variabel yang sama yaitu gaya kepemimpinan. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial. Sedangkan jenis penelitian adalah observational

analitik dengan metode cross sectional. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui apakah ada hubungan dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai tutorial.

Pada penelitian Hidayat tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang dengan Motivasi Kerja Perawat di RSUD Djojonegoro Temanggung Jawa Tengah” didapatkan bahwa ada hubungan antara jenis gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruang dengan peningkatan motivasi kerja perawat di RSUD Djojonegoro Temanggung Jawa Tengah. Penelitian tersebut mempunyai variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Sampel penelitiannya adalah 45 perawat di RSUD Djojonegoro Temanggung Jawa Tengah. Penelitiannya menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik dengan metode penelitian cross-sectional. Penelitian yang akan dilakukan ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu variabelnya ada nilai tutorial. Sedangkan variabel yang sama yaitu gaya


(21)

7

kepemimpinan dan metode cross-sectional. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui apakah ada hubungan dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai tutorial.

Dalam skripsi Arjuna pada tahun 2012 tentang “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Kepala Ruang Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul” didapatkan gaya kepemimpinan transformasional kepala ruang ternyata efektif dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Sampel penelitian tersebut adalah 50 perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel nilai tutorial, sedangkan variabel yang sama adalah gaya kepemimpinan. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui apakah ada hubungan dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai tutorial.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Aarons, dkk. (2014) yang berjudul

Leadership and organizational change for implementation (LOCI): a randomized mixed method pilot study of a leadership and organization development intervention for evidence-based practice implementation disimpulkan bahwa kepemimpinan dan perubahan organisasi adalah strategi yang layak untuk


(22)

meningkatkan kinerja para anggotanya. Sampel penelitiannya adalah 12 pemimpin dinas kesehatan dan 100 staffnya di California, USA. Variabel yang sama adalah kepemimpinan, sedangkan perbedaan dari penelitian tersebut adalah variabel perubahan organisasi. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui apakah ada hubungan dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai tutorial.


(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan

1. Pengertian

Menurut Robert dkk. Pada tahun 2002 bahwa pemimpin adalah seorang yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, memberi petunjuk dan juga mampu menentukan individu untuk mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan itu Spillane pada tahun 2006 menyatakan bahwa pemimpin itu agen perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh orang-orang tersebut kepadanya.

Robbins pada tahun 2006 menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk menuju sasaran. Kartono pada tahun 2005 mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan.

Berdasar perspektif dari dokter, kepemimpinan ditandai dengan pengalaman individual sebagai dokter dan kesadaran terhadap peran kepemimpinan dalam pelayanan kesehatan serta memberikan keteladanan baik untuk memulai bekerja kolaboratif maupun mengambil tindakan yang tepat agar dapat meningkatkan kerja tim dan mengubah sistem jika diperlukan untuk kepentingan pasien.


(24)

Terlepas banyaknya cara untuk membuat konsep kepemimpinan, komponen berikut bisa diidentifikasikan sebagai pusat fenomena tersebut: a) kepemimpinan adalah proses b) kepemimpinan melibatkan pengaruh c) kepemimpinan terjadi di dalam kelompok d) kepemimpinan melibatkan tujuan yang sama. Dengan didasarkan pada komponen ini, definisi berikut tentang kepemimpinan digunakan di dalam teks ini: kepemimpinan adalah proses dimana individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013)

2. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan telah menjadi daya tarik banyak peneliti di seluruh penjuru dunia. Berbagai penelitian yang telah mengkaji kepemimpinan menghasilkan beragam pendekatan teoritis yang berbeda untuk menjelaskan kompleksitas proses kepemimpinan. Dari banyak teori kepemimpinan yang telah ditemukan, disini peneliti hanya akan menjelaskan dua teori kepemimpinan yaitu Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional.

Ditulis oleh Asduki pada tahun 2011 konsep awal mengenai kepemimpinan transaksional dan transformasional dikemukakan oleh Burns pada tahun 1978 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Bass pada tahun 1985. Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan berdasarkan transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan. Pertukaran ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan kebutuhan, spesifikasi serta kondisi imbalan atau hadiah yang akan


(25)

11

diberikan kepada bawahan jika bawahan memenuhi atau mencapai syarat-syarat yang ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan transaksional melihat kebutuhan bawahan sebagai motivator potensial dan menyadarkan bawahan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh bawahan akan mendapat imbalan yang pantas. Bass pada tahun 1985 mendefinisikan kepemimpinan transaksional berhubungan dengan kebutuhan bawahan yang difokuskan pada perubahan, dimana pemimpin memenuhi kebutuhan bawahan dalam perubahan untuk meningkatkan kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin transaksional bertindak dengan menghindari resiko dan membangun kepercayaan diri bawahan agar bawahan mampu mencapai tujuan.

Menurut Robbins pada tahun 1996 pola hubungan pemimpin dan bawahan dalam kepemimpinan transaksional dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemimpin mengetahui keinginan bawahan dan berusaha menjelaskan bahwa bawahan akan memperoleh apa yang diinginkan apabila kinerja mereka memenuhi harapan.

2. Pemimpin memberikan atau menukar usaha-usaha yang dilakukan bawahan dengan imbalan atau janji untuk mendapat imbalan.

3. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi bawahan selama kepentingan pribadi tersebut sepadan dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahan.

Selanjutnya Bass pada tahun 1997 menyatakan bahwa karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukkan oleh tiga dimensi, yaitu:


(26)

1. Contingent reward (imbalan kontingen)

Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang menjelaskan harapan bawahan dan imbalan yang didapat apabila bawahan mencapai tingkat kinerja yang diharapkan. Imbalan kontingen yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku pemimpin yang memberitahukan kepada anggota orgnisasi mengenai kegiatan yang harus dilakukan jika ingin memperoleh imbalan tertentu, selalu berbicara mengenai rekomendasi dan promosi untuk setiap pekerjaan yang dilakukan bawahan dengan baik, menjamin bahwa bawahan akan mendapatkan keinginannya sebagai pengganti usaha-usaha yang telah dilakukan, bawahan dapat menegosiasikan apa yang akan diperoleh dari usaha yang telah dilakukan serta memberikan keinginan bawahan sebagai pengganti atas dukungan yang diberikan bawahan kepada organisasi.

2. Active management by exception (manajemen eksepsi aktif)

Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang memantau pelaksanaan tugas dan masalah yang mungkin muncul serta melakukan tindakan perbaikan untuk memelihara kinerja yang telah ada. Dalam hal ini, pemimpin menunjukkan adanya aturan dan pengendalian agar bawahan terhindar dari kesalahan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas. Pemimpin juga selalu memantau gejala penyimpangan, kesalahan anggota serta melakukan tindakan perbaikan atau menunjukkan sikap korektif yang bersifat aktif pada permasalahan dan kinerja anggota.


