Serangan ssphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) Pada Pertanaman Cabai Keriting dan Cabai Rawit (Capsicum spp.) Serta Parasitoidnya Di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor

SERANGAN Asphondylia sp. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE)
PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI
RAWIT (Capsicum spp.) SERTA PARASITOIDNYA DI DESA
CIKARAWANG, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR

RANI DESSY KARYANI
A44103020

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

SERANGAN Asphondylia sp. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE)
PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI
RAWIT (Capsicum spp.) SERTA PARASITOIDNYA DI DESA
CIKARAWANG, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

RANI DESSY KARYANI
A44103020

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 6
Desember 1985 sebagai putri ke-dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Djasikin dengan Ibu Mujiasih. Penulis memperoleh pendidikan sekolah lanjutan
atas di SMU Pasundan 2 Bandung dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian

Bogor di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian melalui jalur
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan
Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) di bidang hubungan masyarakat
(Humas) periode tahun 2005/2006. Selain itu penulis juga menjadi asisten DasarDasar Perlindungan Tanaman tahun ajaran 2005/2006 dan Dasar-Dasar Proteksi
Tanaman tahun ajaran 2006/2007.

ABSTRAK
RANI DESSY KARYANI. Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae),
pada Pertanaman Cabai Keriting dan Cabai Rawit (Capsicum spp.) di Desa
Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NINA
MARYANA.
Serangan hama merupakan salah satu kendala yang seringkali dihadapi oleh
petani cabai. Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) merupakan salah satu
hama penyebab puru pada buah cabai yang masih belum banyak disadari
keberadaannya oleh petani. Di daerah Bogor serangan hama ini masih relatif
rendah, namun tidak menutup kemungkinkan suatu saat serangannya dapat
meningkat dan menjadi ancaman besar bagi petani cabai. Oleh karena itu,
penelitian tentang serangan hama ini di lapang serta pengamatan parasitoid dan
parasitisasinya perlu dilakukan agar dapat melengkapi informasi sebelumnya.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui luas dan intensitas serangan
Asphondylia sp., serta mengamati parasitoid yang menyerang Asphondylia sp. di
lapang dan parasitisasinya. Penelitian dilaksanakan sejak November 2006 - Juni
2007 di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan di lapangan meliputi luas dan
intensitas serangan Asphondylia sp. dan tingkat parasitisasi parasitoid pada
pertanaman cabai keriting dan cabai rawit. Di laboratorium meliputi pengamatan
nisbah kelamin dan keperidian Asphonylia sp., parasitoid yang muncul dari inang
serta identifikasinya.
Gejala puru lebih banyak dijumpai pada bagian bunga dan buah yang masih
muda. Luas serangan dan intensitas serangan Asphondylia sp. di Desa
Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor lebih tinggi pada cabai
keriting dibandingkan dengan cabai rawit. Luas serangan pada pertanaman cabai
keriting berkisar antara 30,22 - 90,38%, sedangkan intensitas serangannya 9,09 –
32,95%. Luas serangan pada cabai rawit berkisar antara 10,19 – 46,50%, dan
intensitas serangannya 5,25 – 8,25%. Intensitas serangan antara bunga dengan
buahnya pada masing-masing tanaman cabai tidak berbeda nyata.
Parasitoid yang muncul dari hama puru ini termasuk ordo Hymenoptera,
yaitu Famili Eurytomidae (Eurytoma sp.1 dan Eurytoma sp.2) dan Famili
Eulophidae (Aprostocetus sp. dan Sigmophora sp.). Tingkat parasitisasi parasitoid
pada tanaman cabai keriting berkisar antara 20,00-73,33% dan pada cabai rawit

berkisar antara 11,00-36,84%. Umumnya dari satu sampel puru bunga atau buah
muncul satu individu parasitoid, namun dari sebagian sampel dapat muncul
hingga tiga parasitoid.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini, yang berjudul Serangan Asphondylia sp. (Diptera:
Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Keriting dan Cabai Rawit (Capsicum
spp.) serta Parasitoidnya di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr.
Ir. Nina Maryana, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
serta senantiasa memberikan bimbingan, saran dan koreksi kepada penulis sejak
perencanaan praktek penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis
juga ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sientje Mandang S. selaku dosen
penguji tamu yang telah menyediakan waktu dan memberi masukan bermanfaat
bagi skripsi ini dan penulis.
Rasa hormat dan terimakasih yang tidak terhingga penulis sampaikan pada

Bapak, Ibu, Mas Anton, dan adikku Widyanto, atas segala kesabaran, perhatian,
dukungan dan doa yang tidak pernah putus dan kepada keluarga besar Pakde
Sumardjono atas dukungan dan doanya.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kepada
teman-teman terbaik yang selalu ada dan membantu saat dibutuhkan; Raina Hasir
Sudoriyah, Didiet Rahayu Diana, Siti Zakiah, Kurniayu, Bayo Alhusaeri Siregar,
Franciskus Parasian dan warga wisma Alcatraz (Rona, Ica, Ruri, Ema, Achi, dan
Djoe). Kepada Warga Laboratorium Biosistematika Serangga (Ibu Dewi, Bapak
Purnama H, Ibu Aisyah, Sitong, Obin, Mbak Erna, Mbak Wartie, Mbak Elsa,
Mbak Chici, Mbak Lia dan Mbak Ela), Keluarga Bapak dan Ibu Jaya, Pak Rusli
serta kepada seluruh keluarga besar HPT 40 atas keceriaannya bersama-sama, dan
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkannya serta bagi penulis sendiri.
Bogor, Agustus 2007

Rani Dessy Karyani

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xi

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................

1


Tujuan Penelitian ........................................................................

3

Manfaat Penelitian ......................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

4

Tanaman Cabai (Capsicum spp.) ................................................

4

Sejarah dan Taksonomi Cabai ...........................................
Morfologi Tanaman Cabai ................................................
Syarat Tumbuh ..................................................................
Budi Daya Tanaman Cabai ...............................................


