Komunikasi Dalam Organisasi Keperawatan

(1)

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

KEPERAWATAN

DIAH ARRUUM 19771124 200312 2 002

   

 

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OKTOBER, 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Komunikasi dalam Organisasi Kepererawatan”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua atas jerih payah dan do’a tulus ikhlas tanpa henti- hentinya. Untuk suami tercinta, terima kasih atas segenap motivasi yang diberikan. Semoga Allah selalu meridhai kehidupan kita hingga Yaumil Akhir.

     


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Bab I Pendahuluan ... 1

Bab II Tinjauan Pustaka ... 4

2.1 Komunikasi Umum ... 4

2.1.1 Pengertian... 4

2.1.2 Unsur-unsur dalam komunikasi ... 4

2.2 Komunikasi dalam Organisasi ... 6

2.2.1 Pengertian... 6

2.2.2 Proses komunikasi organisasi ... 6

2.2.3 Komunikasi dan hubungan interpersonal... 7

2.2.4 Strategi komunikasi dalam organisasi... 7

2.2.5 Cara komunikasi ... 9

2.2.6 Komunikasi kelompok ... 11

2.2.7 Peran kepemimpinan dan fungs manajemen... 12

2.2.8 Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan ... 15

2.2.9 Hambatan komunikasi efektif ... 17

2.2.10 Pedoman komunikasi yang baik... 19

Bab III Kesimpulan ... 21 Daftar Pustaka


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Organisasi adalah wadah tempat untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh banyak orang. Organisasi merupakan sekelompok manusia yang bekerja sama, dengan satu perencanaan kerja dan peraturan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Wahono, 2001). Salah satu organisasi yang bergerak dibidang kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan padat tenaga kerja dengan variasi status dan keahlian yang sangat luas, dan salah satu karakteristik yang membuat rumah sakit berbeda dengan organisasi lainnya adalah sumber daya manusianya (Ilyas, 2004). Salah satu sumber daya manusia di rumah sakit adalah perawat.

Perawat mempunyai peranan yang penting dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tappen (1995) menyatakan bahwa perawat berperan aktif dalam mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan dan memiliki kontribusi dalam memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan. Tenaga keperawatan baik pada tingkat manajerial puncak, menengah, maupun bawah berada dalam rentang komunikasi yang saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan serta


(5)

untuk dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi keperawatan (Arwani dan Supriyatno, 2006). Oleh karena itu, untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas maka perawat hendaknya dapat menciptakan komunikasi dalam organisasi yang efektif.

Komunikasi dalam organisasi merupakan bagian dari pengarahan dalam manajemen keperawatan. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain, yang dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga sering disebut rantai pertukaran iinformasi (Handoko, 1998). Komunikasi merupakan pertukaran pemikiran, perasaan dan ide-ide, dimana dua atau lebih orang saling bekerja sama. Komunikasi yang baik merupakan gambaran dari kepemimpinan dan manajemen yang efektif karena dengan komunikasi dapat memberikan kehangatan, atau dapat merubah status quo (Tappen, 1995).

Keadaan dalam organisasi yang masih dalam status quo dapat memberikan dampak yang buruk untuk suatu perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Akan tetapi, dengan komunikasi dalam organisasi yang efektif dapat membantu mengatasi konflik. Komunikasi merupakan bagian mendasar manusia dalam menyelesaikan konflik. Komunikasi merupakan suatu seni yang penting digunakan untuk memelihara suatu lingkungan kondusif-terapeutik. Oleh karena itu, manajer dapat menerapkan komunikasi yang


(6)

efektif untuk mencegah terjadinya konflik (Arwani dan Supriyatno, 2006). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menjelaskan tentang komunikasi dalam organisasi.

1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah agar dapat: 1.1.1 Menjelaskan konsep komunikasi secara umum


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Umum

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis, 2010). Komunikasi diartikan sebagai mengirim, menerima, dan menginterpretasikan pesan verbal dan non verbal (Kim, 1986, dalam Tappen, 1995). Nursalam (2007) menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu seni untuk menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.

Jadi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan baik verbal dan non verbal yang dapat dimengerti orang lain sehingga mencapai maksud dan tujuan dari orang lain.

2.1.2 Unsur-unsur dalam Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi apabila didukung dengan unsur-unsur komunikasi yang meliputi sumber, pesan, media, penerima, efek, serta umpan balik (Nasir, dkk, 2009).