(27)

13

3. Laissez-faire atau passive avoidant

Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang tidak mengupayakan adanya kepemimpinan (no leadership), bereaksi hanya setelah terjadi kesalahan dan menghindari mengambil keputusan. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan penuh pada bawahan untuk bertindak, menyediakan materi serta tidak mau berpartisipasi kecuali menjawab pertanyaan dan tidak membuat evaluasi atau penilaian. Pemimpin cenderung membiarkan bawahan melakukan pekerjaan dengan cara yang sama setiap waktu. Kepemimpinan ini merupakan gabungan dari perilaku kepemimpinan laissez-faire dengan kepemimpinan eksepsi pasif serta merupakan dimensi yang paling ekstrim dan tidak efektif

Penelitian-penelitian mengenai tipe kepemimpinan transaksional menyimpulkan bahwa segala aktifitas pekerjaan yang dilakukan bawahan harus memiliki harga atau mendapatkan imbalan. Namun hal tersebut justru menjadi kelemahan tipe kepemimpinan transaksional karena komitmen bawahan terhadap organisasi biasanya berjangka pendek. Mereka menambahkan bahwa aktivitas pekerjaan bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan pemecahan masalah atau visi bersama. Komitmen bawahan terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan bawahan. Hal inilah nampaknya yang mendorong Bass pada tahun 1990 untuk mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional untuk melengkapi teori kepemimpinan transaksional yang masih memiliki kelemahan. Awalnya,


(28)

konsep kepemimpinan transformasional diperkenalkan oleh Burns pada tahun 1978 yang menyatakan bahwa pemimpin yang transformasional meningkatkan kebutuhan dan motivasi bawahan dan mempromosikan perubahan dramatis dalam individual, grup, dan organisasi. Bass mendefinisikan bahwa pemimpin transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual maupun grup, membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi, dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian dan pengembangan eksistensi.

Pada awalnya kepemimpinan transformasional ditunjukkan melalui tiga perilaku, yaitu: karisma, konsiderasi individual, dan stimulasi intelektual. Namun pada perkembangannya, perilaku karisma kemudian dibagi menjadi dua, yaitu karisma atau idealisasi pengaruh dan motivasi inspirasional. Memang pada dasarnya karismatik dan motivasi inspirasional tidak dapat dibedakan secara empiris tetapi perbedaan konsep antara kedua perilaku tersebut membuat kedua faktor di atas dapat dipandang sebagai dua hal yang berbeda. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya, kepemimpinan transformasional diuraikan dalam empat ciri utama, yaitu: idealisasi pengaruh, motivasi inspirasional, konsiderasi individual, dan stimulasi intelektual.

Adapun definisi rincian masing-masing ciri utama tersebut adalah sebagai berikut:


(29)

15

Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar perilaku yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi, menunjukkan keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan percaya, menumbuhkan komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan perilaku moral yang etis.

Pemimpin yang memiliki idealisasi pengaruh akan menunjukkan perilaku antara lain: mengembangkan kepercayaan bawahan kepada atasan, membuat bawahan berusaha meniru perilaku dan mengidentifikasi diri dengan pemimpinnya, menginspirasikan bawahan untuk menerima nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip bersama, mengembangkan visi bersama, menginspirasikan bawahan untuk mewujudkan standar perilaku secara konsisten, mengembangkan budaya dan ideology organisasi yang sejalan dengan masyarakat pada umumnya, dan menunjukkan rasa tanggung jawab social dan jiwa melayani yang sejati.

2. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)

Motivasi inspirasional adalah sikap yang senantiasa menumbuhkan tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi, mampu membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong intuisi dan kebaikan pada diri orang lain. Pemimpin mampu membangkitkan semangat anggota tim melalui antusiasme dan optimisme. Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana. Pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional mampu


(30)

meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan, membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan mencapai sasaran kelompok.

Bass menyatakan bahwa pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional akan menunjukkan perilaku membangkitkan gairah bawahan untuk mencapai prestasi terbaik dalam performasi dan dalam pengembangan dirinya, menginspirasikan bawahan untuk mencapai masa depan yang lebih baik, membimbing bawahan untuk mencapai masa depan yang lebih baik, membimbing bawahan mencapai sasaran melalui usaha, pengembangan diri, dan unjuk kerja maksimal, menginspirasikan bawahan untuk mengerahkan potensinya secara total, dan mendorong bawahan untuk bekerja lebih dari biasanya.

3. Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)

Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan dengan penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan, semangat, dan usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya. Pemimpin transformasional memiliki perhatian khusus terhadap kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor. Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki. Konsiderasi ini sangat mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap atasannya dan dapat meningkatkan produktivitas bawahan. Konsiderasi ini memunculkan antara lain dalam bentuk


(31)

17

memperlakukan bawahan secara individu dan mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang baik.

4. Stimulasi Intelektual (Intelectual Stimulation)

Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman dan merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat permasalahan, berpikir, dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilai-nilai kepercayaan. Dalam melakukan kontribusi intelektual melalui logika, analisa, dan rasionalitas, pemimpin menggunakan simbol sebagai media sederhana yang dapat diterima oleh pengikutnya. Melalui stimulasi intelektual pemimpin dapat merangsang tumbuhnya inovasi dan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui proses stimulasi ini akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga perubahan dalam nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Perubahan ini bukan saja dapat dilihat secara langsung, tetapi juga perubahan jangka panjang yang merupakan lompatan kemampuan konseptual, pemahaman dan ketajaman dalam menilai dan memecahkan masalah.

Kemudian, pada era berikutnya, Pounder pada tahun 2003 memperluas dimensi idealized influence dengan menambahkan tiga dimensi lainnya, yaitu:

1. Integrity. Pemimpin walk the talk, mereka menyelaraskan perbuatan dengan perkataannya. Dimensi ini mengukur sejauh mana para


(32)

pengikutnya mempersepsikan derajat kesesuaian antara perkataan pemimpin dan yang dipersepsikan dengan perbuatannya.

2. Innovation. Para pemimpin dipersiapkan untuk menantang keterbatasan yang ada dan proses dengan mengambil resiko dan mengeksperimenkannya. Para pemimpin mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko dan bereksperimen serta memperlakukan kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar daripada diperlakukan sebagai celaan. Dimensi ini fokus pada sejauh mana pemimpin dapat menumbuhkan komitmen inovasi dalam organisasi.

3. Impression management. Pemimpin dipersiapkan untuk membawahi kebutuhan personal dan berhasrat untuk kebaikan umum. Pemimpin adalah orang yang memberi selamat kepada keberhasilan bawahannya dan juga orang yang selalu hangat serta perhatian terhadap bawahannya, tidak sebatas pada kehidupan kerja mereka. Dimensi ini mengukur sejauh mana anggota organisasi mempersepsikan bahwa pemimpin mereka secara tulus memperhatikan mereka sebagai pribadi dibandingkan sekedar instrumen pemimpin atau penyokong misi organisasi semata.

