Policy on management of neighboring state small islands base on geopolitik, economic and envrironment carrying capacity (Case of small islands of Sangihe archipelago)
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PULAU KECIL PERBATASAN
BERBASIS GEOPOLITIK, DAYA DUKUNG EKONOMI DAN LINGKUNGAN
(Kasus: Pulau Pulau Kecil Perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe)
ACHMAD NASIR BIASANE
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya:
“Kebijakan pengelolaan pulau pulau kecil perbatasan berbasis geopolitik, daya dukung
ekonomi dan lingkungan (Kasus: pulau pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe)” adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Nopember 2011
Achmad Nasir Biasane
NRP. P.062034291
ABSTRACT
Achmad Nasir Biasane. Policy on management of neighboring state small islands base on
geopolitik, economic and envrironment carrying capacity (Case of small islands of Sangihe
archipelago). Under supervision of Akhmad Fauzi, Daniel R. Monintja, dan Dedi
Soedharma.
Execution of Sipadan and Ligitan islands by International Court of Justice the part of
sovereignty of Malaysia based on effective occupation, have encouraged Indonesia to be more
aware and care for developing the neighboring state small islands. There are many national and
regional institutions have developed programs and activities for the neighboring state small
island, but the programs still sector and partial oriented, whereas no national policy yet
concerning the neighboring state small islands management.
This research was to formulate comprehensive policy for the management of neighboring
state small islands of Sangihe archipelago based on geo-politic, economic and environment
carrying capacity.
Specific objective were: (1) to evaluate and formulate of economic
performance; (2) to evaluate and formulate of commodities; (3) to evaluate
economic and
environment carrying capacity; and (4) to evaluate and formulate the neighboring small islands
conditions and the community appreciation of neighboring small islands management policy in
Sangihe Archipelagic; and (5) to evaluate of the variables concering of illegal trade.
The research was conducted in Archipelagic Regency of Sangihe, North Sulawesi
Province. Primary data collected at Tahuna, Marore Island, Matutuang Island, Tinakareng Island,
and Kawio Island. Secondary data collected since proposal developing until data analysis. The
method of analysis consist of (1) location quotient; (2) shift share; (3) the analysis of fisheries
performance development, were: biological parameter, using the CYP (1992) estimator model,
Gompertz growth function, and MAPLE analytical; (4) the management of fishery capture; and
(5) the analysis of illegal trade on border region.
Results of study show that the potential sectors to be developed for Sangihe are capture
fisheries and estate commodities. This research to develop of capture fisheries on analysis,
basically the small pelagic fishing and big pelagic fishing. The average sustainable production of
the small pelagic for 20 years (1988-2007) observation is 3214.39 tons/year, and big pelagic is
991.93 tons/year on the same period. The productivity of the fisheries were 0.431 tons/trip for
small pelagic and 0.483 tons/trip for big pelagic. These depreciation value for small pelagic were
156.38 billion rupiah on 15% discount rate, and the rent accept 118.59 billion rupiah, and for
4.94% discount rate rent accept must 360.09 billion rupiah from 834.94 billion must be accept,
because depreciation about 474.86 billion rupiah. Depreciation value for big pelagic were 98.29
billion rupiah on 15% discount rate, and the rent accept 97.13 billion and for 4.94% discount rate
rent accept must 294.93 billion rupiah from 579.01 billion must be accept, because depreciation
about 284.08 billion rupiah. For the optimal and sustainable fisheries management the effort
level for small pelagic should be 5342 trips/year and big pelagic 1193 trips/year at discount rate
15%. The level must be lowered down around 46% for small pelagic management and 91% for
big pelagic from the present level. Education, age, disparity of tuna price and disparity of crude
coconut oil will be support the illegal trade on border area.
The priorities of neighboring small island policies are: (1) development of capture
fisheries and estate commodities; (2) demarcation and delimitation of boundary state; (3) develop
system of defence and security in the neighboring state small islands; (4) the change of agreement
of border trade base on economic value; and (5) optimal and sustainable utilization of natural
resource.
Key word
: Neighboring state small island of Sangihe archipelago; shift share, LQ, CYP,
MAPLE , Eviews, Logit, large pelagic fishes, dan small pelagic fishes
RINGKASAN
Achmad Nasir Biasane. Kebijakan Pengelolaan Pulau Pulau Kecil Perbatasan Berbasis
Geopolitik, Daya Dukung Ekonomi, dan Lingkungan (Kasus Pulau Pulau Kecil Perbatasan
Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara), dibawah bimbingan Akhmad Fauzi, Daniel
R. Monintja, dan Dedi Soedharma.
Keputusan Mahkamah Internasional yang menetapkan
P. Sipadan dan Ligitan adalah
bagian kedaulatan Negara Malaysia, dengan salah satu pertimbangannya adalah penguasaan terus
menerus, telah memberikan kesadaran pentingnya memberi perhatian secara khusus terhadap
pulau-pulau kecil perbatasan. Kebijakan dan program pengelolaan sampai saat ini masih bersifat
parsial dan sektoral akibatnya belum ada kebijakan nasional untuk dijadikan payung bersama
dalam pengelolaannya.