(8)

Sumber merupakan orang yang pertama atau memprakarsai untuk memulai terjadinya proses komunikasi. Hal ini disebabkan karena semua peristiwa komunikasi akan melibatkan dan tergantung dari sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi.

2.1.2.2 Pesan

Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambing-lambang yang menjalankan isi/ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik, atau tindakan. Pesan dapat berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-ferik, atau tingkah laku.

2.1.2.3 Media

Media merupakan sarana yang digunakan oelh komunikator untuk memindahkan pesan dari pihak satu ke pihak lainnya.

2.1.2.4 Penerima

Penerima merupakan objek sasaran pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah karakteristik, budaya, carapenyampaian, pemahaman, waktu, lingkungan fisik dan psikologis, tingkat kebutuhan.

2.1.2.5 Efek/pengaruh

Efek merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan penerima pesan sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek/pengaruh bias terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku individu.


(9)

2.1.2.6 Lingkungan

Lingkungan merupakan situasi yang dapat mempengaruhi proses komunikasi mulai dari sumber yang menyampaikan pesan, sampai pada efek atau pengaruh pesan terhadap penerima pesan.

2.2 Komunikasi dalam organisasi

2.2.1 Pengertian komunikasi dalam organisasi

Komunikasi dalam organisasi menurut Handoko (1998) merupakan suatu proses melalui perencanaan, pengorgnisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses menyampaikan informasi/komunikasi pada satu orang atau lebih untuk dapat dipahami dan dimengerti sehingga dapat tercapai fungsi-fungsi manajemen keperawatan.

2.2.2 Proses Komunikasi Organisasi

Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas di dalam organisasi. Informasi harus disampaikan kepada manajer agar mempunyai dasar dalam perencanaan, rencana harus dikomunikasikan agar dapat dipahami staf, Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan staf tentang penugasan jabatan. Pengarahan mengharuskan manajer berkomunikasi dengan staf agar tujuan kelompok dapat dicapai (Handoko, 1998).


(10)

Proses komunikasi terbagi atas 3 bagian yang meliputi pengirim, pesan, dan penerima pesan. Suasana internal dan eksternal dapat mempengaruhi pengirim dan penerima pesan. Suasana internal meliputi nilai, perasaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim dan penerima, sedangkan suasana eksternal meliputi kondisi cuaca, suhu, penempatan waktu, dan suasana organisasi itu sendiri. Baik pengirim maupun penerima pesan (Marquis dan Huston, 2010).

2.2.3 Komunikasi dan Hubungan Interpersonal

Komunikasi merupakan alat untuk mencapai hubungan bantuan-pemulihan (helping-healing relationship). Perawat yang memiliki keahlian komunikasi akan mengekspresikan kepeduliaan dengan kriteria sebagai berikut (Watson, 1985 dalam Potter dan Perry, 2009): sensitif terhadap dirinya dan orang lain, mendukung dan menerimanekspresi dari perasaan yang positif dan negatif, membina hubungan saling percaya (helping-trust

relationship), menanamkan rasa keyakinan dan harapan, mendorong

pengajaran dan pembelajaran interpersonal, menyediakan lingkungan yang suportif, membantu pemenuhan kebutuhan manusia.

2.2.4 Strategi komunikasi dalam organisasi

Strategi komunikasi diperlukan bagi setiap pimpinan dalam memberikan tanggung jawab kepada stafnya. Adapun strategi komunikasi dalam organisasi (Marquis dan Huston, 2010) adalah:


(11)

2.2.4.1Manajer harus memahami struktur organisasi dan mengenali staf yang akan menjalankan keputusannya yang dibuat.

2.2.4.2Manajer harus berkonsultasi dengan bagian departemen atau disiplin lain apabila ada informasi/komunikasi yang baru.

2.2.4.3Komunikasi harus jelas, sederhana, dan pasti. Manajer bertanggung jawab untuk memastikan pesan yang diberikan staf dapat dipahami.

2.2.4.4Manajer mencari umpab balik tentang komunikasi yang diberikan kepada staf dapat diterima dengan benar. Salah satu cara untuk melakukannya adalah meminta penerima mengulang komunikasi lanjutan dalam upaya menentukan komunikasi telah dijalankan.

