Kajian rehabilitasi sumberdaya dan pengembangan kawasan pesisir pasca tsunami di Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

-

--r

-

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI
Dl KECAMATAN PULO ACEH
KABUPATEN ACEH BESAR

M. MUNTADHAR

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Kajian Rehabilitasi Sumberdaya dan Pengembangan Kawasan Pesisir

Pasca Tsunami di Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar
adalah karya saya sendiri yang diarahkan oleh Kornisi Pernbirnbing dan belurn
pemah dipublikasikan oleh siapapun. Surnber data dan informasi yang dikutip
dalam tesis ini telah disebutkan dalarn teks dan dicanturnkan dalarn Daftar
Pustaka di bagian akhir tesis ini. Oleh karena itu, sernua isi tesis ini dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.

M. Muntadhar
NRP C251030301

ABSTRACT
Tsunami wave had damaged all the infrastructure and structure of Pulo
Aceh's District Damage to natural resource of mangrove rise 100%. Damage of
fisheries infrastructure rise 100%. Area setlement of residents were seriously
affected by tsunami hit. This research aim to 1). analize natural resources
potency of coastal area in Pulo Aceh District 2). determine suitablility area for
fisheries and ecotourism. 3). serve strategy for rehabilitation and development of
Pulo Aceh district for fisheries and ecotourism. Data analysis conducted by using
Damage Resource Analysis. Economic Valuation Analysis, and SWOT Analysis.
Strategies recommended for the development area are improvement of SDM

quality, stipulating of conservation and rehabilitation area, make-up of promotion
in ecotourism activities, invitate invenstor for the development of region, and
develop fisheries facilities. The result on this research shown the condition of
natural resources reside in a damaged condition in high catagori and the
rehabilitation of mangrove tend to monospecies.
(Key~ord:tsunami, damage, rehabilitation)

MUNTADHAR. Kajian Rehabilitasi Sumberdaya dan Pengembangan Kawasan
Pesisir Pasca Tsunami di Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.
Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA dan GATOT YULIANTO.
Kecamatan Pulo Aceh m e ~ p a k a nsalah satu kecamatan kepulauan yang
berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar. Posisi geografis
Kecamatan Pulo Aceh terletak pada ujung Barat Pulau Sumatera yang
berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan Lautan Hindia. Posisi geografis
yang merupakan kepulauan terluar yang berhadapan langsung dengan taut lepas
menyebabkan kawasan ini sangat rentan terhadap p e n g a ~ hnegatif berbagai
kondisi oceanografi. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah
kebemdaannya yang sangat rentan terhadap bencana alam berupa tsunami.
Kecamatan Pulo Aceh mengalami kerusakan terhadap struktur dan infrastruktur
yang cukup parah akibat gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 26

Desember 2004. Kerusakan terhadap infrastuktur kelautan perikanan mencapai
100%. Kemsakan terhadap sumberdaya alam berupa kawasan hutan mangrove
mencapai 100%. Kawasan permukiman penduduk yang pada umumnya bemda
pada pinggiran pantai berdasarkan pengamatan lapangan juga mengalami
kerusakan total.
Kerusakan terhadap sumberdaya alam akibat tsunami menyebabkan fungsi
ekologis ekosistem pesisir terganggu. Akibatnya terjadi penurunan manfaat
ekosistem bagi rnasyarakat dan lingkungan kepulauan karena fungsi ekologis
tersebut tidak lagi berperan optimal. Penurunan manfaat ekosistem berdampak
pada terjadinya penurunan kesejahteraan bagi masyarakat kepulauan yang
berprofesi sebagai petani-nelayan yang sangat tergantung kepada
keseimbangan ekosistem. Rehabilaasi lingkungan diupayakan untuk
mengembalikan fungsi ekologis lingkungan. Rehabilitasi sumberdaya pesisir
diarahkan pada kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi penduduk
setempat.
Penelitian bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi dan menganalisis potensi
sumberdaya alam pesisir di Kecamatan Pulo Aceh (2) Menentukan kelas
kesesuaian kawasan untuk p e ~ n t u k a npengembangan kegiatan perikanan dan
ekowisata (3) Memberikan arahan strategi rehabilitasi dan pengernbangan
kepulauan Kecamatan Pulo Aceh. Analiis data dilakukan dengan menggunakan

metode analisis kesesuaian lahan, analisis tingkat kerusakan sumberdaya,
valuasi ekonomi, dan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Sumberdaya alam Kecamatan
Pulo Aceh terdiri dari t e ~ m b ukarang, mangrove, lamun, ekosistem pantai, dan
sumberdaya ikan." Akibat gelombang tsunami kondisi sumberdaya alam ini
berada dalam kondisi rusak dengan katagori tinggi (2) Ekosistem mangrove dan
lamun saat ini telah hilang akibat gelombang tsunami. Sebelum tsunami
mangrove dominan terdiri dari jenis Rhizopom sp dan Sonnemtia sp. Rehabilitasi
mangrove yang dilakukan didominasi oleh jenis Rhizopom rnucronafa. Kegiatan
rehabilitasi terhadap sumberdaya sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas
lingkungan pesisir. Saat ini kegiatan rehabilitasi mangrove menunjukkan gejala
rnonospesies. (3) Kesesuaian lahan yang dapat dikembangkan di Kecamatan
Pulo Aceh adalah pengembangan wisata pantai katagori rekreasi dan
pengembangan Keramba Jaring Apung. (4) Lokasi pariwisata yang telah
ditetapkan oleh Dinas Pariwisata NAD untuk wisata pantai masih sesuai untuk

dikembangkan sebagai tempat wisata. Analisis terhadap lokasi wisata katagori
selam menunjukkan berada pada kondisi Sesuai Bersyarat. (5) Kawasan
potensial budidaya perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) terdapat pada
kawasan Desa Lapeng. Desa Seurapong, dan Desa Lamteng dengan katagori

Sangat Sesuai. Sedangkan untuk Desa Lampbyang berada dalam katagori
Sesuai Bersyarat. (6) Nilai ekonomi terhadap manfaat eksistensi terumbu karang
dan mangrove menunjukkan nilai yang sangat rendah. Diperlukan strategi
rehabilitasi dengan penglibatan masyarakat sehingga dapat meningkatkan rasa
memiliki terhadap ekosistem mangrove dan teiumbu karang. (7) Analisis SWOT
menunjukkan bahwa faktor ekstemal dan faktor internal memberikan pengaruh
yang sama besar terhadap strategi pengembangan kawasan. Strategi
pengembangan yang menjadi prioritas adalah kegiatan dengan meminimalkan
kelemahan sambil memanfaatkan peluang yang ada (W-0)
Kata kunci : tsunami, kerusakan. rehabilitasi, pengembangan

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian afau seluruh karya fulis ini fanpa
mencanfumkan afau menyebuf somber
a. Pengutipan hanya unfuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan krifik
atau tinjauan suafu masalah
b. Pengutipan tidak metugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan mempehanyak sebagian afau

seluruh karya fulis dalam bentuk apapun fanpa izin IPB

KAJIAN REHABlLlTASl SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PESlSlR PASCA TSUNAMI
Dl KECAMATAN PULO ACEH
KABUPATEN ACEH BESAR

