Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan Untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan

(1)

MOTIVASI MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN ACEH SELATAN UNTUK

MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE TINGKAT

SARJANA KEPERAWATAN

SKRIPSI

Oleh

Marziati

081121047

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


(2)

Judul : Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan Untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan

Peneliti : Marziati Fakultas : Keperawatan Tahun akademik : 2009

_________________________________________________________________ Tanggal lulusan :

Pembimbing Penguji II

--- ---

( Rika Endah.N, S.Kp, M.Pd ) ( Jenny M. Purba, S.Kp, MNS ) NIP. 19760120 200012 2 001 NIP. 19740108 200003 2 001

Penguji III

--- ( Salbiah, S.Kp, M.Kep )

NIP. 19751013 200112 2 002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Desember 2009 Pembantu Dekan I

--- ( Erniyati, S.Kp, MNS ) NIP. 19671208 199903 2 001


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim,

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan Untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan” sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan kesulitan, namun berkat hidayah Allah dan bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III.

3. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep dan Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS selaku penguji pada sidang Proposal dan Skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.


(4)

5. Ibu Anna Kasfi, S.Kep, Ns selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan.

6. Suami tercinta Hendrianto yang selalu berdoa dan memberiku dorongan baik moril maupun materil, anak-anakku Syakir dan Syakira yang selalu memberi motivasi dan menanti setiap kepulanganku dari kuliah.

7. Ayahanda M. Nazir dan Ibunda Dahniar yang selalu berdoa dan memberi motivasi selama mengikuti pendidikan ini.

8. Teman-teman Fakultas Keperawatan khususnya Program Ekstensi tahun 2008 yang telah banyak memberikan masukan, berbagi ilmu, mendukungku selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, dari itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Desember 2009


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 5

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep Motivasi ... 7

2.1.1. Defenisi motivasi ... 7

2.1.2. Teori-teori Motivasi ... 9

2.1.3. Fungsi Motivasi ... 12

2.1.4. Jenis Motivasi ... 13

2.2. Pendidikan Keperawatan ... 16

2.2.1. Kebijaksanaan ... 16

2.2.2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan ... 17

2.2.3. Jenjang pendidikan Keperawatan ... 19

BAB.3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 22

3.2. Defenisi Konseptual ... 23

3.3. Defenisi Operasional ... 23

BAB.4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 25


(6)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4. Pertimbangan Etik ... 26

4.5. Instrumen Peneltian ... 27

4.6. Uji Validitas dan Realibilitas ... 28

4.7. Pengumpulan Data ... 30

4.8. Analisa Data ... 30

BAB. 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 32

5.1.1. Karaktristik Responden ... 32

5.1.2. Motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. ... 33

5.2. Pembahan ... 35

BAB. 6 KESIMPULAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 42

6.2.Saran ... 42

6.2.1. Untuk Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan ... 42

6.2.2. Untuk Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan ... 43

6.2.2. Untuk Penelitian Selanjutnya ... 43 DAFTAR PUSTAKA


(7)

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Penelitian

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

4. Surat Izin Penelitian dari Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan.

5. Surat Uji Validitas. 6. Hasil Uji Validitas 7. Hasil Uji Reliabilitas.

8. Hasil Tabulasi Data Hasil Penelitian. 9. Jadwal Penelitian.

10.Anggaran Biaya. 11.Curriculum Vitae.


(8)

DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Tabel 5.1 Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6.

Definisi Operasional Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan …...

Tendensi sentral karakteristik usia mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87) ...

Distribusi dan frekuensi jenis kelamin mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87) ... Distribusi Frekuensi dan Persentase motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke tingkat sarjana Keperawatan (n = 87) ... Distribusi frekuensi motivasi intrinsik dan ekstrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87) ...

Distribusi frekuensi sub variabel motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat

sarjana keperawatan (n =. 87) ... Distribusi frekuensi sub variabel motivasi ekstrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87) ...

23 33 33 34 34 35 36


(9)

Judul : Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke

Tingkat Sarjana Keperawatan Peneliti : Marziati

Fakultas : Keperawatan Tahun akademik : 2009

ABSTRAK

Motivasi merupakan sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Motivasi juga diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan. Selama proses meningkatkan pendidikan keperawatan salah satu diperlukan adalah motivasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Penelitian ini dilakukan di Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan, selama bulan November 2009 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan mayoritas tinggi (73,7 %) dan hanya (37,3 %) yang memiliki motivasi rendah. Dilihat dari jenis motivasi, persentase motivasi intrinsik lebih tinggi (89,7 %), bila dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik yang tinggi (75,3 %).


(10)

Judul : Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke

Tingkat Sarjana Keperawatan Peneliti : Marziati

Fakultas : Keperawatan Tahun akademik : 2009

ABSTRAK

Motivasi merupakan sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Motivasi juga diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan. Selama proses meningkatkan pendidikan keperawatan salah satu diperlukan adalah motivasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Penelitian ini dilakukan di Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan, selama bulan November 2009 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan mayoritas tinggi (73,7 %) dan hanya (37,3 %) yang memiliki motivasi rendah. Dilihat dari jenis motivasi, persentase motivasi intrinsik lebih tinggi (89,7 %), bila dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik yang tinggi (75,3 %).


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan akan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan serta meningkatnya kompleksitas masalah kesehatan masyarakat. Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat ini, khususnya dalam bidang keperawatan harus melakukan perubahan dalam berbagai aspek termasuk pendidikan keperawatan (Kusnanto, 2003). Sejalan dengan itu Gartiah (2008) menyatakan bahwa dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat salah satu langklah konkrit yang harus dilakukan adalah pengelolaan sistem pendidikan keperawatan.

Pendidikan keperawatan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan karena melalui pendidikan perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi sehingga dapat menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas (Murwani, 2008). Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan dan mampu melaksanakan keperawatan secara profesional kepada masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan dalam lokakarya nasional tahun 1983 bahwa pendidikan keperawatan telah mulai dibenahi dengan sistem pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi.