Setelah itu, Spreitzer, Perttula and Xin pada tahun 2005 dengan mengadopsi Podsakof, dkk. pada tahun 1990 mengembangkan dimensi kepemimpinan transformasional menjadi 6 dimensi, yakni articulating a vision, providing an appropriate model, fostering the acceptance of group goal, setting high performance expectation, providing individualized support, dan intellectual stimulation.


(33)

19

Sejarah panjang penelitian yang dipaparkan di atas menandakan bahwa teori ini mampu diterima oleh seluruh lapisan yang ada dalam organisasi. Bass menyatakan bahwa dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional lebih efektif diterapkan di banyak bidang seperti bisnis, militer, industri, rumah sakit dan lingkungan pendidikan. Bahkan Metcalfe menambahkan bahwa seringnya teori kepemimpinan transformasional digunakan pada penelitian di sektor publik juga disebabkan oleh banyaknya kelemahan yang terdapat pada tiga haluan besar teori kepemimpinan dan teori kepemimpinan transaksional sebelumnya sehingga teori-teori tersebut sudah dianggap sebagai paradigma usang (old paradigm) dalam penelitian pada sektor publik.

Kark, Chen dan Shamir pada tahun 2003 menyatakan bahwa pemimpin yang menerapkan kepemimpinan transformasional mampu mempengaruhi kinerja bawahannya. Bukti yang mendukung keunggulan kepemimpinan transformasional terhadap kepemimpinan transaksional luar biasa mengesankan. Misalnya, sejumlah telaah atas perwira militer Amerika Serikat, Kanada dan Jerman menemukan fakta pada semua tingkat bahwa pemimpin transformasional dinilai sebagai pemimpin yang lebih efektif daripada pemimpin transaksional. Para manajer pada Federal Express yang memperlihatkan kepemimpinan yang lebih transformasional dinilai oleh penyelia langsung mereka sebagai manajer yang berprestasi lebih tinggi dan lebih dapat dipromosikan Penelitian lain menemukan fakta bahwa sales manajer yang menerapkan kepemimpinan transformasional cenderung memiliki pengikut yang lebih berkomitmen, memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi, dan tidak mudah stres. Ringkasnya, bukti keseluruhan


(34)

menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih baik dibandingkan kepemimpinan transaktional dalam hal menekan turn-over karyawan, meningkatkan produktivitas dan menjadikan kepuasan pegawai lebih besar.

Dari berbagai pemaparan mengenai berbagai macam tipe kepemimpinan berikut definisi-definisinya, dapat disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan transformasional merupakan tipe yang tepat dan sesuai bagi sebuah organisasi pada saat ini. Sarros dan Butchatsky pada tahun 1996 menyatakan bahwa banyak peneliti dan praktisi manajemen sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan sifat (traits), gaya (style) dan kontingensi. Daryanto dan Daryanto pada tahun 1999 menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional juga menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi. Sarros and Butchatsky pada tahun 1996 juga menyebut pemimpin transformasional sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai pemimpin penerobos karena pemimpin dengan karakter ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan dengan cara menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat dan mencoba untuk merealisasikan


(35)

21

tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan Tipe kepemimpinan ini tidak hanya sekedar menggunakan kekuatan dan kekuasaan dalam mencapai tujuan, namun juga mampu mempengaruhi anggota organisasi dengan cara-cara yang sesuai. Cara-cara yang sesuai tersebut menyebabkan pegawai senang dalam menerima tugas dari pemimpin sehingga pegawai puas dalam bekerja dan tidak menganggap tugas tersebut sebagai beban dalam bekerja. Tichy dan Devanna dalam Luthans pada tahun 2006 menyatakan bahwa pemimpin transformasional memiliki karakter sebagai berikut:

1. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan 2. Mereka berani

3. Mereka mempercayai orang lain 4. Mereka motor penggerak nilai 5. Mereka pembelajar sepanjang masa

6. Mereka memiliki kemampuan menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian

7. Mereka visioner

Menurut Hartanto pada tahun 1991, konsep perilaku kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi struktur yang menjelaskan dan situasional, yakni merupakan perilaku atasan yang memberikan penjelasan kepada bawahan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Inisiasi seperti ini akan mengurangi rasa takut, malu dan sungkan bawahan yang timbul akibat


(36)

kecenderungan orang untuk menghindari ketidakpastian. Dengan berkurangnya rasa takut/ malu, diharapkan bawahan akan lebih banyak berpartisipasi.

2. Konsiderasi yang memantapkan kelompok, yakni perilaku atasan yang memberikan perhatian dan timbang rasa yang tulus sehingga akan memberikan keterikatan psikologis dan saling percaya antara pemimpin dan bawahan serta menciptakan hubungan yang akrab, harmonis dan penuh keterbukaan.

3. Kompetensi yang berwawasan luas, yakni perilaku atasan yang mencerminkan sikap kompeten dan berwawasan luas sehingga akan memberikan keyakinan bahwa misi perusahaan dapat dicapai. Selain itu akan menimbulkan inspirasi, menumbuhkan rasa hormat, menjadi tempat bertanya serta membangkitkan kebanggaan pada organisasi.

4. Pertanggungjawaban ke bawah, yakni bahwa pemimpin akan menunjukkan perhatian pada kepentingan bawahan dan membangkitkan rasa kebersamaan melalui pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan bawahan, menumbuhkan kesetiakawanan dan mencegah kesewenang-wenangan sehingga memungkinkan tumbuhnya kepemimpinan yang berakar pada kelompok.

Jadi, kepemimpinan transformasional akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara atasan dan bawahan. Dengan konsep kepemimpinan transformasional, bawahan akan merasa percaya, kagum, bangga, loyal, dan hormat kepada atasannya serta termotivasi untuk mengerjakan pekerjaan dengan


(37)

23

hasil yang melebihi target yang telah ditentukan bersama. Tipe kepemimpinan ini mendorong para pengikutnya (individu-individu dalam satu organisasi) untuk menghabiskan upaya ekstra dan mencapai apa yang mereka anggap mungkin.

Kepemimpinan transformasional meningkatkan kesadaran para pengikutnya dengan menarik cita-cita dan nilai-nilai seperti keadilan (justice), kedamaian (peace) dan persamaan (equality). Sementara itu, Humphreys menyatakan bahwa pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dengan karakteristik yang diungkapkan oleh Bass akan menyebabkan terjadinya perubahan yang konstan menuju ke arah perbaikan bagi organisasinya. Dengan perubahan-perubahan positif tersebut, pegawai siap untuk menerima tugas yang diberikan pemimpin tanpa beban, senang dan puas dalam melakukan pekerjaannya serta akan meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai yang bersangkutan (Asduki, 2011)

B. Tantangan dalam Memimpin Diskusi Tutorial

Sebagai pemimpin diskusi dalam tutorial tidak mudah memimpin para anggota yang mempunyai ambisi, pikiran dan perasaan masing-masing. Di dalam tutorial juga tidak hanya mahasiswa yang hadir tetapi juga dosen yang menjadi tutor. Berikut tantangan dalam memimpin diskusi tutorial:

1. Kesiapan Materi

Apabila pemimpin diskusi tutorial tidak mempersiapkan materi dan belajar sebelum tutorial maka ia tidak akan menguasai jalannya diskusi tutorial.