4
4
5
6

Asphondylia sp. ..........................................................................

7

Taksonomi dan Morfologi ................................................
Bionomi dan Gejala Kerusakan ........................................
Penyebaran dan Kisaran Inang ..........................................

7
8
9

BAHAN DAN METODE ..........................................................................


11

Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................

11

Metode Penelitian .......................................................................

11

Penanaman Cabai ..............................................................
Pengamatan Luas Serangan ..............................................
Pengamatan Intensitas Serangan .......................................
Pengamatan Imago Asphondylia sp. .................................
Pengamatan Parasitoid dan Tingkat Parasitisasi ...............
Identifikasi Parasitoid .......................................................

11
12
12

13
14
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

16

Kondisi Umum Lahan ................................................................

16

Gejala Serangan ..........................................................................

16

Luas Serangan ............................................................................

18


Intensitas Serangan .....................................................................

20

Nisbah Kelamin dan Keperidian Asphondylia sp. ......................

22

Parasitoid pada Asphondylia sp. .................................................

25

Tingkat Parasitisasi .....................................................................

26

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

28

Kesimpulan .................................................................................

28

Saran ...........................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

29

LAMPIRAN ...............................................................................................

31

DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Halaman
Intensitas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
keriting dan cabai rawit ..................................................................

20

Intensitas serangan Asphondylia sp. pada bunga dan buah
cabai keriting dan cabai rawit ........................................................

20

Perbandingan jumlah imago jantan dan betina Asphondylia
sp. yang berhasil keluar dari puru ..................................................

23

Pengamatan telur dan keperidian imago betina Asphondylia
sp. ...................................................................................................

24

Parasitoid pada Asphondylia sp. yang muncul dari sampel
puru cabai ......................................................................................

25

Frekuensi kemunculan imago parasitoid Asphondylia sp. per
sampel puru ....................................................................................

27

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Gejala serangan Asphondylia sp. pada bunga (a) dan buah
muda (b) cabai keriting ..................................................................

17

Perbedaan antara bunga cabai keriting yang terserang
Asphondylia sp. (a) dan bunga yang normal (b) ............................

17

Gejala serangan Asphondylia sp. pada bunga (a) dan buah (b)
cabai rawit .....................................................................................

17

Larva (a) dan pupa (b) Asphondylia sp. yang berkembang di
dalam puru .....................................................................................

18

Luas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
keriting ..........................................................................................

19

6.

Luas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai rawit.........

19

7.

Intensitas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
keriting ...........................................................................................

21

Intensitas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
rawit ...............................................................................................

21

Sisa larva (a), pupa terparasit (b) dan sisa pupa Asphondylia
sp. ...................................................................................................

26

1.
2.
3.
4.
5.

8.
9.

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

Halaman
Denah pengambilan tanaman contoh dalam pengamatan
intensitas serangan .........................................................................

32

Data Klimatologi Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga
Kabupaten Bogor ...........................................................................

33

Eksuvium pupa Asphondylia sp. pada puru bunga cabai yang
tertinggal di lubang keluar imago ..................................................

37

Imago Asphondylia sp. (a) dan posisi imago ketika menghisap
cairan (b) ........................................................................................

37

Ujung abdomen imago jantan (a) dan betina (b, c)
Asphondylia sp. ..............................................................................

38

6.

Telur Asphondylia sp. ....................................................................

38

7.

Eurytoma sp. 1 jantan (a) dan betina (b); Eurytoma sp. 2
jantan (c) dan betina (d) .................................................................

39

Aprostocetus sp. jantan (a) dan betina (b); Sigmophora sp.
betina (c) ........................................................................................

39

9.

Telur (a), larva (b), dan pupa (c) Eurytoma sp. ............................

40

10.

Tingkat parasitisasi parasitoid yang menyerang Asphondylia
sp. dari sampel puru cabai keriting dan cabai rawit .....................

41

Parasitisasi larva (a) dan pupa (b) Asphondylia sp. oleh larva
parasitoid secara ektoparasitoid .....................................................

42

2.
3.
4.
5.

8.

11.

SERANGAN Asphondylia sp. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE)
PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI
RAWIT (Capsicum spp.) SERTA PARASITOIDNYA DI DESA
CIKARAWANG, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR

RANI DESSY KARYANI
A44103020

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

SERANGAN Asphondylia sp. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE)
PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI
RAWIT (Capsicum spp.) SERTA PARASITOIDNYA DI DESA
CIKARAWANG, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

RANI DESSY KARYANI
A44103020

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 6
Desember 1985 sebagai putri ke-dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Djasikin dengan Ibu Mujiasih. Penulis memperoleh pendidikan sekolah lanjutan
atas di SMU Pasundan 2 Bandung dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian
Bogor di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian melalui jalur
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan
Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) di bidang hubungan masyarakat
(Humas) periode tahun 2005/2006. Selain itu penulis juga menjadi asisten DasarDasar Perlindungan Tanaman tahun ajaran 2005/2006 dan Dasar-Dasar Proteksi
Tanaman tahun ajaran 2006/2007.