Penelitian ini bertujuan merumuskan alternatif kebijakan dan program pengelolaan pulau-
pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe berbasis geopolitik, daya dukung ekonomi, dan
lingkungan. Secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) mengevaluasi dan menganalisis kinerja
ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe; (2) mengevaluasi dan menganalisis komoditas
unggulan; (3) mengevaluasi dan menganalisis daya dukung ekonomi dan lingkungan; (4)
mengevaluasi dan menganalisis kondisi dan perkembangan serta aspirasi masyarakat pP2K
perbatasan Kepulauan Sangihe; dan (5) menganalisis peubah yang berpengaruh terhadap
perdagangan illegal.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan pengumpulan data
primer dilakukan di Tahuna, P. Marore, P. Matutuang, P. Tinakareng, P. Kawaluso, dan P.
Kawio. Pengumpulan data sekunder dilakukan sejak penyusunan proposal sampai pengolahan
data. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode: (1) location quotient; (2)
shift share; (3) analisis keragaan perikanan tangkap dengan menggunakan parameter biologi,
CYP (1992) model estimasi, fungsi pertumbuhan Gompertz, dan MAPLE (4) rezim pengelolaan
sumber daya perikanan; dan (5) analisis perdagangan illegal dengan menggunakan regresi logit,
serta (6) analisis wacana dan analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan komoditas yang potensial untuk dikembangkan untuk
Kepulauan Sangihe adalah perikanan tangkap dan tanaman perkebunan. Penelitian ini selanjutnya
memprioritaskan pambahasannya pada sektor perikanan pelagis kecil dan ikan pelagis besar.
Rata-rata produksi lestari ikan pelagis kecil selama 20 tahun (1988-2007) pengamatan adalah
3214.45 ton/tahun, dan ikan pelagis besar sebesar 991.93 ton/tahun. Produktivitas ikan pelagis
kecil 0.431 ton/trip dan pelagis besar 0.483 ton/trip. Depresiasi pada discount rate 15%
untuk
pelagis kecil sebesar Rp. 156.38 miliar sehingga rente yang diterima hanya Rp.118.59 miliar, dan
pada discount rate 4.94% rente yang diterima hanya Rp. 360.09 miliar dari Rp. 834.94 miliar
yang seharusnya diterima, karena terdepresiasi Rp. 474.86 miliar. Depresiasi pada discount rate
15% untuk pelagis besar sebesar Rp. 98.29 miliar sehingga rente yang diterima hanya Rp.97.13
miliar, dan pada discount rate 4.94% rente yang diterima hanya Rp.294.93 miliar
dari Rp.
579.01 miliar yang seharusnya diterima, karena terdepresiasi Rp. 284.08 miliar. Untuk tetap
optimal dan lestari pengelolaan ikan pelagis kecil harus dikelola pada effort 5342 trip/tahun dan
ikan pelagis besar sekitar 1193 trip/tahun pada discount rate 15%. Selain itu input level dalam
pengelolaan ikan pelagis kecil harus diturunkan sebesar 45% dan untuk pelagis besar sekitar
91% dari level input yang ada saat ini.
Umur responden, tanggungan keluarga, pendidikan, disparitas harga ikan tuna dan
perbedaan harga minyak kelapa mendorong masyarakat melakukan kegiatan perdagangan illegal
dengan masyarakat Filipina bagian selatan. Kecenderungan permintaan masyarakat dalam
meningkatkan jumlah nilai perdagangan di kawasan perbatasan yang diperbolehkan dari US$ 250
yang berlaku sejak tahun 1975, ketingkat secara FGD senilai US$ 15,000 merupakan suatu
keinginan yang perlu dipertimbangkan. Implikasi dari kebijakan ini adalah nelayan “musiman”
yang memiliki profesi sebagai pedagangan akan memanfaatkan peningkatan ini secara sosial dan
ekonomi oleh karena itu tekanan terhadap penangkapan ikan secara illegal akan berkurang karena
memiliki kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang lain. Sejalan dengan itu perwujudan
pengawasan terhadap sumber daya ikan oleh nelayan Kepulauan Sangihe akan terwujud karena
memiliki pasar yang tetap yaitu General Santos untuk wilayah Kecamatan Marore, Kecamatan
Berkaitan dengan itu, pemenuhan kebutuhan
Nusa Tabukan, dan Kecamatan Tabukan Utara.
komoditas lainnya akan mengalir dengan daya tarik pasar tersebut akibat adanya disparitas harga
yang cukup tinggi antara wilayah Bitung/Manado dengan Kepulauan Mindanao, Filipina. Oleh
karena itu penelitian memberikan masukan tentang kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil
perbatasan dengan lima pokok kebijakan yaitu: (1) pengembangan perikanan tangkap dan
tanaman perkebunan, (2) demarkasi dan delimitasi batas negara; (3) pengembangan sistem
pertahanan dan keamanan; (4) perubahan perjanjian perdagangan lintas batas pada nilai ekonomi;
dan (5) pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan optimal.
Kata kunci : Pulau-pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe, shift share, LQ, CYP (1992),
EViews, MAPLE, Logit, ikan pelagis, dan perkebunan.