(38)

Sehingga sebagai pemimpin diskusi tutorial perlu mempersiapkan materi yang sesuai dengan evidence based medicine.

2. Dinamika Kelompok

Suasana tutorial seringkali terlalu ramai karena banyak yang ingin berpendapat namun tidak jarang terlalu sepi karena anggota tidak ada yang berpendapat. Maka sebaiknya pemimpin diskusi tutorial mampu memancing pertanyaan maupun pernyataan agar dinamika kelompok menjadi baik

3. Tutor

Diambil dari Teaching Style Inventory yang ditulis oleh Kassab pada tahun 2006, bahwa sebaiknya tutor memiliki sifat fasilitatif, kolaboratif, nonasertif dan sugestif. Sehingga sebagai pemimpin diskusi tutorial apabila setelah usai tutorial hendaknya meminta feedback dari tutor.

C. Kemampuan Kognitif 1. Pengertian

Kemampuan Kognitif adalah satu bagian dari kemampuan keseluruhan (ability). Menurut Williams pada tahun 2008, kemampuan kognitif dapat diukur, dan untuk itu ada test untuk menguji seberapakah kemampuan karyawan atau calon karyawan. Test ini dinamakan Cognitive Ability Test, yaitu untuk mengukur seberapa kemampuan karyawan dalam kecepatan persepsi, komprehensi verbal, kemampuan numerik, kemampuan member alas an secara umum, atau logika, dan kemampuan special. Robbins dan Timothy A. Judge menam-kan kemampuan kognitif dengan istilah Intellectual Abilities, dalam hal ini diterjemahkan


(39)

25

kemampuan intelektual. Menurut Robbins pada tahun 2008, Intellectual Abilities

adalah yang diperlukan untuk melakukan aktivitas mental, yaitu memikir, memberi alasan, dan memecahkan masalah. Menurut Colquitt, secara umum kemampuan dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok umum, yaitu “kemampuan kognitif”, “kemampuan emosional”, dan “kemampuan fisik”.

Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disintesiskan kemampuan kognitif adalah kapabilitas individual yang berkaitan dengan penerimaan dan penerapan pengetahuan dalam pemecahan masalah, yang diindikasikan oleh dimensi kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif, kemampuan penalaran atau logika, kemampuan spesial, dan kemampuan perseptual (Soetadji, 2010).

2. Metode Penilaian Kemampuan Kognitif


(40)

Berdasarkan konsep piramida Miller, pendidikan kedokteran untuk mencapai kompetensi sebagaimana diatur pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia membutuhkan tahapan mulai dari mengetahui (knows), mengetahui bagaimana melakukan (knows how). Tahapan-tahapan ini dapat dinilai dengan soal pilihan ganda, essay dan oral tes. Kemudian tahapan selanjutnya menunjukkan bagaimana melakukan (show how) dinilai dengan kegiatan OSCE. Tahapan yang terakhir adalah melakukan secara komprehensif (does). Tahapan ini dapat dinilai dengan Mini-CEX, DOPS dan portfolio.

Kemampuan kognitif dalam penelitian ini diukur melalui tahapan knows

dan knows how yaitu menggunakan nilai minikuis yang didapatkan dari responden. Minikuis adalah soal-soal yang harus dijawab mahasiswa sebelum menjalani diskusi tutorial tahap ke 2 dengan tujuan mengetahui kemampuan mahasiswa tentang materi sasaran belajar. Nilai minikuis tersebut disesuaikan dengan kategori yang telah ditentukan yaitu :

a. 0-30 b. 40-60

c. 70-100

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka yang telah diuraikan, dapat dirumuskan kerangka konsep seperti berikut:


(41)

27

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

E. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara Performance sebagai Pemimpin Diskusi dengan Kemampuan Kognitif

H1 : Ada hubungan antara Performance sebagai Pemimpin Diskusi dengan Kemampuan Kognitif

Performance Pemimpin Diskusi : - Kepemimpinan

Transformasional - Kepemimpinan

Transaksional

Kemampuan Kognitif: Nilai minikuis

Tantangan dalam Memimpin Diskusi

Tutorial: 1. Kesiapan Materi 2. Dinamika Kelompok 3. Intervensi Tutor


(42)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan secara observasional analitik. Menurut Prabandari pada tahun 2012, penelitian observasional merupakan penelitian yang tidak melakukan manipulasi atau intervensi pada subjek yang ditelitinya. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode cross sectional yang berarti variabel penelitian diukur dalam suatu periode, sehingga diperoleh gambaran keadaan pada periode tersebut.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 600 orang, terdiri dari mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY angkatan 2013-2016. Sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 60 orang total responden, sesuai dengan pendapat Gay dan Diehl pada tahun 1992 yang menyatakan bahwa jika penelitiannya korelasional, sampel minimumnya adalah 30 objek. Alasan peneliti mengambil 60 orang sebagai total sampling adalah karena di Pendidikan Dokter FKIK UMY angkatan 2013-2016 terdapat 60 tutorial, lalu dari tiap angkatan diambil masing-masing delapan mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi yang diambil secara

purposive sampling dan untuk kelompok mahasiswa bukan pemimpin diambil 28 mahasiswa dengan teknik snowball sampling dengan ketua angkatan sebagai sumber awal rekomendasi responden. Jumlah mahasiswa bukan pemimpin


(43)

28

menyesuaikan jumlah mahasiswa pemimpin agar jumlah sampel berimbang di masing-masing kelompok.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa program studi pendidikan dokter FKIK UMY angkatan 2013-2016.

2. Mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial Pendidikan Dokter FKIK UMY.

3. Mahasiswa yang tidak pernah menjadi pemimpin diskusidi tutorial Pendidikan Dokter FKIK UMY.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa yang tidak aktif.

2. Pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel bebas adalah performance pemimpin diskusi b. Variabel terikat adalah kemampuan kognitif

c. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah tantangan dalam memimpin diskusi tutorial


(44)

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel NO Definisi Operasional

Variabel

Cara Pengukuran Skala Data

1 Performance Pemimpin

Diskusi Menggunakan kuesioner dengan melihat status kepemimpinan dari mahasiswa dalam diskusi tutorial, dengan skor sebagai berikut:

1 = Pemimpin Diskusi 2 = Bukan Pemimpin Diskusi

Nominal (Kategorik)

2 Kepemimpinan

Transformasional adalah perilaku kepemimpinan yang mampu menjelaskan tugas pada struktur, berwawasan

luas,bertanggungjawab

sehingga mampu memantapkan kelompok.