M. MUNTADHAR

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul Tesis : Kajian Rehabilitasi Sumberdaya dan Pengembangan Kawasan
Pesisir Pasca Tsunami di Kecamatan Pulo Aceh

Kabupaten Aceh Besar
Nama

: M. Muntadhar

NRP

: C251030301

Disetujui:
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
Ketua

Ir. Gatot Yulianto. M.Si
Anggota

Diketahui


*:ngeo
la
l an

Ketua Program Studi
Sumberdap
Pesisir dan Lautan

Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Tanggal Ujian: 01 Agustus 2008

Tanggal Lulus:

89

SEP 2008

PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas Karunia kesehatan dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis pada Program Studi llmu
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Pengelolaan kawasan pesisir yang telah mengalami perubahan akibat
bencana alam mengakibatkan perubahan terhadap ekosistem dan bentang alam.
Perubahan yang terjadi membutuhkan penanganan agar fungsi ekosistem dapat
berperan kembali dalam suatu kaitan ekologis. Upaya perbaikan lingkungan dan
perbaikan ekosistem merupakan hubungan yang sinergis yang saling
mendukung upaya rehabilitasi dan rekontruksi kembali kawasan yang tertimpa
bencana.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Komisi Pembimbing Bapak
Dr. Ir. H. Fredinan Yulianda, M.Sc. dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si. yang
memberikan bimbingan, saran, dukungan dan semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih juga peneliti sampakan kepada
teman-teman SPL angkatan X yang telah turut membantu dalam penyelesaian
penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat memberikan rnanfaat kepada pelaksana
kegiatan pembangunan kawasan kepulauan Kecamatan Pulo Aceh.

Bogor, Agustus 2008


M. Muntadhar

Penulis dilahirkan di Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Damssalarn
pada tanggal 01 September 1974 dari Bapak M. Hasan Basry dan lbu Harnirnah.
Pendidikan dasar dirnulai di TK FKIP Unsyiah, SDN 82 Banda Aceh. SMP Negeri
13 Banda Aceh, dan SMA Negeri 3 Banda Aceh, tarnat tahun 1993.
Pada tahun yang sarna penulis melanjutkan pendidikan S1 pada
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala tamat tahun 2000 dan Fakultas
Tarbiyah lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh tarnat tahun
2002. Pada Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan S2 pada program studi
Pengelolaan Surnberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL) Sekolah Pascasarjana
lnstitut Pertanian Bogor, Bogor Jawa Barat.

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................


xiv

I.

PENDAHULUAN
I
1.1 Latar Belakang ......................................................................................I
1.2 Perumusan
...................... 3
......................................................... 4
1.3 Tujuan dan
............. 4
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ..............................
.
1.5 Kerangka Pernecahan Masalah........................................................... 5

II.

TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Rehabilitasi Sumberdaya Pesisir .......................................................... 7
2.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir ................................................................ 7
2.3 Potensi Sumberdaya Pesisir dan Lautan ...........................................
8
2.4 Tsunami............................................................................................... I 0
2.5 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Tsunami ................................... 11
14
Unggulan ......................................................
2.6 Pengembangan .Sektor
.
2.6.1 Sektor Par~w~sata
....................................................................... 15
16
2.6.2 Sektor Perikanan .......................................................................

Ill.

18
METODE PENELlTlAN
..
3.1 Lokasi Penelltlan ................................................................................. 18
3.2 Pengumpulan Data ............................................................................. 18
3.3 Analisis Data ..................................................................................... 19
19
3.3.1 Analisis Kesesuaian Lahan .......................................................
3.3.2 Analisis Tingkat Kerusakan.......................................................21
22
3.3.3 Valuasi
. . Ekonomi ........................................................................
3.3.4 Anal~sisSWOT ........................................................................... 23

IV.

HASlL DAN PEMBAHASAN
26
4.1 Administrasi dan Geografis............................................................... 26
4.2 Kondisi Fisik Kepulauan..................................................................... 28
4.3 Kondisi Fisik Kelautan .
4.3 Sosial Ekonomi ...........
4.4 Sarana dan Prasarana ........................................................................ 33
4.5 Ekosistern............................................................................................. 34
4.5.1 Ekosistem Terurnbu Karang...................................................... 35
4.5.2 Ekosistem-Lamun
4.5.3 Ekosistem Mangrove
4.5.4 Ekosistem Pantai
4.6 Analisis Ti

4.7 Surnberday
4.8. Sumberday
4.1 0 Valuasi Surnberdaya Alam .................................................................
4.10.1 lnvestasi RehabilitasiTerumbu Karang ....................................
4.90.2 lnvestasi Rehabilitasi Mangrove

68
69
70

4.1 1 Rehabilitasi Fisik Kawasan Pesisir
72
4.12 Rehabilitasi Surnberdaya P
74
4.12.1 Rehabilitasi Perikana
74
4.12.2 Rehabilitasi Mangrove
74
4.12.3 Rehabilitasi Terurnb
80
4.13 Strategi Rehabilitasi dan P
Pulo Aceh Kabupaten Ace
84
4.14 Rekornendasi Strategi Rehabilitasi dan Pengernbangan Potensi
Gugusan Kepulauan Kecarnatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar
V.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

33

Faktor Strategi Internal (IFAS) .....................................................................

93

34

Faktor Strategi Eksternal (EFAS) .................................................................

94

35

Prioritas Strategi Pengembangan ................................................................

95

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Alur pikir kajian rehabilitasi sumberdaya Pesisir dan pengembangan
kawasan Pasca Tsunami di Kecamatan Pulo Aceh
Kabupaten Aceh Besar .................................................................................

1

6

2

Wilayah Adrninistrasi Kecamatan Pulo Aceh ...............................................
27

3

Batimetri Kecamatan Pulo Aceh .............................................................

4

Sebaran terurnbu karang (spot 1-18 mengacu pada tabel 18) ................... 36

5

Kondisi terumbu karang yang rusak di (a) Kareung Mane
(b) Kareung Maja (c) Kareung Pante Dernit (d) Kareung Maja .................. 37

6

Koloni karang yang mulai tumbuh kembali di (a) Kareung Maja
(b) Kareung Peunateung (c) Kareung Mane (d) Kareung Maja ..................38

7

Kondisi hamparan karang di daerah intertidal (Desa Paloh)....................... 38

8

Sebaran lamun .............................................................................................
40

9

....................41
Sebaran larnun plot 1 (Desa Seurapong) ............................
.