ABSTRAK
RANI DESSY KARYANI. Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae),
pada Pertanaman Cabai Keriting dan Cabai Rawit (Capsicum spp.) di Desa
Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NINA
MARYANA.
Serangan hama merupakan salah satu kendala yang seringkali dihadapi oleh
petani cabai. Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) merupakan salah satu
hama penyebab puru pada buah cabai yang masih belum banyak disadari
keberadaannya oleh petani. Di daerah Bogor serangan hama ini masih relatif
rendah, namun tidak menutup kemungkinkan suatu saat serangannya dapat
meningkat dan menjadi ancaman besar bagi petani cabai. Oleh karena itu,
penelitian tentang serangan hama ini di lapang serta pengamatan parasitoid dan
parasitisasinya perlu dilakukan agar dapat melengkapi informasi sebelumnya.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui luas dan intensitas serangan
Asphondylia sp., serta mengamati parasitoid yang menyerang Asphondylia sp. di
lapang dan parasitisasinya. Penelitian dilaksanakan sejak November 2006 - Juni
2007 di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan di lapangan meliputi luas dan
intensitas serangan Asphondylia sp. dan tingkat parasitisasi parasitoid pada
pertanaman cabai keriting dan cabai rawit. Di laboratorium meliputi pengamatan
nisbah kelamin dan keperidian Asphonylia sp., parasitoid yang muncul dari inang
serta identifikasinya.
Gejala puru lebih banyak dijumpai pada bagian bunga dan buah yang masih
muda. Luas serangan dan intensitas serangan Asphondylia sp. di Desa
Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor lebih tinggi pada cabai
keriting dibandingkan dengan cabai rawit. Luas serangan pada pertanaman cabai
keriting berkisar antara 30,22 - 90,38%, sedangkan intensitas serangannya 9,09 –
32,95%. Luas serangan pada cabai rawit berkisar antara 10,19 – 46,50%, dan
intensitas serangannya 5,25 – 8,25%. Intensitas serangan antara bunga dengan
buahnya pada masing-masing tanaman cabai tidak berbeda nyata.
Parasitoid yang muncul dari hama puru ini termasuk ordo Hymenoptera,
yaitu Famili Eurytomidae (Eurytoma sp.1 dan Eurytoma sp.2) dan Famili
Eulophidae (Aprostocetus sp. dan Sigmophora sp.). Tingkat parasitisasi parasitoid
pada tanaman cabai keriting berkisar antara 20,00-73,33% dan pada cabai rawit
berkisar antara 11,00-36,84%. Umumnya dari satu sampel puru bunga atau buah
muncul satu individu parasitoid, namun dari sebagian sampel dapat muncul
hingga tiga parasitoid.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini, yang berjudul Serangan Asphondylia sp. (Diptera:
Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Keriting dan Cabai Rawit (Capsicum
spp.) serta Parasitoidnya di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr.
Ir. Nina Maryana, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
serta senantiasa memberikan bimbingan, saran dan koreksi kepada penulis sejak
perencanaan praktek penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis
juga ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sientje Mandang S. selaku dosen
penguji tamu yang telah menyediakan waktu dan memberi masukan bermanfaat
bagi skripsi ini dan penulis.
Rasa hormat dan terimakasih yang tidak terhingga penulis sampaikan pada
Bapak, Ibu, Mas Anton, dan adikku Widyanto, atas segala kesabaran, perhatian,
dukungan dan doa yang tidak pernah putus dan kepada keluarga besar Pakde
Sumardjono atas dukungan dan doanya.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kepada
teman-teman terbaik yang selalu ada dan membantu saat dibutuhkan; Raina Hasir
Sudoriyah, Didiet Rahayu Diana, Siti Zakiah, Kurniayu, Bayo Alhusaeri Siregar,
Franciskus Parasian dan warga wisma Alcatraz (Rona, Ica, Ruri, Ema, Achi, dan
Djoe). Kepada Warga Laboratorium Biosistematika Serangga (Ibu Dewi, Bapak
Purnama H, Ibu Aisyah, Sitong, Obin, Mbak Erna, Mbak Wartie, Mbak Elsa,
Mbak Chici, Mbak Lia dan Mbak Ela), Keluarga Bapak dan Ibu Jaya, Pak Rusli
serta kepada seluruh keluarga besar HPT 40 atas keceriaannya bersama-sama, dan
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkannya serta bagi penulis sendiri.
Bogor, Agustus 2007

Rani Dessy Karyani

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xi

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................

1

Tujuan Penelitian ........................................................................

3

Manfaat Penelitian ......................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

4

Tanaman Cabai (Capsicum spp.) ................................................

4

Sejarah dan Taksonomi Cabai ...........................................
Morfologi Tanaman Cabai ................................................
Syarat Tumbuh ..................................................................
Budi Daya Tanaman Cabai ...............................................

4
4
5
6

Asphondylia sp. ..........................................................................

7

Taksonomi dan Morfologi ................................................
Bionomi dan Gejala Kerusakan ........................................
Penyebaran dan Kisaran Inang ..........................................

7
8
9

BAHAN DAN METODE ..........................................................................

11

Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................

11

Metode Penelitian .......................................................................

11

Penanaman Cabai ..............................................................
Pengamatan Luas Serangan ..............................................
Pengamatan Intensitas Serangan .......................................
Pengamatan Imago Asphondylia sp. .................................
Pengamatan Parasitoid dan Tingkat Parasitisasi ...............
Identifikasi Parasitoid .......................................................

11
12
12
13
14
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

16

Kondisi Umum Lahan ................................................................

16

Gejala Serangan ..........................................................................

16

Luas Serangan ............................................................................

18

Intensitas Serangan .....................................................................

20

Nisbah Kelamin dan Keperidian Asphondylia sp. ......................

22

Parasitoid pada Asphondylia sp. .................................................

25

Tingkat Parasitisasi .....................................................................

26

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

28

Kesimpulan .................................................................................

28

Saran ...........................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

29

LAMPIRAN ...............................................................................................

31

DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Halaman
Intensitas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
keriting dan cabai rawit ..................................................................

20

Intensitas serangan Asphondylia sp. pada bunga dan buah
cabai keriting dan cabai rawit ........................................................

20

Perbandingan jumlah imago jantan dan betina Asphondylia
sp. yang berhasil keluar dari puru ..................................................

23

Pengamatan telur dan keperidian imago betina Asphondylia
sp. ...................................................................................................

24

Parasitoid pada Asphondylia sp. yang muncul dari sampel
puru cabai ......................................................................................

25

Frekuensi kemunculan imago parasitoid Asphondylia sp. per
sampel puru ....................................................................................