(12)

Pengembangan sistem pendidikan tinggi sangat berperan dalam pengembangan pendidikan keperawatan secara profesional, teknologi keperawatan serta pembinaan keprofesian karena pendidikan keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan (Alimul, 2002). Pengembangan dan pembinaan ketrampilan profesional melalui pengaturan dan pengadaan sistem pendidikan berkelanjutan (Husain, 1999). Pada saat ini berbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesioal memang sedang dilakukan dengan mengkonvensikan pendidikan SPK ke jenjang pendidikan akademi keperawatan (D III keperawatan) dan dari lulusan akademi keperawatan diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke D IV keperawatan atau SI Keperawatan (Nursalam, 2002).

Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus memiliki landasan akademik yang kuat dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, mampu mengembangkan ketrampilan dasar dan kemampuan sebagai sarjana keperawatan (Nursalam, 2002). Untuk menghasilkan seorang perawat profesional harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademi dan tahap pendidikan profesi (Nurhidayah, 2009). Perawat yang hanya tamatan dari akademi keperawatan hanya memiliki kompetensi sebagai perawat vokasional dan hanya perawat yang tamatan pendidikan serjana keperawatan memiliki kompetensi perawat profesional. Dengan perubahan tuntutan ini maka perawat dengan lulusan akademi keperawatan diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan yang akan merubah perawat yang bersifat vokasional menjadi perawat profesional.


(13)

Kenyataannya di Indonesia sebagian besar tingkat pendidikan keperawatan masih rendah. Perawat yang bertugas di puskesmas dan rumah sakit sebagian besar masih lulusan SPK dan akademi keperawatan, hanya beberapa orang yang memiliki tingkat pendidikan sarjana keperawatan. Dari kenyataan ini, maka pendidikan keperawatan sangat perlu ditingkatkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menghadapi pandangan bahwa perawat adalah mitra dokter dan bukan pembantu dokter maka sangat diperlukan perawat yang mempunyai tingkat pendidikan dan pengetahuan yang sejajar dengan dokter. Dimana seorang dokter pendidikannya paling rendah adalah tingkat sarjana, sedangkan perawat yang hanya lulusan SPK dan akademi keperawatan, hal ini belum tepat. Maka dari itu untuk menyeimbangi hal ini, sangat diperlukan peningkatan pendidikan keperawatan bagi tenaga perawat yang bersama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Selama proses meningkatkan pendidikan keperawatan salah satu diperlukan adalah motivasi. Pengertian motivasi menurut Purwanto (1998) dalam Nursalam, (2000) merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang dimiliki seorang mahasiswa tersebut akan memberikan dorongan tersendiri untuk melanjutkan pendidikan keperawatan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sejalan dengan itu Muba (2009) juga menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu


(14)

sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan.

Diharapkan dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa baik berasal dari diri individu mahasiswa maupun yang berasal dari luar individu mahasiswa tersebut akan memberikan dorongan dan kekuatan tersendiri bagi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan, dengan harapan akan menjadi perawat yang mempunyai kompetensi sebagai perawat profesional yang mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan standar keperawatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Data pendahuluan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan bagian akademik dan beberapa orang mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan, didapatkan kurangnya jumlah mahasiswa yang melanjutkan pendidikan ketingkat sarjana keperawatan. Akademi Keperawatan ini telah meluluskan mahasiswa sejak tahun 2004. Mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Aceh Selatan yang melanjutkan pendidikakan ke tingkat sarjana keperawatan pada tahun 2004 sebanyak 3 orang dari 60 jumlah lulusan, tahun 2005 sebanyak 2 orang dari 80 jumlah lulusan, tahun 2006 sebanyak 3 orang dari 80 lulusan, tahun 2007 sebanyak 1 orang dari 80 jumlah lulusan, dan tahun 2008 sebanyak 1 orang dari 80 jumlah lulusan. Hal ini jelaslah bahwa kurangnya jumlah mahasiswa Akademi Keperawatan


(15)

Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan yang telah melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.2 Tujuan Penelitian: 1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1.Untuk mengidentifikasi motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.2.2.2.Untuk mengidentifikasi motivasi ekstrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.


(16)

1.3.2 Bagaimana motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.3.3 Bagaimana motivasi ekstrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.4 Mamfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah :

1.4.1 Pendidikan Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang menjadi pertimbangan untuk pendidikan dalam meningkatkan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

1.4.2. Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan Semoga penelitian ini menjadi masukan bagi mahasiswa bagaimana motivasi yang ada dan meningkatkan motivasi tersebut.

1.4.3. Peneliti yang akan datang

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data dan informasi pengembangan penelitian berikutnya.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Motivasi 2.1.1 Definisi motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan yang akan terpenuhi (Setiawati, 2008). Motivasi menurut Mc.Donald (Nursalam, 2008) adalah perubahan energi dalam diri seseorang berupa tindakan dalam pencapaian tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga individu mau melakukan tindakan dalam pencapaian tujuan.

Stoner dan Freeman (Nursalam, 2008) mengatakan motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Sedangkan Michel J. Jucius (Achmad, 2007) menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Namun menurut Dadi Permadi (Achmad, 2007) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (Nursalam, 2008), motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan. Motivasi juga merupakan apa saja yang


(18)

diperbuat manusia, baik yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.

Berdasarkan deskripsi di atas, motivasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Lebih lanjut memotivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Nursalam, 2008). Stans ford (Nursalam 2008), menyatakan bahwa ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang baik foisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthans, 1998).

Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsudin Makmur (Sudrajat, 2008), mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya: durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi pada kegiatan, ketabahan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi prestasi dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.


(19)

2.2 Teori-teori motivasi

Landy dan Becker (Nursalam, 2008), mengelompokan teori motivasi dalam teori dan praktik menjadi lima katagori, yaitu: teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan dan teori penetapan sasaran. Sedangkan sudrajat (2008), mengemukakan beberapa teori motivasi, antara lain: teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan), teori Mc Clelland (teori kebutuhan berprestasi), teori Clyton Alderfer (teori ERG), teori Herzberg (Teori dua faktor), teori keadilan, teori penetapan tujuan, teori Victor H. Room (teori harapan), teori penguatan dan modifikasi prilaku, serta teori kaitan imbalan dengan prestasi. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa teori motivasi.

1. Teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan)

Teori kebutuhan menurut Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu: kebutuhan fisiologikal, seperti rasa lapar, haus, istirahat dan seks; kebutuhan rasa aman, tidak hanya dalam arti fisik semata tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan kasih sayang; kebutuhan akan harga diri, yang umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan aktuailsasi diri, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kenyataan yang nyata (Sudrajat, 2008).

Sedangkan Nursalam (2008), mengatakan bahwa teori kebutuhan memfokuskan pada kebutuhan orang untuk hidup berkecukupan. Dalam praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan bagian pengkaryaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut teori kebutuhan, seseorang


(20)

mempunyai motivasi kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.

2. Teori Mc Clelland (Teori kebutuhan berprestasi)

Menurut Sudrajat (2008), meyatakan bahwa dalam teori ini motivasi seseorang berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang untuk berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi tersebut merupakan keinginan melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit.

Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan tentang bagaimana cara mereka bertingkah laku. Harapan orang mengenai tingkat keberhasilan mereka dalam melaksanakan tugas yang sulit akan berpengaruh pada tingkah laku. Tingkah laku seseorang sampai tingkat tertentu akan tergantung pada tipe hasil yang diharapkan (Nursalam, 2008).

3. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)

Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Teori Alderfer menyatakan bahwa makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya, kuatnya keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih tinngi semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah duipuaskan. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar (Sudrajat, 2008).


(21)

4. Teori Herzberg (Teori dua faktor)

Teori ini dikenal dengan teori dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan prilaku seseorang dalam kehidupannya (Sudrajat, 2008).

5. Teori keadilan;

Menurut Nursalam (2008), teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekaryaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan diharapkan.

6. Teori penetapan tujuan

Edwin Locke (Sudrajat, 2008), mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yaitu tujuan-tujuan mengarahkan perhatian, tujuan-tujuan mengatur upaya, tujuan-tujuan meningjatkan persistensi, tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.


(22)

7. Teori Victor H. Room (teori harapan)

Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku (Nursalam, 2008).

8. Teori penguatan

Ahli psikologi Skinner (Nursalam: 2008), menjelaskan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi tindakan dimasa depan dalam proses belajar silkis. Dalam pandangan ini, tingkah laku sekarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan atau respon konsekuensi. Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respon pada rangsangan pada pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu.

2.3Fungsi motivasi

Setiawati (2008), menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu: 1. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat.

Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.

2. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan


(23)

3. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.

4. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.

2.4 Jenis motivasi

Motivasi terdiri atas motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik dan motivasi terdesak. Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri individu. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang datangnya dari luar diri individu. Sedangkan motivasi terdesak merupakan motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan muncul serentak dan cepat sekali (Nursalam, 2008).

Sedangkan Achmad (2006), mengklasifikasikan motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)


(24)

Muba (2009), menjelaskan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan..

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Motivasi yang berasal dari dalam diri yaitu yang didorong oleh faktor kepuasan dan ingin tahu .Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.yang kemudian disebut juga dengan motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar yaitu perangsang ataupun stimulus dari luar (sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta bentuk-bentuk penghargaan lainnya) adalah motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar (Muba, 2009).

Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat


(25)

dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik (Muba, 2009).

Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar pembentukannya terdiri atas:

1. Motivasi bawaan

Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk terhindar dari penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai konsekuensi logis manusia.

2. Motivasi yang dipelajari

Motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.

3. Motivasi kognitif

Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik.

4. Motivasi ekpresi diri

Motivasi individu dalam melakukan aktiftas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan tersebut. 5. Motivasi aktualisasi diri

Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membuktikan bahwa dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca.


(26)

Tulisannya menjadi sumber inspirasi bahkan jutaan orang, bahwa motivasi menulis bukan semata memuaskan hobi saja melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.

2.2Pendidikan keperawatan 2.2.1 Kebijaksanaan

Keperawatan sebagai profesi telah disepakati berdasarkan lokakarya nasional pada tahun 1983 (Nurhidayah, 2009). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dan peraturan pemertintah no. 32 tahun 1996 yang telah menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu profesi.

Keperawatan sebagai profesi tidak lepas dari pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan diselenggarakan berdasarkan kebutuhan pelayanan keperawatan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992 khususnya pasal 32 ayat 3 dan 4 yang menyebutkan bahwa pengobatan atau perawatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan dan hanya dapat dilakukan oleh tenanga yang mempunyai keahlian dan kewengangan untuk itu (Nursalam, 2008).

Menurut Peraturan Pemerintah no.30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi manyatakan bahwa tuntutan pendidikan adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademi dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan serta menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kusnanto, 2004).


(27)

Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan prilaku pada diri seseorang, intinya didalam pendidikan keperawatan membutuhkanproses belajar yang dapat merubah prilaku dalam dunia pendidikan keperawatan. Hakekat pendidikan keperawatan sebagai pendidikan akademis dan pendidikan profesi, maka prosehingga diharapkan mencerminkan pada tatanan dan nilai-nilai kesehariannya dan terjadi perubahan prilaku profesional dalam kehidupannya (Hidayat, 2002).

2.2. Tujuan dan fungsi pendidikan

Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenanga kepetrawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan keperawatan serta penataan kehidupan profesi (Gartiah, 2008). Menurut Nursalam (2008), menyatakan bahwa adapun tujuan pendidikan tinggi keperawatan adalah :

1. Mampu membina sikap dan tingkah laku profesional sesuai dengan tuntutan oleh profesi keperawatan.

2. Mampu memberi landasan ilmu pengetahuan yang kokoh bagi ilmu keperawatan maupun ilmu penunjang keperawatan ainnya.

3. Mampu membina ketrampilan profesional yang mencakup kemampuan intelektrual, ketrampilan teknikal dan ketrampilan interpersonal dalam melaksanakan pelayanana keperawatan.