@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk
apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PULAU KECIL PERBATASAN BERBASIS
GEOPOLITIK, DAYA DUKUNG EKONOMI DAN LINGKUNGAN
(Kasus: Pulau Pulau Kecil Perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe)
Oleh:
ACHMAD NASIR BIASANE
P. 062034291
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Peguji luar ujian tertutup :
1. Dr. Ir. Etty Riani
2. Dr. Suzy Anna, MSi.
Peguji luar ujian terbuka :
1. Prof. Dr. Ir. Laode M. Kamaludin, MEng.
2. Dr. Ir. Yuswandi A Temenggung, MSc
PRAKATA
Jauh sebelum Belanda berlayar ke Nusantara, bangsa Spanyol sudah menjajah Filipina
Selatan. Perang di Eropa dan persaingan kekuasaan Belanda dan Spanyol akhirnya mereda
setelah kedua bangsa ini sepakat menandatangani Perjanjian Damai Munster tahun 1648. Lewat
perjanjian ini, Spanyol mengakui Negara Persatuan Belanda menjadi negara yang merdeka dan
berdaulat, sekaligus menentukan batas wilayah jajahan di bagian utara Laut Sulawesi menjadi
wilayah Spanyol berpusat di Manila, sedangkan di bagian selatan milik Belanda yang berpusat di
Ternate.
Pada tanggal 16 Agustus sampai 25 Desember 1677, Gubernur Maluku Robertus
Padtbrugge melakukan perjalanan ke Sulawesi bagian utara dan mengembangkan istilah noorden
ienlanden (pulau-pulau lebih utara) atau Nusa Utara (Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro).
Perjalanan ini juga memiliki kepentingan geopolitik Belanda karena di bagian utara (Filipina)
adalah wilayah jajahan Spanyol, serta kepentingan ekonomi monopoli dagang rempah-rempah
kompeni dengan komoditas utama adalah kopra, pala dan cengkeh, serta merubah kiblat
ekonomi, pendidikan dan kekerabatan masyarakat Nusa Utara dari Ternate dan Filipina Selatan,
dipandu ke daratan Sulawesi khususnya Manado dan ditasbihkan Nusa Utara sebagai landstreek
van Manado (perpanjangan daratan Manado), dengan demikian perdagangan yang dilakukan ke
Filipina Selatan dikategorikan sebagai kegiatan illegal.
Pola ini diakomodasi oleh pemerintah Indonesia dan Filipina setelah kedua negara
memiliki kedaulatan negara karena kemerdekaan dan pernyataan “batas” kedua negara.
Penelitian ini mencoba masuk ke urat nadi permasalahan Nusa Utara agar pengabaian Nusa Utara
sebagai wilayah ekonomi dapat dihentikan.
Akhirnya tiada kenyataan tanpa harapan, tiada keberhasilan tanpa kerja, dan tiada
perencanaan tanpa rumusan dan informasi. Berbaur dengan masyarakat pulau kecil itulah
informasi, dan keinginan hakiki yang harus disampaikan
kepada pengambil kebijakan untuk
menoleh ke utara Indonesia dalam hamparan pulau kecil terletak daerah harapan bernama Nusa
Utara. Penelitian ini ingin melakukan keseimbangan paradigma border crossing agreement
(BCA) sebagai poros paradigma keamanan kepada
border trade agreement (BTA) sebagai
pendekatan keamanan dan ekonomi melebur menjadi satu kesatuan. Semoga.
Bogor, Nopember 2011
Achmad Nasir Biasane
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Tidore, Kecamatan Tahuna, Kepulauan Sangihe pada
tanggal 23 Maret 1955 dari pasangan Muhammad Biasane (Almarhum) dan Siti Aisyah Basiri
(Almarhumah). Penulis menimbah pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan
Kristen
Tahuna (ibukota Kabupaten Kepulauan
Sangihe),
setelah tampat SD,
penulis
melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) juga di Tahuna, selanjutnya ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Telukbetung Bandarlampung, namun tidak selesai, dan
melanjutkan kembali ke SMA Negeri Tahuna di Sangihe.
Setelah lulus dari SMA Negeri I Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe, penulis
melanjutkan ke pendidikan tinggi pada tahun 1975 di Fakultas Pertanian Universitas Lampung
(Unila), dan lulus pada tahun 1982.
Penulis melanjutkan program magister di Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB, dan selanjutnya tahun 2004
penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan program doktor (S3) pada Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Sekolah Pascasarjana IPB. Artikel yang
berjudul Kebijakan Pengelolaan Pulau Kecil Perbatasan Berbasis Geopolitik, Daya Dukung
Ekonomi dasn Lingkungan dimuat dalam Jurnal Sosio Ekonomika edisi Desember 2011 Vol 16
No 2. Artikel tersebut merupakan bagian dari Disertasi penulis.