2.2.4.5Metode komunikasi multipel sebaiknya digunakan apabila pesan yang akan disampaikan penting.

2.2.4.6Manajer tidak membebani pegawai dengan informasi yang tidak perlu. Informasi dan komunikasi saling bergantungan. Informasi bersifat formal, impersonal, serta tidak terpengaruh oleh emosi, nilai, ekspektasi, dan persepsi. Dilain hal, komunikasi melibatkan persepsi dan perasaan. Komunikasi tidak bergantung pada informasi dan dapat mewakili pengalaman bersama, pemimpin harus secara kontinu berkomunikasi dengan staf.


(12)

2.2.5 Cara komunikasi

Kejelasan pesan sangat dipengaruhi oleh model komunikasi yang digunakan. Manajer lebih sering menggunakan model komunikasi menurut Marquis dan Huston (2010), yang meliputi:

2.2.5.1Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis yang dikeluarkan manajer sangat mencerminkan manajer dan organisasi. Manajer harus mampu menulis dengan jelas dan professional serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti (marquis dan Huston, 2010). Nusalam (2007) menyatakan bahwa komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi. Setiap organisasi harus mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan pengelola dalam mencapai setiap kebutuhan staf. Misalnya dalam surat menyurat, pembayaran, dan jurnal.

Manajer hendaknya dapat menyusun usulan komunikasi tulisan dalam surat menyurat menurut HealthCare Education Associates (1988, dalam Marquis dan Huston, 2010) meliputi manajer mengetahui apa yang ingin dikatakan sebelum mulai menulis, menyertakan orang dalam tulisan, menggunakan kata kerja, menulis dengan sederhana, menggunakan kata sedikit mungkin, menggunakan kalimat sederhana dan langsung, memberi arahan untuk pembaca, mengatur materi secara logis, menggunakan para,


(13)

graph untuk memandu pembaca, menghubungkan pemikiran, mengungkapkan pemikiran yang sama dengan cara yang sama. 2.2.5.2Komunikasi verbal.

Komunikasi verbal dapat digunakan manajer kepada atasan dan bawahan baik secara formal dan informal. Komunikasi secara verbal misalnya dilakukan padap pertemuan formal, baik kepada individu, kelompok, dan presentasi formal (Nursalam, 2007).

2.2.5.3 Komunikasi non verbal

Komunikasi adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh, atau “body language”. Hal-hal yang merupakan kunci bagian komunikasi nonverbal yang dapat terjadi tanpa adanya penjelasan secara verbal, adalah:

a. Lingkungan: tempat di mana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian penting pada proses komunikasi.

b. Penampilan: pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi.

c. Kontak mata: kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk berkomunikasi.

d. Postur tubuh dan gesture, bobot suatu pesan bias ditunjukkan dengan orang yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk.


(14)

e. Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan suatu respons wajah yang setuju terhadap pesan yng disampaikan. f. Suara: intonasi, volume, dan refleksi. Cara tersebut

menandakan bahwa pesan dapat ditransfer dengan baik (Nursalam, 2007).

2.2.5.4Komunikasi lewat telepon

Manajer sangat tergantung melakukan komunikasi dengan menggunakan telepon, sehingga memungkinkan manajer untuk merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi (Nursalam, 2007).

2.2.6 Komunikasi Kelompok

Manajer harus berkomunikasi dengan kelompok kecil dan besar, serta staf secara individu. Tuckman dan Jensen (1977, dalam Marquis dan Huston, 2010) menyebutkan bahwa tahapan komunikasi kelompok dibagi atas tahap pembentukan, penyerangan, pembakuan, dan pelaksanaan. Adapun tahapan komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:

Perkembangan kelompok

Tahap Proses Kelompok Proses Tugas Pembentukan Terjadi pengujian untuk

mengidentifikasi

batasan perilaku interpersonal;

menetapkan

Menguji untuk mengidentifikasi tugas,

peraturan yang tepat, dan metode yang sesuai.


(15)

Penyerangan

Pembakuan

Pelaksanaan

hubungan dengan pemimpin dan anggota lain dan menentukan perilaku yang dapat diterima.

Kronfontasi terhadap pengaruh kelompok terlihat saat anggota terpisah ke dalam subkelompok; muncul konflik dan anggota memberontak terhadap tuntutan pemimpin. Muncul kesepakatan seiring dengan berkembangnya kohesi kelompok; terbentuk norma; konflik dan resistansi teratasi.

