HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN HASIL OSCE MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN

HASIL OSCE MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

FEBRIANA DIAH SUSILOWATI

20120310028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

FEBRIANA DIAH SUSILOWATI

20120310028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iii

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Febriana Diah Susilowati NIM : 20120310028

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantungkan dalam Daftar Pustaka di bagian akir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya tulis Ilmiah inin hasil jiplakan, maka saya bersedia meneria sanksi atas perbuata tersebut.

Yogyakarta, 11 Mei 2016 Yang membuat pernyatan,


(4)

iv

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dam karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN HASIL OSCE MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. dr. H. Ardi Pramono Sp.An, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Keseha tan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Alfaina Wahyuni, Sp.Og, M. Kes, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. dr. Nurhayati, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing dan DPA (Dosen Pembimbing Akademik) dalam penelitian ini yang telah membimbing penulis dan memberikan arahan, saran dan motivasi dengan penuh kesabaran.

4. Keluarga bapak Hayono, ibu Lilis Junanti, Eko Sulistiyono Hari Wibowo, Pandu Tri Atmojo dan Suci Wulansari yang telah memberikan segala dukungan dan doa.

5. Teman – teman seperjuangan yang telah mendukung dan mendorong dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.


(5)

v

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya, untuk itu mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil yang memenuhi syarat dan lebih baik.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiwa Kedokteran Pada khususnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Yogyakarta, 11 Mei 2016 Peneliti


(6)

vi

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Objektive Structured Clinical Examination (Osce)... 6

2. Kecerdasan Spiritual ... 8

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Hasil Nilai OSCE ... 16

B. Kerangka Konsep ... 18

C. Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sempel Penelitian ... 20

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Definisi Operasional Variabel ... 21

F. Instrument Penelitian ... 23

G. Jalannya Penilitian ... 24

H. Analisis Data ... 24

I. Etik Penelitian ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 26

B. Pembahasan ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ... 5 Tabel 2. Skor favorable dan unfavorable menurut alternatif jawaban ... 24 Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa kedokteran

UMY berdasarkan nilai kecerdasan Spiritual ... 26 Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa kedokteran UMY

berdasarkan nilai OSCE ... 27 Tabel 5. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut jenis

kelamin ... 27 Tabel 6. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCEmenurut

tahun angkatan ... 28 Tabel 7. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE ... 29


(8)

(9)

(10)

ix

inteligensi, ada 3 inteligensi yaitu spiritual inteligensi, emosional inteligensi dan intelektual inteligensi Zohar dan Marshall (2000) telah sepakat menempatkan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan yang tertinggi diatas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari empat angkatan(2012, 2013, 2014 dan 2015) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bejumlah 88 sempel. Kecerdasan spiritual diukur dengan menggunakan kuisioner SISRI 24, berisi 24 poin pertanyaan.

Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE (r = +0,630, p = 0,000, p < 0,01). Semakin tinggi kecerdasan spiritual mahasiswa, semakin tinggi nilai OSCE.

Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual, Objective Structured Clinical Examination (OSCE).


(11)

x ABSTRACT

Background : Objective Structured Clinical Examination (OSCE) is one of the tests that must be faced by medical students, where in OSCE student skills to exam. The results of this exam is influenced by many factors one of which is intelligence, there are three intelligence that is spiritual intelligence, emotional intelligence and intellectual intelligence Zohar and Marshall (2002) have agreed to put spiritual intelligence as the highest intellect on emotional intelligence and intellect. In this studi aims to determine whether there is a relationship between Spiritual Intelligence with OSCE values Students Studi Program Medical Education Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Muhammadiyah Yogyakarta.

Methods: The design of this study was observational analytic study with crosssectional. The population in this study is a medical student in Muhammadiyah University of Yogyakarta.in 2012, 2013, 2014 and 2015 with a sample of 88 students. Spritiual intelligence was measured using a SISRI 24 with the total number of questions 24 items.

Result: Correlation test results showed a significant positive correlation between spiritual intelligence with OSCE values (r = +0.630, p = 0.000, p <0.01).Student with higher spiritualintelligence score, the result of OSCE

also higher.


(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah salah satu ujian yang harus dihadapi oleh mahasiswa kedokteran statra 1, dimana didalam OSCE skill mahasiswa diujikan. Sebelum mengahadapi OSCE, mahasiswa kedokteran mendapatkan pelatihan tentang materi yang akan di ujiankan. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) ujian praktik berupa simulasi tindakan medis sesuai dengan skenario pada tiap stasiunnya yang bertujuan untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa (FK Unand, 2010).

Hasil ujian ini dipengaruhi berbagai faktor salah satunya inteligensi, ada 3 inteligensi yaitu spiritual inteligensi, emosional inteligensi dan intelektual inteligensi. Di antara ketiga inteligensi tersebut spiritual inteligensi atau kecerdasan spiritual merupakan potensi terdalam yang dimiliki setiap orang. Zohar dan Marshall (2002) telah sepakat menempatkan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan yang tertinggi diatas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Mahasiswa terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran tersebut, sehingga mahasiswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari atau kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya, ini membuktikan mahasiswa mangunakan kecerdasan inteltualnya saja. Kecerdasan intelektual ini diukur dari nilai rapor dan indeks prestasi. Nilai rapor yang baik, indeks prestasi yang tinggi, atau


(13)

2

sering juara kelas merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur ini tidak salah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi sukses yaitu adanya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Kecerdasan emosional mahasiswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Nugroho (2004) (dalam Ananto, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang, sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu tugas belajar.

Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, makan akan berdapak pada hasil mahasiswa yang kurang optimal. Disinilah salah satu pengaruh kecerdasan terhadap hasil nilai OSCE yang membutuhkan motivasi untuk berlatih dan konsentrasi saat menghadai ujian.


(14)

Dengan adanya kecerdasan spiritual stresor saat menghadapi ujian termasuk OSCE akan berkurang, individu memiliki kemampuan untuk menerapkan dan meningkatkan nilai-nilai spiritual dalam dirinya sehingga dapat mengoptimalkan fungsi kesejaterahan sehari-hari dalam dirinya termasuk saat menghadapi ujian (Amram, 2007). Keyakinan pada agama dan iman kepada Allah membantu dalam tolerasi dan stabilitas emosi (Singaravelu, 2007). Pada surat Al-Qur’an menjelaskan tentang ketenagan batin yaitu pada QS. Al Hajj :46

Artinya:

Tiadakah mereka mengembara di muka bumi sehinga mereka mempunyai hati dengan itu mereka mengerti, dan mempunyai telinga yang dengan itu ereka mendengar?. Sunguh bukanlah matanya yang buta, tetapi yang bukan buta ialah hatinya, yang ada dalam rongga dadanya”

Peneliti merasa penting untuk mengkaji pengaruh kecerdasan spiritual terhadap hasil ujian mahasiswa, khusunya OSCE.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah “Adakah hubungan kecerdasan spiritual dengan hasil OSCE mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(15)

4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan kecerdasan spiritual dengan hasil nilai OSCE mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan spiritual menurut jenis kelamin terhadap hasil OSCE mahasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

b. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan spiritual menurut tahun angkatan terhadap hasil OSCE mahasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa: Memberikan tambahan pengetahuan tentang peran kecerdasan spiritual pada mahasiwa dalam menghadapi ujian khususnya OSCE.

2. Bagi institusi pendidikan: Memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya kecerdasan spiritual pada proses pembelajaran.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kecerdasan spiritual sebelumnya pernah dilakukan , terdapat beberapa persamaan dan perbedaan, antara lain:

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Judul Pengarang Tahun Persamaan/Perbedaan Hubungan Antara

Kecerdasan Spiritual Dengan Prokrastinasi Pada

Ekawaty Rante L, Firmanto Adi N, Karin

2013 Persamaan:

Meneliti tentang tingkat kecerdasan spiritual seorang mahasiswa.


(16)

Mahasiswa Tingkat Akhir

Lucia T Perbedaan:

Sempel yang digunakan , kolerasi antara variabel dependen dan independenya Can Spiritual Inteligensi Affect Professionalism in Medical Faculty Members? Hossein Karimi Moonaghi Ph.D, Maryam Akbari Lakeh M.Sc, Abbas Makarem M.D., Habibolah Esmaeili , Mahdi Ebrahimi Ph.D.