Penulis menikah dengan Dra Clara Tiwow, SH. MSi di Tahuna dan dikarunia dua orang
putri yaitu Dewi Indira Biasane, SH. MSi dan Pratiwi Dwiastuti Biasane, S.Kom. Saat ini
mengelola Pusat Pendidikan dan Pelatihan Graha Insan Cita, yang dibangun oleh Yayasan Bina
Insan Cita.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena perkenaan-Nya penelitian
“Kebijakan Pengelolaan Pulau Pulau Kecil Perbatasan Berbasis Geopolitik, Daya Dukung
Ekonomi dan Lingkungan (Kasus: Pulau Pulau Kecil
Perbatasan Kepulauan Sangihe)” telah
tersusun. Judul ini diminati, karena semasa kecil penulis sering “bermain” dengan nelayan
Filipina (khususnya nelayan berasal dari P. Balut, dan P. Saranggani) karena penulis sendiri
berasal dari Sangihe dan kedua orang tua berasal dari Kecamatan Tabukan Utara. Konon di P.
Bukide dan P. Tinakareng tempat asal usul penulis kegiatan dagang pada 340 tahun silam marak
dilakukan oleh penduduk setempat, tetapi saat ini marak dengan penyelundupan. Terumbu
karang yang indah, gunung api bawah laut, pasir putih, pala, cengkeh, dan ikan, serta udang dan
lobster, semuanya belum dapat dimanfaatkan sebagai potensi perbaikan hidup dan kehidupan
masyarakat. Terbungkus dorongan tersebut, penelitian ini dilakukan dan menghasilkan buah
pikiran yang hadir dalam bentuk disertasi, dengan harapan sumbangan yang “kecil” ini akan
mampu menggugah para pengambil keputusan untuk memikirkan nasib masyarakat yang berada
di ujung utara Sulawesi yang taat menjadi warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berbagai upaya dilakukan untuk menghadirkan disertasi ini, dimulai dari memetakan
masalah, menganalisis sampai menarik kesimpulan, tidak mungkin selesai tanpa bantuan
pemikiran, sumbangan, dan dorongan orang lain, oleh karena itu, pada tempatnya penulis
menyampaikan penghargaan dan terimakasih tak terhingga kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc., Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja., Prof. Dr. Ir. Dedi
Soedharma, DEA., sebagai komisi pembimbing atas segala arahan dan bimbingan yang
diberikan hingga selesainya disertasi ini.
2.
Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) beserta staf, dan Ketua
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) beserta staf atas
segala perhatian dan fasilitas yang penulis terima selama mengikuti pendidikan
pascasarjana.
3.
Kanda Prof. Abdulkadir Muhammad, SH., beserta ayunda Siti Syamsiah, Soleman
Biasane Taneko,
SH.MA.(Almarhum), Rizani Puspawidjaja, SH., Meita Djohan
Oelangan, SH.MH, serta adinda Sugiarto SH., beserta Qomariah Biasane dan seluruh
keluarga atas pengertian dan kesabaran serta dorongan yang diberikan dalam
penyelesaian studi pascasarjana dan penyusunan disertasi.
4.
Pengurus Yayasan Bina Insan Cita, terutama: Dr. Ir. Akbar Tandjung., Harun Kamil, SH.,
Gambar Anom., Dr Harry Azhar Aziz, MSc., Ir. Afni Ahmad., Prof. Dr. Ir Aida Vitayala.,
Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS., dan lain-lain yang telah memberikan dorongan dalam
penyelesaian disertasi ini.
5.
Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe (Bapak Drs Winsulangi Salindeho), beserta jajaran
Pemerintah Daerah mulai dari tingkat kabupaten sampai desa. Khususnya Kepala
Kampung (Wawu Lao) Desa Marore (P. Marore), dan pimpinan desa yang berada di P.
Matutuang, P. Kawio., P. Lipang., dan P. Kawaluso, penulis sampaikan ucapan terima
kasih atas semua informasi sehingga mempermudah penyusunan disertasi ini.
6.
Khusus kepada istri yang tercinta Dra. Clara Tiwow, SH. M.Si., dan ananda Dewi Indira
Biasane, SH.MSi, dan Pratiwi Dwiastuti Biasane, S. Kom., penulis sampaikan
terimakasih
atas iringan do’a dan dukungan moril yang diberikan selama penulis
menjalani studi ini.