27

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Gejala serangan Asphondylia sp. pada bunga (a) dan buah
muda (b) cabai keriting ..................................................................

17

Perbedaan antara bunga cabai keriting yang terserang
Asphondylia sp. (a) dan bunga yang normal (b) ............................

17

Gejala serangan Asphondylia sp. pada bunga (a) dan buah (b)
cabai rawit .....................................................................................

17

Larva (a) dan pupa (b) Asphondylia sp. yang berkembang di
dalam puru .....................................................................................

18

Luas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
keriting ..........................................................................................

19

6.

Luas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai rawit.........

19

7.

Intensitas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
keriting ...........................................................................................

21

Intensitas serangan Asphondylia sp. pada pertanaman cabai
rawit ...............................................................................................

21

Sisa larva (a), pupa terparasit (b) dan sisa pupa Asphondylia
sp. ...................................................................................................

26

1.
2.
3.
4.
5.

8.
9.

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

Halaman
Denah pengambilan tanaman contoh dalam pengamatan
intensitas serangan .........................................................................

32

Data Klimatologi Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga
Kabupaten Bogor ...........................................................................

33

Eksuvium pupa Asphondylia sp. pada puru bunga cabai yang
tertinggal di lubang keluar imago ..................................................

37

Imago Asphondylia sp. (a) dan posisi imago ketika menghisap
cairan (b) ........................................................................................

37

Ujung abdomen imago jantan (a) dan betina (b, c)
Asphondylia sp. ..............................................................................

38

6.

Telur Asphondylia sp. ....................................................................

38

7.

Eurytoma sp. 1 jantan (a) dan betina (b); Eurytoma sp. 2
jantan (c) dan betina (d) .................................................................

39

Aprostocetus sp. jantan (a) dan betina (b); Sigmophora sp.
betina (c) ........................................................................................

39

9.

Telur (a), larva (b), dan pupa (c) Eurytoma sp. ............................

40

10.

Tingkat parasitisasi parasitoid yang menyerang Asphondylia
sp. dari sampel puru cabai keriting dan cabai rawit .....................

41

Parasitisasi larva (a) dan pupa (b) Asphondylia sp. oleh larva
parasitoid secara ektoparasitoid .....................................................

42

2.
3.
4.
5.

8.

11.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai

merupakan

salah

satu

tanaman

hortikultura

yang

banyak

dibudidayakan oleh petani, baik di Indonesia maupun di negara lain. Tanaman
cabai memiliki nilai ekonomi yang tinggi, terutama pada musim tertentu harga
jualnya dapat meningkat dan di waktu lain harga jualnya dapat menurun. Buah
cabai memiliki berbagai macam bentuk, ukuran, warna dan rasa. Secara umum
cabai dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu cabai besar atau cabai merah
(Capsicum annuum L.) dan cabai kecil atau cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
Umumnya cabai memiliki rasa yang pedas, namun terdapat jenis cabai yang tidak
begitu pedas atau bahkan manis dan dapat dipakai untuk sayuran yang dikenal
dengan nama paprika. Cabai keriting tergolong ke dalam cabai besar, rasa cabai
keriting lebih pedas dan beraroma lebih tajam dibandingkan dengan cabai merah
biasa. Cabai rawit atau cabai kecil, berukuran kecil memanjang dan memiliki rasa
yang pedas dan bersifat panas (Setiadi 1996).
Peran cabai dalam kehidupan sehari-hari yaitu banyak digunakan sebagai
bumbu pelengkap masakan, seperti cabai keriting dapat sebagai bahan penyedap
makanan serta memberikan rasa pedas karena mengandung minyak atsiri. Dalam
bidang kesehatan, dilaporkan bahwa buah cabai rawit kaya akan vitamin A
sehingga baik untuk mencegah kebutaan dan menyembuhkan sakit tenggorokkan
(Setiadi 1996).
Sebagai komoditas pertanian, cabai berperan dalam meningkatkan nilai dan
volume ekspor impor dan juga mempengaruhi nilai ekonomi dalam negeri. Data
Departemen Pertanian (2007) menunjukan bahwa Indonesia mengalami
peningkatan produksi cabai dari tahun ke tahun, khususnya pada tahun 20002004. Akan tetapi tingkat produktivitasnya masih sangat bervariasi antara 6,05 –
56,6 kw/ha. Ketidakstabilan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya
kendala ketika pelaksanaan budi daya tanaman cabai. Adapun kendala yang
seringkali dihadapi adalah dari keberadaan organisme pengganggu tanaman yang
sifat serangannya langsung terhadap buah, hingga akhirnya dapat menurunkan
produktivitas.

Kendala tersebut yaitu adanya serangan hama dan patogen.

2

Beberapa jenis penyakit yang sering dijumpai pada tanaman cabai terutama
bagian buahnya antara lain penyakit busuk buah antraknosa Colletotrichum
capsici dan busuk buah Phytopthora spp. (Semangun 2000).
Selain patogen banyak juga serangga hama yang menyerang tanaman cabai.
Dari sekian banyak serangga hama, terdapat hama penting yang langsung
menyerang bagian buah, diantaranya adalah lalat buah Bactrocera dorsalis
(Hend.) (Diptera: Tephritidae), ulat jengkal semu Chrysodeixis chalcites (Esp.)
(Lepidoptera: Noctuidae) dan kepik hijau Nezara viridula (L.) (Hemiptera:
Pentatomidae) (Kalshoven 1981). Selain hama-hama tersebut, akhir-akhir ini
dilaporkan terdapat hama kecil seperti nyamuk yang dapat menyebabkan puru
pada bunga dan juga buah yaitu Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae)
(Anastasia 2005; Prima 2005).
Sebagian besar hama dari genus Asphondylia bersifat monofag atau oligofag
dengan inang alternatif umumnya dari Famili Solanaceae, Liliaceae, Capridaceae
dan Fabaceae (Yukawa et al. 2003).