4. Mampu membina landasan etik keperawatan dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.


(28)

Selanjutnya Nursalam (2008) juga mengatakan bahwa dalam pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi keperawatan harus diarahkan kepada pembinaan kemampuan institusi pendidikan untuk melaksanakan tiga fungsi pokok perguruan tinggi, yaitu: fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan fungsi pengabdian masyarakat itu. Adapun fungsi-fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan institusi pendidikan keperawatan menyelenggarakan proses pembelajaran keperawatan melalui sistem belajar aktif dan mandiri itu (Nursalam, 2008). Sedangkan Kusnanto (2004) mengatakan pendidikan dikembangkan untuk menumbuhkan dan membina sikap dan ketrampilan profesional para peserta didik.

2. Fungsi penelitian

Pendidikan tinggi keperawatan dapat melakukan penelitian, pengumpulan dan pengolahan informasi yang sesuai dengan keahlian dibidang keperawatan itu (Nursalam, 2008).

3. Fungsi pengabdian masyarakat

Nursalam (2008), menyatakan bahwa fungsi pendidikan tinggi keperawatan sebagai pengabdian masyarakat dapat dilakukan melalui penerapan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan kepada tatanan nyata dalam masyarakat.


(29)

2.2.3 Jenjang pendidikan keperawatan

Pendidikan keperawatan merupakan pendidikan dengan sistem terbuka dan terus berkembang secara terarah dan menyeluruh. Pendidikan keperawatan selalu terintegrasi dan berorientasi pada aspek keilmuan dan aspek keprofesian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kusnanto, 2004). Selanjutnya akan dijelaskan jenjang pendidikan keperawatan menurut Nursalam (2008) dan Kusnanto (2004) sebagai berikut:

1. Program pendidikan D III keperawatan

Program D III keperawatan akan menghasilkan perawat profesional pemula. Sedangkan Wuryanto (2007), mengatakan bahwa perawat dengan lulusan D III keperawatan atau akademi keperawatan sebagai perawat vokasional. Perawat dengan tamatan akademi keperawatan diharapkan mempunyai tingkah laku dan kemampuan dalam mengelola praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien serta mampu meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Program D III keperawatan dapat diikuti oleh:

a. Lulusan SLTA dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun). b. Lulusan SPK akan menempuh pendidikan khusus, yaitu:

1) D III keperawatan khusus rumah sakit, dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun).

2) D III khusus puskesmas, dengan lama pendidikan 5 semester (2,5 tahun).

3) D III khusus masa kerja 0 tahun, dengan lama pendidikan 6 semester (3 tahun).


(30)

2. Program pendidikan D IV keperawatan

Pendidikan program ini lebih bersifat spesialisasi dalam keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dalan bidang keperawatan. Jenis spesialisasi tersebut antara lain: keperawatan maternitas, keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan jiwa, keperawatan gerontik dan keperawatan gawat darurat. Perawat spesialisasi ini diharapkan memiliki kemampuan untuk membina sikap dan tingkah laku dan ketrampilan mengajar kepada peserta didik dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan keperawatan. Lama pendidikan D IV keperawatan adalah selama 2 semester (1 tahun) setelah menyelesaikan program D III keperawatan.

3. Program pendidikan sarjana keperawatan

Pendidikan sarjana keperawatan akan menghasilkan perawat yang profesional. Pendidikan ini terdiri atas pendidikan akademi dan pendidikan profesi. Sebagai perawat profesional diharapkan mempunyai sikap, tingkah laku dan kemampuan yang profesional dalam melaksanakan pelananan keperawatan serta mampu melakukan riset keperawatan dasar dan terapan sederhana. Lama program pendidikan ini adalah selama 10 semester (5 tahun) bagi lulusan SLTA dan 4 semester (2 tahun) bagi lulusan D III keperawatan.


(31)

4. Program pendidikan Magister keperawatan

Program ini akan menghasilkan perawat ilmuan dengan sikap dan tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan sehingga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pelayanan profesi dan berpartisipasi dalam pengembangan ilmu keperawatan. Lama pendidikan ini adalah selama 4 semester (2 tahun).

5. Program pendidikan Spesialis keperawatan

Program pendidikan spesialis keperawatan ini akan menghasilkan perawat ilmuan dan profesional dalam satu spesialisasi.

6. Program pendidikan Doktoral keperawatan

Program pendidikan magister ilmu keperawatan dibuka secara resmi pada tahun 1998.


(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. Berdasarkan tinjauan pustaka motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk menjalankan sesuatu. Motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi bagi mahasiswa dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam melanjutkan pendidikan.

Berdasarkan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka, kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konseptual motivasi mahasiswa akademi keperawatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan

Motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan : a. Intrinsik (nilai, cita-cita,

harapan dan minat) b. Ekstrinsik (lingkungan,

reward, punishment)

Melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan

Tinggi


(33)

3.2 Definisi konseptual

Motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah motivasi intrnal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang. Sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang.

3.3 Definisi operasional

Tabel 3.1 : Definisi operasional motivasi mahasiswa akademi keperawatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

No Variable Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 1. Motivasi

intrinsik

Dorongan yang berasal dari dalam diri mahasiswa akdemi keperawatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan Kuesioner sebanyak 12 pertanyaan.

Pilihan jawaban : Pernyataan positif: 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju Pernyataan negatif: 1 = sangat setuju 2 = setuju

3 = tiak setuju 4 = sangat tidak setuju

Tinggi: 31 – 48

Rendah: 12 - 30


(34)

2. Motivasi ekstrinsik

Dorongan yang berasal dari luar diri mahasiswa akademi keperawatan untuk melanjutkan

pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Kuesioner

sebanyak 10 pertanyaan.

Pilihan jawaban : Pernyataan positif: 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju Pernyataan negatif: 1 = sangat setuju 2 = setuju

3 = tiak setuju 4 = sangat tidak setuju

Tinggi: 25 – 40

Rendah: 10 - 25


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 345 orang (Bagian Akademik Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan).

4.2.2 Sampel

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini adalah dengan metode total sampling dengan kriteria inklusi mahasiswa tingkat III dengan alasan bahwa tingkat III merupakan mahasiswa yang akan selesai dari pendidikan Akademi Keperawatan dan akan menentukan langkah untuk melanjutkan pendidikan.Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh sampel dalam penelitian ini 87 orang responden.