Mudah-mudahan bantuan dan dorongan yang diberikan dari semua pihak beserta keluarga
akan dapat memberikan makna bagi sumbangan pemikiran dalam
perbatasan di Indonesia. Amien
pengelolaan pulau-pulau kecil
DAFTAR ISI
Prakata
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.3
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4
Kerangka Pendekatan Masalah
1.5
Kebaruan Penelitian
Halaman
x
xiv
xvi
xx
xxi
1
1
8
10
11
13
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pulau Pulau Kecil (P2K) Perbatasan
2.2
Geopolitik dan Geostrategi
2.3
Pengelolaan Kawasan Perbatasan
2.4
Daya Dukung dalam Pengelolaan P2K Perbatasan
2.5
Penilaian Depresiasi Sumber Daya Ikan
2.6
Pengelolaan Sumber Daya Ikan Secara Optimal
2.7
Model Bio-Ekonomi Sumber Daya Perikanan
2.8
Perkembangan Wilayah dan Model Ekonomi Basis
2.9
Model Analisis Regresi dengan Peubah Katagorik
15
15
16
19
22
24
25
28
30
34
3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pemetaan Proses Penelitian
3.2
Wilayah Penelitian
3.3
Ruang Lingkup Penelitian
3.4
Data dan Metode Pengumpulan Data
3.5
Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis ekonomi basis
3.5.2 Evaluasi perkembangan perikanan tangkap
3.5.3 Analisis data kualitatif
3.5.4 Analisis logit
36
36
39
41
41
43
43
45
58
59
4
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1
Keadaan Geografis dan Iklim
4.2
Penduduk dan Ketenagakerjaan
4.3
Perkembangan Usaha Pertanian
4.4
Perdagangan
4.5
Transportasi dan Pariwisata
4.6
Profil Kawasan Perbatasan Kepulauan Sangihe
4.7
Mengenal Profil Pulau-Pulau Perbatasan
61
61
62
65
68
70
72
79
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Kondisi Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe
5.1.1
Struktur ekonomi (PDRB-ADHB)
5.1.2
Pertumbuhan ekonomi (PDRB-ADHK)
5.2
Analisis Sektor Unggulan Kepulauan Sangihe
5.2.1
Analisis location quotient (LQ)
5.2.2
Perhitungan factor pengganda
5.2.3
Analisis shift share
5.2.4
Subsektor/komoditas unggulan
5.3
Analisis Daya Dukung Perikanan Tangkap
5.3.1
Data keragaan perikanan tangkap
5.3.2
Standardisasi effort
5.3.3
Produktivitas hasil tangkapan
5.3.4
Estimasi parameter biologi
5.3.5
Pendugaan produksi lestari
5.3.6
Degradasi sumber daya perikanan
5.4
Analisis Ekonomi Pengembangan Perikanan Tangkap
5.4.1
Estimasi parameter ekonomi
5.4.2. Depresiasi sumber daya perikanan
5.4.3
Pengelolaan sumber daya perikanan yang optimal
5.5
Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
5.6
Kondisi Perbatasan Kepulauan Sangihe
5.7
Analisis Perdagangan Illegal
5.8
Aspirasi Masyarakat P2K Perbatasan Kepulauan Sangihe
5.9
Implikasi Kebijakan
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
6.2
Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
84
84
84
87
91
91
94
96
105
106
106
111
115
118
120
127
128
128
131
136
144
148
169
173
182
186
186
189
190
199
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Nisbah luas laut dan daratan Kepulauan Nusa Utara
Halaman
3
Penduduk, persentase, dan tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten
Kepulauan Sangihe Tahun 2009
Rekapitulasi kegiatan Pos Marore selama Tahun 2007
63
Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan, buah-buahan dan
sayuran di Kabupaten Kepulauan Sangihe
Luas areal, produksi dan produktivitas tanaman perkebunan di Kabupaten
Kepulauan Sangihe Tahun 2007
Banyaknya pemasukan bahan penting di Kabupaten Kepulauan Sangihe
66
67
Pengeluaran antar pulau hasil bumi di Kabupaten Kepulauan Sangihe
69
Kunjungan kapal penumpang dan barang di Kabupaten Kepulauan Sangihe
70
Lokasi wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe
71
Kunjungan wisatawan nusantara dan manca negara di Kabupaten Kepulauan
Sangihe
Wilayah P2K Perbatasan Kepulauan Sangihe
72
Posisi geografis P2K Perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe
75
Struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe
85
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe
88
Hasil analisis LQ kegiatan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sangihe
Hasil perhitungan ekspor ke luar wilayah (LQ-1)/LQ*Eil untuk Kabupaten
Kepulauan Sangihe
Nilai PDRB ADHK tahun 2005 dan tahun 2009 untuk Kabupaten Kepulauan
Sangihe dan Provinsi Sulawesi Utara yang digunakan dalam perhitungan shift
share
Hasil shift share kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe
Analisis sensitivitas dan skenario pertumbuhan PDRB Kepulauan Sangihe
2013
64
68
73
92
95
97
98
104
20
21
22
23
24
25
26
Produksi aktual jenis ikan yang dianalisis
Produksi ikan pelagis kecil hasil disagregasi
Produksi ikan pelagis besar hasil disagregasi
Effort standar dan total effort alat tangkap dari jenis ikan pelagis kecil
Effort standar dan total effort alat tangkap dari jenis ikan pelagis besar
Produktivitas hasil tangkapan ikan pelagis kecil
Produktivitas hasil tangkapan ikan pelagis besar
108
110
111
113
114
115
117
27
28
29
30
31
Nilai penduga yang digunakan untuk menduga parameter biologi
119
Parameter biologi jenis ikan yang dianalisis dalam penelitian
119
Fungsi produksi menurut fungsi Logistik dan Gompertz
Effort, produksi aktual dan produksi lestari ikan pelagis kecil
Effort, produksi aktual dan produksi lestari ikan pelagis besar
120
121
123
Biaya total penangkapan ikan pelagis kecil menurut alat tangkap
129
Harga satuan ikan dan biaya (Rp/trip) dalam penangkapan ikan yang