Kepemimpinan

transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemba oleh anggota. Pemimpin di sini merupakan seseorang yang

Menggunakan

kuesioner gaya Kepemimpinan

Transformasional dan Kepemimpinan

Transaksional yang sudah dimodifikasi dengan skor sebagai berikut :

1 = Tidak Pernah 2 = Jarang

3 = Kadang-kadang 4 = Sering

5 = Selalu

Ordinal (kategorik)


(45)

30

mendesain pekerjaan serta mekanismenya, sementara anggota adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing.

3 Kemampuan Kognitif Menggunakan data sekunder yaitu nilai tutorial blok 2, 10, 15 dan 20 dengan skor sebagai berikut :

1 = 0-30 2 = 40-60 3 = 70-100

Ordinal (Kategorik)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk membantu mengolah variabel-variabel dalam penelitian ini adalah instruen daftar pertanyaan (kuesioner) yang isinya dibagi ke dalam enak kelompok pertanyaan:

1. Kelompok A berisi Informed Consent atau persetujuan untuk menjadi responden

2. Kelompok B berisi pertanyaan untuk data responden

3. Kelompok D berisi pertanyaan seputar tutorial (pernah atau tidak menjadi ketua, info blok dan skenario pertemuan ketika menjadi ketua tutorial ataupun tidak menjadi ketua tutorial, nilai minikuis yang didapatkan ketika menjadi ketua tutorial ataupun tidak menjadi ketua tutorial)


(46)

4. Kelompok E berisi pertanyaan tentang gaya kepemimpinan transfromasional dan kepemimpinan transaksional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan tutorial. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor ganjil menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap menunjukkan gaya kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai dari nomor genap tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah.

E. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan di FKIK UMY. Penelitian akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Peneliti menyiapkan proposal penelitian, kusioner yang akan dibagikan dan menentukan sampel sesuai dengan metode penentuan sampel yang telah dipilih sebelumnya.


(47)

32

Tahap ini dilakukan agar bisa mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian dari kuesioner yang akan diisi oleh responden. Kuesioner akan dibagikan lalu responden diberikan waktu untuk mengisi kuesioner dan responden hanya boleh mengisi satu kali.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini dimulai dari mengecek kelengkapan jawaban dan menilai kuesioner yang telah terkumpul. Kemudian dilanjutkan dengan mengubah data ke dalam tabel agar mudah saat dianalisis. Analisis data akan dilakukan menggunakan SPSS 16.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas instrumen penelitian, dalam hal ini adalah kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional yang telah dimodifikasi sesuai kegiatan dalam tutorial. Uji ini diperlukan untuk melihat apakah setiap butir pertanyaan kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional yang telah dimodifikasi sesuai kegiatan dalam tutorial dapat diaplikasikan. Responden penelitian diambil sebanyak 30 orang sesuai Notoatmodjo pada tahun 2012 yang menyatakan agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka uji validitas dan reliabilitas membutuhkan minimal 20 orang responden. Pengujian akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Responden adalah para jajaran kosema dari empat angkatan Pendidikan Dokter FKIK UMY dikarenakan mereka bukan merupakan sampel penelitian dan mereka memiliki ciri-ciri yang mirip dengan responden, sesuai dengan (Notoatmodjo, 2012) yang menyatakan bahwa


(48)

responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan. Data yang masuk selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan tutorial. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor ganjil menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap menunjukkan gaya kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai dari nomor genap tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Responden yang dipakai hanya dari kelompok pemimpin yaitu mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi.

Uji validitas menunjukkan apakah instrumen (kuesioner) yang digunakan mampu mengukur apa yang kita inginkan. Pengujian akan menggunakan metode korelasi produk momen Pearson (Bivariate Pearson) dilakukan dengan cara menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan dengan skor total. Tingkat signifikansi (alpha) yang akan dipakai sebesar lima persen dan responden


(49)

34

berjumlah 30 orang, maka akan didapatkan rkritis 0.3610. oleh karena itu jika hasil didapatkan nilai rhitung lebih besar dari rkritis maka butir pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kestabilan dan konsisten dari instrumen (kuesioner) yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif sama bila pengukuran diulangi. Setelah menghapus butir-butir pertanyaan yang tidak valid, lalu dilakukan uji reliabilitas dengan teknik one shot (sekali ukur). Teknik ini dapat dilakukan menggunakan software SPSS dengan metode Alpha Cronbach’s karena menurut Lestari pada tahun 2013, rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal uraian. Menurut Tavakol dan Dennick pada tahun 2011, nilai minimum koefisien reliabilitas agar bisa dikatakan reliabel adalah 0.70. maka jika nilai pengujian didapatkan lebih dari 0.70 kuesioner tersebut lulus uji validitas dan reliabilitas.

Tabel 2. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional (Uji Validitas dan Reliabilitas)

Jumlah Presentase

Nilai

Sangat Tinggi 1 3

Tinggi 2 7

Cukup Tinggi 19 61 Cukup Rendah 5 16

Rendah 4 13

Sangat Rendah 0 0

Total 31 100


(50)

Pada Tabel 2, hasil yang didapat untuk nilai kuesioner kepemimpinan transaksional adalah:

a. 19 responden (611%) dengan nilai cukup tinggi (35-39), b. 5 responden (16%) dengan nilai cukup rendah (30-34), c. 4 responden (13%) dengan nilai rendah (25-29), d. 2 responden (7%) dengan nilai tinggi (40-44),

e. 1 responden (3%) dengan nilai sangat tinggi (45-50) dan

f. Tidak didapatkan responden yang mendapatkan nilai sangat rendah pada kuesioner kepemimpinan transaksional.

Tabel 3. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional (Uji Validitas dan Reliabilitas)

Jumlah Presentase

Nilai

Sangat Tinggi 1 3

Tinggi 5 16

Cukup Tinggi 14 45 Cukup Rendah 8 26

Rendah 3 10

Sangat Rendah 0 0

Total 31 100

Sumber: Data Primer

Sedangkan pada tabel 3, hasil yang didapat untuk nilai kuesioner kepemimpinan transformasional adalah:

a. 14 responden (45%) dengan nilai cukup tinggi (35-39), b. 8 responden (26%) dengan nilai cukup rendah (30-34), c. 5 responden (16%) nilai tinggi (40-44),


(51)

36

d. 3 responden (10%) dengan nilai rendah (25-29),

e. 1 responden (3%) dengan nilai sangat tinggi (45-50) dan

f. Tidak didapatkan responden yang mendapatkan nilai sangat rendah pada kuesioner kepemimpinan transformasional.

Dari hasil yang ada kemudian dilakukan uji validitas N = 31 atau df (n-2) atau 31-2=29 , didapatkan r tabel 0.367 dan setelah diproses dengan SPSS 16 nilai r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas valid. Setelah item tersebut dinyatakan valid kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan nilai 0.862 > 0.80, artinya seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.

