Bahasa Malimpung atau sering juga disebut bahasa Sulili

Bahasa Malimpung atau sering juga disebut bahasa Sulili, adalah salah satu
sub bahasa dari bahasa Bugis yang dituturkan sekitar 5.000 jiwa (Wikipedia).
Penamaan “Malimpung” merujuk kepada salah satu daerah yang terletak di
Kecamatan Patampanua, Kab. Pinrang dengan jumlah penutur terbanyak bahasa ini,
sedangkan “Sulili” juga merujuk kepada desa dengan tingkat penutur terbanyak
kedua yang terletak di Kelurahan Mamminasae Kecamatan Paleteang Kabupaten
Pinrang. Penyebaran bahasa ini sendiri ada di beberapa kawasan seperti di Takkallala,
Ambo Alle’, Tonrong Saddang, Urung dan tentunya di Malimpung dan kawasan
Sulili Barat.
Jika ditilik secara seksama maka asal usul dari bahasa ini belum terlalu jelas
tetapi kita akan segera menemukan banyaknya persamaan antara bahasa ini dengan
bahasa Maiwa di Enrekang, hal ini juga didukung oleh letak geografis antara kedua
bahasa yang masih berdekatan. Selain itu, proses asimilasi dari banyaknya rumpun
bahasa Sulawesi Selatan menjadikan bahasa ini kaya akan unsur serapan dari bahasabahasa yang lain atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan dengan bahasabahasa yang lain yang ada di Sulawesi Selatan. Kita sebut saja bahasa Bugis, bahasa
Toraja, bahasa Pattinjo, bahasa Maiwa dan bahasa Mandar membuat bahasa
Malimpung memiliki keunikan tersendiri dibanding bahasa-bahasa lain yang
serumpun. Pencampuran dari bahasa-bahasa tersebut dapat dilihat dalam kalimat
sebagai kalimat berikut: “Tae’ kussengngi yaku mabbaca oki’ qur’an, adikku ratu’
mussengngi = saya tidak tahu membaca al-Qur’an, adik saya yang tahu.” Atau dalam
kalimat berikut ini: “cuannara ambo’ goling pole kalimantang wannni ’ = Hanya
bapak sendiri yang pulang dari Kalimantan kemarin”.

Berikut beberapa kosakata yang ada di dalam bahasa Malimpung:
1. Saya = Yaku’
2. Kamu = Kita’
3. Perempuan = Taubene
4. Laki-Laki = Taumane
5. Anak-anak = Nana’
6. Cantik/Ganteng = Magaratta’
7. Ibu = Indo’/ amma’
8. Bapak = Ambo’/Bapa’
9. Pergi = Likka
10. Datang = Angka
11. Duduk = Cado’
12. Berdiri = Ttojo
13. Berlari = Lari
14. Berjalan = Kalikka-likka
15. Tertawa = Macawa
16. Diam = Mammakko’
17. Lega = Masannang
18. Sulit/Bersusah hati = Masussa
19. Banyak = Maega


20. Sedikit = Ciddi’
21. Tidak = Taeng
22. Iya = Iye’
23. Jangan = Da’a
24. Besar = Battoa
25. Kecil = Mabiccu’
Dalam perkembangannya, penulis mendapati kenyataan yang miris mengenai
salah satu kekayaan bahasa yang dimiliki Indonesia ini. Bahasa Malimpung di saat
sekarang ini, mulai banyak ditinggalkan oleh para penuturnya terutama generasigenerasi muda. Hal ini dapat dilihat dari bahasa sehari-hari dari anak-anak berusia
sekolah mulai dari SD hingga SMA baik dengan teman maupun dengan orang tua
tidaklah lagi memakai bahasa Malimpung melainkan menggunakan bahasa Indonesia
versi Bugis. Jika hal itu terus berlanjut tanpa adanya upaya dari berbagai pihak untuk
melestarikan bahasa ini maka tidak lama lagi bahasa ini akan menjadi salah satu
bahasa yang terancam punah.