10

Sebaran lamun plot 2 (Desa Pasi Janeng) ..................................................42

11

Sebaran mangrove .......................................................................................
44

12

Sebaran mangrove Plot 1 (Desa Ulee Paya dan Desa Blang Situngkoh) ..45

13

Sebaran mangrove Plot 2 (Desa Lamteng) .................................................46

14

Sebaran mangrove Plot 3 (Desa Alue Riyeung) ..........................................
47

15

Kondisi kawasan ekosistem mangrove (Desa Ulee Paya)..........................48

16

Penghijauan pesisir (Desa Larnpuyang)......................................................
49

17

Forrnasi Baringfonia (Desa Alue Riyeung)

18

Fonasi Pescaprae (Desa Ulee Paya) ........................................................ 51

19

Stasiun pengamatan terumbu karang ..........................................................
53

20

lkan taman (Thryssa? sp.)

21

Pengeringan gurita secara tradisional (Desa Lampuyang) ......................... 58

22

Kondisi lahan tarnbak (Desa Larnpuyang) ...................................................60

23

Potensi wisata alam (Desa Gugob) ............................................................. 61

24

Kesesuaian lahan Keramba Jaring Apung (KJA) ........................................ 63

25

Kesesuaian lahan wisata selam ...................................................................

26

Kesesuaian lahan rekreasi pantai................................................................ 67

27

Rehabilitasi perrnukiman di Pulo Breuh .......................................................

72

28

Jalur evakuasi di Desa Ulee Paya ...............................................................

73

29

Prasarana transportasi .................................................................................

74

30

Peta kerusakan mangrove ...........................................................................

78

31

Peta kerusakan terumbu karang .................................

30

..................................................
50

.................................
......................................57
.

65

:':............................... 82

I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kawasan kepulauan terutarna pulau-pulau kecil rnerupakan kawasan yang

sangat rentan terhadap berbagai pengaruh oceanografi. Kondisi geografis yang
dikelilingi oleh laut rnenyebabkan pulau-pulau kecil sangat dipengaruhi oleh
ornbak, gelornbang, dan tsunami. Keberadaan ekosistern pesisir rnerupakan
benteng alarn yang dapat rnengurangi pengaruh oceanografi terhadap kawasan
pesisir dan penduduk yang rnendiarni wilayah pesisir. Kerusakan ekosistern
pesisir seperti terurnbu karang, padang larnun, mangrove, dan ekosistern pantai
akan berakibat terganggunya keseirnbangan alarn pada kawasan pesisir. Salah
satu kawasan yang ekosistern pesisirnya telah rnengalarni kerusakan adalah
Kecarnatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.
Kecarnatan Pulo Aceh rnerupakan salah satu kecarnatan kepulauan yang
berada dalarn wilayah adrninistrasi Kabupaten Aceh Besar. Posisi geografis
Kecarnatan Pulo Aceh terletak pada ujung Barat Pulau Surnatera yang
berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan Lautan Hindia. Posisi geografis
yang rnerupakan kepulauan terluar yang berhadapan langsung dengan laut lepas
rnenyebabkan kawasan ini sangat rentan terhadap pengaruh negatif berbagai
kondisi oceanografi. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah
keberadaannya yang sangat rentan terhadap bencana alarn berupa tsunami.
Gugusan kepulauan Kecarnatan Pulo Aceh sebagairnana kawasan lainnya
yang berada dalam wilayah adrninistratif Nanggroe Aceh Darussalarn berada
pada pertemuan 2 lernpeng burni yaitu Lernpeng Eurasia dan Lernpeng IndoAustralia. Lernpeng Eurasia (Asia Tenggara) dan Lernpeng lndo-Australia yang
bergerak 6 crn per tahun dibagian utara dan dibagian selatan bergerak 5,2 crn
per tahun rnerupakan ancarnan yang harus sangat diperhatikan dalarn
perencanaan pernbangunan kepulauan Kecarnatan Pulo Aceh. Gejala fisik yang
kelihatan secara kasat rnata tarnpak dari susunan bebatuan perbukitan disekitar
Kecarnatan Pulo Aceh yang berlapis miring rnengarah ke Tirnur Laut. Akibat dari
desakan kedua lernpeng ini secara terus rnenerus rnenyebabkan patahan yang
rnenirnbulkan gempa burni, sebagai salah satu pernicu terjadinya tsunami, seperti
yang terjadi pada tanggal 26 Desernber 2004 (Diposaptono & Budirnan 2005).
Kerusakan yang ditirnbulkan tsunami di Kabupaten Aceh Besar terhadap
infrastruktur kelautan dan perikanan diperkirakan rnencapai 90% dengan total
-.

nilai mencapai Rp. 276.428.400,-. Estirnasi kerusakan terhadap kapal perikanan
dan alat tangkap di Kabupaten Aceh Besar rnencapai 100% dengan tingkat
kerugian diperkirakan rnencapai lebih dari Rp. 18,9 rnilyar (DKP 2005).
Kecarnatan

Pulo

Aceh sebagai

kecarnatan kepulauan rnengalarni

kerusakan terhadap struktur dan infrastruktur yang cukup parah. Kerusakan
terhadap infrastuktur kelautan perikanan mencapai 100%. Kerusakan terhadap
surnberdaya alam berupa kawasan hutan mangrove mencapai 100%. Kawasan
permukirnan penduduk yang pada urnumnya berada pada pinggiran pantai
berdasarkan pengarnatan lapangan juga rnengalami kerusakan total.
Gelornbang tsunami juga rnenyebabkan perubahan terhadap kondisi
pantai. Perubahan ini menyebabkan pada beberapa kawasan tertirnbun oleh
patahan karang sehingga tidak lagi sesuai untuk ekosistem tertentu dan
peruntukan kawasan bagi permukirnan. Kegiatan Rehabilitasi dan rekontruksi
yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Fiekontruksi Aceh-Nias (BRR)
pasca tsunami diupayakan untuk rnemperbaiki perekonornian rnasyarakat
dengan tetap rnenjaga kelestarian surnberdaya alarn di Pulo Aceh. Rehabilitasi
ekosistem pada kawasan yang telah rusak rnembutuhkan pengelolaan yang
terpadu rnengingat kondisi kawasan yang telah berubah dan belum tentu sesuai
dengan peruntukan kawasan sebelum tsunami. Rehabilitasi ekosistern tidak saja
ditujukan pada kegiatan rnenanarn pohon tetapi harus diartikan secara lebih luas
rnencakup menanam, rnenata, rnerawat,
rnasyarakat terhadap

dan

pentingnya ekosistern

rnenurnbuhkan kesadaran

pesisir sebagai penyangga

kehidupan.
Kondisi kawasan yang telah rusak tersebut rnernberikan arti bahwa
perencanaan pembangunan pada kawasan yang rawan bencana alarn
rnernbutuhkan rnanajernen perencanaan pernbangunan yang antisipatif terhadap
bencana.
Dengan pertirnbangan bahwa untuk dapat mengetahui tipe suatu gernpa
apakah dapat rnenirnbulkan tsunami atau tidak rnernbutuhkan waktu sekitar 1
jam,

rnaka diperlukan

suatu pendekatan terpadu dalam

perencanaan

pernbangunan suatu wilayah yang rawan tsunami. Keterpaduan dilakukan secara
vertikal rnulai dari pernerintahan tingkat desa sampai nasional. Keterpaduan juga
dilakukan secara horizontal antara berbagai instansi terkait dalarn suatu wilayah
pernerintahan (Diposaptono & Budirnan 2005).

Kecarnatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar pada tahun 1998 rnelalui
Keputusan Presiden Nornor 171 tahun 1998 ditetapkan sebagai Kawasan
Pengembangan Ekonorni Terpadu (KAPET) Sabang, yang berpusat di Kota
Sabang. Kepres tersebut pada tanggal 21 Desernber ditingkatkan statusnya
rnenjadi Undang Undang Republik Indonesia Nornor 36 tahun 2000.
Keberadaan gugusan Pulo Aceh sebagai gugusan pulau-pulau kecil dalarn
kawasan KAPET Sabang selarna ini kurang rnendapat perhatian dalarn
pengelolaannya,

terutarna

pengelolaan

yang

terintegrasi

(integrated

management planning). Peningkatan status sebagai kawasan pengembangan
ekonorni terpadu sarnpai saat ini belurn rnenjadikan kawasan ini sebagai
kawasan yang berkernbang.
Perencanaan pembangunan Kecarnatan Pulo Aceh sebagai bagian dari
kawasan KAPET yang didasarkan pada pengernbangan sektor unggulan harus
disesuaikan dengan kondisi biogeofisik lingkungan. Selain kondisi khusus berupa
lokasi yang rawan tsunami, kaedah pernanfaatan surnberdaya secara umurn
tetap harus diperhatikan. Pernanfaatan surnberdaya yang dapat pulih (renewable
resources), laju eksploitasinya tidak boleh rnelebihi kernarnpuannya untuk
rnernulihkan din pada suatu

periode tertentu, sedangkan pernanfaatan

sumberdaya pesisir yang tak dapat pulih (non-renewable resoufces) harus
dilakukan dengan cerrnat sehingga efeknya tidak rnerusak lingkungan sekitarnya.
I.2

Perurnusan Nlasalah
Kecarnatan Pulo Aceh rnerupakan kecarnatan kepulauan yang rnasih

sangat tertinggal yang berada dalarn wilayah adrninistrasi Kabupaten Aceh
Besar. Secara geografis kecarnatan ini terletak di sebelah Barat Laut Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalarn. Keterisolasiannya dengan pulau induk sebagai
pusat

pernerintahan

dan

keterbatasan

sarana

dan

prasarana

telah

rnengkondisikan kecarnatan ini sebagai kawasan yang tertinggal dalarn berbagai
sektor pernbangunan.
Kerusakan terhadap surnberdaya alarn akibat tsunami rnenyebabkan fungsi
ekologis ekosistem pesisir terganggu. Akibatnya terjadi penurunan rnanfaat
ekosistern bagi rnasyarakat dan lingkungan kepulauan karena fungsi ekologis
tersebut tidak lagi berperan optimal. Penurunan rnanfaat ekosistern berdarnpak
pada terjadinya penurunan kesejahteraan bagi rnasyarakat kepulauan yang
berprofesi

sebagai

keseirnbangan

petani-nelayan

ekosistern.

yang

kehabiliasi

sangat

lingkungan

tergantung
diupayakan

kepada
untuk

mengernbalikan fungsi ekologis lingkungan. Rehabilitasi sumberdaya pesisir
diarahkan pada kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi penduduk
setempat sehingga tidak semata rnemberikan keuntungan bagi pendatang yang
rnenempatkan penduduk lokal sebagai penonton.
Dan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas dapat dirurnuskan
beberapa perrnasalahan sebagai berikut:
1

Potensi sumberdaya alarn yang terdapat pada gugusan Pulo Aceh
Kecarnatan Aceh Besar terdegradasilrusak

2

Rusaknya sarana dan prasarana perikanan

3

Terjadinya perubahan bentang alam setelah tsunami

4

Belurn adanya pengelolaan pesisir pasca tsunami

1.3

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:

1

Mengidentiikasi dan menganalisis potensi surnberdaya alam pesisir di
Kecarnatan Pulo Aceh

2

Menentukan kelas kesesuaian kawasan untuk peruntukan pengembangan
kegiatan perikanan dan ekowisata.

3 Mernberikan arahan strategi rehabilitasi dan pengernbangan kepulauan
Kecarnatan Pulo Aceh.

Kegunaan penelitian adalah untuk rnernberikan rnasukan-rnasukan dan
bahan pertimbangan khususnya bagi Pemda Aceh Besar dalam membuat
kebijakan pengelolaan kawasan Pulo Aceh pasca tsunami

1.4

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan penelitian adalah:

a. Wilayah
penelitian
adalah
Kabupaten Aceh Besar

gugusan

kepulauan

Pulo

Aceh

b. Rehabilitasi yang dirnaksud dalarn penelitian ini adalah kegiatan untuk
rnernulihkan, mernpertahankan, dan rneningkatkan fungsi ekologis sehingga
daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalarn rnendukung sistem
penyangga kehidupan terus berlangsung rneskipun berbeda dari kondisi
sebelumnya.
c. Parameter yang dikaji adalah:

1

Potensi sumberdaya alarn pesisir dan sumberdaya manusia di Kecamatan
Pulo Aceh

2

Kesesuaian kawasan untuk kegiatan perikanan dan ekowisata

3

Pernanfaatan kawasan pesisir pasca tsunami

4
1.5

Rencana strategi rehabilitasi dan pengelolaan sumberdaya kepulauan
Kecarnatan Pulo Aceh
Kerangka Pernecahan Masalah
Gugus pulau Kecarnatan Pulo Aceh terrnasuk dalam wilayah adrninistrasi

Kabupaten Aceh Besar. Sebagai kawasan yang termasuk dalam kawasan
KAPET Sabang, potensi sumberdaya alam Pulo Aceh diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rnasyarakat seternpat. Pemanfaatan sumberdaya alam saat ini
semata rnasih menggunakan pola-pola pernanfaatan secara tradisional dengan
sedikit mengabaikan pola pemanfaatan secara berkelanjutan.
Dalarn upaya rehabilitasi dan rnengelola surnberdaya alarn ini diperlukan
suatu-kebijakan yang mengikat setiap stakeholder untuk merehabilitasi dan
melestarikan surnberdaya alam yang tersedia. Kebijakan yang akan diterapkan
dianalisis dengan memperhatikan pennasalahan kerusakan sumberdaya alarn
dan upaya rehabilitasi yang bisa dilakukan berdasarkan kondisi biofisik dan
sosial ekonomi bagi peruntukan kegiatan perikanan dan ekowisata.
Arahan kebijakan diambil secara objektif dan secara subjektif. Arahan
kebijakan secara objektif didasarkan pada analisis kesesuaian kawasan
berdasarkan kondisi biofisik lingkungan. Arahan kebijakan secara subjektif
dilakukan dengan rnelakukan wawancara dan pengisian kuesioner kepada
stakeholderatas dasar kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Penggabungan arah kebijakan objektif dan arah kebijakan subjektif yang
rnenggunakan analisis spasial dan SWOT diharapkan akan rnernberikan
alternatif

pilihan

terhadap

rekomendasi

pengembangan

yang

dapat

meminirnalkan potensi konflik penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan.
Garnbar

