Pemanfaatan pegagan sebagai tanaman penutup tanah dengan sistem intercropping pada pertanaman cabai di desa cikarawang
PEMANFAATAN PEGAGAN SEBAGAI TANAMAN PENUTUP TANAH
DENGAN SISTEM INTERCROPPING PADA PERTANAMAN CABAI
DI DESA CIKARAWANG
Ani Kurniawati1)
Penggunaan mulsa plastik untuk budidaya cabai meningkatkan biaya
produksi dan kurang 1memberi manfaat bagi kelestarian lingkungan.
Penggunaan mulsa organik atau tanaman penutup tanah memberikan
harapan untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menerapkan inovasi budidaya cabe dengan
mulsa organik atau menggunakan penutup tanah pegagan. Kegiatan
dilakukan di Desa Cikarawang dengan metode penyuluhan, pelatihan dan
kaji tindak. Seluruh kegiatan telah dilakukan meskipun tidak sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Kendala dalam pelaksanaan adalah
kemarau panjang dengan suhu sangat tinggi, menyebabkan pertumbuhan
cabai maupun pegagan sangat lambat serta memicu munculnya penyakit
keriting. Kondisi ini mengakibatkan tingkat kematian cabai mencapai
lebih dari 50 % populasi. Kendala lainnya adalah tingkat partisipasi
petani rendah sehingga diperlukan pembinaan yang berkelanjutan.
1) Staf Pengajar Dep. Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Ringkasan Hasil Pemberdayaan Dosen Muda Tahun 2006
DENGAN SISTEM INTERCROPPING PADA PERTANAMAN CABAI
DI DESA CIKARAWANG
Ani Kurniawati1)
Penggunaan mulsa plastik untuk budidaya cabai meningkatkan biaya
produksi dan kurang 1memberi manfaat bagi kelestarian lingkungan.
Penggunaan mulsa organik atau tanaman penutup tanah memberikan
harapan untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menerapkan inovasi budidaya cabe dengan
mulsa organik atau menggunakan penutup tanah pegagan. Kegiatan
dilakukan di Desa Cikarawang dengan metode penyuluhan, pelatihan dan
kaji tindak. Seluruh kegiatan telah dilakukan meskipun tidak sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Kendala dalam pelaksanaan adalah
kemarau panjang dengan suhu sangat tinggi, menyebabkan pertumbuhan
cabai maupun pegagan sangat lambat serta memicu munculnya penyakit
keriting. Kondisi ini mengakibatkan tingkat kematian cabai mencapai
lebih dari 50 % populasi. Kendala lainnya adalah tingkat partisipasi
petani rendah sehingga diperlukan pembinaan yang berkelanjutan.
1) Staf Pengajar Dep. Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Ringkasan Hasil Pemberdayaan Dosen Muda Tahun 2006