2012 Persamaan:

Meneliti tentang tingkat kecerdasan spiritual seorang mahasiswa. Perbedaan:

Penelitian ini mengunakan metode cross-sectional dengan mengunakan subyek 160 mahasiswa kedokteran, tujuan khusus nya yaitu meneliti

hubungan antara kecerdasan spiritual dengan tingkat

profesionalisme seseorang. Contribution

Value of Spiritual Inteligensi, Emotional Inteligensi and Self-Efficacy in Academic Achievement of B.Ed. Student Teachers

G. N. Tiwari, Harjot Kaur Dhatt

2014 Persamaan : Meneliti tentang

konstribusi dari kecerdasan spiritual terhadap hasil belajar murid

Perbedaan :

Pada penelitiam tiwari dan dhat ini meneliti 3 variabel independen dan

mengunakan 3 skala pengukuran.


(17)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Objektive Structured Clinical Examination (Osce) a. Pengertian OSCE

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah suatu metode untuk menguji kompetensi klinis seperti history taking, pemerikasaan fisik, procedural klinik, keterampilan komunikasi, interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium, managemen dan lain-lain yang diujikan mengunakan checklist yang telah disetujui dan mahasiswa atau peserta akan mengikuti beberapa stasion (bilik ujian) (Zullharman, 2007). Setiap stasion mempunyai materi uji yang spesifik dengan durasi waktu yang sudah di tentukan antara lani soal pilihan ganda atau essay test dan encouter clinic dimana mahasiswa berinteraksi dngan standardizet patient (probandus).

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) pertama kali diperkenalkan oleh Harden (1975) yaitu peserta melakukan tugas klinis tertentu dalam jangka waktu tertentu (5-30 menit), untuk melengkapi pemeriksaan peserta berpindah melalui serangkaian stasion (2-20 stasion).

Yanti dan Pertiwi (2008) menjelaskan bahwa pelaksanaan ujian OSCE meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang


(18)

diungkapkan dalam stasion-stasion. Sesuai dengan kepanjangannya, disain OSCE adalah sebagai berikut :

1) Objektif yang berarti semua peserta ujian dihadapkan pada stasion yang sama dengan skema pengujian yang sama antara stasion satu dengan yang lainnya. Langkah kegiatan, penilaian peserta dilakukan dengan cara penilaian yang sama sesuai prosedur atau langkah yang dilakukan. Dengan demikian sistem penilaian akan lebih bersifat objektif. Penilaian didasari hanya pada langkah yang dilakukan dengan benar atau tidak dilakukan.

2) Terstruktur yang berarti setiap stasion memiliki perintah yang jelas dan spesifik. Bila pasien yang digunakan adalah pasien simulatif, maka harus tersedia kasus yang jelas sehingga informasi yang diperoleh oleh semua peserta mengenai pasien semua sama, termasuk dalam hal ini tampilan emosi dari pasien simulative yang harus diperlihatkan dalam konsultasi. Intruksi dibuat secara tertulis dengan baik dan jelas. OSCE harus terstruktur dengan baik dan meliputi semua elemen kurikulum termasuk rentang keterampilan. 3) Penilain Klinik yang berarti OSCE di disain untuk pengaplikasian

pengetahuan teori dan klinik. Penilaian dilakukan oleh penguji yang sudah ahli dari fakultas, dengan menggunakan suatu skema penilaian atau checklist.

b. Tujuan OSCE

1) Penapisan dokter/dokter gigi untuk menghasilkan dokter/dokter gigi yang kompeten


(19)

8

2) Menciptakan sistem ujian yang secara objektif dan terstruktural 3) Melengkapi ujian kompetensi dari segi psikomotor dan perilaku c. Penilaian

Penilaian dalam OSCE berdasarkan checklist. Penilaian dilakukan oleh penguji di masing-masing stasion (bilik ujian). Setiap stasion dinilai dengan aturan tertentu yang sudah dibuat dan disepakati oleh seluruh penguji. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) disebut objektif karena pernyataan dan penilaian diberikan secara baku. Penentuan kelulusan dengan menggunakan hasil kumulatif penilaian tim penilai.

2. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Menurut Munandir (2001) kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Teori kecerdasan yang pertama kali muncul adalah kecerdasan intelektual oleh Alfred Binet. Setelah itu muncul teori kecerdasan emosional yang di popularkan oleh Daniel Goleman. Goleman telah menulis tentang emosi intrapersonal diri seseorang yang digunakan untuk berhubungan dengan orang lain. Namun kecerdasan emosional semata-mata tidak dapat membantu seseorang


(20)

memahami siapa dirinya, dan apa makna segala sesuatu baginya maka munculah teori ke-3 yaitu kecerdasan spiritual (spiritual inteligensi) yang di gagas oleh Zohar dan Marshall. Kecerdasan spiritual mengintegrasikan semua kecerdasan seseorang dan menjadikanya benar-benar dan utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Idealnya ketiga kecerdasan tersebut saling bekerja saja dan saling mendukung. Otak dirancang agar mampu melakukan hal itu. Meskipun demikian mereka masing-masing kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual memikili wilayah kekuatan terendiri dan bisa berfungsi secara terpisah(Persiak, 2002). Kecerdasan spiritual berorientasi pada pusat otak dan berfungsi untuk mengintegrasikan kedua kecerdasan yang lain. Ketiga teori tentang kecerdasan tersebut mempunyai akar-akar neurobiologist di otak manusia. Berdasarkan anatomi kecerdasan emosional ada di sistim limbic yaitu sistim otak dalam yang terdiri dari thalamus, hypothalamus dan hippocampus. Kecerdasan intelektual berada di kosteks serebum atau otak besar. Sedangkan kecerdasan spiritual menurut penelirian Micheal Pasinger dan VS Ramacandra yang menemukan God Spot berada di daerah temporal otak manusia.

Menurut Zohar dan Marshall dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan spiritual : the Ultimate Intellegence” (2000) indikasi -indikasi kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghayati nilai dan makna-makna, memiliki kesadaran diri, fleksible dan adaptif,


(21)

10

cenderung memandang sesuatu secara hosiltik, serta kecenderungan untuk mencari jawaban jawaban fundamental atas situasi hidupnya.

Lebih lanjut diungkap Zohar dan Marshall (2000), bahwa inti dari kecerdasan spiritual adalah makna atau meaning, oleh karena penekanan kecerdasan spiritual lebih pada makna maka spiritualitas dalam konsep kecerdasan spiritual tidak terkait dengan agama

Makna adalah inti pemikiran kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual juga berguna untuk mengetahui integrasi kehidupan batin seseorang dalam menjalani hidupnya di dunia. Kecerdasan spiritual dianggap sebagai teori kecerdasan yang tertinggi dan diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi dari kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.

Dengan begitu bukanlah jaminan seseorang yang memiliki pemahaman tinggi terhadap agama yang dianutnya akan pula memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi pula, sebaliknya mereka yang tingkat pemahaman agamanya rendah juga tidak selalu kecerdasan spiritualnya rendah.

Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri dan orang lain. Seseorang pada akhirnya akan menggunakan kecerdasan spiritual untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati, dan


(22)

asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia. Amran (2007) mengindentivikasi tujuk tema utama dari kecerdasan spiritual

b. Aspek Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall (2000) menjelaskan tentang tanda-tanda dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik di bawah ini, tentu tidak bertentangan dengan konsep kecerdasan spiritual dalam pandangan tokoh muslim, pendapat Zohar tersebut mencakup hal-hal berikut:

1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif) 2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan 4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit 5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai 6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan “holistik”)

8) Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.

9) Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri” – yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.


(23)

12

Menurut Tasmoro (2003) bahwa orang yang memiliki kecerdasan ruhaniah adalah mereka orang yang bertakwa. Indikator kecerdasan ruhaniah meliputi:

1) Mereka memiliki visi

2) Mereka merasakan kehadiran Allah 3) Mereka berzikir dan berdoa

4) Mereka memiliki kualitas sabar 5) Cenderung pada keadilan 6) Berjiwa besar

7) Memiliki empati yang kuat

David B. King (2009) mendefinikan kecerdasan spiritual sebagai satu kesatuan kapasitas mental adaptif berdasarkan non-material dan aspek-aspek transenden, ada 4 aspek utama yaitu:

1) Critical Existential Thinking (CET)

Komponen pertama dari kecerdasan spiritual melibatkan kemampuan untuk secara kritis merenungkan makna, tujuan, dan isu-isu eksistensial atau metafisik lainnya (misalnya realitas, alam, semesta, ruang, waktu, dan kematian). Berpikir kritis eksistensial dapat diterapkan untuk setiap masalah hidup, karena setiap objek atau kejadian dapat dilihat dalam kaitannya dengan eksistensi seseorang. Sementara beberapa mendefinisikannya sebagai “upaya untuk memahami jawaban” (Koenig, 2000, dalam King 2009) atas pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya tampak, secara lebih praktis


(24)

dianggap sebagai pola perilaku yang berkaitan. Pendapat lain mengatakan bahwa jika hanya mempertanyakan keberadaan saja tidak menunjukan penguasaan lengkap dari komponen ini. Selain harus mampu untuk merenungkan masalah eksistensial tersebut dengan berpikir kritistapi juga sampai pada kesimpulan murni atau filosofi pribadi tentang keberadaan, mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan pengalaman pribadi. Berpikir kritis, yang didefinisikan sebagai mengkonsep secara aktif dan kreatif, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi (Scriven & Paul, 1992, dalam King, 2009).