1 merupakan

alur

pikir kajian

rehabilitasi

surnberdaya

dan

pengembangan kawasan pesisir pasca tsunami di Kecarnatan Pulo Aceh
Kabupaten Aceh Besar. -

Sumberdaya Pesisir dan Laut
Pasca Tsunami
I

t

t

Analisis Surnberdaya

Analisis Stakeholder

I

I

9
Ekologi

Sosial

Kebijakan
PEMDA

Ekonomi

Kebijakan
KAPET

v
Analisis Strategi
(SWOT)

Strategi Rehabilitasi
dan Pengembangan
Kawasan

Garnbar 1

Alur pikir kajian rehabilitasi surnberdaya Pesisir dan pengembangan
kawasan Pasca Tsunami di Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten
Aceh Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Rehabilitasi Sumberdaya Pesisir
Ekosistem pesisir yang berperan sebagai

manusia sangat

ternpat dan media aktifitas

berpengaruh terhadap berbagai perubahan lingkungan.

Kerusakan terhadap ekosistem yang terjadi akibat bencana pesisir yang terjadi
berakibat pada tidak seimbangnya fungsi ekosistem dalarn sebagai penyangga
sistern kehidupan. Bencana Pesisir adalah kejadian karena peristiwa alam atau
karena perbuatan Orang yang menimbulkan perubahan sifat fisik danlatau hayati
pesisir dan mengakibatkan korban jiwa, harta, danlatau kerusakan di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU RI No.27 Th 2007).
Bencana pesisir yang terjadi akibat tsunami d i ..Kecarnatan Pulo Aceh
menyebabkan kerusakan terhadap ekosistem pesisir terutama terurnbu karang,
padang lamun, ekosistem mangrove, dan ekosistem pantai. Upaya rehabilitasi
ditujukan untuk mengembalikan kembali fungsi ekosistern pada kawasan
Kecamatan Pulo Aceh sebagai penyangga sistem kehidupan. Rehabilitasi
sumberdaya pesisir adalah proses pernulihan dan perbaikan kondisi ekosistem
atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula
(UU RI No. 27 Th 2007).
Rehabilitasi kawasan pesisir akibat bencana pesisir tidak hanya ditujukan
untuk mernulihkan dan rnemperbaiki kondisi ekosistem yang telah rusak. Sifat
kawasan pesisir sebagai marine bioecoregion menyebabkan kerusakan pada
satu kawasan atau satu jenis ekosistem berakibat terhadap kawasan atau
ekosistem yang lain. Diposaptono dan Budiman (2005) menyebutkan bahwa
kejadian bencana di wilayah pesisir sekecil apapun akan rnenimbulkan dampak
budaya dan sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir. Perbaikan kondisi
ekosistem

dilakukan

seiring

dengan

rehabilitasi ekonomi

rnasyarakat.

Penglibatan rnasyarakat dalam kegiatan rehabilitasi ekosistem hams dilakukan
secara bersamaan dalam kaitan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.
2.2

Pengelolaan Wilayah Pesisir
Pengelolaan wilayah pesisir

secara terpadu adalah suatu pendekatan

pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistern,
sumberdaya, dan kegiatan pernanfaatan (pembangunan) secara terpadu
(infegrafed) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan
(Dahuri etal. 1996).

Sebagai kawasan peralihan antara pengaruh daratan dan lautan, wilayah
pesisir rnernbutuhkan pendekatan pernbangunan yang kornprehensif dan
terpadu. Menurut Dahuri et al. (1996) guna tercapainya pernbangunan pesisir
secara tepadu diperlukan inforrnasi tentang potensi pernbangunan yang dapat
dikernbangkan disuatu wilayah pesisir dan lautan serta perrnasalahan yang ada,
baik aktual rnaupun potensial. Secara urnurn, potensi pernbangunan yang
terdapat diwilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga
kelornpok: (1) surnberdaya dapat pulih (renewable resources) (2) surnberdaya
tidak

dapat

pulih (non-renewable resources),

(3) jasa-jasa

lingkungan

(environmental services).
Ekosistern pesisir pada prinsipnya rnernpunyai 4 fungsi pokok bagi
kehidupan rnanusia yaitu sebagai penyedia sumberdaya alarn, penerima lirnbah,
penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, dan penyedia jasa-jasa kenyarnanan.
Sebagai suatu ekosistem, wilayah pesisir dan laut rnenyediakan surnberdaya
alarn yang produktif baik yang dapat dikonsumsi langsung rnaupun tidak
langsung, seperti surnberdaya alarn hayati yang dapat pulih, diantaranya
surnberdaya perikanan, mangrove, terurnbu karang dan rurnput laut; dan
surnberdaya alarn nirhayati yang tidak dapat pulih, diantaranya surnberdaya
mineral, rninyak burni, dan gas alarn. Sebagai penyedia sumberdaya alarn yang
produktif, pernanfaatan surnberdaya wilayah pesisir dan laut yang dapat pulih
harus dilakukan dengan tepat agar tidak melebihi kemarnpuannya untuk
rnernulihkan diri pada periode waktu tertentu.

Dernikianpula diperlukan

kecermatan pemanfaatan surnberdaya wilayah pesisir dan laut yang tidak dapat
pulih, sehingga efeknya tidak rnerusak lingkungan. Bengen (2000) menyebutkan
sebagai ternpat penarnpung lirnbah yang dihasilkan dari kegiatan rnanusia,
ekosistern ini rnemiliki kernarnpuan terbatas, yang sangat tergantung pada
volume dan jenis limbah yang rnasuk. Apabila lirnbah yang rnasuk rnelebihi
kernarnpuan asirnilasi wilayah pesisir dan laut, rnaka kerusakan ekosistem dalarn
bentuk pencemaran akan te rjadi.