Hama Asphondylia sp. dapat berpotensi

menurunkan produksi cabai dan menyebabkan petani mengalami kerugian,
terutama jika populasi hama tinggi dan intensitas serangan tinggi.

Menurut

Shepard et al. (1999), kerusakan akibat serangan hama ini meningkat pada awal
musim ketika tingkat parasitisasi di lapangan masih rendah, namun kemudian
menurun akibat adanya aktivitas parasitoid yang meningkat.
Gejala yang ditunjukkan pada tanaman cabai adalah terhambatnya
pertumbuhan bunga dan buah muda sehingga ukuran dan bentuk bunga atau buah
tidak normal. Beberapa laporan menunjukkan bahwa di Jepang, Asphondylia sp.
dari spesies lain merupakan hama penting pada tanaman kedelai, yaitu
menyebabkan puru pada polong kedelai (soybean pod gall midge) dan kini
dilaporkan juga terjadi di Indonesia dan Cina (Yukawa et al. 2003).
Hama puru Asphondylia sp. baik pada buah cabai maupun polong kedelai
masih belum banyak diteliti di Indonesia. Dilaporkan serangan pada tanaman
kedelai pernah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera Barat (Balitpa 1992).
Penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan adalah pengamatan serangan
Asphondylia sp. pada pertanaman cabai organik di Desa Tugu Selatan, Cisarua
Bogor dan pertanaman cabai Desa Cibanteng, Darmaga Bogor. Informasi hama

3

ini masih sangat sedikit dan perlu penelitian-penelitian lain. Oleh karena itu
penelitian tentang keberadaan dan serangan hama ini di lapangan serta
pengamatan parasitoid dan parasitisasinya perlu dilakukan agar diperoleh
informasi lebih banyak sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam melakukan pengendalian hama ini.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas serangan dan itensitas
serangan Asphondylia sp. di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor. Selain itu juga bertujuan untuk mengamati berbagai parasitoid yang
menyerang Asphondylia sp. di lapang dan tingkat parasitisasinya.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang hama Asphondylia sp. pada tanaman cabai keriting dan cabai
rawit berikut parasitoidnya sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya
dalam mendukung usaha pengendaliannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Cabai (Capsicum spp.)
Sejarah dan Taksonomi Cabai
Tanaman cabai berasal dari Amerika Tropik, ditemukan oleh Columbus dan
disebarkan ke Amerika Tengah menuju Amerika Serikat bagian Selatan.
Selanjutnya penyebaran terus meluas hingga ke daerah tropis dan subtropis.
Tanaman cabai diperkirakan meliputi sekitar 20 spesies yang sebagian besar
tumbuh di tempat asalnya, Amerika. Di antara ke-20 spesies tersebut, yang sudah
banyak dikenal oleh masyarakat hanya beberapa spesies, yaitu cabai besar
(Capsicum annuum L.), cabai kecil (C. frutescens L.), C. baccatum L., C.
pubescens, dan C. chinense. Namun informasi ketiga spesies terakhir masih
kurang (Setiadi 1996).
Tanaman cabai besar digolongkan ke dalam beberapa macam, diantaranya
cabai merah seperti cabai keriting dan cabai besar hibrida, serta cabai bulat seperti
cabai dieng dan paprika. Cabai keriting diklasifikasikan ke dalam Divisi
Spermatophyta,

Subdivisi

Angiospermae,

Klas

Dicotyledonae,

Subklas

Metachlamydeae dan famili Solanaceae (Samadi 1997).
Morfologi Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu, berdiri tegak, bertajuk lebar dan
bercabang banyak. Cabai keriting berbuah keriting, berbentuk tidak beraturan
(berkelok-kelok) seperti mengeriting.

Daun berukuran lebih besar dan lebar

dibandingkan dengan cabai merah pada umumnya. Daun berwarna hijau tua
bertabur warna putih di atasnya. Cabai keriting ini merupakan bagian dari cabai
besar yang batangnya tegak dengan ketinggian 50-90 cm, berwarna hijau tua,
berkayu, berbentuk silindris, berdiameter kecil dengan tajuk daun lebar dan buah
cabai lebat. Daun berbentuk lonjong berukuran panjang 8-12 cm dan lebar 3-5
cm. Tangkai daun horisontal atau miring dengan panjang sekitar 2-4 cm yang
melekat pada percabangan. Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada
satu bunga terdapat kepala sari dan kepala putik. Panjang tangkai bunganya 1-2
cm, tangkai putik dan mahkotanya berwarna putih dengan jumlah cuping

5

sebanyak 5-6 helai, kepala putiknya kuning kehijauan, sedangkan kepala sarinya
berwarna ungu. Panjang tangkai sarinya sekitar 0,5 cm (Samadi 1997; Setiadi
1996).
Cabai rawit memiliki ukuran buah yang kecil dan pendek serta memiliki
rasa yang lebih pedas di antara cabai lainnya, sehingga sering disebut cabai kecil
atau cabai pedas. Tinggi tanaman cabai rawit dapat mencapai 1,5 m. Batangnya
berbuku-buku dan bersudut. Bentuk daun cabai rawit bulat telur, bagian ujung
meruncing, bagian pangkal menyempit, berwarna hijau, dan ukurannya sedikit
lebih kecil dari daun cabai keriting, yaitu berukuran panjang 1,5-10 cm dan lebar
0,5-5 cm.

Bunga berukuran kecil, tumbuh tegak dengan mahkota berbentuk

bintang, berwarna kuning kehijauan dan kadang-kadang ungu. Bunga keluar dari
ketiak daun dalam jumlah tunggal atau berkelompok 2-3 bunga. Jumlah cuping
sama dengan pada cabai besar.