Pada instrumennya, King (2009) memformulasikan komponen ini pada unsur eksistensi, makna peristiwa, kehidupan setelah kematian, hubungan manusia dan alam semesta, dan mengenai Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi. Namun, penelitian yang dilakukan King tidak merujuk kepada agama tertentu atau non-agama sekalipun.

2) Personal Meaning Production (PMP)

Komponen inti kedua didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun makna pribadi dan tujuan dalam semua pengalaman fisik dan mental, termasuk kemampuan untuk membuat dan mengatasi tujuan hidup. Nasel (2004) dalam King


(25)

14

(2009) sejutu bahwa kecerdasan spiritual melibatkan kontempasi makna simbolis dalam semua pengalaman hidup.

Pencarian kita akan makna merupakan motivasi penting dalam hidup kita masing-masing. Pencarian inilah yang menjadikan kita makluk spiritual dan ketika kebutuhan makna ini tidak terpenuhi, maka hidup kita akan terasa dangkal dan hampa.

Makna pribadi didefinikan sebagai memiliki tujuan di dalam hidup, memiliki arah, merasa keteraturan dan mengetahui alsan untuk keberadaanya di dunia (Reker,1997 dalam King, 2009)yang mendefinikan makna pribadi sebagai sistem kogniif yang dibangun oleh seseorang, yaitu mampu memberkati kehidupan dengan makna pribadi dan kepuasan.

3) Transcendental Awareness (TA)

Komponen ketiga meliatkan kemampuan untuk melihat dimensi transenden diri, orang lain dan dunia fisik (misalnya nonmaterial dan keterkaitan ) dalam keadaan normal maupun dalam keadaan membagun area kesadaran transcendental sebagai kemampuan untuk meraskan dimensi spiritual kehidupan, mencerminkan apa sebelumnya digambarkan sebagai merasakan kehadiran yang lebih nyata, yang lebih tersebaar dan umum dari indera khusus kita.


(26)

4) Conscious state expansion (CSE)

Komponen terakir dari model ini adalah kemampuan untuk memasukan area kesadaran spiritual (misal kesadaran murni dan kesatuan) atas kebijakannya sendiri. Dari prespetif psikologis, perbedaan antara kesadaran transendental dan pengembangan area kesadaran ini didukung oleh Tart (1975) bahwa kesadaran transendental harus terjadi selama keadaan sadar normal, sedagangkan pengembangan area kesadaran melihat kemampuan utuk mengatasi keadaan dan area yang lebih tinggi atau spiritual. Sebuah pengembangan badan penelitian telah menunjukan perbedaan yang signifikan dalam fungsi otak antara semua tingkat dan area kesadaran, termasuk yang berhubungan degan pengalaman spiritual dan meditasi. Area tersebut adalah kesadaran kosmik, kesadaran murni, dan kesadaran unitive.

Kesadaran diri (self consciousness yang sering juga disebut dengan self awareness) adalah pembeda utama antara orang yang memiliki spiritualisme tinggi dengan yang tidak. Orang-orang yang memiliki kesadaran yang tinggi akan selalu berpikir beberapa kali dalam merespons setiap situasi, mengambil waktu sejenak untuk memahami apa yang tersembunyi maupun yang nyata sebelum menunjukan respons awal. Ia selalu bertindak penuh perhitungan, pertimbangan, dan hati-hati. (Syahmuharnis & Sidharta, 2007)


(27)

16

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Hasil Nilai OSCE

Pada saat menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) pemusatan pikiran mahasiawa perlu dilakukan supaya lebih optimal . Bagi individu yang beragam islam di dalam surat Ar-Ra’du ayat 28 :

Artinya: orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Dalam menghadapi OSCE ditentukan juga oleh kemampuan mengelola diri dalam mengontrol emosi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain atau biasa disebut kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan spiritual.

Penelitian terdahulu menunjukan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap berbagai banyak hal dan aspek.

Pada penelitian Ekawaty Rante L dkk (2013) “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir” menunjukan bahwa mahasiswa dengan kecerdasan spiritual yang tinggi tingkat maka prokrastinasi pada mahasiswa tinggkat akir akan rendah.


(28)

Pada penelitian Mahajan (2011) menunjukan adanya hubungan yang signifikan atara kecerdasan spiritual dengan prestasi akademik mahasiswa. Kecerdasan spiritual seorang muslim akan selalu bersentuhan dengan nilai-nilai keberagamaan yaitu Islam. Apapun yang ada hubungannya dengan Islam maka maka selalu berorientasi pada Allah swt sebagai Tuhan (God Oriented). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua ilmu pengetahuan yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam maka akan berhungungan dengan tingkat kecerdasan spiritual masing-masing mahasiswa dalam memahaminya, tidak terkecuali dengan bahan materi yang akan diujikan dalam OSCE. Jika kedua hal tersebut sudah saling berhubungan maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh mahasiswa tentang materi tersebut. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa maka relatif semakin cepat pemahamannya terhadap materi skills lab.


(29)

18

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari hubungan kecerdasan spiritual dengan hasil nilai OSCE mahasiswa, yaitu:

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Fasilitas belajar Lingkungan

belajar

Kecerdasan Emosional Kecerdasan

Spiritual

Persiapan OSCE

Kecerdasan Intelektual

Pada Saat OSCE

Penguji Kecerdasan

Spiritual

Probandus Kecerdasan

Emosional

Kecerdasan Intelektual Alat-alat


(30)

C. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0) : tidak ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan hasil nilai objective structured clinical examination (OSCE) mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas muhammadiyah Yogyakarta”.

2. Hipotesis Satu (H1) : terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan hasil nilai objective structured clinical examination (OSCE) mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter fakultas kedokteran dan ilmu kese kesehatan universitas muhammadiyah Yogyakarta”.


(31)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Studi cross-sectional merupakan studi yang mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dengan melakuakan pengukuran sesaat (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Pengukuran subjek tidak harus diukur pada hari atau saat yang sama, akan tetapi variabel resiko serta efek diukur menurut kedaan san statusnya pada waku observasi.

B. Populasi dan Sempel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2012, 2013, 2014 dan 2015 Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY yang telah melaksanakan ujian OSCE.

Teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel adalah random sample yaitu suatu cara pengambilan sample yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi (Sugiyono, 2009). . Hal ini dilakukan dengan melaksanakan penelitian tidak hanya dalam satu waktu dan satu hari saja. Jumlah sempel yang akan di uji adalah 88 mahasiswa dari keempat angkatan Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY yang telah melaksanakan ujian OSCE. Semple yang akan diambil mempunyai kriteria inkusi dan eksklusi.


(32)

1. Kriteria Inklusi

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2015, 2014, 2013 dan 2012 yang megikuti OSCE

2. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter yang gugur blok. b. Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap

c. Mahasiswa yang nilai hasil oscenya tidak keluar karena berbagai sebab.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilakukan adalah Mei 2015- Maret 2016 .

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel pokok yang menjadi objek penelitian, yaitu:

1. Kecerdasan Spiritual (X) sebagai variabel yang akan dikorelasikan dengan satu variabel lain.

2. Hasil nilai ujian OSCE (Y) sebagai variabel partner dalam proses korelasi dari variabel (X).

E. Definisi Operasional Variabel 1. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual dalam penelian ini terpacu dengan aspek-aspek kercerdasan spiritual menurut David B. King yang terdiri dari Critical


(33)

22

Existential Thinking (CET) ,Personal Meaning Production (PMP), Transcendental Awareness (TA) ,Conscious state expansion (CSE). Skala untuk kecerdasan spiritual adalah ordinal. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner The Spiritual Intelligece Selp-Report Inventory (SISRI 24). Setiap hasil akumulasi jawaban dari pertanyaan yang dijawab maka akan dikatagorikan sebagai berikut :

Tinggi apabila jumlah skor ≥ 76% Sedang apabila jumlah skor 56-75% Rendah apabila jumlah skor ≤ 55%

Kategorisasi rentang nilai tersebut sesui perhitungan berdasarkan rumus dari Arikunto (2006), sebagai berikut:

Keterangan : p : prosentase X : Jumlah jawaban n : jumlah responden

Berdasarkan persentase diatas jumlah pertanyaan pada kuesioner SISRI 24 adalah 24 pertanyaan dengan jumlah tertinggi untuk semua jawaban adalah 96, maka untuk menilai kecerdasan spiritual mahasiswa dibuat rentang nilai:

Tinggi apabila jumlah skor 73-96 Sedang apabila jumlah skor 54-72 Rendah apabila jumlah skor ≤ 53


(34)

Data hasil nilai OSCE didapatkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UMY.Semakin tinggi skor skala kecerdasan spiritual yang diperoleh maka akan semakin tinggi kecerdasan spiritualnya. Sebaliknya semakin rendah skor yang di peroleh, maka menunjukan semakin rendah kecerdasan spiritualnya.