2.3

Potensi Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Secara urnurn, sumberdaya alarn yang terdapat dikawasan pesisir dan

lautan serta pulau-pulau kecil di Nanggroe Aceh Darussalarn terdiri atas
surnberdaya dapat pulih (renewable resources) dan surnberdaya tidak dapat
pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan
(environmental services). Surnberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan,

udang, rurnput laut, terrnasuk berbagai kegiatan budidaya pantai dan budidaya
laut (manculture). Surnberdaya tidak dapat pulih rneliputi mineral, bahan
tarnbanglgalian, minyak burni, dan gas. Sedangkan yang terrnasuk jasa-jasa
lingkungan pesisir dan lautan adalah pariwisata dan perhubungan laut (Dahuri
2000).
Suatu surnberdaya baru dapat dikatakan sebagai surnberdaya apabila
tersedia teknologi untuk rnernanfaatkannya dan adanya perrnintaan terhadap
surnberdaya tersebut. Pernanfaatan suatu surnberdaya yang tidak bijaksana
akan dapat rnenirnbulkan kerusakan atau terkurasnya suatu surnberdaya.
Kernarnpuan produksi suatu surnberdaya akan rnengalarni proses diminishing
return yang berakibat pada rnenurunnya standar hidup rnasyarakat. Dalarn
jangka panjang proses penurunan produksi dan penurunan standar hidup akan
berada pada posisi steady state (Fauzi 2004).
Ketersediaan surnberdaya pesisir dan lautan serta potensi surnberdaya
pulau-pulau kecil Nanggroe Aceh Darussalam selarna ini belurn tergarap secara
optimal. Sejalan dengan pernberlakuan UU No. 3212000 dan UU No. 2511999,
tentang Otonomi Daerah, rnernbuka peluang yang besar kepada pernerintah
daerah untuk mendulang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat besar dari
pernanfaatan potensi pesisir dan lautan (WALHI Aceh 2002).
Pengukuran suatu surnberdaya didasarkan pada jenis surnberdaya
terperbaharui dan jenis surnberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Fauzi (2004)
rnenyebutkan pengukuran terhadap surnberdaya terperbaharui berdasarkan:
1

Surnberdaya hipotikal; konsep pengukuran deposit surnberdaya yang belurn
diketahui namun diharapkan ditemukan pada rnasa rnendatang berdasarkan
survei yang dilakukan pada saat ini.

2

Surnberdaya spekulatif; konsep yang digunakan untuk rnengukur deposit
yang rnungkin diternukan pada daerah yang belurn dieksplorasi, dirnana
kondisi geologi rnernungkinkan diternukan deposit.

3

Cadangan kondisional; deposit yang sudah diketahui narnun dengan kondisi
harga dan output pada saat ini belurn mernungkinkan secara ekonorni.

4

Cadangan terbukti; surnberdaya alarn yang telah diketahui dan secara
ekonornis dapat dirnanfaatkan pada saat ini.
Fauzi (2004) rnenjelaskan lebih lanjut bahwa surnberdaya yang dapat

terperbaharui rnenggunakan pengukuran berbeda yang didasarkan kepada:

1 Potensi rnaksirnurn sumberdaya; pengukuran dengan rnernpertirnbangkan
kernampuan biofisik alam untuk rnenghasilkan produksi secara berkelanjutan
dalam jangka waktu tertentu tanpa rnernpertimbangkan kendala sosial
ekonorni yang ada.
2

Kapasitas lestari; pengukuran didasarkan pada kernarnpuan surnberdaya
untuk dapat rnernpertahankan kelestariannya untuk generasi berikutnya.
Pernanfaatannya didasarkan pada potensi lestari surnberdaya tersebut.

3

Kapasitas penyerapan; didasarkan pada kernarnpuan surnberdaya untuk
dapat memulihkan diri akibat pernanfaatan oleh rnanusia. Pernanfaatan tidak
boleh melebihi kapasitas asirnilasi surnberdaya tersebut yang bervariasi
untuk berbagai sumberdaya dan kondisi lingkungan.

4

Daya dukung; didasarkan pada pernikiran bahwa lingkungan memiliki
ambang batas untuk dapat rnendukung pertumbuhan suatu organisme.

2.4

Tsunami
Secara alarniah posisi geografis lndonesia berada pada kawasan yang

rawan bencana tsunami. Sejak tahun 1961 lndonesia telah rnengalarni
setidaknya 20 kali bencana tsunami. Kawasan lndonesia merupakan daerah
perternuan tiga lernpeng benua yaitu Lempeng Eurasia, Sarnudra Pasifik, dan
Indo-Australia (Diposaptono & Budirnan 2005).
Secara geografis kawasan kepulauan Pulo Aceh berada dalarn kawasan
rawan tsunami di lndonesia. Kepulauan Pulo Aceh berada dalarn zona A
seisrnotektonik di lndonesia yang rneliputi busur sunda bagian barat yang terletak
dibagian barat laut selat sunda. Tsunami terjadi oleh adanya gernpa yang
berpusat di dasar laut dengan kekuatan minimal 6,spada skala richter. Gernpa
dalarn skala besar dan berada pada kedalarnan yang relatif dangkal(60 krn dari
permukaan laut) menyebabkan pergerakan seluruh kolorn air dari perrnukaan
sarnpai dasar laut dan bergerak rnenuju daratan dengan sangat cepat.
Pergerakan air yang sangat cepat dan kuat akan menyapu seluruh daratan yang
terjangkau oleh air (Munir 2003).
Penyebab gernpa setidaknya ada tiga faktor:
1 Vulkanik, gempa yang disebabkan oleh adanya aktivitas gunung berapi baik

di daratan maupun yang berada didalarn lautan.
2

Tektonik, gernpa yang terjadi akibat adanya pergeseran, pergerakan dan
turnbukan lernpeng burni. Aktivitas tektonik dapat rnenyebabkan patahan
kerak bumi.

3

Ulah manusia, berbagai aktivitas manusia yang menimbulkan getaran dan
kerusakan terhadap kulit bumi seperti percobaan nuklir bawah tanah dan
longsoran rongga tanah akibah kegiatan penambangan.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami sangat bergantung pada

kekuatan tsunami itu sendiri dan kondisi biofisik lingkungan lingkungan pesisir.
Kawasan pesisir yang merupakan benteng utama peredam energi tsunami
sangat mempengaruhi tingkat kerusakan. Kondisi pesisir yang masih rapat oleh
tumbuhan terutarna hutan mangrove akan mampu meredarn energi tsunami yang
dihernpaskan kedaratan. Pengelolaan kawasan rawan tsunami menjadi ha1
penting untuk rnengurangi dampak yang ditimbulkan. Mengingat saat ini belum
ada teknologi yang mampu memprediksi waktu terjadinya tsumani secara cepat
dan tepat, rnaka sangat dibutuhkan perencanaan pembangunan yang ramah
lingkungan. Pengelolaan kawasan pesisir secara alami seperti pelestarian hutan
mangrove dan terumbu karang secara teoritis akan dapat mengurangi energi
hempasan tsunami (Diposaptono & Budiman 2005)..
Sebagai kawasan yang rawan tsunami, hidup antisipatif terhadap tsunami
dalam

pengelolaan

dan pengembangan

kawasan dapat

meminimalkan

kerusakan yang ditimbulkan. Penzonasian daerah rawan tsunami skala lokal dan
struktur bangunan yang tahan terhadap gernpa dan aliran air akibat tsunami akan
dapat rnernperkecil kerusakan akibat bencana yang tejadi.