(36)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan merupakan akademi keperawatan yang terakreditasi milik pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah mahasiswa dan fasilitas yang cukup memadai untuk mendapatkan sampel sesuai kriteria penelitian. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2009.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selanjutnya dikirim surat permohonan untuk mendapatkan izin dari pimpinan Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan.

Setelah mendapatkan izin dari pimpinan Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan peneliti memulai pengumpulan data. Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang akan diteliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur penelitian. Calon responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan. Kemudian peneliti akan menanyakan kesedian menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed Consent). Jika calon responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti memberi kode pada masing-masing kuesioner. Kerahasiaan responden dijamin


(37)

oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian terdiri atas dua bagian, yaitu pertama data demografi yang meliputi nomor responden, umur, jenis kelamin, apakah mahasiswa tahu tentang pendidikan sarjana keperawatan. Kedua kuesioner motivasi mahasiswa akademi keperawatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yang terdiri atas 22 pernyataan, 12 pernyataan tentang motivasi intrinsik dan 10 pernyataan tentang motivasi ektrinsik. Pernyataan tentang motivasi intrinsik adalah pernyataan pada nomor 1 sampai 12, sedangkan pernyataan tentang motivasi ektrinsik adalah nomor 13 sampai nomor 22. Dari 22 pernyataan tersebut 15 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif yaitu pernyataan pada nomor 3, 4, 6, 10, 16, 21dan 24.

Kuesioner motivasi menggunakan skala likert dimana responden diminta pendapatnya mengenai setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu hal. Pilihan pertanyaan positif sangat tidak setuju bernilai 1, tidak setuju bernilai 2, , setuju bernilai 3, sangat setuju bernilai 4. Pilihan jawaban pertanyaan negatif sangat tidak setuju bernilai 4, tidak setuju bernilai 3, setuju bernilai 2, sangat setuju bernilai 1.


(38)

Skala pengukuran yang digunakan adalah interval dengan menggunakan rumus (Sudjana,1992), yaitu :

Rentang Kelas Panjang Kelas =

Banyak Kelas

Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terrendah. Untuk motivasi nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terrendah 22. Maka rentang motivasi adalah 66 dengan banyak kelas dua kategori yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah. Maka didapat panjang kelas adalah 33 dengan nilai terendah 22 sebagi batas bawah kelas interval pertama. Maka motivasi mahasiswa untuk melakukan pendidikan ketingkat sarjana keperawatan dapat dikatagorikan motivasi rendah dengan interval 22 sampai 55 dan motivasi tinggi 56 sampai 88.

5.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas menunjukan bahwa instrumen cukup dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur tersebut mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur (Nursalam, 2003).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden yang memenuhi kriteria yang sama dengan sampel. Responden yang digunakan adalah mahasiswa yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel. Responden yang


(39)

digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III Program Diploma III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2009.

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan uji validitas isi, yaitu dengan instrumen dibuat mengaju pada isi yang sesuai dengan variabel yang diteliti. Uji validitas isi ini dilakukan dengan meminta bantuan pada ahli dalam bidang manajemen keperawatan berstatus magester (lampiran). Selain itu juga dilakukan uji validitas dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Uji validitas dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, membandingkan antara r hitung yang didapat dengan r tabel. Pernyataan dikatakan valid bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Nilai r tabel dari 30 jumlah responden yang digunakan adalah 0,361. Hasil nilai r hitung dari 28 pernyataan yang digunakan didapatkan 6 pertanyaan yang nilai r hitungnya lebih kecil dari 0,361, yaitu pernyataan nomor 1, 7, 9, 13, 20, dan 25 (hasil terlampir). Pernyataan tersebut tidak valid untuk digunakan, maka pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 22 pernyataan.

Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan formula cronbach alpa. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 ( Polit & Hungler, 1999). Uji reliabilitas dilakukan satu kali dengan teknik belah dua (split half) dengan cara membagi dua semua item dalam variabel tersebut. Kelompok item ganjil dengan item genap. Setelah dilakukan uji reliabilitas pada kuesioner yang digunakan diperoleh hasil 0,802 sehingga kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan (hasil terlampir).


(40)

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang motivasi mahasiswa akademi keperawatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat serjana keperawatan. Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin pelaksanaan penelitian dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengirimkan permohonan tersebut kepada pimpinan Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan. Setelah itu peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden.. Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan serta prosedur penelitian ini, responden diberi kesempatan untuk membaca lembar persetujuan menjadi responden kemudian menandatanganinya.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian. Peneliti mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan pendapat, yang dirasakan oleh responden dan harus diisi sendiri oleh responden.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yaitu:

1. Editing yaitu upaya memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan serta mamastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.


(41)

2. Coding yaitu kegiatan memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi atau anlisa data.

3. Entri data yaitu kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.

4. Analisa data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan membuat distribusi frekuensi dan persentase.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 87 responden di Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan selama bulan November 2009. Hasil penelitian ini menguraikan bagaimana motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

5.1 Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini menguraikan gambaran data demografi responden dan gambaran motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

5.1.1 Karakteristik responden

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan tingkat III dengan jumlah responden 87 orang. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil tentang karakteristik responden yaitu usia minimum responden adalah 19 tahun dan usia maximum responden adalah 25 tahun., dengan umur rata-rata responden adalah 20,66 tahun. Jenis kelamin dari responden pada penelitian ini adalah laki-laki (41,4 %) dan


(43)

perempuan (58,6%). Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1 : Tendensi sentral karakteristik usia mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87)

Karakteristik Minimum Maximum Rata-Rata

Umur 19 25 20,66

Tabel 5.2. : Distribusi dan frekuensi jenis kelamin mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87)

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2.

Laki-laki Perempuan

36 51

41,4 58,6

5.1.2 Motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Tabel 5.3 menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 64 orang (73,7 %) dan memiliki motivasi rendah untuk meningkatkan pendidikan sebanyak 23 orang (26,3 %). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(44)

Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87)

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. Motivasi tinggi Motivasi rendah 64 23 73,7 26,3

Berdasarkan jenis motivasi yang diteliti didapatkan hasil motivasi intrinsik yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 77 orang (89,7 %) dan memiliki motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan sebanyak 10 orang (11,3 %). Sedangkan motivasi ektrinsik yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 59 orang (75,3 %) dan memiliki motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan sebanyak 28 orang (24,7 %). Data ini dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi motivasi intrinsik dan ekstrinsik mahasiswa

Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87).