Warna tangkai putik mirip warna mahkota

bunganya, sedangkan kepala putik berwarna kehijauan, dan kepala sari berwarna
hijau kebiruan. Buahnya tumbuh tegak (pada cabai hibrida merunduk), berukuran
kecil dan pendek, bentuknya bulat telur atau jorong dengan bagian ujung
menyempit. Ukurannya beragam bahkan panjangnya dapat mencapai 7,5 cm
dengan diameter 1-3 cm. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan atau
putih, dan buah yang masak berwarna merah terang (Setiadi 1994; Tindall 1983).
Syarat Tumbuh
Secara umum berbagai jenis cabai dapat ditanam di berbagai daerah, mulai
dari dataran rendah, sedang, pegunungan, bahkan dataran tinggi. Namun
demikian, terdapat beberapa faktor dan persyaratan khusus agar cabai bisa tumbuh
dan berreproduksi secara optimal, faktor tersebut antara lain tanah dan iklim.
Tanaman cabai dapat tumbuh baik pada tanah yang gembur, kaya akan
bahan organik, dan mengandung derajat keasaman antara 5,5–5,6. Tanah yang
digunakan sebagai media tanam harus diolah secara benar agar sirkulasi udara
dalam tanah dapat berlangsung baik. Pemupukan terhadap media tanam diberikan
jika tingkat kesuburan tanah berkurang.
pupuk organik maupun pupuk anorganik.

Pupuk yang dapat diberikan adalah

6

Selama proses pertumbuhan tanaman, terutama saat perkecambahan benih
cabai, diperlukan suhu udara yang optimal yaitu 21-25 ºC pada siang hari dan 1316 ºC pada malam hari. Berbeda dengan cabai rawit dan jenis cabai lainnya, cabai
keriting yang tergolong ke dalam cabai besar lebih sesuai ditanam di daerah
kering dan bersuhu agak panas. Akan tetapi suhu udara yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan serbuk sari menjadi tidak subur dan mengurangi jumlah buah.
Cabai rawit dan cabai keriting dapat tumbuh baik hingga ketinggian mencapai 900
m dpl. (Setiadi 1996; Tindall 1983).
Budi Daya Tanaman Cabai
Tanah yang digunakan untuk menanam cabai baik di pot maupun di lahan
sebaiknya diolah terlebih dahulu. Tanah digemburkan selanjutnya diberi pupuk
kompos sebanyak 20 – 30 ton/ha dan NPK sekitar 500 kg/ha.
Saat pembibitan benih, cabai disemai terlebih dahulu agar didapatkan
tanaman yang sehat dan seragam. Pembibitan dimulai dengan menyemai benih
cabai pada media semai, kemudian saat bibit telah mencapai umur 2-3 minggu
setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam polibag ataupun pot-pot kecil. Pot-pot
yang kecil tersebut sebelumnya telah diisi campuran media tanah dan kompos
dengan menambahkan KCl dan TSP secukupnya. Setelah bibit berumur 1 sampai
1,5 bulan setelah semai, bibit sudah dapat ditanam pada media tanam, baik itu
berupa pot permanen atau pun pada lahan. Penanaman bibit harus dilakukan
secara hati-hati. Bibit beserta medianya dimasukkan ke dalam pot yang telah
berisi media tanam sebanyak sepertiga bagiannya. Bila bibit akan ditanam pada
suatu lahan secara monokultur, jarak tanam yang baik adalah 50-60 cm x 60-70
cm (Setiadi 1996).
Setelah penanaman, penyiraman dapat langsung diberikan. Penyiraman
dilakukan secara rutin sebanyak 1-2 kali sehari sesuai kondisi media. Kegiatan
selanjutnya adalah pemupukkan.

Pemupukan sebaiknya dilakukan seminggu

sekali. Untuk merangsang pertumbuhan vegetatif pada masa pertumbuhannya,
tanaman dapat dipupuk dengan pupuk nitrogen. Selain dengan pupuk N, tanaman
perlu pula dipupuk dengan pupuk P dan K. Komposisi Urea, TSP, dan KCl yang

7

diberikan adalah, yaitu 1:2:1 sebanyak 0,5-3 g/liter air tergantung umur tanaman
(Trubus 2002).
Cabai besar maupun cabai keriting, sudah dapat dipanen setelah tanaman
berumur 3-4 bulan.

Lama pemanenan dapat berlangsung selama 6-9 bulan,

bahkan masih dapat dilakukan pemanenan sampai tanaman berumur satu tahun.
Buah cabai yang dipanen pada saat mencapai bobot yang maksimal berbentuk
padat dan berwarna merah menyala. Buah cabai yang telah dipanen sebaiknya
disimpan di tempat terbuka, terkena angin, sehingga cabai tidak cepat busuk
(Setiadi 1996; Trubus 2002).
Asphondylia sp.
Taksonomi dan Morfologi
Asphondylia sp. digolongkan ke dalam Ordo Diptera, Sub Ordo
Nematocera, Famili Cecidomyiidae. Sebagian besar serangga anggota famili ini
merupakan hama puru pada beberapa spesies tanaman. Genus Asphondylia H.
Loew. di dunia meliputi 271 spesies, namun yang telah teridentifikasi hanya
beberapa spesies saja. Spesies tersebut diantaranya yaitu A. yushimai Yukawa &
Uechi, A. baca Monzen, A. sarothamni Loew., A. gennadii Marchal, A. itoi, A.
diervillae Felt., A. conglomerata Stefani dan Pseudoasphondylia matatabi Yuasa
& Kumazawa. Umumnya setiap spesies dari genus ini mempunyai inang yang
berbeda (Uechi et al. 2004; Uechi dan Yukawa 2004; Yukawa et al. 2003).
Morfologi genus Asphondylia sp. umumnya mirip dengan morfologi anggota
genus atau spesies Cecidomyiidae lain, tubuhnya berukuran relatif kecil (hanya 23 mm) dan rapuh. Karakteristik serangga ini yang membedakan dengan serangga
Diptera lain adalah memiliki sayap yang dipenuhi rambut dan antena yang
panjang (GNU Free Documantation Licence 2006). Hasil penelitian Anastasia
(2005) tentang Asphondylia sp. pada tanaman cabai, yaitu bahwa imago berupa
nyamuk berwarna kemerahan, antena bertipe filiform, memiliki sepasang sayap
membran dan sepasang halter, serta berukuran relatif kecil. Perbedaan antara
imago jantan dan betina terletak pada ujung abdomen, karena imago betina
memiliki ovipositor. Larva berukuran 1,90 sampai 3,20 mm. Larva muda pada
awalnya berwarna putih dan selanjutnya berubah menjadi agak kekuningan.