2.5

Pengelolaan Sumberdaya Alam d a n Tsunami
Kawasan kepulauan Pulo Aceh dengan potensi sumberdaya alam yang

belum tergarap secara optimal menyediakan kesempatan usaha bagi berbagai
stakeholder untuk pemanfaatannya. Keberadaan kawasan tersebut pada daerah
yang

rawan

bencana

tsunami

rnengharuskan

diterapkannya

prinsip

pembangunan secara terpadu melalui pendekatan manajemen krisis dan
manajemen resiko. Diposaptono dan Budirnan (2005) menyebutkan pendekatan
secara terpadu (rnanajemen resiko dan manajemen krisis) pada hakikatnya
adalah menangani bencana dari sebelum, saat, hingga sesudah terjadinya
bencana.
Perlindungan terhadap sumberdaya alam dan manusia dilakukan melalui
pendekatan fisik dan nonfisik. Pendekatan secara fisik dilakukan melalui upaya
teknis baik alarni rnaupun buatan. Melalui upaya fisik secara alami dapat berupa
kegiatan pemeliharaan hutan pantai. Pantai dengan topografi landai berpasir
dapat dilakukan penanaman cemara. laut. Tanaman mangrove dipelihara pada

kawasan yang berlurnpur dan senantiasa dipengaruhi oleh pasang surut.
Vegetasi hutan pantai ini selain berfungsi rnelindungi pantai dari hernpasan angin
dan badai juga berguna bagi penyerapan dan perneliharaan air tanah,
keanekaragarnan hayati, dan keseirnbangan ekosistern. Vegetasi hutan yang
rapat dan subur rnernberikan keuntungan tarnbahan bagi rnasyarakat seternpat
terutarna sektor perikanan. Sistern perakaran mangrove yang kokoh dan rapat
rnernberikan ternpat berlindung bagi ikan untuk rnernijah (Diposaptono &
Budirnan 2005).
Kawasan Hutan pantai yang rapat sangat berguna pada saat bencana
tsunami rnenerjang. Hutan pantai menjadi benteng utarna yang berfungsi
meredam energi tsunami yang dihernpaskan kedaratan. Sirnulasi yang dilakukan
oleh peneliti tsunami asal Jepang terhadap efektifitas hutan pantai dalarn
rneredarn tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan pantai dengan
ketebalan 200 rn, kerapatan pohon 30 batang perseratus meter persegi, dan
diameter batang 15 crn dapat rneredarn lebih dari 50% energi gelornbang
tsunami dengan ketinggian 3 meter (Tabel

1).

Tabel 1 Efektivitas hutan pantai dalarn rneredarn tsunami
Tinggi Tsunami (m)
Hutan Pantai (Shuto, 1985)
Jarak run-up

Lebar hutan

Tinggi genangan

Lebar hutan

1

2

3

Mitigasi kerusakan,
rnenghentikan benda yang
hanyut, rneredarn tsunami

50 rn
100 rn
200 rn
400 m
50 m
100 rn

0,98
0,83
0.79
0;78
0,98
0,83

400 m
50 m
100 rn
200 m
400m
50 rn
100 m
200 m
400 m

0.78
0,71
0.57
0,56
0,53
0,33
0.01
-

0,86
0,80
0.71
0165
0,86
0,80

0165
Arus
Lebar hutan
0.58
0,47
0,39
0,31
Gaya hidrolis
Lebar hutan
0,48
0,32
0.13
0:02
Surnber: Harada-lmamura diacu dalarn Diposaptono & Budirnan 2005

0,81
0,71
0.64
0,57
0,81
0,71
0,57
0.54
0,44
0,34
0,24
0,39
0,17
0.08
0,Ol

Tabel 1 rnenunjukkan bahwa hutan pantai rnarnpu rneredarn energi
gelornbang yang ditimbulkan oleh tsunami. Semakin tebal hutan pantai rnaka
sernakin besar energi tsunami yang diredarn. Narnun dernikian, penelitian yang

dilakukan Shuto diacu dalarn Diposaptono dan Budirnan (2005) rnenyebutkan
bahwa hutan pantai tidak lagi efektif untuk meredarn energi tsunami dengan
ketinggian lebih dari 8 meter.
Selain perlindungan secara alami dengan pemeliharaan hutan pantai, dapat
pula

dilakukan

perlindungan dengan

pengelolaan fisik

secara

buatan.

Perlindungan dapat dilakukan dengan membangun pemecah ombak (break
wafer) dan tembok laut (sea wall) sejajar pantai, rnemperkuat desain bangunan,
rnenanam hutan buatan dari beton, serta pernbangunan infrastruktur lainnya
(Diposaptono & Budirnan 2005). Perlindungan secara fisik buatan rnembutuhkan
biaya yang besar terutarna jika ditinjau dari penernpatannya pada sebuah pulau
kecil yang saat ini merupakan daerah yang masih belurn berkembang.
Penge!olaan fisik buatan yang sangat rnungkin dilakukan adalah dengan
penguatan bangunan terutarna perumahan dengan model rurnah tradisonal Aceh
yang terbuat dari kayu pilihan dan berupa rurnah panggung. Rumah tradisiona!
yang terbuat dari kayu terbukti mampu bertahan terhadap goyangan gernpa
karena sifat fleksibilitasnya terhadap goyangan. Kontruksi rumah yang berupa
panggung mampu melewatkan air pada saat tsunami rnenerjang kawasan
pemukirnan.
Upaya nonfisik dalarn pengelolaan sumberdaya alarn terhadap bahaya
tsunami dilakukan dengan rnengatur kegiatan pernanfaatan kawasan. Kawasan
dengan skala kerawanan tsunami tinggi diupayakan sedapat mungkin dihindari
untuk kegiatan pernbangunan. Kawasan rawan bencana tsunami ditetapkan
dengan pernbuatan peta rawan tsunami dalam skala lokal. Dengan adanya peta
rawan tsunami dapat dipisahkan kegiatan-kegiatan yang bersinergis dan tidak
sinergis dalam suatu kawasan. Upaya nonfisik lainnya dilakukan dengan
kegiatan penyuluhan rnasyarakat terhadap sifat-sifat dan bahaya yang
ditimbulkan oleh tsunami.
Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan rnanusia terhadap bencana
hanya dapat dilakukan rnelalui perencanaan dan pengelolaan kawasan secara
terpadu. Diposaptono dan Budiman (2005) menyebutkan bahwa pengelolaan
wilayah pesisir terpadu setidaknya memiliki 3 tujuan utarna, yaitu:
1 Melindungi integritas ekologi dari ekosistern pesisir

2

Mencegah kelebihan material yang sifatnya merusak dan mencegah
hilangnya surnberdaya akibat bencana alam