Struktur interpersonal berfokus pada tugas dan penyelesaiannya; peran menjadi fleksibel dan fungsional; energy

diarahkan untuk mengerjakan tugas.

Konfrotasi terhadap persyaratan tugas dan perbedaan berkenaan dengan tuntutan tugas.

Melakukan kerja sama

seiring dengan diungkapkan dan diselesaikannya

perbedaan.

Masalah selesai seiring dengan perbaikan performa tugas; upaya konstruktif untuk menyelesaikan tugas; lebih banyak tersedia energi kelompok untuk tugas.

2.2.7 Peran kepemimpinan dan Fungsi Manajemen dalam komunikasi 2.2.7.1 Peran Kepemimpinan dalam komunikasi interpersonal dan

kelompok

1. Memahami dan menggunakan jaringan komunikasi informal dalam organisasi dengan tepat.


(16)

2. Berkomunikasi dengan jelas dan pasti dalam bahasa yang dimengerti orang lain.

3. Bersikap peka terhadap suasana internal dan eksternal pengirim dan penerima, dan menggunakan kewaspadaan tersebut dalam menafsirkan pesan.

4. Mengamati dan menafsirkan komunikasi verbal dan non verbal staf.

5. Memberikan peran model komunikasi asertif dan mendengarkan dengan aktif.

6. Menunjukkan kesesuaian komunikasi verbal dan non verbal.

7. Mengenali status, kekuasaan, dan kewenangan sebagai hambatan dalam komunikasi antara manajer dengan pegawai.

8. Memaksimalkan fungsi kelompok dengan memelihara anggota kelompok tetap dijalurnya, mendorong orang yang pemalu, mengendalikan orang yang banyak bicara, dan melindungi yang lemah.

9. Mencari keseimbangan antara pilihan teknologi komunikasi dan kebutuhan sentuhan manusia, kepedulian, dan interaksi tatap muka satu banding satu.


(17)

2.2.7.2 Fungsi Manajemen dalam komunikasi interpersonal dan kelompok

1. Memahami dan menggunakan jaringan komunikasi formal dalam organisasi dengan tepat.

2. Menentukan model komunikasi atau kombinasi model yang tepat dalam menyebarkan informasi secara optimal dalam hierarki organisasi.

3. Menyiapkan komunikasi tertulis yang jelas dan menggunakan bahasa yang tepat untuk pasien dan penerima.

4. Berkonsultasi dengan departemen atau disiplin lain dalam mengkoordinasikan peran dan upaya kelompok yang tumpang tindih.

5. Membedakan antara “informasi” dan “komunikasi” dan dengan tepat mengkaji kebutuhan pegawai untuk mendapatkan keduanya.

6. Memprioritaskan dan melindungi klien dan pegawai secara rahasia.

7. Memastikan bahwa staf dan diri sendiri terlatih dengan baik dan memanfaatkan alat teknologi komunikasi secara total. 8. Menggunakan pengetahuan mengenai dinamika kelompok

untuk pencapaian tujuan dan memaksimalkan komunikasi dalam organisasi.


(18)

2.2.8 Aplikasi Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan 2.2.8.1 Komunikasi saat timbang terima

Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan dan yang belum, serta respons pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat didekat pasien (Nursalam, 2007).

2.2.8.2 Interview/Anamnesis

Anamnesis merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien saat melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan. Anamnesis dilakukan oleh perawat kepada pasien, keluarga, dokter, dan tim kesehatan lainnya (Nursalam, 2007).

Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi melalui interview: menghindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat, menghindari interupsi, menghindari respons dengan hanya “ya” atau “tidak”, menghindari melakukan monopoli pembicaraan, menghindari hambatan personal (Nursalam, 2007).


(19)

2.2.8.3 Komunikasi melalui komputer

Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat, dan akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Data-data klien di komputer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masa)lah pasien dan memberikan intervensi yang akurat (Nursalam, 2007).

2.2.8.4 Komunikasi tentang kerahasiaan

Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi. Perawat sering dihadauntupkan pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien, disatu sisi perawat membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa yang dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak perawat harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapa pun (Nursalam, 2007).

2.2.8.5 Komunikasi melalui sentuhan

Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien


(20)

depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam pengambilan keputusan (Nursalam, 2007).