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. Motivasi Intrinsik a. Tinggi b. Rendah Motivasi ekstrinsik a. Tinggi b. Rendah

77 10 59 28 89,7 11,3 75,3 24,7


(45)

Tabel 5.5 menunjukan hasil dari sub variabel motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. Sub variabel motivasi intrinsik terdiri dari nilai yang dianut, cita-cita, harapan dan minat. Mahasiswa yang memiliki kategori nilai yang dianut tinggi adalah 55 orang (63,3%) dan nilai yang dianut rendah adalah 32 orang (36,7%), cita-cita tinggi 66 orang (75,9%) dan cita-cita rendah 21 orang (24,1%), harapan yang tinggi 62 orang (71,3%) dan harapan yang rendah 25 orang (28,7%), serta minat yang tinggi 54 orang (62,2%) dan minat yang renah 33 orang (37,8%). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi sub variabel motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87).

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1.

2.

3.

4.

Nilai yang dianut : a. Tinggi b. Rendah Cita-cita :

a. Tinggi b. Rendah Harapan : a. Tinggi b. Rendah Minat a. Tinggi b. Rendah 55 32 66 21 62 25 54 33 63,3 36,7 75,9 24,1 71,3 28,7 62,2 37,8


(46)

Sedangkan yang termasuk sub variabel motivasi ekstrinsik terdiri atas lingkungan, reward/keuntungan, dan punishment/kerugian. Mahasiswa yang memiliki kategori lingkungan yang tinggi adalah 44 orang (48,7%) dan lingkungan yang rendah 43 orang (51,3%), reward/keuntungan yang tinggi 75 orang (86,3%) dan reward/keuntungan yang rendah 12 orang serta punishment/kerugian yang tinggi 52 orang (59,9%) dan punishment/kerugian yang rendah 35 orang (40,1%). Data ini dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut : Tabel 5.6 : Distribusi frekuensi sub variabel motivasi ekstrinsik mahasiswa

Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87).

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. 3. Lingkungan : c. Tinggi d. Rendah

Reward / keuntungan : c. Tinggi

d. Rendah

Punishment/ kerugian : c. Tinggi d. Rendah 44 43 75 12 52 35 50,7 49,3 86,3 13,7 59,9 40,1

5.2 Pembahasan

Desain deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan


(47)

Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. Responden pada penelitian ini berjumlah 87 orang responden.

Hasil dari penelitian ini, mayoritas mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 64 orang (73,7 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Wang (2009) yang menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan. Seperti yang dijelaskan Setiawati (2008), yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Achmad (2009) yang mengemukakan bahwa motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan adalah mayoritas tinggi yaitu sebanyak 77 orang responden (89,7%).


(48)

Berdasarkan sub variabel motivasi intinsik yang paling tinggi adalah cita-cita (75,9%) dan harapan (71,3%). Berdasarkan penelitian responden ingin mencapai cita-cita sebagai perawat profesional dan responden tidak puas hanya bergelar dengan Ahli Media Keperawatan (Amd.Kep), dengan nilai rata-rata responden (3,49). Cita-cita itu merupakan dasar atau modal untuk menggapai suatu tujuan. Bila cita-citanya tinggi berarti seseorang tersebut mempunyai dasar untuk mencapai tujuannya (Junaedogawa, 2009). Responden berharap dengan melanjutkan pendidikan di sarjana keperawatan dapat pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari akademi keperawatan dengan harapan untuk mudah lulus menjadi pengawai negeri sipil nantinya, dengan nilai rata-rata responden (3,45). Harapan merupakan keinginan yang ingin dicapai oleh hati seseorang dan harapan juga diartikan sesuatu yang membuat seseorang bertahan didalam rintangan. Harapan mengembangkan ketekunan dan sikap pantang menyerah. Dengan harapan, seseorang bisa melakukan apa yang dia inginkan (Arianto, 2009).

Ditinjau dari sub variabel intrinsik lainnya, minat memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan nilai yang dianut, harapan dan cita-cita, akan tetapi secara keseluruhan tetap tinggi yaitu (62,2%). Hurlock, 1993 (Grahacendikia, 2009) menjelaskan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dan minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Berdasarkan hasil penelitian


(49)

mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan . Sejalan dengan itu, penelitian oleh Gie (1998) di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan adalah kekurangan minat.

Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari sub variabel ekstrinsik didapatkan yang paling tinggi adalah reward/keuntungan (86,3%). Reward merupakan reinforcement yang positif. Reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya (Sudrajat, 2008).

Dua unsur sub variabel ekstrinsik lainnya yaitu keuntungan dan lingkungan didapatkan nilai lebih rendah dari reward/keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai lingkungan (49,3%) dan keuntungan (40,1%). Punishment diartikan sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Punishment dilakukan untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik (Sudrajat, 2008). Hasil dari lingkungan dan kerugian ini yang mempengaruhi secara keseluruhan bahwa motivasi ekstrinsik lebih rendah dari motivasi intrinsik

Sejalan dengan hal itu, Teori Herzberg menjelaskan bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam


(50)

diri seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya (Sudrajat, 2008). Hal ini dapat dilihat dalam hasil penelitian cita-cita (75,9%) dan harapan (71,3%) yang ada dalam diri mahasiswa yang disebut sebagai faktor internal atau motivasional, secara nyata terlihat dari faktor eksternal yang disebut faktor higiene atau pemeliharaan yaitu keinginan responden untuk mendapatan keuntungan (86,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Teori Herzberg bahwa antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik saling mempengaruhi. Motivasi ekstrinsik akan mempengaruhi terbentuknya motivasi intrinsik dan sebaliknya.

Selanjutnya motivasi juga diartikan salah satu hal yang diperlukan oleh mahasiswa dalam upaya untuk meningkatkan pendidikannya. Seperti yang di jelaskan Purwanto (1998) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Murwani (2008), pendidikan keperawatan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan karena melalui pendidikan perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi sehingga dapat menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas. Penataan pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan.