3

Mernbantu rnenentukan kelayakan kegiatan pembangunan dan pernanfaatan
wilayah dan surnberdaya pesisir dan laut bagi kepentingan rnanusia.
Pencapaian tujuan utarna pengelolaan secara terpadu tersebut hanya

dapat terjadi jika keterpaduan pernbangunan secara vertikal dan horizontal
dilakukan secara sinergis. Pulau-pulau kecil sebagai suatu kawasan yang relatif
kecil sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Kerusakan terhadap satu
ekosistern akan rnernberikan pengaruh yang cukup besar bagi ekosistem yang
lainnya. Aktivitas rnanusia yang tidak rarnah lingkungan akan rnernberikan
pengaruh negatif terhadap lingkungan dan masyarakat seternpat. Pernbangunan
sekecil apapun pada dasamya akan mernberikan pengaruh terhadap lingkungan.
Kesesuaian kegiatan pada suatu kawasan harus rnenjadi kajian utarna salarn
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Kegiatan yang rnernberikan nilai
tarnbah dan sejalan dengan fungsi ekosistern perlu rnendapat rangsangan dan
rnernperoleh berbagai kernudahan oleh pernerintah dalarn pengumsan dan
pelaksanaannya, sedangkan terhadap kegiatan yang rnemberikan tekanan
lingkungan bagi keberadaan ekosistem perlu rnendapat pengawasan yang ketat
dalarn pelaksanaannya. Melalui keterpaduan pelaksanaan pernbangunan dan
pengawasan yang ketat akan rnernberikan darnpak positif bagi lingkungan,
stakeholder, dan rnasyarakat seternpat secara langsung dan untuk jangka
panjang.
2.6

Pengembangan Sektor Unggulan
Perurnusan visi dan misi spesifik, unik, tepat, dan akurat akan rnendorong

suatu wilayah rneraih keunggulan daya saing yang berkelanjutan (sustainable
competitive advantage), perturnbuhan wilayah, serta rneningkatkan nilai tarnbah
(value added) rnelalui pengembangan produk-produk unggulan (Djajadiningrat &
Melia 2004). Kecarnatan Pulo Aceh yang berada diantara perternuan Selat
Malaka dan Sarnudera Hindia serta berada pada jalur pelayaran internasional
rnernpunyai berbagai keunggulan kornpetitif.
Sejalan dengan rencana pengernbangan Pulo Aceh serta berpedornan
kepada Rencana lnduk Pengernbangan Sektor Unggulan KAPET Sabang, rnaka
prioritas pengernbangan Pulo Aceh adalah berdasarkan potensi keunggulan
yang dirniliki oleh Pulo Aceh seperti pariwisata, perikanan, perdagangan, dan
jasa.

2.6.1 Sektor Pariwisata
Pariwisata
berhubungan

rnerupakan

segala

dengan wisatawan

kegiatan

(Sukadijo,

dalarn
1997).

rnasyarakat
Kegiatan

yang

pariwisata

berhubungan dengan berbagai sektor yang bertujuan untuk rnenjual suatu
potensi wilayah dengan segala upaya untuk rnendatangkan orang-orang untuk
berkunjung ke wilayah tersebut. Suatu kegiatan pariwisata dapat dikatakan
berhasil apabila telah mampu rnendatangkan wisatawan sebanyak mungkin
untuk rnengunjungi potensi yang dikernbangkan tersebut. Yang dimaksud
dengan wisatawan adalah orang yang rnengadakan perjalanan dari ternpat
kediarnannya tanpa rnenetap diternpat yang didatanginya atau hanya sernentara
waktu rnenetap diternpat yang didatanginya.
Pada urnurnnya pulau kecil rnerniliki panorama alarn dan lingkungan yang
indah, disamping itu kebudayaan rnasyarakat suatu pulau kecil bersifat unik dan
khas. Kondisi alarn dan budaya rnerupakan karakteristik khas pulau kecil.
Sukadijo (1997) rnenyebutkan bahwa suatu daerah atau ternpat hanya dapat
dijadikan rnenjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada
yang dapat dikernbangkan rnenjadi atraksi wisata. Modal atraksi wisata yang
dapat rnenarik kedatangan wisatawan itu ada 3 (tiga), yaitu:
1 alarn
2

budaya

3

rnanusia
Dari segi ekonorni, kunjungan wisatawan pada suatu daerah rnernberikan

darnpak positif terhadap masyarakat disekitarnya dan bagi pandapatan daerah.
Objek wisata yang rnenjadi daya tank bagi wisatawan rnerupakan surnber
parnasukan bagi penduduk sekitar. Pengeluaran yang dibelanjakan oleh
wisatawan secara langsung rnernberikan rnanfaat bagi penduduk setempat dari
berbagai' sektor baik perdagangan rnaupun transportasi dan jasa. Kegiatan
ekowisata yang rnenjual keindahan alarn seperti panorama pulau kecil dapat
dirnanfaatkan sebagai upaya untuk rnenjaga keiridahan alarn dari kerusakan
akibat carnpur tangan manusia. Pariwisata yang berorientasi ekologi sangat
rnendukung kegiatan konservasi dan dapat dilakukan secara bersamaan dan
saling rnenguntungkan.
Mclntosh diacu dalarn Sukaduo (1997) rnengklasifikasikan motif wisata
rnanjadi ernpat kelompok:

1

Motif fisik, berhubungan dengan kegiatan badaniah seperti olahraga,
istirahat, kesehatan, dan sebagainya.
Motif budaya, wisatawan bertujuan untuk rnenikrnati atraksi budaya baik

2

alam rnaupun rnanusia. Wisatawan dapat juga bertujuan untuk rnernpelajari
atau rnernaharni tatacara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain.
3

Motif interpersonal,

berhubungan dengan keinginan untuk berternu

keluarga, ternan, tetangga, atau berkenalan dengan orang-orang tertentu.
4

Motif status atau motif prestise, kunjungan kesuatu daerah atau kawasan
dianggap

dapat

rnernberikan prestise

bagi

orang

yang

pernah

dikunjunginya terutarna wisata ke daerah yang jauh, rnahal, dan juga keluar
negeri.
Motif-motif wisata yang diklasifikasikan oleh Mclntosh serta subklasifikasisubklasifikasi yang dikernbangkan berdasarkan potensi suatu wilayah dapat
dirnanfaatkan untuk rneningkatkan pandapatan daerah dengan tetap rnenjaga
budaya dan keindahan alarn suatu daerah. Kegiatan pariwisata dapat rnendorong
perturnbuhan ekonorni pada daerah nonindustri terutarna pariwisata alarn.
Pengernbangan kegiatan pariwisata diharapkan dapat rnenjaga lingkungan
agar tidak rnenjadi rusak akibat pemanfaatan oleh rnanusia. Pernbukaan suatu
kawasan wisata dilakukan dengan rnempertirnbangkan potensi surnberdaya dan
kesesuaian lahan untuk peruntukannya. Kesesuaian lahan untuk wisata dihitung
berdasarkan parameter

utarna jenis

wisata yang akan dikernbangkan.

Kesesuaian lahan wisata bahari katagori wisata selam rnernpertirnbangkan 6
parameter utama. Kesesuaian wisata pantai untuk katagori rekreasi ditentukan
dengan rnernpertimbangkan 10 parameter

utarna

berdasarkan

kondisi

surnberdaya.
2.6.2 Sektor Perikanan
Ketersediaan surnberdaya perikanan sangat berkaitan erat dengan kondisi
pesisir suatu wilayah. Kerusakan wilayah pesisir sebagai ternpat rnernijah dan
ternpat berlindung ikan-ikan kecil akan berakibat pada rnenurunnya produksi ikan
secara keseluruhan. Surnberdaya perikanan yang rnerniliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah surnberdaya perikanan laut