2. Hasil Nilai OSCE

Hasil nilai OSCE adalah nominal nilai yang didapatkan mahasiswa setelah menjalani ujian OSCE. Pada penelitian ini hasil nilai OSCE yang digunakan adalah hasil nilai OSCE yang dikeluarkan oleh bagian skill lab FKIK UMY. Pengklasifikasian nilai OSCE dibagi menjadi rendah,sedang dan tinggi, pembagian klasifikasi seperti di bawah ini:

Rendah < 60 (remed) Sedang 60-75

Tinggi 75-100 F. Instrument Penelitian

1. Kuesioner The Spiritual Intelligece Selp-Report Inventory (SISRI 24) Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup. Kuesioner yang akan digunakn pada penelitian kali ini adalah SISRI 24, berisi 24 poin pertanyaan. Instrumen pada penelitian ini telah di adaptasi dan di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang akan dilakukan Uji Validitas dan Realibilitas sebelum dilakukan penelitian. Instrumen tersebut berupa kuesioner tertutup yang alternatif jawabannya sudah dibatasi dan langsung diberikan kepada subjek yang akan diteliti.


(35)

24

Penilaian kuesioner menggunakan skala likert yang mempunyai empat alternative jawaban untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Skor favorable dan unfavorable menurut alternatif jawaban No Skala alternatif jawaban Skor

1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

2 Tidak Sesuai (TS) 2

3 Sesuai (S) 3

4 Sangat Sesuai (SS) 4

2. Hasil Nilai OSCE mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY angkatan 2012.2013,2014 dan 2015.

3. Identitas mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY angkatan 2012, 2013,2014 dan 2015..

G. Jalannya Penilitian

1. Meminta perizinan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Meminta data Mahasiswa angkatan 2012, 2013,2014 dan 2015 yang dapat mengikuti OSCE dan yang termasuk kriteria inklusi sampel.

3. Melakukan penandatanganan persetujuan 4. Mengisi kuesioner yang disiapkan

5. Meminta data hasil nilai OSCE 6. Analisis data yang sudah di dapat. H. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul melalui berbagai tahap, yaitu: pengambilan sempel dan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan cara statistik inferensial adalah dengan maksut dapat digeneralisasi kedalam


(36)

popuasi. Uji hipotesis dilakukan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Jika perbedaan statistik sempel dengan hipotesis kecil, maka hipotesis diterima. Pada penelitian ini data yang digunakan berskala ordinal (variabel 1) dan berskala numerik (variabel 2), maka digunakan uji korelasi spearman jika data tidak normal normal dan mengunakan uji kolerasi person jika data normal.

I. Etik Penelitian

Dalam pengambilan data terhadap reponden peneliti memberikan inform consen pada responden dan mendapatakan persetujuan dari komite etik bahwa penelitianini tidak melanggar kode etik penelitian.


(37)

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Mahasiswa Kedokteran UMY Berdasarkan Nilai Kecerdasan Spiritual

Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa kedokteran UMY berdasarkan nilai kecerdasan Spiritual

Nilai Kecerdasan Spiritual Tahun Angkatan Total 2012 2013 2014 2015

Tinggi 12 6 14 16 48

Sedang 10 16 8 6 40

Rendah 0 0 0 0 0

Total 88 Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 3, mayoritas responden memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu 48 orang (54,5%) dan diseluruh tahun angkatan tidak ada yang memiliki nilai kecerdasan spiritual yang rendah. Pada tahun angkatan 2012 mayoritas responden memiliki nilai kecerdasan spiritual tinggi yaitu sebanyak 12 orang (54,5%), pada tahun angkatan 2013 mayoritas responden memiliki nilai kecerdasan spiritual sedang yaitu 16 orang (72,7%), pada angkatan 2014 mayoritas responden memiliki nilai kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu 14 orang (63,6%), sedangkan pada tahun angkatan 2015 memiliki kecerdasan spiritual tinggi sebanyak 16 orang (72,7%).


(38)

2. Karakteristik Mahasiswa Kedokteran UMY Berdasarkan Nilai OSCE Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa kedokteran

UMY berdasarkan nilai OSCE

Nilai OSCE Tahun Angkatan Total

2012 2013 2014 2015

Tinggi 16 10 13 18 57

Sedang 5 11 8 3 27

Rendah 1 1 1 1 4

Total 88 Sumber: Data Primer

Dari tabel diatas mayoritas responden memperoleh nilai OSCE tinggi yaitu 57 orang (64,7%). Tahun 2012 mayoritas mahasiswa memperoleh nilai OSCE tinngi yaitu 16 orang (72,7%). Tahun 2013 mahasiwa yang mendapatakan nilai OSCE tinggi sebanyak 10 orang (45,5%) dan nilai sedang sebanyak 11 orang (50,0%). Pata tahun 2014 mayoritas mahasiswa memperoleh nilai OSCE sebanyak 13 orang (59,0%) dan pada tahun 2015 mayoritas mahasiswa memperoleh nilai OSCE tinggi yaitu 18 orang (81,8%).

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut jenis kelamin Tabel 5. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE

menurut jenis kelamin

Sig. Kekuatan Korelasi (r) 1. Hubungan Kecerdasan Spiritual

dengan nilai OSCE pada perempuan

0,000 0,696

2. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE pada laki-laki

0,000 0,580

(keterangan :nilai r sangat rendah: 0,000-0,009; rendah:0,20-0,399; sedang ; 0,40-0,599; tinggi: 0,60-0,799; sangat tinggi: 0,80-1,00 )


(39)

28

Pada tabel, hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut jenis kelamin (tabel 5), pada perempuan didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,696 yang berarti terdapat hubungan positif yang tinngi antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada perempuan.

Sedangkan hubungan kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada laki-laki didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,580 yang berarti terdapat hubungan positif yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE padalaki-laki.

4. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut tahun angkatan

Tabel 6. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut tahun angkatan

Sig. Kekuatan Korelasi (r) 1. Hubungan Kecerdasan Spiritual

dengan nilai OSCE menurut Tahun Angkatan 2012

0,000 0,778

2. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut Tahun Angkatan 2013

0,000 0,793

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut Tahun Angkatan 2014

0,016 0,507

4. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut Tahun Angkatan 2015

0,027 0,471

(keterangan : nilai r sangat rendah: 0,000-0,009; rendah:0,20-0,399; sedang ; 0,40-0,599; tinggi: 0,60-0,799; sangat tinggi: 0,80-1,00 )

Pada tabel Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE menurut Tahun Angkatan (tabel 6) didapatkan data hubungan kecerdasan spirirtual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2012 dengan angka


(40)

probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,778 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2012. Pada tahun angkatan 2013 didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,793 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2013. Untuk tahun angkatan 2014 didapatkan angka probabilitas 0,016 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,507 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2014. Sedangkan untuk tahun angkatan 2015 didapatkan angka probabilitas 0,027 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,471 yang berarti terdapat hubungan positif yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2015.

5. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE

Tabel 7. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE Sig. Kekuatan Korelasi (r) 1. Hubugan Kecerdasan

Spiritual dengan nilai OSCE

0,000 0,630

(keterangan : nilai r sangat rendah: 0,000-0,009; rendah:0,20-0,399; sedang ; 0,40-0,599; tinggi: 0,60-0,799; sangat tinggi: 0,80-1,00 )

Pada tabel hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE (table 4.5) didapatkan hasil dengan angka probabilitas 0,000 yang berarti p < 0,05 dan nilai r = 0,630 yang berarti terdapat hubungan positif yang tinggi antara kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE.


(41)

30

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut hasil analisisn dari karakteristik mahasiswa kedokteran UMY berdasarkan nilai OSCE menunjukan bahwa, hasil nilai OSCE mahasiswa mayoritas mendapatkan nilai tinggi. Namun untuk persebaran perangkatan mempunyai jumlah yang berbeda ini dikarenakan sempel nilai OSCE yang diambil berasal dari blok yang berbeda dari tiap angkatan, dengan otomatis tinggkat kesulitan ujian OSCE tiap angkatan berbeda.