Kondisi kenyataan yang ada, kurangnya jumlah mahasiswa yang lulusan dari Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan yang


(51)

melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan . Hal ini dapat kita lihat dari data mahasiswa yang melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana dalam 5 tahun terakkhir bahwa pada tahun 2004 adalah 5 %, tahun 2005 adalah 2,5 %, tahun 2006 adalah 3,7 %, tahun 2007 adalah 1,25 % dan tahun 2008 adalah 1,25 %. Seharusnya dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa motivasi yang tinggi (73,7 %) untuk melanjutkan pendidikan tersebut, maka mempunyai jumlah mahasiswa yang lebih banyak melanjutkan pendidikannya ke tingkat sarjana keperawatan. Masalah ini banyak faktor yang harus dilihat dibelakangnya, seperti biaya pendidikan yang mahal, susahnya mendapatkan izin tugas belajar dari pemerintahan daerah setempat. Penelitian ini hanya memaparkan bagaimana motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan, maka perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. (2007). Membangun Motivasi Belajar Siswa. http:// re-Searchengines. Com. diakses pada 5 Maret 2009.

Alimul,Hidayat A.(2002). Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Alimul,Hidayat A

Arianto, Erwin (2009). Harapan, Sudahkah Anda memilikinya...?. .(2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulsian Ilmiah.

Jakarta: Salemba Medica.

tanggal 5 Agustus 2009.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Azrul. (2003). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Gartiah, dkk. (2008). Pelayanan Profesional Keperawatan yang didukung oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. http:// www. Inna-PPNI. or. Id. diakses pada 5 Maret 2009.

Grahacendikia. (2009). Minat Belajar Siswa.

diakses pada tanggal 5 Agustus 2009.

Herawati. (2001). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Junaedogawa. (2009). Cita-Cita adalah Amanah.

diakases pada tanggal 5 Agustus 2009.

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Muba, Wang (2009). Teori-TeoriMotivasi.

tanggal 10 Agustus 2009.

Murwani. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya Notoadmojo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:


(53)

Nurhidayah. (2009). Pendidikan Keperawatan. Medan: USU Pres

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.

_______ (2008). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional). Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D.F & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research : Principles and Methods. (5th edition) Philophine. Philadelpia : Lipincott Company.

Setiawati. (2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Sunaryo. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Sudrajat. (2008). Teori-Teori Motivasi. http:// Akhmadsudrajat. Worpress.com. diakses pada 5 Maret 2009.

Wuryanto. (2007). Menata Pendidikan Perawat. http:// www. Suaramerdeka. Com. diakses pada 21 Maret 2009.


(54)

Lampiran 1 No Responden :…………... Lembar Persetujuan Menjadi Resonden

Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan

Saya bernama Marziati NIM: 081121047 mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “ Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan ”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. .

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan saudara/i memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara/i.

Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.

Medan, 20 November 2009 Peneliti, Responden,


(55)

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Motivasi Mahasiswa untuk Melanjutkan Pendidikan

ke Tingkat Sarjana Keperawatan

Petunjuk Umum pengisian :

(a) Mahasiswa diharapkan bersedia menjawab, semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.

(b) Gunakan tanda checklist (

) pada kolom untuk jawaban yang dianggap sesuai dengan kondisi mahasiswa.

(c) Jika kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

I. Data Demografi

1. Nomor Responden : ...

2. Usia : ... tahun

3. Jenis Kelamin


(56)

II. Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan

Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1. Menurut saya jenjang pendidikan menentukan tingkat pekerjaan seseorang. 2. Menurut saya, pendidikan seorang

perawat sudah cukup sampai tingkat akademi keperawatan.

3. Saya menilai bahwa ilmu pengetahuan seorang perawat yang lulusan akademi keperawatan sama dengan lulusan sarjana keperawatan.

4. Saya ingin mencapai cita-cita saya sebagai seorang perawat profesional.

5. Saya sudah puas hanya bergelar Ahli Media Keperawatan (Amd.Kep)


(57)

No Pernyataan STS TS S SS 6. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya

ke tingkat sarjana keperawatan.

7. Menurut saya seorang lulusan Akademi Keperawatana sudah cukup untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi kalau bekerja.

8. Dengan melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan saya berharap untuk mudah lulus pada test CPNS nanti. 9. Saya berharap dengan melanjutkan

pendidikan di sarjana keperawatan saya mendapat pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari akademi keperawatan.

10. Bila lulus tahun ini, saya akan melanjutkan pendidikan tahun ini juga. 11. Saya berminat untuk menjadi dosen di

akper setelah menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan.

12. Saya merasa sudah bosan untuk mengikuti pendidikan.


(58)

No Pernyataan STS TS S SS 13. Orang tua mengharuskan saya untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

14. Dosen mendorong saya untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

15. Saya termotivasi melanjutkan pendidikan karena teman-teman saya juga ingin melanjutkan pendidikannya.

16. Kalau menjadi pegawai, golongan tamatan akademi keperawatan sama dengan lulusan sarjana keperawatan.

17. Lulusan sarjana keperawatan lebih berpeluang untuk mendapat pekerjaan. 18. Saya ingin jika bekerja, jenjang

pendidikan saya sesuai dengan tuntutan profesionalisme seorang perawat.

19. Pendalaman materi kuliah sarjana keperawatan sama saja dengan akademi keperawatan.


(59)

No Pernyataan STS TS S SS 20. Bila saya tidak melanjutkan pendidikan ke

tingkat sarjana keperawatan maka saya akan ke tinggalan perkembangan ilmu keperawatan.