dianalisis
Perubahan rente ekonomi (depresiasi) sumber daya ikan pelagis kecil di
perairan Kepulauan Sangihe
Perubahan rente ekonomi (depresiasi) sumber daya ikan pelagis besar di
perairan Kepulauan Sangihe
Optimal rent dan present value pengelolaan optimal ikan pelagis kecil
Optimal rent dan present value pengelolaan optimal ikan pelagis besar
Persentase perbedaan effort dan rent dalam pengelolaan ikan pelagis kecil
secara optimal dan lestari
Persentase perbedaan effort dan rent dalam pengelolaan ikan pelagis besar
secara optimal dan lestari
Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY dan open access dengan
kondisi aktual ikan pelagis kecil
Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY dan open access dengan
kondisi aktual ikan pelagis kecil
130
132
135
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
140
141
142
143
146
148
42
43
44
45
46
47
Jumlah perjanjian dan/atau kesepakatan, jumlah yang diratifikasi dan tidak
diratifikasi perjanjian dan/atau kesepakatan antara Indonesia dan Filipina
Daftar kasus pidana perijinan di wilayah Lantamal VI (januari – Juli 2004)
Output analisis logit
Persepsi responden terhadap geopolitik dan hankam dalam pengelolaan P2K
perbatasan Kepulauan Sangihe
Persepsi responden terhadap daya dukung ekonomi dalam pengelolaan P2K
perbatasan Kepulauan Sangihe
Persepsi responden terhadap daya dukung lingkungan dalam pengelolaan
P2K perbatasan Kepulauan Sangihe
153
158
169
175
179
181
DAFTAR GAMBAR
1
2
Pendekatan masalah penelitian kebijakan pengelolaan P2K perbatasan
Diagram konsep dari model perhitungan shift share
Halaman
12
33
3
4
5
6
7
8
Pemetaan proses penelitian kebijakan pengelolaan P2K Perbatasan
37
Lokasi penelitian Kepulauan Sangihe
40
Batas maritim wilayah Indonesia dengan Filipina
74
Pulau Marore pada posisi geografis
Pulau Kawio pada posisi geografis
Grafik perkembangan produktivitas ikan pelagis
82
118
9
10
11
12
Grafik produksi aktual dan lestari ikan pelagis kecil
Grafik produksi aktual dan lestari ikan pelagis besar
Sustainable yields dan produksi aktual ikan pelagis kecil menurut fungsi Gompertz
Sustainable yields dan produksi aktual ikan pelagis besar menurut fungsi Gompertz
122
124
125
125
13
14
15
16
Grafik degradasi ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar
127
Present value, rente, dan depresiasi sumber daya ikan pelagis kecil
134
Present value, rente dan depresiasi sumber daya ikan pelagis besar
136
Perbandingan produksi aktual, lestari dan produksi optimal ikan pelagis kecil pada
market discount rate 15% dan real discount rate 4.94%
Perbandingan produksi aktual, lestari dan produksi optimal ikan pelagis besar
pada market discount rate 15% dan real discount rate 4.94%
Rezim pengelolaan biomass perikanan pelagis kecil
139
139
Rezim pengelolaan hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan pelagis kecil
145
Rezim pengelolaan biomass perikanan pelagis besar
Rezim pengelolaan hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan pelagis besar
Sulawesi Utara sebagai hubungan Kawasan Timur Indonesia
146
147
177
17
18
19
20
21
22
80
144
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
PDRB Kebupaten Kepulauan Sangihe atas dasar harga berlaku (ADHB)
menurut lapangan usaha
PDRB Kebupaten Kepulauan Sangihe atas dasar harga konstan (ADHK)
menurut lapangan usaha
PDRB Provinsi Sulawesi Utara atas dasar harga konstan (ADHK) menurut
lapangan usaha
Perhitungan nilai sektor lokal dibagi dengan jumlah PDRB lokal Kabupaten
Kepulauan Sangihe (Eil/El)
Perhitungan nilai sektor regional Sulawesi Utara dengan jumlah PDRB
regional Provinsi Sulawesi Utara (Eir/Er)
Hasil perhitungan nilai (LQ-1)/LQ untuk Kepulauan Sangihe
Perhitungan CPUE dan effort standar alat tangkap dari jenis ikan pelagis kecil
Perhitungan CPUE dan effort standar alat tangkap dari jenis ikan pelagis
besar
Halaman
200
201
202
203
204
205
206
207
Perhitungan untuk menentukan koefisien penduga dengan menggunakan
microsoft excel kelompok ikan pelagis kecil
Perhitungan untuk menentukan koefisien penduga dengan menggunakan
microsoft excel kelompok ikan pelagis besar
Perhitungan nilai r, q, dan K ikan pelagis kecil
208
209
Perhitungan nilai r, q, dan K ikan pelagis besar
210
Maple analitik fungsi produksi ikan pelagis kecil
211
Maple analitik fungsi produksi ikan pelagis besar
212
Proses perhitungan produksi lestari ikan pelagis kecil
213
Proses perhitungan produksi lestari ikan pelagis besar
214
Perhitungan persentase degradasi dalam penangkapan ikan pelagis kecil
215
Perhitungan persentase degradasi dalam penangkapan ikan pelagis besar
216
Proses pehitungan biaya produksi dalam penangkapan ikan pelagis kecil
217
210
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Proses pehitungan biaya produksi dalam penangkapan ikan pelagis besar
219
Perhitungan discount rate dari Kulla
221
Proses pehitungan rente aktual dan lestari untuk menghitung depresiasi
sumber daya ikan pelagis kecil
Proses pehitungan rente aktual dan lestari untuk menghitung depresiasi
sumber daya ikan pelagis besar
Maple analitik pengelolaan optimal perikanan pelagis kecil pada market
discount rate 15% dan real discount rate 4,94%
Maple analitik untuk penentuan pengelolaan optimal ikan pelagis besar pada
market discount rate 15% dan real discount rate 4.94%.