8

Larva dan pupa hidup dan berkembang di dalam buah yang terserang. Pupa
berwarna coklat, bertipe obtekta dengan panjang berkisar 1,00 sampai 2,55 mm.
Saat hendak menjadi imago, sebagian tubuh pupa menyembul ke luar permukaan
buah melalui lubang yang telah dibuat sebelumnya oleh larva.
Bionomi dan Gejala Kerusakan
Gejala kerusakan yang khas akibat hama ini adalah terbentuknya puru.
Kebanyakan serangga hama puru berkembang di dalam bagian tanaman yang
masih muda. Asphondylia sp. dapat menimbulkan gejala puru pada bagian tunas,
bunga dan atau buah pada beragam spesies tanaman (Uechi et al. 2004). Imago
betina meletakkan telur di dalam jaringan buah yang masih muda antara karpel
dan integumen. Dalam proses peletakkan telur, imago betina akan menusukkan
ovipositornya ke dalam jaringan buah yang masih muda secara berulang-ulang
hingga permukaan buah rusak. Larva kemudian memakan jaringan tanaman dan
jaringan tanaman semakin membesar akibat terjadi penyimpangan di bagian
integumen. Selain itu terjadi hambatan penyampaian nutrisi ke kantung embrio di
sekitar jaringan penghubung dan sekitar jaringan yang menyerupai kalus (Imai
dan Oshaki 2004 a,b).
Di Jepang, Asphondylia sp. merupakan hama penting pada tanaman kedelai
dan menyebabkan gejala puru pada polong kedelai.

Spesies dari genus

Asphondylia sp. yang menyerang kedelai tersebut adalah Asphondylia yushimai.
Dilaporkan bahwa gejala serangan pada tanaman kedelai yaitu pada bagian
polong, sehingga polong tidak tumbuh dengan normal kemudian akan terhenti
pertumbuhannya (Yukawa et al. 2003).
Di dalam polong kedelai yang terserang hama puru ini, selain ditemukan
larva Asphondylia sp. juga dapat ditemukan cendawan.

Cendawan ini hidup

bersimbiosis dengan larva Asphondylia sp. dan menyebabkan kerusakan pada
polong kedelai semakin parah. Elastisitas polong menjadi rendah dan polong
mudah patah, serta pada permukaan luar puru terlihat rambut-rambut polong yang
berukuran panjang dan berwarna coklat pirang seperti polong yang baru terbentuk.
Jenis cendawan ini di Indonesia belum diketahui, tetapi pernah dilaporkan bahwa
jenis cendawan ini adalah Macrosporium sp. dan Alternaria sp. yang berasosiasi

9

dengan A. bursaria Felt. Telur dan larva Asphondylia sp. berkembang di dalam
polong bersama-sama dengan cendawan dengan biji sebagai media tumbuhnya
(Balitpa 1992; Kobayashi 1981 dalam

Kartosuwondo dan Harahap 1986).

Laporan lain menyebutkan bahwa cendawan yang berasosiasi dengan anggota
Asphondyliini adalah Macrophoma sp. dari Kelas Askomycetes.

Setae pada

sternit ruas ke tujuh abdomen betina Asphondylia sp. mempunyai sebuah struktur
khusus bagi cendawan untuk tinggal (Bissett dan Borkent 1988 dalam Yukawa
dan Rohfritsch 2005). Namun bagaimana cara betina mengambil cendawan yang
cocok dan bagaimana caranya cendawan tersebut diintroduksikan ke dalam puru
pada tanaman inang masih belum diketahui (Yukawa dan Rohfritsch 2005).
Selain menyerang tanaman kedelai, hama puru Asphondylia sp. juga
dilaporkan menyerang tanaman cabai dengan gejala yang sama yaitu puru pada
buah cabai. Gejala serangan Asphondylia sp. pada tanaman cabai mengakibatkan
perkembangan buah terhambat dan menjadi tidak normal. Pada bunga terserang
yang masih kuncup dapat ditemukan larva atau pupa Asphondylia sp., sehingga
struktur bunga berubah dan tidak dapat membentuk buah. Buah yang terinfestasi
larva Asphondylia sp. berukuran lebih kecil dari buah normal dan menyerupai
cabai rawit serta terlihat membengkak (Anastasia 2005; Prima 2005).
Penyebaran dan Kisaran Inang
Penyebaran hama puru Asphondylia sp. pada mulanya hanya sekitar Afrika
Timur dan India Selatan, namun kemudian dilaporkan menyebar ke daerah
Jepang, Cina dan Indonesia. Asphondylia sp. biasanya berstatus sebagai hama
minor, tetapi kadang-kadang saat infestasi yang tinggi dapat menurunkan hasil
panen (Hill 1983).
Asphondylia sp. dapat menyerang berbagai famili tanaman, seperti famili
Solanaceae, Fabaceae, Caesalpinaceae, Liliaceae, Rosaceae, Caprifoliaceae dan
Araliaceae (Uechi et al. 2004; Yukawa et al. 2003).