G. Analisa Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji korelasi Spearman karena penelitian ini adalah penelitian korelasional atau hubungann dengan persebaran data tidak normal. Variabel pertama adalah performance pemimpin diskusi yang terdiri dari dua kategori yaitu pemimpin diskusi transaksional dan pemimpin diskusi transformasional. Variabel yang kedua adalah nilai minikuis yang terdiri dari tiga kategori yaitu 0-30, 40-60, 70-100.

H. Keterbatasan Penelitian

1. Pengisian kuesioner tidak dapat diawasi oleh peneliti secara langsung sehingga responden tidak bisa menanyakan secara langsung jika mengalami kesulitan menjawab.


(52)

dan tidak dipisahkan sehingga dapat mengganggu esensi dari kuesioner tersebut.

3. Dapat ditemukan perbedaan penafsiran antara responden dan peneliti saat memahami maksud pertanyaan di dalam kuesioner.

I. Etika Penelitian

Dalam penelitian tidak lepas dari etika penelitian. Etika penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk menjadi sampel penelitian. Di dalam informed consent, peneliti telah menjelaskan secara jelas penelitian yang akan dilakukan.

2. Confidentially

Peneliti memberikan jaminan kepada responden bahwa data-data yang responden berikan merupakan data yang akan dijaga kerhasiaannya.

3. Asas benefit

Peneliti memaksimalkan manfaat penelitian dan menekan kerugian penelitian.

4. Asas justice


(53)

28

menyesuaikan jumlah mahasiswa pemimpin agar jumlah sampel berimbang di masing-masing kelompok.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa program studi pendidikan dokter FKIK UMY angkatan 2013-2016.

2. Mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial Pendidikan Dokter FKIK UMY.

3. Mahasiswa yang tidak pernah menjadi pemimpin diskusidi tutorial Pendidikan Dokter FKIK UMY.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa yang tidak aktif.

2. Pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel bebas adalah performance pemimpin diskusi b. Variabel terikat adalah kemampuan kognitif

c. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah tantangan dalam memimpin diskusi tutorial


(54)

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel NO Definisi Operasional

Variabel

Cara Pengukuran Skala Data

1 Performance Pemimpin

Diskusi Menggunakan kuesioner dengan melihat status kepemimpinan dari mahasiswa dalam diskusi tutorial, dengan skor sebagai berikut:

1 = Pemimpin Diskusi 2 = Bukan Pemimpin Diskusi

Nominal (Kategorik)

2 Kepemimpinan

Transformasional adalah perilaku kepemimpinan yang mampu menjelaskan tugas pada struktur, berwawasan

luas,bertanggungjawab

sehingga mampu memantapkan kelompok.

Kepemimpinan

transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemba oleh anggota. Pemimpin di sini merupakan seseorang yang

Menggunakan

kuesioner gaya Kepemimpinan

Transformasional dan Kepemimpinan

Transaksional yang sudah dimodifikasi dengan skor sebagai berikut :

1 = Tidak Pernah 2 = Jarang

3 = Kadang-kadang 4 = Sering

5 = Selalu

Ordinal (kategorik)


(55)

30

mendesain pekerjaan serta mekanismenya, sementara anggota adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing.

3 Kemampuan Kognitif Menggunakan data sekunder yaitu nilai tutorial blok 2, 10, 15 dan 20 dengan skor sebagai berikut :

1 = 0-30 2 = 40-60 3 = 70-100

Ordinal (Kategorik)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk membantu mengolah variabel-variabel dalam penelitian ini adalah instruen daftar pertanyaan (kuesioner) yang isinya dibagi ke dalam enak kelompok pertanyaan:

1. Kelompok A berisi Informed Consent atau persetujuan untuk menjadi responden

2. Kelompok B berisi pertanyaan untuk data responden

3. Kelompok D berisi pertanyaan seputar tutorial (pernah atau tidak menjadi ketua, info blok dan skenario pertemuan ketika menjadi ketua tutorial ataupun tidak menjadi ketua tutorial, nilai minikuis yang didapatkan ketika menjadi ketua tutorial ataupun tidak menjadi ketua tutorial)


(56)

4. Kelompok E berisi pertanyaan tentang gaya kepemimpinan transfromasional dan kepemimpinan transaksional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan tutorial. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor ganjil menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap menunjukkan gaya kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai dari nomor genap tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah.

E. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan di FKIK UMY. Penelitian akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Peneliti menyiapkan proposal penelitian, kusioner yang akan dibagikan dan menentukan sampel sesuai dengan metode penentuan sampel yang telah dipilih sebelumnya.


(57)

32

Tahap ini dilakukan agar bisa mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian dari kuesioner yang akan diisi oleh responden. Kuesioner akan dibagikan lalu responden diberikan waktu untuk mengisi kuesioner dan responden hanya boleh mengisi satu kali.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini dimulai dari mengecek kelengkapan jawaban dan menilai kuesioner yang telah terkumpul. Kemudian dilanjutkan dengan mengubah data ke dalam tabel agar mudah saat dianalisis. Analisis data akan dilakukan menggunakan SPSS 16.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas instrumen penelitian, dalam hal ini adalah kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional yang telah dimodifikasi sesuai kegiatan dalam tutorial. Uji ini diperlukan untuk melihat apakah setiap butir pertanyaan kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional yang telah dimodifikasi sesuai kegiatan dalam tutorial dapat diaplikasikan. Responden penelitian diambil sebanyak 30 orang sesuai Notoatmodjo pada tahun 2012 yang menyatakan agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka uji validitas dan reliabilitas membutuhkan minimal 20 orang responden. Pengujian akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Responden adalah para jajaran kosema dari empat angkatan Pendidikan Dokter FKIK UMY dikarenakan mereka bukan merupakan sampel penelitian dan mereka memiliki ciri-ciri yang mirip dengan responden, sesuai dengan (Notoatmodjo, 2012) yang menyatakan bahwa


(58)

responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan. Data yang masuk selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan tutorial. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor ganjil menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap menunjukkan gaya kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai dari nomor genap tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Responden yang dipakai hanya dari kelompok pemimpin yaitu mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi.

Uji validitas menunjukkan apakah instrumen (kuesioner) yang digunakan mampu mengukur apa yang kita inginkan. Pengujian akan menggunakan metode korelasi produk momen Pearson (Bivariate Pearson) dilakukan dengan cara menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan dengan skor total. Tingkat signifikansi (alpha) yang akan dipakai sebesar lima persen dan responden


(59)

34

berjumlah 30 orang, maka akan didapatkan rkritis 0.3610. oleh karena itu jika hasil didapatkan nilai rhitung lebih besar dari rkritis maka butir pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kestabilan dan konsisten dari instrumen (kuesioner) yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif sama bila pengukuran diulangi. Setelah menghapus butir-butir pertanyaan yang tidak valid, lalu dilakukan uji reliabilitas dengan teknik one shot (sekali ukur). Teknik ini dapat dilakukan menggunakan software SPSS dengan metode Alpha Cronbach’s karena menurut Lestari pada tahun 2013, rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal uraian. Menurut Tavakol dan Dennick pada tahun 2011, nilai minimum koefisien reliabilitas agar bisa dikatakan reliabel adalah 0.70. maka jika nilai pengujian didapatkan lebih dari 0.70 kuesioner tersebut lulus uji validitas dan reliabilitas.