Maple analitik rezim pengelolaan
222
223
224
227
Kuesioner untuk pedagang/nelayan yang melakukan dan atau tidak
melakukan kegiatan penyeludupan ke Filipina
Data hasil kuesioner dari penyelundupan antara Sangihe dengan P. Mindanao
Output analisis logit dengan Eviews
Persepsi responden dalam pengelolaan P2K perbatasan Kabupaten Kepulauan
Sangihe
232
229
234
235
236
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam peta teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kabupaten
Kepulauan Sangihe merupakan salah satu kabupaten yang menempati posisi paling utara dan
berbatasan dengan negara tetangga Filipina serta berada di Laut Sulawesi dan pinggir Samudera
Pasifik. Letak geografis tersebut menempatkan posisi Kabupaten ini sebagai daerah perbatasan
dan memiliki nilai strategis, mengingat besarnya peluang melakukan kerjasama interregional-
internasional yang berpengaruh terhadap akses pasar global, tetapi di sisi lain posisi ini
mengandung kerawanan-kerawanan tertentu, antara lain: infiltrasi idiologi asing, terorisme
internasional, penyelundupan, pencurian sumber daya alam (SDA), dan berbagai kegiatan illegal
lainnya.
Persoalan perbatasan negara bukan hanya mencakup persoalan teritorial, melainkan juga
persoalan pengelolaan SDA dan kebanggaan identitas yang dalam konteks tertentu menjadi faktor
penting terhadap kebanggaan lokal dan nasional. Persoalan perbatasan menjadi isu penting dalam
agenda keamanan nasional. Perbatasan negara Indonesia di wilayah Kabupaten Kepulauan
Sangihe, sering dijadikan jalur penyaluran senjata dan manusia untuk melakukan kegiatan
terorisme di wilayah timur Indonesia, mulai perbatasan Filipina Selatan dari Zamboaga dan
Davao (Mindanao), menuju kepulauan Sulu ke Serawak dan Nunukan Kalimatan serta Kepulauan
Sangihe Talaud di Sulawesi Utara menuju Maluku dan Sulawesi Tengah.
Pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di perairan zone ekonomi eksklusif (ZEE) maupun
laut teritorial dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang masih tinggi dan meningkat,
sudah sampai pada tahap yang mengkuatirkan karena dampaknya luar biasa, yaitu rusaknya
kelestarian sumber daya ikan (SDI) dan kehilangan nilai ekonomi.
Menurut Ditjen PSDKP
(2009) modus penangkapan ikan oleh kapal-kapal asing illegal tersebut adalah menggunakan alat
tangkap trawl yang merusak lingkungan, sebagian besar di ZEE dan dalam beberapa hal di laut
2
teritorial. Tiga kawasan yang menjadi daerah operasi kapal asing illegal, yaitu: (1) Laut Natuna,
didominasi oleh kapal-kapal Vietnam, Thailand, Cina dan Malaysia; (2) perairan utara Sulawesi
Utara yang berbatasan dengan Filipina yang didominasi oleh kapal-kapal Filipina (“pump boat”)
dengan menggunakan alat tangkap hand line dan purse seine; dan (3) laut Arafura yang
didominasi oleh kapal-kapal Thailand dan Cina dengan menggunakan alat tangkap pukat ikan dan
gillnet.
Kedudukan pulau-pulau kecil (P2K) perbatasan Kepulauan Sangihe memiliki aspek
penting sebagai pita pengamanan nasional (national security belt) ditinjau dari perspektif
keamanan nasional, dan secara geopolitik ikut menentukan Indonesia sebagai negara kepulauan
(archipelagic state). Menurut Setiyono (2000), keutuhan wilayah negara Kepulauan Indonesia
terjaga justru peranan P2K terluar
yang lokasinya terpencil di perbatasan.
Indonesia
menggunakan ujung terluar daratan atau pulau sebagai dasar pengukuran lebar laut wilayah, zona
ekonomi eksklusif (ZEE), maupun landas kontinen. Salah satu pulau yang digunakan sebagai
titik dasar (base point, TD) lenyap, maka konfigurasi wilayah Indonesia akan berubah.
Kepulauan Sangihe memiliki 105 pulau, dan sebanyak
26 pulau (24.76%) yang
berpenduduk sisanya 79 pulau (75.24%) tidak berpenduduk, serta memiliki 5 (lima) pulau
sebagai penentu garis batas terluar dari Indonesia, yaitu: Pulaua Marore, Pulau Kawio, Pulau
Matutuang, Pulau Kawaluso, dan Pulau Lipang. Kepulauan Sangihe pada awalnya merupakan
bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud atau juga disebut dengan Kepulauan Nusa
Utara dengan luas 35 400.23 km², dan luas laut 33 147.00 km² (diukur 4 mil laut) (Tabel 1).