Hubungan nilai kecerdasan spiritual mahasiswa dengan angkatan mayoritas nilai spritual yang tinggi pada mahasiswa yaitu 48 orang (54,5%) dam mayoritas mendapatkan nilai OSCE tinggi pada mahasiswa yaitu 57 orang (64,7%). Kedua hasil tersebut menujukan indikasi bahwa tedapat hubungan yang positif pada kedua variable.

Terdapat hubungan yang positif antara nilai spritual mahasiswa dengan jenis kelamin ini dituukan dengan nilai probabilitas di kedua jenis kelamin 0,000 nilai r = 0,696 pada perempuan dan nilai r = 0,580 pada laki-laki. Gender atau jenis kelamin adalah label yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin mahasiswa sebagai laki-laki atau perempuan. Sehingga terlihat atribut karakteristik atau biologis dikotomis dari masing-masing anak (Slavin 2003). Pada peneliatian Shabani(2011) juga menjelaskan


(42)

hasil yang menunjukan bahwa gender tidak pending untuk memoderasi hubungan antara faktor-faktor pada kecerdasan spiritual. Berdasarkan penelitian Allvin (2012) didapatkan hasih bahwa terdapat hubungan antara spiritualisme dengan jenis kelamin namun karena nyaris tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan skor pada kecerdasan spriritual. Hal ini menunjukkan bukan berarti perempuan yang lebih spiritual daripada laki-laki atau sebaliknya, yang ada hanya perbedaan dalam cara pria dan wanita mengekspresikan spiritualitas mereka

Pada hasil analisis hubungan kecerdasan spritual dengan niali OSCE setiap angkatan menujukan hubungan yang signifikan. Semakin tinggi angkatan maka semakin tinggi nilai keeratan kedua variabel, angkatan 2012 adalah angkatan tertinggi dan angkatan 2015 angkatan paling rendah. Belum banyak penelitian yang membahas tentang hubungan kecerdasan spiritual dengan tahun angkatan, namun ussia dan pengalamann hidup bisa menjadikan seseorang lebih mampu menumbuhakan kecerdasan spiritual. Abdulah (2004) menyatakan pendapat yang hampir sama yaitu bahwa niat, menjaga keimanan dalam hati adalah hal yang penting dalam mencapai kecerdasan spiritual yang baik

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terdapat hubungan yang signifikan atara kecerdasan spiritual dengan hasil nilai OSCE mahasiswa ditunjukan dengan probabilitas 0,000 dan nilai r = +0,630, menunjukan hubungan yang bermakna antara kedua variable. Nilai r yang positif menuntukan hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan nilai


(43)

32

OSCE. Ini meunjukan bahwa semakin tinggi Kecerdasan spiritual maka semakin tinggi nilai OSCE.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hossein (2012) dimana terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dan dinilai diri komponen profesionalisme dalam kinerja dimensi tanggung jawab profesional, menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual dapat menjadi dasar untuk promosi profesional pada mahasiwa Pendidikan

Dokter. Dengan semakin tingginya kecerdasan spiritual seseorang maka

semakin tinggi pula pencapaian yang akan didapatkan. Erwin (2010)

menjelaskan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan

spiritual dengan perilaku prososial pada perawat Rumah Sakit Islam Klaten. Semakin tinggi kecerdasan spiritual, maka semakin tinggi pula perilaku prososial perawat. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual, maka semakin rendah pula perilaku prososial perawat.

Hasil penilitian ini juga sesuai dengan penelitian Ekawaty (2013) yang berjudul Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir, didalam penelitian tersebut menunjukan hubungan yang negatif antara dua vareiable yaitu kecerdasan spiritual dan sikap prokrastinasi mahasiswa, semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk melakukan sikap prokrastinasi.


(44)

Keuntungan memiliki kecerdasan spiritual ialah menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual mampu menggabungkan tiga kecerdasan dasar manusia yaitu intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual memfasilitasi suatu dialog antara akal dan emosi, antara pikiran dan tubuh, serta menyediakan titik tumpu bagi pertumbuhan dan perubahan (Dincer, 2007)

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan beberapa hal berikut. Kecerdasan spiritual seseorang akan mendorongnya untuk memiliki kesadaran diri dan menilai makna dibalik segala macam tindakannya (Zohar dan Marshall, 2000). Kecerdasan spiritual dapat menuntun seseorang untuk memutuskan tindakan yang tepat dan memikirkan apa yang harus di perbuat. Oleh karena itu, besar kemungkinan bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka kesempatan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, seperti saat menghadapi ujian OSCE diperlukan adanya kecerdasan spiritual.


(45)

34 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan atara kecerdasan spiritual dengan hasil nilai OSCE mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY . Keeratan hubungan antara kedua variable berada di tinggkat tinggi/kuat, yaitu bernilai r = 0,630.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara :

a. Kecerdasan spiritual perempuan dengan nilai OSCE dengan angka probabilitas 0,000 dan nilai r = 0,696.

b. Kecerdasan spiritual laki-laki dengan nilai OSCE dengan angka probabilitas 0,000 dan nilai r = 0,580.

3. Terdapat hubungan yang signifikan atara kecerdasan spiritual menurut setiap angkatan mahasiswa (2012,2013,2014 dan 2015) dengan nilai OSCE

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan ini, dapat memberikan gambaran bagi institusi pendidikan terkait dan intitusi pendidikan mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dan nilai OSCE. Kecerdasan spiritual dan nilai OSCE berhubungan, maka instusi pendidian terkait dan mahasiswa diharapkan mempertahankan dan meningkatkan dimensi kecerdasan spiritual. Beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual antara lain dengan dengan cara berikut, yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi, belajar


(46)

berkonsentrasi dan bersikap fokus, selalu mengevaluasi diri dan kondisi di sekitar kita, dan memilikai nilai-nilai pribadi sebagai tolak ukur kahidupan.

Untuk penelitian selajutnya diharapkan melakukan penelitian yang sama dengan sempel yang lebih luas, bukan hanya lingkungan kampus agar ada pengeneralisasian.


(47)

36

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.U. 2004 Meledakkan IESQ dengan langkah takwa dan tawakal Zikrul Jakarta.

Ananto, Hersan. 2008. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak Dipublikasikan.

Agustian, A. G.2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotions Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.

Allvin,R.2012.Gender and Spirituality. Honors Program of Liberty University. Amram, Y.2007. What is Spiritual Intelligence? An Ecumenical, Grounded

Theory.

Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineke Cipta.

Dincer, K.2007. Educators role as spiritually intelligent leaders in educational institutions. Journal of Human Sciences, 1. Accessed on Febraury 20, 2016 from http://insanbilimleri.com (Rudiyanto, 2010)

Ekawati,R., Firmanto,A,N.,& Karin,L,T .2013.Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir,(Online), http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/336.

Ezra, 2008. Meningkatkan Kesadaran Diri. Bandung: Jurnal Psikologi).

Hamjah, S. H., Rozali, E. A., Rasit, R. M., & Ismail, Z.2012. Perkaitan Amalan Spiritual Dengan Pencapaian Akademik Pelajar. 51-60.

Hossein.K.M., Maryam.A.L., Abbas.M.M.D., Habibolah.E.,& Mahdi.E.2012. Can Spiritual Inteligensi Affect Professionalism in Medical Faculty Members? King, D. B., & DeCicco, T. L.2009. A Viable Model and Self-Report Measure. Liling, E. R., & Nurcahyo, F. A.2013. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual

Dengan Proklastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akir.


(48)

Momeni, A. H., & Vatankhah, H. 2013. Scientific Studi, Validity, Reliability and Norming of Spiritual Intelligence Test in University Students. 972 – 978. Moonaghi, H. K., Lakeh, M. A., Makarem, A., Esmaeili, H., & Ebrahimi, M.

2012. Can Spiritual Intelligence Affect Professionalism in Medical Faculty Members?

Mujid, A., & Jusuf, M. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Persiak, T. 2002. Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran. Bandung: Mizan PUstaka.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sangung Seto.

Singaravelu, S. 2007.Emotional intelligence of student teachers (pre-service) at primary level in Puducherry region. 49-51.

Siti, A,H. 2001.Moderating Influence of Gender on the Link of Spiritual and Emotional Intelligences with Mental Health among Adolescen. Life Science Journal, Vol. 8, No. 1. Diakses 25 Februari 2016, dari http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1967771

Rudiyanto,E. 2010. Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spriritual dengan Perilaku Prososial pada Perawat. Skipsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syahmuharnis, & Sidharta, H.2007.TQ (Transcendental Quotient): Kecerdasan Diri Terbaik. Jakarta: Republika

Tart, C. T.1975. States of consciousness [Electronicversion]. New York, NY: E. P. Dutton.