2.2.8.6 Dokumentasi sebagai alat komunikasi.

Komunikasi yang didokumentasikan mempunyai manfaat, yaitu dapat digunakan untuk keperluan yang bermanfaat, mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan, apa yang sudah dan akan dilakukan pasien, manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat.

2.2.8.7 Komunikasi perawat dan tim kesehatan.

Komunikasi yang baik akan dapat meningkatkan hubungan professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya, dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatn professional merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lainnya.

2.2.9 Hambatan-hambatan terhadap komunikasi efektif

Ada tiga hambatan komunikasi dalam organisasi menurut Handoko (1998), yaitu 1). tingkat hirarki; 2). wewenang manajerial; dan 3). Spesialisasi.


(21)

1. Tingkat Hirarki

Apabila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cendrung menjadi berkurang ketepatannya. Berita yang mengalir keatas atau ke bawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui beberapa “filter” dengan persepsi, motif, kebutuhan, dan hubungan sendiri. Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah, mengurangi, merubah, atau sama sekali berbeda dengan berita aslinya.

2. Wewenang manajerial

Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tetapi dilain pihak, pada kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan terhadap komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi dimana mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara atasan dan bawahan.


(22)

3. Spesialisasi

Spesialisasi dapat menciptakan masalah-masalah komunikasi, dimana cendrung memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan.

Manajer juga perlu memperhatikan hambatan-hambatan komunikasi organisasi antar pribadi, seperti persepsi selektif, status atau kedudukan komunikator, keadaan membela diri, pendengaran lemah, ketidaktepatan penggunaan bahasa (Handoko, 1998). Oleh karena itu, hambatan-hamabtan dalam organisasi perlu diminimalkan atau dihilangkan agar tujuan organisasi dapat tercapai.

2.2.10 Pedoman Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang baik dalam organisasi perlu dibina, adapun pedoman dalam komunikasi yang baik, (Handoko, 1998) adalah 1. Mencari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum

dikomunikasikan.

2. Meneliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.

3. Mempertimbangkan keadaan psikis dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan.

4. Mengkonsultasikan dengan pihak-pihak lain, dalam perencanaan komunikasi.


(23)

5. Memperhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi.

6. Mengambil kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu atau umpan balik.

7. Mengikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan. 8. Memperhatikan konsistensi komunikasi.

9. Melakukan tindakan yang dapat mendorong komunikasi.

10.Menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.


(24)

BAB III KESIMPULAN

1. Komunikasi merupakan suatu pertukaran informasi melalui satu orang ke orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Komunikasi organisasi adalah suatu proses menyampaikan informasi/komunikasi pada satu orang atau lebih untuk dapat dipahami dan dimengerti sehingga dapat tercapai fungsi-fungsi manajemen keperawatan.

3. Manajer yang baik akan dapat memberikan komunikasi yang efektif, dengan memiliki strategi yaitu manajer harus memahami struktur organisasi, manajer harus berkonsultasi dengan bagian departemen atau disiplin lain apabila ada informasi/komunikasi yang baru, komunikasi harus jelas, manajer bertanggung jawab, mencari umpab balik tentang komunikasi yang diberikan kepada staf, manajer tidak membebani pegawai dengan informasi yang tidak perlu.

4. Hambatan-hambatan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial dapat diselesaikan melalui komunikasi organisasi yang efektif.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Supriyatno (2006). Manajemen bangsal keperawatan. (Cetakan Pertama). Jakarta: EGC

Handoko, H. (1998). Manajemen. Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah mada. Yogyakarta. Edisi 2. BPFE

Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. Teori, metoda dan formula.. Depok. Edisi Revisi.. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. FKM-UI.

Nasir, dkk. (2009). Komunikasi dalam praktek keperawatan. Teori dan aplikasi. Salemba Medika. Jakarta.

Nursalam (2007). Manajemen keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Jakarta. Edisi 4. Salemba medika.

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori

dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Handayani. Jakarta. Edisi 4.

EGC.

Potter dan Perry (2009). Fundamentals of nursing. Fundamental keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Buku 1. Edisi 7.

Tappen, R.M. (1995). Nursing leadership and management: consepts and

practice. Third Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Wahono, R.S. (2001). Pengantar manajemen organisasi. Oktober 21, 2010.