Tabel 1 memperlihatkan akan potensi laut yang cukup luas dihitung dari kewenangan 4
mil laut, dengan demikian potensi perikanan akan sangat menentukan arah pembangunan
Kepulauan Nusa Utara termasuk Kepulauan Sangihe. Nisbah luas laut dengan daratan di
Kepulauan Nusa Utara 15 : 1 dan yang terluas adalah Kepulauan Talaud sebesar 13 902 km²
Kerjasama perikanan antar Kabupaten di
menyusul Kepulauan Sangihe seluas 11 126 km².
Kepulauan Nusa Utara dengan pasar ekspor negara tetangga Filipina akan memberikan peluang
3
yang cukup berarti bagi pengembangan ekonomi Nusa Utara. Anggoro (2001) menyatakan
sasaran pembangunan perikanan di masa mendatang tidak hanya ditujukan untuk peningkatan
pendapatan masyarakat, perolehan devisa, kesempatan kerja, tetapi juga dituntut untuk tetap
mempertahankan daya dukung (carrying capacity) dan kualitas lingkungan agar tetap lestari bagi
generasi sekarang dan yang akan datang.
Tabel 1. Nisbah luas laut dan daratan Kepulauan Nusa Utara
Kabupaten
Pulau
Luas Daratan
Luas Laut
Total luas
Nisbah
(buah)
(km²)
(km²)
(km²)
105
736.97
11 126.00
11 862.97
15 : 1
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
16
1 240.40
13 902.00
15 142.40
11 : 1
47
275.86
8 119.00
8 394.92
29 : 1
Kepulauan Sitaro
Nusa Utara
168
2 253.23
33 146.00
35 400.23
15 : 1
Sumber: Diolah dari Salindeho dan Sombowadile (2008).
Pada tahun 2002, Indonesia memiliki pengalaman pahit, dengan lepasnya Pulau Sipadan
dan Pulau Ligitan dari kedaulatan NKRI. Keputusan Mahkamah Internasional (International
Court of Justice, ICJ) di Den Haag Belanda pada tanggal 17 Desember 2002 yang menetapkan
kepemilikan P. Sipadan dan Ligitan bagian kedaulatan negara Malaysia merupakan “tragedi
nasional” yang memiliki pengaruh terhadap luas laut. Keputusan ICJ diambil dengan
memertimbangkan tiga aspek utama, yaitu: (1) penguasaan secara efektif (effective occupation)
termasuk administrasi; (2) keberadaan terus menerus (continuous presence); serta (3)
perlindungan dan pelestarian ekologis (maintenance and ecology preservation) (Adiwijoyo 2005;
Rawis 2004; Retraubun dan Amini 2004; Sondakh 2003).
Keputusan ICJ tersebut di atas memberikan pesan bagi Indonesia, antara lain: (1)
kepemilikan P2K Perbatasan tidak hanya berdasarkan bukti hukum dan sejarah, tetapi
harus
diikuti dengan kebijakan dan implementasi program dan kegiatan serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat; (2) hilangnya tiga titik dasar (TD) yaitu satu TD di Pulau Sipadan dan dua TD di
Pulau Ligitan; (3) pembangunan TD baru yang terletak di sekitar wilayah Pulau Sebatik di
4
sebelah timur Kabupaten Nunukan (Kalimantan Timur); dan (4) hilangnya kontribusi ekonomi
Pulau Sipadan dan Ligitan karena Malaysia mampu melakukan kreasi potensi ekonomi yang luar
biasa dari kegiatan pariwisata bahari (Fokus 2003).
Menurut Hersutanto (2009), beberapa masalah krusial yang dihadapi Indonesia sebagai
negara kepulauan, yaitu: (1) saat ini belum memiliki kebijakan nasional tentang pembangunan
negara kepulauan (archipelagic state) yang terpadu. Kebijakan yang ada saat ini hanya bersifat
sektoral, padahal pembangunan di negara kepulauan memiliki keterkaitan antar sektor yang
tinggi; (2) lemahnya pemahaman dan kesadaran tentang arti dan makna Indonesia sebagai negara
kepulauan dari segi geografi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya: (3) sampai saat ini belum
seluruhnya ditetapkan batas-batas wilayah perairan; (4) permasalahan dalam pertahanan dan
keamanan dari matra laut yang mencakup: (a) belum optimalnya peran pertahanan dan keamanan
laut dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara; (b) ancaman kekuatan asing yang ingin
memanfaatkan perairan ZEE; (c) belum lengkapnya perangkat hukum dan implementasi
pertahanan dan keamanan laut; (d) masih terbatasnya fasilitas untuk melakukan pengamanan laut;
(e) makin meningkatnya kegiatan terorisme, perompakan, dan pencurian ikan di wilayah laut
Indonesia; dan (f) masih lemahnya penegakan hukum kepada pelanggar hukum.
Pengamanan kedaulatan wilayah, kewenangan dan kepentingan nasional, di wilayah
perbatasan dari perebutan penguasaan SDA dapat dilakukan melalui