Menurut Yukawa dan

Rohfritsch (2005), di Jepang tanaman inang A. yushimai pada saat peralihan
antara musim semi-panas-gugur adalah tanaman kedelai (Glycine max Linn.)
(Fabaceae) dan pada musim dingin bertahan pada buah Prunus zippeliana Miquel.
(Rocaceae). Spesies lain dari genus Asphondylia di Cyrpus, ketika musim panas

10

hidup pada tanaman cabai Capsicum annuum Linnaeus (Solanaceae), Capparis
spinosa Linnaeus (Capparidaceae) dan Urginea maritime Linnaeus (Liliaceae)
(Uechi et al. 2004; Yukawa et al. 2003).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di pertanaman cabai di Desa Cikarawang,
Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pengamatan lebih rinci dilakukan di
Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai
bulan November 2006 sampai Juni 2007.
Metode Penelitian
Penanaman Cabai
Penanaman cabai dilakukan oleh pemilik lahan setempat. Cabai yang
ditanam adalah cabai rawit dan cabai keriting. Penanaman cabai dimulai dengan
penyiapan masing-masing benih cabai keriting dan cabai rawit, selanjutnya
penyemaian benih, pemindahan bibit ke dalam polibag berukuran kecil, kemudian
pemindahan bibit ke lahan, dan pemeliharaan tanaman. Masing-masing benih
cabai yang disiapkan berasal dari varietas TM 999 untuk cabai keriting dan
varietas Embun pagi untuk cabai rawit.

Selanjutnya masing-masing benih

sebanyak 500 butir benih ditebarkan pada media semai pada baki penyemaian
yang berukuran 40 x 30 x 8 cm3. Media semai berisi campuran tanah dan pupuk
kandang (kompos) dengan perbandingan 3:1.
Persemaiaan diletakkan di tempat yang cukup cahaya dan disiram setiap
hari hingga benih berkecambah. Bibit cabai yang telah berumur lebih kurang 10
hari setelah semai (HSS) dipindahkan ke dalam polibag kecil sebanyak satu bibit
per polibag, dan ditambahkan pupuk kandang sebanyak 10 g per tanaman. Bibit
cabai keriting dalam polibag kecil dibiarkan tumbuh sampai berumur 30 hari
setelah tanam (HST), sedangkan bibit cabai rawit sekitar 50 HST, selanjutnya
tanaman dipindahkan ke lahan yang sudah diolah dan diberi kompos. Kompos
yang digunakan yaitu campuran dari kotoran kambing, jerami dan serbuk daun.
Total kompos yang dicampur ke lahan sebanyak 20 karung untuk lahan seluas 400
m2 dan untuk setiap tanaman diberikan lagi sebanyak 100 g kompos.

12

Lahan pertanaman cabai terbagi menjadi dua bagian yaitu setengah bagian
untuk penanaman cabai rawit dan setengah bagian lainnya untuk penanaman cabai
keriting. Lahan terdiri terdiri dari 32 baris bedengan dengan jarak antar bedeng
40 cm dan pada setiap bedeng ditanami sekitar 24 tanaman cabai dengan jarak 30
cm antar tanaman. Lahan penelitian terdiri dari 20 bedeng ditanami cabai keriting
dan 12 bedeng ditanami cabai rawit. Kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan
tanaman setiap hari.
Pengamatan Luas Serangan
Tanaman yang dijadikan contoh adalah tanaman yang ada di dalam petak
pengamatan. Petak pengamatan cabai keriting terdiri dari 364 tanaman contoh
dan cabai rawit sebanyak 157 tanaman contoh. Pengamatan dilakukan saat
pertanaman cabai memasuki umur 9 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan
dilakukan sebanyak sembilan kali dengan interval waktu pengamatan satu
minggu. Terkecuali khusus antara pengamatan pertama dan pengamatan kedua
pada pertanaman cabai keriting, pengamatan dilakukan dengan interval waktu dua
minggu.
Setiap tanaman pada masing-masing petak diamati langsung ada tidaknya
gejala puru pada bunga atau buah. Selanjutnya luas serangan dihitung dengan
menggunakan rumus:
Jumlah tanaman yang terserang
Luas serangan (%)

=

Jumlah tanaman yang diamati

X 100%

Pengamatan Intensitas Serangan
Tanaman contoh yang digunakan setiap kali pengamatan adalah sebanyak 30
tanaman cabai keriting dan 20 tanaman cabai rawit. Tanaman contoh ditentukan
dari masing-masing petak pengamatan tanaman cabai keriting dan cabai rawit
secara acak sistematik, dengan metode diagonal (Lampiran 1). Pengamatan
dimulai saat tanaman berumur sekitar 9 MST sebanyak 5 kali pengamatan dengan
interval waktu selama 2 minggu.
Setiap tanaman diamati dan dihitung jumlah bunga dan buah yang bergejala
puru. Selanjutnya intensitas serangan dihitung dengan menggunakan rumus:

13

Jumlah bunga yang terserang
Intensitas serangan bunga (%) =

Jumlah bunga yang diamati

X 100%

Jumlah buah yang terserang
Intensitas serangan buah (%)

=

Jumlah buah yang diamati

X 100%

Pengamatan Imago Asphondylia sp.
Imago Asphondylia sp. diperoleh baik dari pengamatan di lapang maupun
dari sampel yang diamati di laboratorium. Imago dari lapang diperoleh dengan
cara mengurung bagian bunga yang masih kuncup dan buah muda yang
menunjukkan gejala puru dengan menggunakan kurungan plastik berdiameter 6
cm dan tinggi 7,5 cm dengan bagian atas dan bawahnya ditutup kain kasa.
Pengurungan dilakukan terhadap bunga dan buah pada tanaman yang tidak
dijadikan contoh. Setiap dua hari sekali diamati kemunculan imago Asphondylia
sp. dari sampel yang dikurung pada tanaman. Jika imago yang muncul dalam
keadaan hidup, maka dengan menggunakan aspirator secara hati-hati imago

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) Dusun Pamah Semilir Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

3 51 77

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik

0 80 121

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134