Tasmara, T.2003. Kecerdasan Spiritual Transcendental Inteligensi. Jakarta: Gema Insani Press.

Tiwari, G. N., & Dhatt, H. K.2014. Contribution Value of Spiritual Intelligence, Emotional Intelligence and Self-Efficacy in Academic Achievement of B.Ed. Student Teachers. International Journal of Modern Social Sciences , 51-65.


(49)

38

Yanti & Pertiwi, H.W.2008. OSCA:Panduan Praktis Menghadapi UAP DIII Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Zohar, D., & Marshall, I.2002. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.

Zohar, D., & Marshall, I.2000. Kecerdasan spiritual : the Ultimate Intellegence. New York: Bloomsbury.


(50)

(51)

ANGKET PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Angket :

1. Isilah identitas saudara/i pada kolom yang telah disediakan 2. Cara Mengisi angket sebagai berikut :

a. Kepada Mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY b. Angket ini hanya dipergunakan untuk keperluan ilmiah, untuk itu setiap

jawaban yang diberikan tidak mempengaruhi nilai atau prestasi anda di kelas.

c. Kerjakan setiap nomor dan mohon jangan sampai ada yang terlewati. d. Pilihlah salah satu dari alternatif jawaban :

- Sangat Sesuai (SS) jika anda merasa sangat setuju dan sependapat atas pernyataan tersebut.

- Sesuai (S) jika anda hanya merasa setuju atas pernyataan tersebut - Tidak Sesuai (TS) jika anda merasa tidak sependapat atas pernyataan

tersebut

- Sangat Tidak Sesuai (STS) jika anda merasa sangat tidak sependapat dan menganggap pernyataan itu salah

e. Jawaban yang diberikan cukup dengan memberikan tanda ceklis ( )pada alternatif jawaban yang tersedia, sesuai dengan keadaan saudara/i rasakan selama ini. Seandainya saudara/i ingin meralat jawaban yang telah diisi, maka cukup dengan memberi tanda () pada jawaban yang dianggap salah dengan membuat yang baru.

Setelah angket selesai dijawab, mohon kesediaan saudara/i untuk dapat mengembalikannya kepada pengedar angket tepat pada waktunya


(52)

KUESIONER

The Spiritual Intelligece Self-Report Inventory (SISRI 24)

NO KUESIONER SS S TS STS

1 Saya sering mempertanyakan atau

merenunggi tentang makna kenyataan dalam kehidupan (realitas)

2 Saya mengenali aspek yang lebih bermakna dari tubuh fisik saya

3 Saya merenungkan tujuan dan alasan atas keberadaan saya di dunia

4 Saya dapat memesukit tinggakat kekhusyukan yang lebih dalam

5 Saya merenungkan apa yang akan terjadi setelah kematian

6 Saya merasakan energy yang selain fisik dan meteri (sesuatu yang tidak berwujud) 7 Kemampuan saya untuk menemukan makna

dan tujuan hidup membantu saya untuk beradaptasi dengan situasi stress

8 Saya dapat mengontrol kapan saya harus khusyuk

9 Saya mengembangkan pemikiran sendiri tentang hal-hal seperti kehidupan, kematian dan eksistensi

10 Saya sadar hubungan yang lebih dalam antara diri saya sendiri dan orang lain 11 Saya mampu menemukan tujuan atau alasan

untuk hidup saya

12 Saya dapat membedakan antara level kesadaran dan kewaspadaan

13 Saya sering merenungkan makna dalam hidup saya

14 Saya menggambarkan diri saya dari naluri saya bukan dari fisik saya

15 Ketika saya mengalami kegagalan, saya masih bisa menemukan makna di dalamnya 16 Saya sering melihat masalah dan pilihan

secara lebih jelas jika saya dalam keadaan sadar atau ikhlas

17 Saya sering merenungkan hubungan antara manusia dan seluruh alam semerta


(53)

18 Saya menyadari aspek nonmateri (hal-hal gaib) di dalam kehidupan saya

19 Saya mampu membuat keputusan sesuai dengan tujuan hidup saya

20 Saya mengakui kualitas seseorang lebih berarti dibandingkan fisik mereka, kepribadian, atau emosi

21 Saya menyadari keberadaan Tuhan

22 Saya menyadari aspek nonmateri kehidupan sehingga membantu saya merasa terpusat 23 Saya dapat menemukan makna dan tujuan

dalam pengalaman sehari-hari saya 24 Saya memiliki cara sendiri untuk berdoa


(54)

ANALISIS DATA

Cor relati ons

1 ,630** ,000 88 88 ,630** 1 ,000 88 88 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Kecerdasan Sprit ual

Nilai OSCE

Kecerdasan

Spritual Nilai OSCE

Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed). **. Correlati ons 1 ,696** ,000 44 44 ,696** 1 ,000 44 44 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Nilai OSCE Perempuan

Kecerdasan Spirit ual Perempuan Nilai OSCE Perempuan Kecerdasan Spiritual Perempuan

Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed). **. Correlati ons 1 ,580** ,000 44 44 ,580** 1 ,000 44 44 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Nilai OSCE Laki-laki

Kecerdasan Spiritual Laki-laki Nilai OSCE Laki-laki Kecerdasan Spiritual Laki-laki

Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed). **.


(55)

1

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN HASIL OSCE MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Febriana Diah Susilowati, Nurhayati2 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUMY, 2Bagian Medical Education FKIK UMY

ABSTRAK

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah salah satu ujian yang harus dihadapi oleh mahasiswa kedokteran, dimana didalam OSCE skill mahasiswa di ujikan. Hasil ujian ini dipengaruhi berbagai faktor salah satunya inteligensi, ada 3 inteligensi yaitu spiritual inteligensi, emosional inteligensi dan intelektual inteligensi Zohar dan Marshall (2000) telah sepakat menempatkan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan yang tertinggi diatas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari empat angkatan(2012, 2013, 2014 dan 2015) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bejumlah 88 sempel. Kecerdasan spiritual diukur dengan menggunakan kuisioner SISRI 24, berisi 24 poin pertanyaan.

Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE (r = +0,630, p = 0,000, p < 0,01). Semakin tinggi kecerdasan spiritual mahasiswa, semakin tinggi nilai OSCE.


(56)

2

spiritual intelligence, emotional intelligence and intellectual intelligence Zohar and Marshall (2000) have agreed to put spiritual intelligence as the highest intellect on emotional intelligence and intellect. In this studi aims to determine whether there is a relationship between Spiritual Intelligence with OSCE values Students Studi Program Medical Education Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Muhammadiyah Yogyakarta.

Methods: The design of this study was observational analytic study with crosssectional. The population in this study is a medical student in Muhammadiyah University of Yogyakarta.in 2012, 2013, 2014 and 2015 with a sample of 88 students. Spritiual intelligence was measured using a SISRI 24 with the total number of questions 24 items.

Result: Correlation test results showed a significant positive correlation between spiritual intelligence with OSCE values (r = +0.630, p = 0.000, p <0.01).Student with higher spiritualintelligence score, the result of OSCE

also higher.


(57)

3 Pendahuluan

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah salah satu ujian yang harus dihadapi oleh mahasiswa kedokteran statra 1, dimana didalam OSCE skill mahasiswa di ujikan. Sebelum mengahadapi OSCE, mahasiswa kedokteran mendapatkan pelatihan tentang materi yang akan di ujiankan yang disebut Skill Lab.

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) ujian praktik berupa simulasi tindakan medis sesuai dengan skenario pada tiap stasiunnya yang bertujuan untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa (FK Unand, 2010).

Hasil ujian ini dipengaruhi berbagai faktor salah satunya inteligensi, ada 3 inteligensi yaitu spiritual inteligensi, emosional inteligensi dan intelektual inteligensi. Di antara ketiga inteligensi tersebut spiritual inteligensi atau kecerdasan spiritual merupakan potensi terdalam yang dimiliki setiap orang. Zohar dan Marshall (2000) telah sepakat menempatkan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan yang tertinggi diatas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.

Dengan adanya kecerdasan spiritual, individu memiliki kemampuan untuk menerapkan dan meningkatkan nilai-nilai spiritual dalam dirinya sehingga dapat mengoptimalkan fungsi kesejaterahan sehari-hari dalam dirinya termasuk saat menghadapi ujian (Amram, 2007). Keyakinan pada agama dan iman kepada Allah membantu dalam tolerasi dan stabilitas emosi (Singaravelu, 2007).

Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang hubungan antara kecerdasan spiritual dan hasil OSCE. Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2012,2013, 2014 dan 2015

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY yang telah melaksanakan ujian OSCE dengan jumlah sempel 88.