21. Bila saya tidak lulus masuk sarjana keperawatan pada tahun ini saya merasa kecewa sekali.

22. Lulusan sarjana keperawatan lebih berpeluang dalam mendapatkan pekerjaan.

THANK YOU


(60)

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

A. Penelitian Proposal

1. Penelusuran literatur dan internet Rp. 150.000 2. Print literatur dari internet Rp. 120.000 3. Fotokopi literature dari buku Rp. 100.000 4. Pengetikan dan print proposal Rp. 225.000 5. Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 80.000 6. Fotokopi transparan untuk presentasi Rp. 50.000 B. Administrasi Penelitian

1. Registrasi mata kuliah skripsi Rp. 300.000 2. Biaya izin penelitian di lokasi Rp. 75.000 C. Pengumpulan dan Analisa data

1. Biaya penggandaan kuesioner dan

Lembar persetujuan responden Rp. 100.000 2. Biaya transportasi Rp. 600.000 D. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan print perbaikan laporan Rp. 200.000 2. Penggandaan dan penjilidan Rp. 150.000 Jumlah Rp. 1.975.000 Biaya tak terduga 10 % Rp. 200.000 Total Rp. 2.350.000 (Dua juta tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah)


(61)

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Marziati

Tempat/tanggal Lahir : Desa Tokoh, 20 Mei 1981 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. T.Nyak Adam kamil No. 19 Kel.Hilir Kec. Tapak Tuan, Kab.Aceh Selatan

Status : Menikah

No Hp : 085277759277

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1988-1994 : SD Negeri I Manggeng 2. 1994-1997 : SMP negeri I Manggeng 3. 1997-2000 : SPK Tapak Tuan

4. 2000-2003 : Akper Depkes Banda Aceh

PENGALAMAN LAINNYA :

1. Perawat CMHN di lingkungan kerja Puskesmas Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Staf Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan. 3. Pelatihan PPGD di RSUZA.


(1)

Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju S : Setuju

SS : Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1. Menurut saya jenjang pendidikan menentukan tingkat pekerjaan seseorang. 2. Menurut saya, pendidikan seorang

perawat sudah cukup sampai tingkat akademi keperawatan.

3. Saya menilai bahwa ilmu pengetahuan seorang perawat yang lulusan akademi keperawatan sama dengan lulusan sarjana keperawatan.

4. Saya ingin mencapai cita-cita saya sebagai seorang perawat profesional.

5. Saya sudah puas hanya bergelar Ahli Media Keperawatan (Amd.Kep)


(2)

No Pernyataan STS TS S SS 6. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya

ke tingkat sarjana keperawatan.

7. Menurut saya seorang lulusan Akademi Keperawatana sudah cukup untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi kalau bekerja.

8. Dengan melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan saya berharap untuk mudah lulus pada test CPNS nanti. 9. Saya berharap dengan melanjutkan

pendidikan di sarjana keperawatan saya mendapat pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari akademi keperawatan.

10. Bila lulus tahun ini, saya akan melanjutkan pendidikan tahun ini juga. 11. Saya berminat untuk menjadi dosen di

akper setelah menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan.

12. Saya merasa sudah bosan untuk mengikuti pendidikan.


(3)

13. Orang tua mengharuskan saya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

14. Dosen mendorong saya untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

15. Saya termotivasi melanjutkan pendidikan karena teman-teman saya juga ingin melanjutkan pendidikannya.

16. Kalau menjadi pegawai, golongan tamatan akademi keperawatan sama dengan lulusan sarjana keperawatan.

17. Lulusan sarjana keperawatan lebih berpeluang untuk mendapat pekerjaan. 18. Saya ingin jika bekerja, jenjang

pendidikan saya sesuai dengan tuntutan profesionalisme seorang perawat.

19. Pendalaman materi kuliah sarjana keperawatan sama saja dengan akademi keperawatan.


(4)

No Pernyataan STS TS S SS 20. Bila saya tidak melanjutkan pendidikan ke

tingkat sarjana keperawatan maka saya akan ke tinggalan perkembangan ilmu keperawatan.

21. Bila saya tidak lulus masuk sarjana keperawatan pada tahun ini saya merasa kecewa sekali.

22. Lulusan sarjana keperawatan lebih berpeluang dalam mendapatkan pekerjaan.

THANK YOU


(5)

A. Penelitian Proposal

1. Penelusuran literatur dan internet Rp. 150.000 2. Print literatur dari internet Rp. 120.000 3. Fotokopi literature dari buku Rp. 100.000 4. Pengetikan dan print proposal Rp. 225.000 5. Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 80.000 6. Fotokopi transparan untuk presentasi Rp. 50.000 B. Administrasi Penelitian

1. Registrasi mata kuliah skripsi Rp. 300.000 2. Biaya izin penelitian di lokasi Rp. 75.000 C. Pengumpulan dan Analisa data

1. Biaya penggandaan kuesioner dan

Lembar persetujuan responden Rp. 100.000 2. Biaya transportasi Rp. 600.000 D. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan print perbaikan laporan Rp. 200.000 2. Penggandaan dan penjilidan Rp. 150.000 Jumlah Rp. 1.975.000 Biaya tak terduga 10 % Rp. 200.000 Total Rp. 2.350.000 (Dua juta tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah)


(6)

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Marziati

Tempat/tanggal Lahir : Desa Tokoh, 20 Mei 1981 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. T.Nyak Adam kamil No. 19 Kel.Hilir Kec. Tapak Tuan, Kab.Aceh Selatan

Status : Menikah

No Hp : 085277759277

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1988-1994 : SD Negeri I Manggeng 2. 1994-1997 : SMP negeri I Manggeng 3. 1997-2000 : SPK Tapak Tuan

4. 2000-2003 : Akper Depkes Banda Aceh

PENGALAMAN LAINNYA :

1. Perawat CMHN di lingkungan kerja Puskesmas Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Staf Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan. 3. Pelatihan PPGD di RSUZA.


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Tentang Efektivitas Metode Pembelajaran Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan

1 55 77

Motivasi Mahasiswa DIII Keperawatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU

10 84 61

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESI KEPERAWATAN DENGAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI PSIK UNIVERSITAS JEMBER

7 36 190

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1 13 8

HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN PERSEPSI TERHADAP MOTIVASI MELANJUTKAN NERS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS Hubungan Antara Minat Dan Persepsi Terhadap Motivasi Melanjutkan Ners Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 20

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

1 4 16

BAB 1 PENDAHULUAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

1 9 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

2 5 15

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 0 9

Persepsi Mahasiswa Tentang Efektivitas Metode Pembelajaran Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan

0 0 17