Tabel 2. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional (Uji Validitas dan Reliabilitas)

Jumlah Presentase

Nilai

Sangat Tinggi 1 3

Tinggi 2 7

Cukup Tinggi 19 61 Cukup Rendah 5 16

Rendah 4 13

Sangat Rendah 0 0

Total 31 100


(60)

Pada Tabel 2, hasil yang didapat untuk nilai kuesioner kepemimpinan transaksional adalah:

a. 19 responden (611%) dengan nilai cukup tinggi (35-39), b. 5 responden (16%) dengan nilai cukup rendah (30-34), c. 4 responden (13%) dengan nilai rendah (25-29), d. 2 responden (7%) dengan nilai tinggi (40-44),

e. 1 responden (3%) dengan nilai sangat tinggi (45-50) dan

f. Tidak didapatkan responden yang mendapatkan nilai sangat rendah pada kuesioner kepemimpinan transaksional.

Tabel 3. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional (Uji Validitas dan Reliabilitas)

Jumlah Presentase

Nilai

Sangat Tinggi 1 3

Tinggi 5 16

Cukup Tinggi 14 45 Cukup Rendah 8 26

Rendah 3 10

Sangat Rendah 0 0

Total 31 100

Sumber: Data Primer

Sedangkan pada tabel 3, hasil yang didapat untuk nilai kuesioner kepemimpinan transformasional adalah:

a. 14 responden (45%) dengan nilai cukup tinggi (35-39), b. 8 responden (26%) dengan nilai cukup rendah (30-34), c. 5 responden (16%) nilai tinggi (40-44),


(61)

36

d. 3 responden (10%) dengan nilai rendah (25-29),

e. 1 responden (3%) dengan nilai sangat tinggi (45-50) dan

f. Tidak didapatkan responden yang mendapatkan nilai sangat rendah pada kuesioner kepemimpinan transformasional.

Dari hasil yang ada kemudian dilakukan uji validitas N = 31 atau df (n-2) atau 31-2=29 , didapatkan r tabel 0.367 dan setelah diproses dengan SPSS 16 nilai r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas valid. Setelah item tersebut dinyatakan valid kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan nilai 0.862 > 0.80, artinya seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.

G. Analisa Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji korelasi Spearman karena penelitian ini adalah penelitian korelasional atau hubungann dengan persebaran data tidak normal. Variabel pertama adalah performance pemimpin diskusi yang terdiri dari dua kategori yaitu pemimpin diskusi transaksional dan pemimpin diskusi transformasional. Variabel yang kedua adalah nilai minikuis yang terdiri dari tiga kategori yaitu 0-30, 40-60, 70-100.

H. Keterbatasan Penelitian

1. Pengisian kuesioner tidak dapat diawasi oleh peneliti secara langsung sehingga responden tidak bisa menanyakan secara langsung jika mengalami kesulitan menjawab.


(62)

dan tidak dipisahkan sehingga dapat mengganggu esensi dari kuesioner tersebut.

3. Dapat ditemukan perbedaan penafsiran antara responden dan peneliti saat memahami maksud pertanyaan di dalam kuesioner.

I. Etika Penelitian

Dalam penelitian tidak lepas dari etika penelitian. Etika penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk menjadi sampel penelitian. Di dalam informed consent, peneliti telah menjelaskan secara jelas penelitian yang akan dilakukan.

2. Confidentially

Peneliti memberikan jaminan kepada responden bahwa data-data yang responden berikan merupakan data yang akan dijaga kerhasiaannya.

3. Asas benefit

Peneliti memaksimalkan manfaat penelitian dan menekan kerugian penelitian.

4. Asas justice


(63)

39 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) pada bulan November-Desember 2016 dengan menggunakan Kuesioner Gaya Kepemimpinan yang disadur dari Northouse (2013) sehingga diperlukan uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner tersebut. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada bulan November 2016 sejumlah 30 responden yang memiliki ciri yang mirip dengan kriteria inklusi pada penelitian ini tetapi bukan sampel penelitian. Setelah melakukan kedua uji tersebut, pengambilan data dilakukan pada bulan November-Desember 2016 dengan responden 58 orang yang terdiri dari 31 orang untuk kelompok pemimpin diskusi dan 27 orang untuk kelompok bukan pemimpin diskusi. Hal ini tidak sesuai dengan target awal responden berjumlah 60 orang dikarenakan faktor responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini adalah usia responden, jenis kelamin, tahun angkatan, blok yang ditempuh dan nilai minikuis tutorial.

2. Hasil

Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di FKIK UMY diperoleh 58 responden yang terdiri dari 31 mahasiswa yang pernah menjadi


(64)

pemimpin diskusi dan 27 mahasiswa yang belum pernah menjadi pemimpin diskusi.

Tabel 4. Karakteristik Responden

No Karakteristik Pemimpin Diskusi Bukan Pemimpin Diskusi

Jumlah Presentase Jumlah Presentase 1. Usia 15-17 Tahun 3 10 5 19

18-20 Tahun 24 77 21 78 21-22 Tahun 4 13 1 3 2. Jenis

Kelamin

Laki-laki 15 48 3 11 Perempuan 16 52 24 89 3. Tahun

Angkatan

2013 3 10 1 4

2014 13 42 0 0

2015 9 29 4 15

2016 6 19 22 81

4. Blok 2 (Sitologi dan Sistem

Gerak)

6 19 22 81

10 (Neuromusko

loskeletal)

9 29 4 15

15 (Sensori) 13 42 0 0 20 (Elektif) 3 10 1 4 Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari karakteristik usia, responden terbanyak dari kelompok pemimpin diskusi berusia 18-20 tahun dengan presentase 77% (24 orang), sisanya berusia 21-22 tahun dengan presentase


(65)

41

13% (4 orang) dan usia 15-17 tahun dengan presentase 10% (3 orang). Sedangkan responden terbanyak dari kelompok bukan pemimpin diskusi juga berusia 18-20 tahun dengan presentase 78% (21 orang), sisanya berusia 15-17 tahun dengan presentase 19% (5 orang) dan usai 21-22 tahun dengan presentase 3% (1 orang).

Pada kelompok pemimpin diskusi didapatkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (52%) dan 15 orang (48%) berjenis kelamin laki-laki. Hasil yang didapat pada responden bukan pemimpin diskusi berjenis kelamin perempuan 24 orang (89%) dan 3 orang berjenis kelamin laki-laki (11%).