Sebagai kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2015, 2014, 2013 dan 2012 yang megikuti OSCE. Kriteria eksklusinya adalah mahasiswa yang tidak bersedia mengisi kuisioner secara benar dan lengkap,mahasiswa yang tidak mengikuti OSCE, mahasiswa yang nilai OSCE-nya tidak dapat dikeluarkan.

Setelah semua data terkumpul melalui berbagai tahap, yaitu: pengambilan sempel dan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan cara statistik inferensial adalah dengan maksut dapat digeneralisasi kedalam popuasi. Uji hipotesis dilakukan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Jika perbedaan statistik sempel dengan hipotesis kecil, maka hipotesis diterima. Pada penelitian ini data yang digunakan berskala ordinal (variabel 1) dan berskala numerik (variabel 2), maka digunakan uji korelasi kategorikal spearman.

Kecerdasan spiritual dalam penelian ini terpacu dengan aspek-aspek kercerdasan spiritual menurut David B. King yang terdiri dari Critical Existential Thinking (CET) ,Personal Meaning Production (PMP), Transcendental Awareness (TA) ,Conscious state expansion (CSE). Skala untuk kecerdasan spiritual adalah ordinal. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner The Spiritual Intelligece Selp-Report Inventory (SISRI 24).

Hasil Penelitian

Berikut ini adalah karakteristik Mahasiswa Kedokteran UMY berdasarkan nilai kecerdasan spiritual dan nilai OSCE.


(58)

4 1. Nilai kecerdasan spiritual

a. Tinggi 12 6 14 16

b. Sedang 10 16 8 6

c. Rendah 0 0 0 0

2. Nilai OSCE

a. Tinggi 16 10 13 18

b. Sedang 5 11 8 3

c. Rendah 1 1 1 1

Table 2 Hasil hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE , menurut jenis kelamin dan tahun angkatan

Sig. Kekuatan Korelasi (r) Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE 0,000 0,630 1. Berdasarkan jenis kelamin

a. Perempuan 0,000 0,696

b. Laki-laki 0,000 0,580

2. Berdasarkan tahun angkatan

a. 2012 0,000 0,778

b. 2013 0,000 0,793

c. 2014 0,016 0,507

d. 2015 0,027 0,471

Berdasarkan Tabel 1, mayoritas responden memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu 48 orang (54,5%) dan diseluruh tahun angkatan tidak ada yang memiliki nilai kecerdasan spiritual yang rendah dan mayoritas responden memperoleh nilai OSCE tinggi yaitu 57 orang (64,7%).

Pada tabel hasil hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE , menurut jenis kelamin dan tahun angkatan (table 2) menuntjukan hasil bahwa terdapat hubungan antara

kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE dengan angka probabilitas 0,000 yang berarti p < 0,05 dan nilai r = 0,630 ,berarti terdapat hubungan positif yang tinggi antara kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE.

Hubungan kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE menurut jenis kelamin pada perempuan didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,696 yang berarti terdapat hubungan positif yang tinngi antara kecerdasan spiritual dengan


(59)

5 nilai OSCE pada perempuan. Sedangkan hubungan kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada laki-laki didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,580 yang berarti terdapat hubungan positif yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada laki-laki.

Hubungan kecerdasan spirirtual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2012 dengan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,778 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2012. Pada tahun angkatan 2013 didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,793 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2013. Untuk tahun angkatan 2014 didapatkan angka probabilitas 0,016 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,507 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2014. Sedangkan untuk tahun angkatan 2015 didapatkan angka probabilitas 0,027 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,471 yang berarti terdapat hubungan positif yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut hasil analisisn dari karakteristik mahasiswa kedokteran UMY berdasarkan nilai OSCE menunjukan bahwa, hasil nilai OSCE mahasiswa mayoritas mendapatkan nilai tinggi. Namun untuk persebaran perangkatan mempunyai jumlah yang berbeda ini dikarenakan sempel nilai

OSCE yang diambil berasal dari blok yang berbeda dari tiap angkatan, dengan otomatis tinggkat kesulitan ujian OSCE tiap angkatan berbeda.

Hubungan nilai kecerdasan spiritual mahasiswa dengan angkatan mayoritas nilai spritual yang tinggi pada mahasiswa yaitu 48 orang (54,5%) dam mayoritas mendapatkan nilai OSCE tinggi pada mahasiswa yaitu 57 orang (64,7%). Kedua hasil tersebut menujukan indikasi bahwa tedapat hubungan yang positif pada kedua variable.

Terdapat hubungan yang positif antara nilai spritual mahasiswa dengan jenis kelamin ini dituukan dengan nilai probabilitas di kedua jenis kelamin 0,000 nilai r = 0,696 pada perempuan dan nilai r = 0,580 pada laki-laki. Gender atau jenis kelamin adalah label yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin mahasiswa sebagai laki-laki atau perempuan. Sehingga terlihat atribut karakteristik atau biologis dikotomis dari masing-masing anak (Slavin 2003). Pada peneliatian Shabani(2011) juga menjelaskan hasil yang menunjukan bahwa gender tidak pending untuk memoderasi hubungan antara faktor-faktor pada kecerdasan spiritual. Berdasarkan penelitian Allvin (2012) didapatkan hasih bahwa terdapat hubungan antara spiritualisme dengan jenis kelamin namun karena nyaris tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan skor pada kecerdasan spriritual. Hal ini menunjukkan bukan berarti perempuan yang lebih spiritual daripada laki-laki atau sebaliknya, yang ada hanya perbedaan dalam cara pria dan wanita mengekspresikan spiritualitas mereka

Pada hasil analisis hubungan kecerdasan spritual dengan niali OSCE setiap angkatan menujukan hubungan yang signifikan. Semakin tinggi angkatan maka semakin tinggi nilai keeratan kedua variabel, angkatan 2012 adalah angkatan tertinggi dan angkatan 2015 angkatan paling rendah. Belum


(1)

4

Table 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa kedokteran UMY berdasarkan nilai kecerdasan Spiritual dan nilai OSCE

Karakteristik Tahun Angkatan

2012 2013 2014 2015

1. Nilai kecerdasan spiritual

a. Tinggi 12 6 14 16

b. Sedang 10 16 8 6

c. Rendah 0 0 0 0

2. Nilai OSCE

a. Tinggi 16 10 13 18

b. Sedang 5 11 8 3

c. Rendah 1 1 1 1

Table 2 Hasil hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE , menurut jenis kelamin dan tahun angkatan

Sig. Kekuatan Korelasi (r) Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE 0,000 0,630 1. Berdasarkan jenis kelamin

a. Perempuan 0,000 0,696

b. Laki-laki 0,000 0,580

2. Berdasarkan tahun angkatan

a. 2012 0,000 0,778

b. 2013 0,000 0,793

c. 2014 0,016 0,507

d. 2015 0,027 0,471

Berdasarkan Tabel 1, mayoritas responden memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu 48 orang (54,5%) dan diseluruh tahun angkatan tidak ada yang memiliki nilai kecerdasan spiritual yang rendah dan mayoritas responden memperoleh nilai OSCE tinggi yaitu 57 orang (64,7%).

Pada tabel hasil hubungan Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE , menurut jenis kelamin dan tahun angkatan (table 2) menuntjukan hasil bahwa terdapat hubungan antara

kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE dengan angka probabilitas 0,000 yang berarti p < 0,05 dan nilai r = 0,630 ,berarti terdapat hubungan positif yang tinggi antara kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE.

Hubungan kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE menurut jenis kelamin pada perempuan didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,696 yang berarti terdapat hubungan positif yang tinngi antara kecerdasan spiritual dengan


(2)

5 nilai OSCE pada perempuan. Sedangkan hubungan kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada laki-laki didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,580 yang berarti terdapat hubungan positif yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada laki-laki.

Hubungan kecerdasan spirirtual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2012 dengan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,778 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2012. Pada tahun angkatan 2013 didapatkan angka probabilitas 0,000 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,793 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2013. Untuk tahun angkatan 2014 didapatkan angka probabilitas 0,016 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,507 yang berarti terdapat hubungan positif yang kuat antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan 2014. Sedangkan untuk tahun angkatan 2015 didapatkan angka probabilitas 0,027 yang berarti nilai p < 0,05 dan nilai r = 0,471 yang berarti terdapat hubungan positif yang sedang antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE pada tahun angkatan

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan nilai OSCE Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut hasil analisisn dari karakteristik mahasiswa kedokteran UMY berdasarkan nilai OSCE menunjukan bahwa, hasil nilai OSCE mahasiswa mayoritas mendapatkan nilai tinggi. Namun untuk persebaran perangkatan mempunyai jumlah yang berbeda ini dikarenakan sempel nilai

OSCE yang diambil berasal dari blok yang berbeda dari tiap angkatan, dengan otomatis tinggkat kesulitan ujian OSCE tiap angkatan berbeda.

Hubungan nilai kecerdasan spiritual mahasiswa dengan angkatan mayoritas nilai spritual yang tinggi pada mahasiswa yaitu 48 orang (54,5%) dam mayoritas mendapatkan nilai OSCE tinggi pada mahasiswa yaitu 57 orang (64,7%). Kedua hasil tersebut menujukan indikasi bahwa tedapat hubungan yang positif pada kedua variable.

Terdapat hubungan yang positif antara nilai spritual mahasiswa dengan jenis kelamin ini dituukan dengan nilai probabilitas di kedua jenis kelamin 0,000 nilai r = 0,696 pada perempuan dan nilai r = 0,580 pada laki-laki. Gender atau jenis kelamin adalah label yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin mahasiswa sebagai laki-laki atau perempuan. Sehingga terlihat atribut karakteristik atau biologis dikotomis dari masing-masing anak (Slavin 2003). Pada peneliatian Shabani(2011) juga menjelaskan hasil yang menunjukan bahwa gender tidak pending untuk memoderasi hubungan antara faktor-faktor pada kecerdasan spiritual. Berdasarkan penelitian Allvin (2012) didapatkan hasih bahwa terdapat hubungan antara spiritualisme dengan jenis kelamin namun karena nyaris tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan skor pada kecerdasan spriritual. Hal ini menunjukkan bukan berarti perempuan yang lebih spiritual daripada laki-laki atau sebaliknya, yang ada hanya perbedaan dalam cara pria dan wanita mengekspresikan spiritualitas mereka

Pada hasil analisis hubungan kecerdasan spritual dengan niali OSCE setiap angkatan menujukan hubungan yang signifikan. Semakin tinggi angkatan maka semakin tinggi nilai keeratan kedua variabel, angkatan 2012 adalah angkatan tertinggi dan angkatan 2015 angkatan paling rendah. Belum


(3)

6 banyak penelitian yang membahas tentang hubungan kecerdasan spiritual dengan tahun angkatan, namun ussia dan pengalamann hidup bisa menjadikan seseorang lebih mampu menumbuhakan kecerdasan spiritual. Abdulah (2004) menyatakan pendapat yang hampir sama yaitu bahwa niat, menjaga keimanan dalam hati adalah hal yang penting dalam mencapai kecerdasan spiritual yang baik

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terdapat hubungan yang signifikan atara kecerdasan spiritual dengan hasil nilai OSCE mahasiswa ditunjukan dengan probabilitas 0,000 dan nilai r = +0,630, menunjukan hubungan yang bermakna antara kedua variable. Nilai r yang positif menuntukan hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan nilai OSCE. Ini meunjukan bahwa semakin tinggi Kecerdasan spiritual maka semakin tinggi nilai OSCE.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hossein (2012) dimana terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dan dinilai diri komponen profesionalisme dalam kinerja dimensi tanggung jawab profesional, menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual dapat menjadi dasar untuk promosi profesional pada mahasiwa Pendidikan Dokter. Dengan semakin tingginya kecerdasan spiritual seseorang maka semakin tinggi pula pencapaian yang akan didapatkan. Erwin (2010) menjelaskan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada perawat Rumah Sakit Islam Klaten. Semakin tinggi kecerdasan spiritual, maka semakin tinggi pula perilaku prososial perawat. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual, maka semakin rendah pula perilaku prososial perawat.

Hasil penilitian ini juga sesuai dengan penelitian Ekawaty (2013) yang berjudul Hubungan Antara Kecerdasan

Spiritual Dengan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir, didalam

penelitian tersebut menunjukan

hubungan yang negatif antara dua vareiable yaitu kecerdasan spiritual dan sikap prokrastinasi mahasiswa, semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk melakukan sikap prokrastinasi.

Keuntungan memiliki kecerdasan spiritual ialah menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual mampu menggabungkan tiga kecerdasan dasar manusia yaitu intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual memfasilitasi suatu dialog antara akal dan emosi, antara pikiran dan tubuh, serta menyediakan titik tumpu bagi pertumbuhan dan perubahan (Dincer, 2007)

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan dengan beberapa hal berikut. Kecerdasan spiritual seseorang akan mendorongnya untuk memiliki kesadaran diri dan menilai makna dibalik segala macam tindakannya (Zohar dan Marshall, 2000). Kecerdasan spiritual dapat menuntun seseorang untuk memutuskan tindakan yang tepat dan memikirkan apa yang harus di perbuat. Oleh karena itu, besar kemungkinan bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka kesempatan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, seperti saat menghadapi ujian OSCE diperlukan adanya kecerdasan spiritual.

Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan atara kecerdasan spiritual dengan hasil nilai OSCE mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY . Keeratan hubungan antara kedua variable berada di tinggkat tinggi/kuat, yaitu bernilai r = 0,630.

2.a. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual


(4)

7 perempuan dengan nilai OSCE dengan angka probabilitas 0,000 dan nilai r = 0,696.

2.b. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual laki-laki dengan nilai OSCE dengan angka probabilitas 0,000 dan nilai r = 0,580.

Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan ini, dapat memberikan gambaran bagi institusi pendidikan terkait dan intitusi pendidikan mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dan nilai OSCE. Kecerdasan spiritual dan nilai OSCE berhubungan, maka instusi pendidian terkait dan mahasiswa diharapkan mempertahankan dan meningkatkan dimensi kecerdasan spiritual. Beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual antara lain dengan dengan cara berikut, yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi, belajar berkonsentrasi dan bersikap fokus, selalu mengevaluasi diri dan kondisi di sekitar kita, dan memilikai nilai-nilai pribadi sebagai tolak ukur kahidupan.

Daftar Pustaka

Abdullah, M.U. 2004 Meledakkan IESQ dengan langkah takwa dan tawakal Zikrul Jakarta.

Agustian, A. G. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotions Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.

Allvin,R.(2012).Gender and Spirituality. Honors Program of Liberty University. Amram, Y. (2007). What is Spiritual Intelligence? An Ecumenical, Grounded Theory.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineke Cipta.

Dincer, K. (2007). Educators role as spiritually intelligent leaders in educational institutions. Journal of

Human Sciences, 1. Accessed on Febraury 20, 2016 from http://insanbilimleri.com (Rudiyanto, 2010).

Rudiyanto,E. 2010. Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spriritual dengan Perilaku Prososial pada Perawat. Skipsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ezra, 2008. Meningkatkan Kesadaran Diri. Bandung: Jurnal Psikologi).

Hamjah, S. H., Rozali, E. A., Rasit, R. M., & Ismail, Z. (2012). Perkaitan Amalan Spiritual Dengan Pencapaian Akademik Pelajar. 51-60.

King, D. B., & DeCicco, T. L. (2003). A Viable Model and Self-Report Measure. Liling, E. R., & Nurcahyo, F. A. (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Proklastinasi Pada Mahasiswa Tingkat Akir.

Momeni, A. H., & Vatankhah, H. (2013). Scientific Studi, Validity, Reliability and Norming of Spiritual Intelligence Test in University Students. 972 – 978.

Moonaghi, H. K., Lakeh, M. A., Makarem, A., Esmaeili, H., & Ebrahimi, M. (2012). Can Spiritual Intelligence Affect Professionalism in Medical Faculty Members?

Mujid, A., & Jusuf, M. (2002). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Persiak, T. (2002). Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran. Bandung: Mizan PUstaka.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sangung Seto.

Singaravelu, S. (2007). Emotional intelligence of student teachers (pre-service) at primary level in Puducherry region. 49-51.

Siti, A,H. (2001). Moderating Influence of Gender on the Link of Spiritual and Emotional Intelligences with Mental Health among Adolescen. Life Science Journal, Vol. 8, No. 1. Diakses 25


(5)

8 http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?a bstract_id=1967771

Syahmuharnis, & Sidharta, H. (2007). TQ (Transcendental Quotient): Kecerdasan Diri Terbaik. Jakarta: Republika.

Tasmara, T. (2003). Kecerdasan Spiritual Transcendental Inteligensi. Jakarta: Gema Insani Press.

Tiwari, G. N., & Dhatt, H. K. (2014). Contribution Value of Spiritual Intelligence, Emotional Intelligence and Self-Efficacy in Academic Achievement of B.Ed. Student Teachers.

International Journal of Modern Social Sciences , 51-65.

Umar, N. (2014, Desember 2). Retrieved Maret 16, 2015

Zohar, D., & Marshall, I. (2002). SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.


(6)