(1)

depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam pengambilan keputusan (Nursalam, 2007).

2.2.8.6 Dokumentasi sebagai alat komunikasi.

Komunikasi yang didokumentasikan mempunyai manfaat, yaitu dapat digunakan untuk keperluan yang bermanfaat, mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan, apa yang sudah dan akan dilakukan pasien, manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat.

2.2.8.7 Komunikasi perawat dan tim kesehatan.

Komunikasi yang baik akan dapat meningkatkan hubungan professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya, dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatn professional merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lainnya.

2.2.9 Hambatan-hambatan terhadap komunikasi efektif

Ada tiga hambatan komunikasi dalam organisasi menurut Handoko (1998), yaitu 1). tingkat hirarki; 2). wewenang manajerial; dan 3). Spesialisasi.


(2)

1. Tingkat Hirarki

Apabila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cendrung menjadi berkurang ketepatannya. Berita yang mengalir keatas atau ke bawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui beberapa “filter” dengan persepsi, motif, kebutuhan, dan hubungan sendiri. Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah, mengurangi, merubah, atau sama sekali berbeda dengan berita aslinya.

2. Wewenang manajerial

Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tetapi dilain pihak, pada kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan terhadap komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi dimana mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara atasan dan bawahan.


(3)

3. Spesialisasi

Spesialisasi dapat menciptakan masalah-masalah komunikasi, dimana cendrung memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan.

Manajer juga perlu memperhatikan hambatan-hambatan komunikasi organisasi antar pribadi, seperti persepsi selektif, status atau kedudukan komunikator, keadaan membela diri, pendengaran lemah, ketidaktepatan penggunaan bahasa (Handoko, 1998). Oleh karena itu, hambatan-hamabtan dalam organisasi perlu diminimalkan atau dihilangkan agar tujuan organisasi dapat tercapai.

2.2.10 Pedoman Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang baik dalam organisasi perlu dibina, adapun pedoman dalam komunikasi yang baik, (Handoko, 1998) adalah 1. Mencari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum

dikomunikasikan.

2. Meneliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.

3. Mempertimbangkan keadaan psikis dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan.

4. Mengkonsultasikan dengan pihak-pihak lain, dalam perencanaan komunikasi.


(4)

5. Memperhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi.

6. Mengambil kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu atau umpan balik.

7. Mengikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan. 8. Memperhatikan konsistensi komunikasi.

9. Melakukan tindakan yang dapat mendorong komunikasi.

10.Menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.


(5)

BAB III KESIMPULAN

1. Komunikasi merupakan suatu pertukaran informasi melalui satu orang ke orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Komunikasi organisasi adalah suatu proses menyampaikan informasi/komunikasi pada satu orang atau lebih untuk dapat dipahami dan dimengerti sehingga dapat tercapai fungsi-fungsi manajemen keperawatan.

3. Manajer yang baik akan dapat memberikan komunikasi yang efektif, dengan memiliki strategi yaitu manajer harus memahami struktur organisasi, manajer harus berkonsultasi dengan bagian departemen atau disiplin lain apabila ada informasi/komunikasi yang baru, komunikasi harus jelas, manajer bertanggung jawab, mencari umpab balik tentang komunikasi yang diberikan kepada staf, manajer tidak membebani pegawai dengan informasi yang tidak perlu.

4. Hambatan-hambatan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial dapat diselesaikan melalui komunikasi organisasi yang efektif.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Supriyatno (2006). Manajemen bangsal keperawatan. (Cetakan Pertama). Jakarta: EGC

Handoko, H. (1998). Manajemen. Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah mada. Yogyakarta. Edisi 2. BPFE

Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. Teori, metoda dan formula.. Depok. Edisi Revisi.. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. FKM-UI.

Nasir, dkk. (2009). Komunikasi dalam praktek keperawatan. Teori dan aplikasi. Salemba Medika. Jakarta.

Nursalam (2007). Manajemen keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Jakarta. Edisi 4. Salemba medika.

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Handayani. Jakarta. Edisi 4. EGC.

Potter dan Perry (2009). Fundamentals of nursing. Fundamental keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Buku 1. Edisi 7.

Tappen, R.M. (1995). Nursing leadership and management: consepts and practice. Third Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Wahono, R.S. (2001). Pengantar manajemen organisasi. Oktober 21, 2010.