Tahun angkatan pada penelitian ini terdiri dari 2013, 2014, 2015 dan 2016. Pada kelompok pemimpin diskusi didapatkan 3 responden (10%) dari angkatan 2013, 13 responden (42%) dari angkatan 2014, 9 responden (29%) dari angkatan 2015 dan 6 responden (19%) dari angkatan 2016. Pada kelompok bukan pemimpin diskusi tidak didapatkan responden dari angkatan 2014, terdapat 1 responden (4%) dari angkatan 2013, 4 responden (15%) dari angkatan 2015 dan 22 responden (81%) dari angkatan 2016.

Diketahui pada kelompok pemimpin diskusi sebanyak 3 responden (10%) sedang mengikuti blok 20, 13 responden (19%) sedang mengikuti blok 15, 9 responden (29%) sedang mengikuti blok 10 dan 6 responden (19%) sedang mengikuti blok 2 . Pada kelompok bukan pemimpin diskusi tidak didapatkan responden dari angkatan 2014, diketahui 1 responden (4%) sedang mengikuti blok 20, 4 responden (15%) sedang mengikuti blok 10 dan 22 responden (81%) sedang mengikuti blok 2.


(66)

Tabel 5. Rata-rata nilai minikuis pada kelompok mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi

Nilai Minikuis

Rata-rata 0-30 40-60 70-100

n % N % n %

Pemimpin Diskusi

0 0 2 6 29 94 97

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa mayoritas dalam kelompok pemimpin diskusi memiliki nilai minikuis 0-30 yaitu sebanyak 29 orang (94%), nilai minikuis 460 sebanyak 2 orang (6%) dan tidak didapatkan nilai minikuis 0-30.

Tabel 6. Rata-rata nilai minikuis pada kelompok mahasiswa bukan pemimpin diskusi

Nilai Minikuis

Rata-rata 0-30 40-60 70-100

n % N % n %

Bukan Pemimpin

Diskusi

0 0 8 30 19 70 88

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa mayoritas dalam kelompok pemimpin diskusi memiliki nilai minikuis 40-60 yaitu sebanyak 8 orang (30%), nilai minikuis 70-100 sebanyak 19 orang (70%) dan tidak didapatkan nilai minikuis 0-30.


(1)

PERTANYAAN SEPUTAR TUTORIAL

1. Pernah menjadi pemimpin diskusi tutorial : ( ) Pernah

( ) Belum pernah

2. Untuk responden yang belum pernah menjadi pemimpin diskusi tutorial a. Blok berapa yang sedang anda ikuti?

b. Skenario ke berapa yang baru saja anda ikuti? c. Berapakah nilai minikuis anda?

3. Untuk responden yang pernah menjadi pemimpin diskusi tutorial a. Blok berapa yang sedang anda ikuti?

b. Skenario ke berapa yang baru saja anda ikuti? c. Berapakah nilai minikuis anda?


(2)

KUESIONER GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

disadur dari Northouse (2013) Kunci :

1 = Tidak Pernah 2 = Jarang

3 = Kadang-kadang 4 = Sering

5 = Selalu

1. Meminta anggota kelompok mencari materi sebelum tutorial 1 2 3 4 5 2. Telah mempersiapkan diri sebelum menjadi pemimpin diskusi 1 2 3 4 5 3. Memicu anggota kelompok untuk berpendapat 1 2 3 4 5 4. Menerima setiap pendapat anggota dengan baik 1 2 3 4 5 5. Mengingatkan anggota kelompok untuk berpendapat dengan

baik

1 2 3 4 5

6. Memberikan kesempatan tiap anggota untuk berpendapat dengan adil

1 2 3 4 5

7. Meminta anggota kelompok untuk menjelaskan materi dengan kata-kata sendiri yang mudah dipahami

1 2 3 4 5

8. Ikut secara aktif dalam dinamika kelompok 1 2 3 4 5 9. Memberi semangat kepada yang belum aktif saat diskusi 1 2 3 4 5 10. Memberikan pendapat anda sesuai dengan Evidence Based

Medicine

1 2 3 4 5

11. Merumuskan tugas belajar mandiri secara jelas 1 2 3 4 5 12. Menjadi lebih memahami para teman-teman tutorial setelah

pertemuan yang dipimpin

1 2 3 4 5


(3)

14. Mengupayakan belajar bersama anggota tutorial di luar jam tutorial

1 2 3 4 5

15. Mengingatkan anggota kelompok untuk mencari tugas belajar mandiri

1 2 3 4 5

16. Merumuskan kesimpulan dengan kesepakatan seluruh anggota tutorial

1 2 3 4 5

17. Merasa bertanggungjawab terhadap pertemuan yang dipimpin 1 2 3 4 5 18. Merespon dengan senang hati saran maupun kritik dari anggota

kelompok


(4)

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

total

item1 Pearson Correlation .502**

Sig. (2-tailed) .004

N 31

item2 Pearson Correlation .584**

Sig. (2-tailed) .001

N 31

item3 Pearson Correlation .522**

Sig. (2-tailed) .003

N 31

item4 Pearson Correlation .441*

Sig. (2-tailed) .013

N 31

item5 Pearson Correlation .516**

Sig. (2-tailed) .003

N 31

item6 Pearson Correlation .459**

Sig. (2-tailed) .009

N 31

tem7 Pearson Correlation .470**

Sig. (2-tailed) .008

N 31

item8 Pearson Correlation .532**

Sig. (2-tailed) .002

N 31

item9 Pearson Correlation .588**

Sig. (2-tailed) .001

N 31

item10 Pearson Correlation .679**

Sig. (2-tailed) .000

N 31

item11 Pearson Correlation .461**

Sig. (2-tailed) .009

N 31

item12 Pearson Correlation .647**

Sig. (2-tailed) .000

N 31

item13 Pearson Correlation .749**


(5)

N 31

item14 Pearson Correlation .707**

Sig. (2-tailed) .000

N 31

item15 Pearson Correlation .693**

Sig. (2-tailed) .000

N 31

item16 Pearson Correlation .468**

Sig. (2-tailed) .008

N 31

item17 Pearson Correlation .419*

Sig. (2-tailed) .019

N 31

item18 Pearson Correlation .449*

Sig. (2-tailed) .011

N 31

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 31

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

N = 31 atau df (n-2) atau 31-2=29 R tabel = 0.367

2. Uji Reliabilitas

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(6)

Lampiran 3. Analisis Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Performance_pemi mpin_diskusi

Kemampuan_kogn itif

N 58 58

Normal Parametersa Mean 1.47 93.10

Std. Deviation .503 15.242

Most Extreme Differences Absolute .357 .502

Positive .357 .325

Negative -.321 -.502

Kolmogorov-Smirnov Z 2.719 3.824

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Test distribution is Normal.

Test of Homogeneity of Variances

Kemampuan_kognitif

Levene Statistic df1 df2 Sig.

30.144 1 56 .000

Test Statisticsa

Kemampuan_kogn itif

Mann-Whitney U 321.500

Wilcoxon W 699.500

Z -2.311

Asymp. Sig. (2-tailed) .021

a. Grouping Variable: