Analisis Posisi Buruh Perempuan dalam Lingkungan Kerja Studi Kasus Pada CV. Madani Anugrah Semesta, Jalan. M.Nawi Harahap Simpang Limun, Medan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS POSISI BURUH PEREMPUAN DALAM LINGKUNGAN KERJA
( Studi Kasus pada CV. Madani Anugrah Semesta, jalan. M.Nawi Harahap
Simpang Limun, Medan )

SKRIPSI
Diajukan oleh :
ROMAITO FITRIANA SIREGAR
070901020
Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama
:
Romaito Fitriana Siregar
NIM
:
070901020
Departemen :
Sosiologi
Judul
:
Analisis Posisi Buruh Perempuan dalam Lingkungan Kerja
(Studi Kasus Pada CV. Madani Anugrah Semesta, jalan.
M.Nawi Harahap Simpang Limun, Medan)


Dosen Pembimbing,

Ketua Departemen,

Dra Ria Manurung , M. Si
NIP. 196 212 031 989032 001

Dra. Lina Sudarwati, M. Si
NIP. 196 603 181 989032 001

Dekan,

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si
NIP. 196 805 251 992 031 002

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Posisi Buruh Perempuan Dalam
Lingkungan Kerja” studi kasus pada CV. Madani Anugrah Semesta, jalan M.

Nawi Harahap Simpang Limun Medan. Latar belakang dari penelitian ini adalah
karena banyaknya kasus ketimpangan gender bagi perempuan dalam lingkungan kerja
perusahaan. Buruh perempuan mengalami kondisi yang selalu ditempatkan pada
posisi kerja dibagian terbawah dari buruh laki-laki dalam lingkungan kerja yang
mengakibatkan ketimpangan gender. Aturan kerja yang membedakan buruh laki-laki
dan buruh perempuan atas adanya hubungan kerja dengan melakukan perjanjian
kerja bersama antara buruh dengan pihak perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
observasi, wawancara mendalam studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit
analisis adalah para buruh perempuan di CV. Madani Anugrah Semesta, dan yang
menjadi informan adalah 8 buruh perempuan, 2 buruh laki-laki, 1 Pimpinan
cabang/Manajer, 1 Direktur Utama Lembaga Advokasi Pekerja Indonesia Sumatera
Utara, dan 1 Pegawai Negri dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Interpretasi data
dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun ke lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi perempuan dalam lingkungan
kerja dianggap rendah. Buruh perempuan mengalami ketidakadilan dari pihak
perusahaan dalam pemberian hak di perusahaan, yaitu buruh perempuan tidak
mendapatkan peningkatan karir sedangkan laki-laki mendapatkannya, karena adanya
perjanjian kerja bersama yang disepakati oleh buruh dan pihak perusahaan. Sulitnya

kondisi sosial ekonomi buruh perempuan yang membuat mereka tetap menerima, dan
bertahan atas perbedaan ketidakadilan bagi buruh perempuan yang terjadi dalam
perusahaan. Respon ataupun sikap buruh perempuan hanya dapat menerima dengan
terpaksa atas adanya perlakuan yang tidak adil dalam lingkungan kerja.
Ketergantungan yang terjadi antara buruh dan pihak perusahaan untuk mencapai
tujuan yang maksimal. Buruh perempuan memiliki tenaga untuk bekerja dan
pengusaha memiliki modal (uang) untuk mempekerjakan buruh atas kekuasaannya.
Buruh perempuan tidak mendapatkan peningkatan jenjang karir, prestasi kerja, dan
tidak mendapatkan cuti haid, cuti hamil, serta dilarang menikah yang aturan ini yang
sudah disepakati buruh perempuan dari awal bekerja.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SAW karena berkat dan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Analisis
Posisi Buruh Perempuan dalam Lingkungan Kerja” di CV. Madani Anugrah
Semesta jalan M Nawi Harahap Simpang Limun Medan.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, do’a, dan kerja sama dari berbagai
pihak, baik dukungan moral maupun materi maka skripsi ini terselesaikan dengan

baik. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari penulisan
proposal disaat penelitian dan sampai selesainya skripsi ini. Oleh sebab itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada, yaitu :
1. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Dahrinuddin Siregar SH, dan Mama
Hasrawati Harahap yang telah memberikan do’a, kasih sayang, semangat,
nasehat dan perhatian serta terus berusaha memberikan yang terbaik untuk
penulis. Terima kasih kepada ibunda yang telah membesarkan penulis
dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu memberikan didikan dan
disiplin

sejak penulis masih kecil hingga sekarang. Tiada kata yang

mewakili ucapan terimakasih anakmu ini atas pengorbanan yang Mama
dan Bapak selama ini berikan.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
Bapak Prof. Badaruddin, M.Si.
3. Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si yang telah


Universitas Sumatera Utara

banyak memberikan nasehat dan apresiasi kepada penulis selama
menjadi mahasiswa di Departemen Sosiologi.
4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, M. SP selaku Seketaris Departemen.
5. Teristimewa buat Ibu Dra.Ria manurung, M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberi masukan, meluangkan waktu, memberikan
pengetahuan dan

pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini. Beliau

yang telah memberikan pengajaran yang sangat berarti bagi saya.
6. Seluruh dosen pengajar Departemen Sosiologi yang telah membimbing
saya selama saya menjadi mahasiswa.
7. Seluruh staf pegawai Departemen Sosiologi

yang membantu dan

mendukung proses penyelesaian studi dalam urusan administrasi di
departemen dan pendidikan.

8. Kepada Bapak Nugroho Widi Hidayat selaku Pimpinan cabang CV.
Madani Anugrah Semesta jalan m nawi harahap simpang limun Medan
atas

kerjasamanya

yang

memberikan

masukan

informasi

yang

menunjang penulisan ini.
9. Kepada para buruh yang bekerja di CV. Madani Anugrah Semesta yang
telah bersedia menjadi informan dan memberikan informasi serta
meluangkan waktunya.

10. Kepada Bapak Ali Nober Siregar SH, selaku PNS di Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja yang memberikan informasi yang menunjang penulisan
skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

11. Kepada Ibu Kemala Wati SH, selaku Direktur Utama Lembaga
Advokasi Pekerja Indonesia yang telah memberikan informasi yang
menunjang penulisan skripsi ini.
12. Saudara-saudara saya Herlina Siregar, Rosmadaniah Siregar, Eva
Novianti Siregar SE, terima kasih atas masukannya dan kritikannya
selama ini.
13. Kepada Muhammad Saib Lubis, terima kasih atas dukungan, do’a,
motivasi, dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman mahasiswa Departemen Sosiologi stambuk 2007 yang
selalu mendukung saya atas penyelesaian skripsi ini, yaitu terkhusus
untuk teman-teman terdekat saya yaitu, Dini Saputri, Puteri Atikah,
Suryani Tinendung, Lia Lidia Saragih, Martinus Alfredo, Lonaria Sitepu,
Desti Ariani, Ninda Ovtika, Lestari, Helen, Adrian, Indra Fitri, Ester
Novita, Muhammad Rizki Ananda, Berta Mecha, Agustina, Leo Purba,

dan Maya Lestari serta semua teman-teman seperjuangan di sosiologi
2007 yang telah berjuang bersama menempuh perjalanan susah, senang
dan sedih di waktu perkuliahan dari tahun 2007 sampai pada
penyelesaian skripsi kita masing-masing. Semoga kita bisa menjadi
orang yang sukses.
15. Terima kasih kepada para abang, kakak, dan adik-adik selaku mahasiswa
Departemen Sosiologi yang selama ini mengisi hari-hari saya dikampus.

Universitas Sumatera Utara

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis
menerima segala saran, masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak
dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap
pihak yang memerlukannya, baik langsung maupaun tidak langsung.

Medan, April 2012
Penulis

Romaito Fitriana Siregar

Nim : 070901020

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................x
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................7
1.3 Tujuan ................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................8
1.4.1 Manfaat Teoritis .........................................................................8
1.4.2 Manfaat Praktis ..........................................................................8
1.5 Definisi Konsep...................................................................................8


BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan
Buruh .......................................................................................... 11
2.2 Ketimpangan Gender ................................................................ 12
2.2.1 Masyarakat dalam Sistem Patriarkhi....................................... 13
2.2.2 Subordinasi.............................................................................. 14
2.2.3 Marginalisasi ........................................................................... 16
2.2.4 Streotipe .................................................................................. 17
2.2.5 Diskriminasi ........................................................................... 17
2.3 Hak-hak Buruh secara Umum di Indonesia .............................. 18

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Hak-hak Buruh Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 ............ 19
2.3.2 Kewajiban Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 .................... 21
2.4 Teori Fenomenologi .................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 24
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................ 24
3.3 Unit Analisis dan Informan ........................................................ 25
3.3.1 Unit Analisis ............................................................................. 25
3.3.2 Informan ................................................................................ 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 26
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 26
3.4.1.1 Observasi ............................................................................. 26
3.4.1.2 Wawancara Mendalam ........................................................ 26
3.4.2 Data Sekunder ......................................................................... 27
3.5 Interpretasi Data ......................................................................... 27
3.6 Jadwal Kegiatan ........................................................................ 28
3.7 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 28
BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Profil CV. Madani Anugrah Semesta.............................................. 30
4.1.1 Sejarah CV. Madani Anugrah Semesta......................................... 31
4.1.2 Deskipsi Lokasi Penelitian ............................................................ 32
4.1.3 Gambaran Buruh pada CV. Madani Anugrah Semesta ............... 33
4.1.4 Struktur Organisasi ........................................................................ 34

Universitas Sumatera Utara

4.1.5 Syarat Buruh .................................................................................. 39
4.2 Profil Informan ................................................................................. 41
4.2.1 L Silaban (22 Tahun) .................................................................... 41
4.2.2 K (22 Tahun) ................................................................................. 43
4.2.3 K (25 Tahun) ................................................................................. 44
4.2.4 Y (23 Tahun) ................................................................................. 44
4.2.5 I Silalahi (24 Tahun) ..................................................................... 47
4.2.6 S (25 Tahun).................................................................................. 48
4.2.7 Y (22 Tahun) ................................................................................. 50
4.2.8 M (22 Tahun) .............................................................................. 51
4.2.9 R (27 Tahun) ................................................................................ 52
4.2.10 B Siregar (26 Tahun)................................................................... 53
4.2.11 N (36 Tahun) ............................................................................... 54
4.2.12 A Siregar (50 Tahun) ................................................................ 56
4.2.13 K (52 Tahun) ............................................................................... 57
4.3 Interpretasi Data Penelitian ............................................................ 58
4.3.1 Makna Pekerjaan bagi Buruh Perempuan ................................... 58
4.3.2 Persetujuan Kontrak Kerja ........................................................... 59
4.3.3 Gambaran Diskriminasi Pekerjaan ............................................... 61
4.3.4 Status Perkawinan Buruh Perempuan .......................................... 63
4.3.5 Tidak Ada Cuti Haid dan Cuti Hamil .......................................... 65
4.3.6 Tidak Ada Peningkatan Karir ...................................................... 67
4.3.7 Sikap Buruh Terhadap Kontrak Kerja .......................................... 68

Universitas Sumatera Utara

4.3.8 Pembagian Kerja Buruh Perempuan dan Buruh Laki-laki ........... 70
4.3.9 Penghargaan dalam Prestasi Kerja ............................................... 74
4.3.10 Respon Buruh Perempuan dalam Perlakuan Posisi Pekerjaan ... 78
4.3.11 Ketidakadilan Pekerjaan ............................................................. 78
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 82
5.2 Saran........................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
4.1

Struktur Kerja CV. Madani Anugrah Semesta Tahun 2005-2011 .............. 32

4.2

Gambaran Buruh pada CV. Madani Anugrah Semesta ............................ 33

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Posisi Buruh Perempuan Dalam
Lingkungan Kerja” studi kasus pada CV. Madani Anugrah Semesta, jalan M.
Nawi Harahap Simpang Limun Medan. Latar belakang dari penelitian ini adalah
karena banyaknya kasus ketimpangan gender bagi perempuan dalam lingkungan kerja
perusahaan. Buruh perempuan mengalami kondisi yang selalu ditempatkan pada
posisi kerja dibagian terbawah dari buruh laki-laki dalam lingkungan kerja yang
mengakibatkan ketimpangan gender. Aturan kerja yang membedakan buruh laki-laki
dan buruh perempuan atas adanya hubungan kerja dengan melakukan perjanjian
kerja bersama antara buruh dengan pihak perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
observasi, wawancara mendalam studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit
analisis adalah para buruh perempuan di CV. Madani Anugrah Semesta, dan yang
menjadi informan adalah 8 buruh perempuan, 2 buruh laki-laki, 1 Pimpinan
cabang/Manajer, 1 Direktur Utama Lembaga Advokasi Pekerja Indonesia Sumatera
Utara, dan 1 Pegawai Negri dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Interpretasi data
dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun ke lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi perempuan dalam lingkungan
kerja dianggap rendah. Buruh perempuan mengalami ketidakadilan dari pihak
perusahaan dalam pemberian hak di perusahaan, yaitu buruh perempuan tidak
mendapatkan peningkatan karir sedangkan laki-laki mendapatkannya, karena adanya
perjanjian kerja bersama yang disepakati oleh buruh dan pihak perusahaan. Sulitnya
kondisi sosial ekonomi buruh perempuan yang membuat mereka tetap menerima, dan
bertahan atas perbedaan ketidakadilan bagi buruh perempuan yang terjadi dalam
perusahaan. Respon ataupun sikap buruh perempuan hanya dapat menerima dengan
terpaksa atas adanya perlakuan yang tidak adil dalam lingkungan kerja.
Ketergantungan yang terjadi antara buruh dan pihak perusahaan untuk mencapai
tujuan yang maksimal. Buruh perempuan memiliki tenaga untuk bekerja dan
pengusaha memiliki modal (uang) untuk mempekerjakan buruh atas kekuasaannya.
Buruh perempuan tidak mendapatkan peningkatan jenjang karir, prestasi kerja, dan
tidak mendapatkan cuti haid, cuti hamil, serta dilarang menikah yang aturan ini yang
sudah disepakati buruh perempuan dari awal bekerja.

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap
penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.
Opini masyarakat yang mengatakan bahwa buruh belum siap untuk pembangunan
perekonomian negara, dikarenakan buruh tidak mendapatkan kesejahteraan dan
kehidupan kerja yang layak di lingkungan kerja. Pihak perusahaan selalu
mengutamakan kepentingan pribadi, dari pada kepentingan buruh yang telah bekerja
untuk perusahaan. Pada saat ini, di lingkungan kerja, terdapat pemerasan terhadap
buruh yang terus berlangsung yaitu upah yang tidak sesuai, dan pemerasan jam kerja,
maka sadar atau tidaknya hak-hak buruh belum sepenuhnya diperhatikan
(http://www.koranburuh.org diakses pada tanggal 18 Februari 2011, pukul 13.15
WIB).
Aksi ratusan massa memperingati Hari Buruh 1 Mei 2011 di halaman gedung
DPRD Sumut dan Kantor Gubsu, berlangsung tertib. Buruh dari berbagai organisasi
yang mengatasnamakan Front Persatuan Pembebasan Buruh meminta agar
pemerintah menghapuskan sistem buruh kontrak (outsourcing), buruh harian lepas
dan buruh borongan. Selain itu, bubarkan pengadilan hubungan industrial karena
tidak memberi keberpihakan dan solusi bagi penyelesaian kasus buruh serta mereka
menuntut dihentikannya kekerasan dan diskriminasi bagi buruh anak dan buruh

Universitas Sumatera Utara

perempuan (Harian Analisa:2011). Fenomena yang menarik tema gerakan buruh
selama ini yaitu mengenai buruh kontrak, upah yang tidak setimpal antara tenaga dan
waktunya yang digunakan dan ternyata buruh tidak mendapatkan timbal balik atau
balasan yang setimpal. Pengusaha dan pemodal memberikan bentuk penindasan
seperti pemberian upah buruh yang tidak layak atau tidak sesuai dengan standar
hidup, pemotongan-pemotongan gaji, dan beberapa beban–beban lain yang
ditindihkan kepada para buruh (Harian Kompas:2007).
Secara konteks di Indonesia, kenyataannya bahwa buruh mempunyai posisi
“kelas dua” dibawah para majikan dan kondisi buruh pada saat ini semakin buruk
dengan bergantinya pemerintahan. Sebagaimana yang dialami buruh dari PT.
Dirgantara Indonesia mengatakan bahwa selama 17 tahun menjadi buruh, kondisi
buruh tidak semakin membaik. Pada zaman kepemimpinan presiden Soeharto,
terdapat adanya pertimbangan terlebih dahulu jika pemutusan hubungan kerja (PHK)
terjadi dan hal tersebut yang dapat mensejahterakan kehidupan buruh. Namun pada
saat sekarang ini dengan mudahnya pihak pengusaha memberhentikan pekerja karena
kurangnya kontrol dari pemerintah untuk perusahaan (http//tempointeraktif.com
diakses pada tanggal 20 Februari 2011, pukul 10.10 WIB). Adanya kesepakatan atau
perjanjian kerja bersama antara buruh dengan pihak perusahaan yang harus diikuti
dan dilakukan buruh dalam lingkungan kerja perusahaaan dan hak-hak buruh dijamin
oleh konstitusi negara dan juga terkait pada pasal 27 ayat (2) UUD tahun 1945
menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”.

Universitas Sumatera Utara

Dilihat di Indonesia pada saat ini jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah
sebesar 35.479.000 orang dan 87 persen dari angkatan kerja tersebut didominasi oleh
kaum perempuan (Sakernas:Survei Angkatan Kerja Nasional 2003). Dominasi
perempuan yang belum menikah terserap dan bekerja dibeberapa industri padat karya
seperti dipabrik, dan menjadi pekerja di toko-toko. Perempuan bekerja sebagai buruh
dalam lingkungan kerja yang mengalami marginalisasi, subordinasi, stereotype, dan
diskriminasi bagi pihak perusahaan.
Salah satu bentuk diskriminasi di pasar kerja yang banyak mendapat sorotan
adalah diskriminasi upah menurut jenis kelamin. Perusahaan dianggap melakukan
pembedaan upah tanpa kriteria obyektif atau terkait dengan kinerja buruh. Buruh
perempuan di Indonesia menerima upah lebih rendah dari pada buruh laki-laki.
Secara rata-rata keseluruhan buruh perempuan hanya menerima 74 persen dari upah
yang diterima buruh laki-laki. Perbedaan upah buruh itu konsisten di setiap provinsi,
dengan rasio upah perempuan dibandingkan dengan laki-laki yang bervariasi
(Kompas:2007). Berdasarkan kasus-kasus tindak diskriminasi ini dapat dilihat tidak
berjalannya undang-undang tentang ketenagakerjaan di perusahaan-perusahaan, yaitu
dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1984 Tanggal
24 JULI 1984 “Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Wanita”. Masalah diskriminasi pekerjaan tidak mengenal pembedaan upah antara
laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan sama, tetapi membatasi akses perempuan
pada pekerjaan tertentu. Lebih spesifik lagi, perempuan hanya diberi akses untuk
pekerjaan "marjinal" yang upahnya lebih rendah dari laki-laki. Adanya aksi yang
dilakukan puluhan perempuan yang para demonstran memprotes Undang Undang

Universitas Sumatera Utara

Ketenagakerjaan yang dinilai mendiskriminasikan perempuan. Satu di antaranya upah
perempuan lebih rendah ketimbang laki-laki. Menurut demonstran, kesejahteraan
perempuan tak lepas dari kemakmuran rakyat.
Undang-undang ketenagakerjaan no 13 tahun 2003 menyatakan bahwa buruh
perempuan adalah buruh yang memiliki hak-hak dan kewajiban, serta kesamaan
kesempatan pekerjaan yang berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan. Buruh
perempuan juga merupakan buruh yang memperoleh dampak dari sistem dominasi di
dalam lingkungan kerja yang menjadi fenomena dari produk kapitalisme modern
yang artinya buruh perempuan mengalami kondisi yang selalu di tempatkan di bagian
terbawah dari buruh laki-laki dan dianggap sebagai tulang punggung dari proses
produksi di lingkungan kerja. Pada satu sisi masuknya perempuan kedalam sektor
industri ini dilihat sebagai proses pembebasan berupa emansipasi perempuan
memasuki dunia kerja, sehingga bisa lepas dari belenggu pekerjaan domestik yang
cukup membebani perempuan dari sektor beban kerja. Kondisi buruh masih
memprihatinkan yaitu masih pada persoalan yang bersifat klasik seputar masalah
kondisi upah yang masih sangat rendah dan belum lagi ditambah dengan persoalanpersoalan lain seperti kesehatan reproduksi, diskriminasi, pelecehan seksual dan lainlain.
Pembicaraan mengenai kondisi buruh perempuan di lingkungan kerja selama
ini memang diarahkan kepada kondisi upah mereka yang cukup rendah dibandingkan
buruh laki-laki ataupun buruh perempuan di negara lain. Buruh laki-laki dianggap
lebih rasional, kuat dan lebih bebas berkarir yang berpengaruh pada industri. Banyak
bagian pekerjaan yang mampu buruh laki-laki kerjakan, bahkan buruh laki-laki

Universitas Sumatera Utara

disediakan fasilitas kerja yaitu tersedianya kamar kecil yang sanitasinya terjaga untuk
kesehatan reproduksi mereka. Buruh laki-laki lebih mendapatkan upah yang lebih
tinggi dikarenakan pengaruh budaya patriarki yang selalu berjalan di masyarakat dan
buruh laki-laki lebih berpeluang meniti jenjang karir hingga posisi tertinggi di
lingkungan kerja (Harmona Daulay:2007).
Buruh perempuan dalam dunia kerja 80 persen mengalami diskriminasi.
Disini terlihat pada kondisi buruh perkebunan di Sumatera Utara yang 70 persen
membedakan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, yaitu buruh laki-laki
dipekerjakan sebagai buruh syarat kerja umum (SKU) yang selalu memperoleh upah
pokok dan jaminan sosial yang diatur sesuai dengan perjanjian kerja bersama yang
disepakati oleh pihak perusahaan dengan perwakilan serikat buruh setempa,
sedangkan buruh perempuan hanya dipekerjakan sebagai buruh harian lepas (BHL)
yang memperoleh upah harian, kerja sesuai dengan target sistem kerja yang sama
dengan SKU buruh harian tetap tanpa mendapatkan hak atas jaminan sosial buruh,
dan juga tidak diberikan kejelasan atas spesialisasi kerja dan peraturan kerja BHL
hanya

tergantung

kepada

asisten

kebun

dan

mandor

(Kelompok

Pelita

Sejahtera:2008).
Sistem kekerabatan masyarakat Indonesia umumnya

adalah masyarakat

patriakat. Patriakat adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.
Ideologi Patriarki berkembang dalam masyarakat yang menganut sistem patrilinieal,
dimana laki-laki pada sistem ini sangat dominan, dan menjadi tokoh penting dalam
lingkungan kerja, juga dalam berbagai bidang, baik dalam masyarakat adat,
kekuasaan, maupun akses terhadap bidang ekonomi. Nilai patriaki yang ada dalam

Universitas Sumatera Utara

masyarakat masih menjadi referensi masalah relasi kekuasaan antara laki-laki dan
perempuan. Dalam nilai patriaki, kedudukan laki-laki ditempatkan lebih tinggi dari
perempuan dalam aspek kehidupan. Perempuan dianggap sebagai sub-ordinat lakilaki dan masih dimarginalkan. Kedudukan seperti ini menyebabkan otoritas
mengambil keputusan hak dan kewajiban berada di tangan laki-laki.
Peraturan hak dan kewajiban yang dapat dibedakan dalam dua bentuk
kelompok yaitu hak dan kewajiban yang sifatnya makro minimal yang artinya
peraturan yang ditetapkan dalam perundang-undangan ketenagakerjaan. Artinya
adalah hal-hal yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan berlaku
menyeluruh bagi semua perusahaan dengan standar minimal, meskipun perusahaan
dapat menerapkan standar yang lebih tinggi dari pada yang diatur di dalam peraturan
perundang-undangan. Peraturan hak dan kewajiban yang sifatnya mikro kondisional
dalam pengertian bahwa standar yang hanya diberlakukan bagi perusahaan secara
individual telah sesuai dengan kondisi perusahaan bersangkutan. Peraturan ini
berlaku bagi pekerja atau buruh secara perorangan dalam bentuk perjanjian kerja
perorangan, dan berlaku secara kolektif dalam bentuk peraturan perusahaan (PP) atau
perjanjian kerja bersama (PKB) (Adrian Sutedi, 2009: 29).
Hasil

observasi

sementara,

CV.

Madani

Anugrah

Semesta

tidak

memberlakukan peraturan pemberian cuti haid, cuti hamil, dilarang menikah dan
tidak diberikan peningkatan karir selama masa kerja di CV. Madani Anugrah
Semesta.
Pada dasarnya CV. Madani Anugrah Semesta memiliki lebih banyak buruh
perempuan sebagai sales alat–alat elektronik. Buruh perempuan dan pihak perusahaan

Universitas Sumatera Utara

telah melakukan perjanjian kerja dalam hubungan kerja yang disepakati bersama.
CV.Madani Anugrah Semesta memberikan jam kerja dari pukul 08.00 pagi-16.00
sore untuk kerja lapangan dalam menawarkan dan menjual barang-barang elektronik
yang akan mereka jual setiap harinya. Disini buruh dan pihak perusahaan melakukan
perjanjian kerja atas dasar kesepakatan bersama, dan hal-hal yang dilakukan buruhburuh di lingkungan tempat kerjanya harus sesuai dengan perjanjian kerja yang telah
dilakukan. Hubungan kerja yang disepakati antara para buruh dengan atasannya
melalui perjanjian kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tenaga kerja, tetapi masih banyak buruh perempuan yang mau bekerja di CV. Madani
Anugrah Semesta. Hal ini yang menjadi alasan peneliti tertarik meneliti masalah
mengenai analisis posisi buruh perempuan dalam lingkungan kerja.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan
masalah adalah :
1. Bagaimana sebenarnya posisi buruh perempuan pada CV. Madani Anugrah
Sejahtera?
2. Bagaimana respon buruh perempuan terhadap posisi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang
diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui

Universitas Sumatera Utara

posisi buruh perempuan dan mengetahui respon buruh perempuan terhadap posisi
kerja di CV. Madani Anugrah Semesta.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
peneliti dan juga kepada pembaca mengenai posisi dan respon buruh perempuan
dalam perusahaan dan bermanfaat dalam mengembangkan teori ilmu–ilmu sosial
khususnya ilmu sosiologi perburuhan, sosiologi gender dan sosiologi industri. Selain
itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat meninggalkan kemampuan penulis melalui
penelitian ini, menambah referensi dari hasil penelitian dan juga di jadikan rujukan
bagi penelitian berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan
penelitian sebelumnya, dan juga dapat menghasilkan informasi yang berisikan
tentang adanya diskriminasi buruh perempuan.

1.5 Definisi Konsep
1. Diskriminasi adalah suatu pelayanan yang tidak adil terhadap individu
tertentu, dimana layanan ini di buat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh
individu tersebut. Dalam penelitian ini mengkaji analisis posisi buruh perempuan di
tempat kerja yang tidak sesuai dengan aturan bekerja individu berdasarkan hubungan

Universitas Sumatera Utara

industri dan perjanjian kerja, seperti, tidak adanya peningkatan karir bagi buruh
perempuan.
2. Buruh perempuan adalah salah satu pekerja perempuan yang bekerja pada
sektor industri dan kondisinya adalah mempromosikan barang-barang produksi pada
masyarakat di Medan.
3. Perempuan adalah jenis kelamin pada individu yang selalu dianggap lemah
dan berada di bawah status laki-laki.
4. Hubungan Industrial adalah hubungan kerja antara buruh dengan atasan
yang berdasarkan atas kesepakatan hubungan kerja melalui perjanjian kerja.
5. Lingkungan Kerja adalah perusahaan atau tempat bekerjanya para buruh.
Di dalam CV. Madani Anugrah Semesta buruh perempuan tidak mendapatkan
peningkatan karir selama massa buruh perempuan tersebut bekerja, sedangkan lakilaki lebih diutamakan untuk mendapatkan peningkatan karir dari pihak perusahaan.
6. Ketimpangan gender adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di
masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. kondisi
ketidakadilan yang lahir dari pembedaan sosial antara laki-laki dan perempuan. Pada
umumnya dari perempuan menjadi korban dari ketimpangan gender.
7. Subordinasi adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. CV. Madani
Anugrah Semesta lebih mengutamakan laki-laki dalam peningkatan karir di perusahaannya.

8. Stereotipe adalah pelabelan yang ada pada perempuan yang sering kali
bersifat negatif, secara umum selalu melahirkan ketidakadilan pada salah satu jenis

Universitas Sumatera Utara

kelamin tertentu. Pada kenyataannya stereotipe selalu merugikan dan menimbulkan
diskriminasi.
9. Marginalisasi adalah pembatasan yang dilakukan pihak perusahaan yang
meminggirkan buruh perempuan dan mengakibatkan kemiskinan bagi kehidupan
buruh sebagai perempuan dalam lingkungan kerja di CV. Madani Anugrah Semesta.
10. Patriarkhi adalah sebuah sistem sosial dimana dalam lingkungan kerja

kekuasaan berada pada pihak perusahaan (laki-laki) dan buruh laki-laki atau sistem
sosial yang lebih mengutamakan laki-laki.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh
Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh
perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap aktor.
Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara sejarah reaksi
lingkungan atau akibat dan sifat perilaku kini. Aktor dipandang sebagai manusia yang
mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan
tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang
mempunyai pilihan (atau nilah, keperluan).
Dalam mengejar tujuan tertentu, aktor tentu memperhatikan biaya tindakan
berikutnya yang sangat menarik yang tak jadi dilakukan itu. Seorang aktor mungkin
memilih untuk tidak mengejar yang bernilai sangat tinggi bila sumber dayanya tak
memadai, bila peluang untuk mencapai tujuan itu mengancam peluangnya untuk
mencapai tujuan berikutnya yang sangat bernilai.
Dalam mencapai suatu tujuan, seseorang mempunyai 2 nilai, antara lain:
1. Nilai yang menghasilkan daya (cost social).
2. Nilai yang berguna untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (cost benevit).
Kondisi yang terjadi dalam lingkungan kerja terkait dengan dua aktor yaitu
tuan dan buruh. Tuan atau majikan pemilik modal (uang dan perusahaan) yang
membutuhkan buruh untuk bekerja, serta memberikan upah kepada buruh untuk

Universitas Sumatera Utara

mencapai tujuan dan keuntungan yang maksimal, sedangkan buruh memiliki modal
(keahlian dan tenaga) untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Dengan
terjadinya ketergantungan ini, maka tuan dan buruh saling melakukan perilaku untuk
mencapai tujuannya masing-masing dalam lingkungan kerja perusahaan.
Teori Nitze mengenai tuan dan buruh masih berjalan dalam lingkungan kerja
hingga sekarang. Tuan sebagai pemilik modal, dan buruh sebagai seseorang yang
memiliki tenaga untuk bekerja atas dasar kekuasaan tuan. Perilaku yang dilakukan
tuan dan buruh dilakukan karena adanya kepentingan dari keduanya untuk mencapai
tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup tuan dan buruh. Tuan yang memiliki
kekuasaan untuk menetukan apa-apa saja yang harus dikerjakan buruh demi
mencapai keuntungan perusahaan, dan buruh melakukan pekerjaan karena
kepentingan kebutuhan perekonomian.

2.2 Ketimpangan Gender
Secara biologis laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi semestinya
perbedaan ini tidak dijadikan alasan untuk memberikan perlakuan berbeda-beda di
antara keduanya. Realita kehidupan di masyarakat pada umumnya, tampak posisi
perempuan tidak sebaik posisi laki-laki. Hal itu disebabkan oleh adanya ideologi
gender yang meletakkan peran laki-laki dan perempuan secara berbeda-beda yang
didasarkan pada pemahaman perbedaan biologis dan fisiologis dari laki-laki dan
perempuan dalam menentukan peran-peran mereka dan hal ini juga masih sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Ketimpangan gender ini melahirkan ketidak
adilan gender, maka dari itu bentuk-bentuk yang dapat diamati adalah munculnya

Universitas Sumatera Utara

gejala-gejala ketertinggalan, subordinasi, marjinalisasi, streotipe dan diskriminasi.
Bentuk-bentuk ini sangat terkait dengan kondisi lingkungan kerja bagi buruh
perempuan, yaitu terdiri dari :

2.2.1 Masyarakat dalam Sistem Patriarki
Rueda mengatakan bahwa patriarki adalah penyebab penindasan terhadap
perempuan (2007: 120). Masyarakat yang menganut sistem patriarki meletakkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan perempuan. Laki-laki
dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan perempuan. Kehidupan di
masyarakat yang memandang perempuan sebagai seorang yang lemah dan tidak
berdaya. Menurut Masudi seperti yang dikutip Faturochman, sejarah masyarakat
patriarki sejak awal membentuk peradaban manusia yang menganggap bahwa lakilaki lebih kuat dibandingkan perempuan baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat
dan bernegara.
Perempuan dalam masyarakat patriarki diletakkan pada posisi inferior. Mereka
biasanya tidak mempunyai peran penting dalam masyarakat dan menjadi kaum marginal.
Secara hakekat, perempuan tidak diciptakan sebagai makhluk inferior tetapi ia menjadi
inferior karena struktur kekuasaan dalam masyarakat berada di tangan laki-laki.
Masyarakat melihat segala hal termasuk perempuan, dengan sudut pandang laki-laki.
Ketika hak-hak perempuan untuk memperoleh kesetaraan peran dalam keluarga maupun
dalam masyarakat tidak dijamin maka terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan oleh
laki-laki.

Universitas Sumatera Utara

Dalam sistem patriarki laki-laki memiliki kuasa penuh terhadap perempuan.

Kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan terlebih lagi dalam budaya, keadaan
ketimpangan, asimetris dan subordinatif terhadap perempuan tampak sangat jelas.
Kondisi seperti itu yang membuat proses marjinalisasi terhadap perempuan terjadi
pada gilirannya perempuan kehilangan otonomi atas dirinya. Eksploitasi serta
kekerasan terjadi terhadap perempuan, baik di wilayah domestik maupun publik. Bagi
masyarakat tradisional patriarki dipandang sebagai hal

yang tidak perlu

dipermasalahkan, karena hal tersebut selalu dikaitkan dengan kodrat dan kekuasaan
yang tidak dapat dipungkiri oleh masyarakat. Laki-laki yang memiliki kekuasaan
yang membuat perempuan memiliki status lebih rendah dari laki-laki dalam
masyarakat.

2.2.2 Subordinasi
Subordinasi adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih
penting atau lebih utam dibandingkan jenis kelamin lainnya. Berbicara pada konteks
subordinasi tentu hal ini tidak lepas dari pembicaraan hubungan kekuasaan antara
kelompok superior dengan kelompok yang tersubordinasi. Hubungan ini melukiskan
hubungan tuan dan bawahan, dimana sang tuan melakukan eksploitasi. Ada
pandangan kedudukan perempuan lebih rendah dari laki-laki. Pada konteks fenomena
buruh pabrik ini adanya anggapan bahwa perempuan itu tidak rasional, emosional dan
lemah sehingga menempatkan perempuan pada posisi yang kurang penting. Laki-laki
dibangun sebagai “tuan” telah mengakibatkan pandangan bahwa relasinya adalah
sebagai budak. Sistem kapitalisasi memperkuat pandangan tersebut. Nilai-nilai yang

Universitas Sumatera Utara

berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan memilah-milah peran-peran gender,
laki-laki dan perempuan. Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki
peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan
publik atau produksi.
Buruh pabrik kelas yang tersubordinasi dari para pemilik pabrik /majikan
merupakan pandangan yang dikotomis. Elizabet Florence (1992) menamakan struktur
ini hirarki yaitu sistem dominasi dan subordinasi sosial, ekonomi, politik, budaya
yang didasarkan pada kekuasaan tuan/majikan. Dalam konteks fenomena buruh
perempuan di pabrik, maka kita dapat melihat bahwa pemilik modal adalah sebagai
kelompok yang mendominasi, karena memiliki sarana produksi. Buruh perempuan di
pabrik sebagai pihak yang tersubordinasi yang tetap pasrah pada kondisi yang
diciptakan karena mereka tidak mempunyai akses dan kontrol ekonomi.

2.2.3 Marginalisasi
Berbicara pada konteks marginalisasi yang terjadi pada perempuan, pada
konteks buruh perempuan, maka buruh perempuan diasosiasikan penempatannya
pada pekerjaan-pekerjaan yang marginal. Ideologi dalam memandang perempuan
sangat berpengaruh pada kondisi marginalisasi perempuan dalam konteks buruh
perempuan di pabrik. Pekerjaan–pekerjaan marginal yang dikerjakan oleh perempuan
dapat dilihat sebagai akibat proses identifikasi perempuan terhadap apa-apa yang
sesuai dengan streotipe keperempuanannya yang telah dikonstruksikan secara sosial.
Marginalisasi adalah sebuah konsep yang penting untuk memahami hubungan
antara industrialisasi dengan pekerjaan perempuan. Marginalisasi merupakan

Universitas Sumatera Utara

pembatasan yang dilakukan pihak perusahaan yang meminggirkan buruh perempuan
dan mengakibatkan kemiskinan bagi kehidupan buruh sebagai perempuan dalam
lingkungan kerja. Marginalisasi dalam arti luas dapat didefenisikan sebagai proses
perubahan hubungan kekuasaan antar manusia. Didasari atau tidak marginalisasi pada
buruh perempuan ini tidak saja terjadi di pabrik dengan sentuhan kapitalisme modern,
tetapi terjadi juga dalam lingkup keluarga, masyarakat, kultur bahkan negara.
Marginalisasi berlangsung selama dan setelah masa penjajahan yang mencerminkan
ideologi gender yang diperkuat nilai-nilai patriarkhi.
Sebagaimana kutipan dari Saptari menurut Alison Scott, seorang ahli
sosiologi Inggris melihat berbagai bentuk marginalisasi dalam empat bentuk yaitu:
(1) Proses pengucilan, perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau jenis kerja
tertentu, (2) Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins) dari pasar tenaga
kerja, berupa kecenderungan bekerja pada jenis pekerjaan yang memiliki hidup yang
tidak stabil, upahnya rendah, dinilai tidak atau kurang terampil, (3) Proses feminisasi
atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi
pekerjaan), atau pemisahan yang sematamata dilakukan oleh perempuan saja atau
laki-laki saja. (4) Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk
di antaranya perbedaan upah.
Marginalisasi ini merupakan proses pemiskinan perempuan terutama pada
masyarakat

lapisan

bawah

yang

kesejahteraan

keluarga

mereka

sangat

memprihatinkan. Marginalisasi perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan akan
tetapi juga dapat terjadi dalam rumah tangga, masyarakat, kultur, dan bahkan negara.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Streotipe
Secara umum streotipe adalah pelabelan atau ciri-ciri penandaan terhadap
suatu kelompok tertentu. Streotipe merupakan pelabelan atau penandaan yang sering
kali bersifat negatif, secara umum selalu melahirkan ketidakadilan pada salah satu
jenis kelamin tertentu. Pada kenyataannya stereotipe selalu merugikan dan
menimbulkan diskriminasi. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari
pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu,
umumnya perempuan, yang bersumber dari penandaan (stereotype) yang dilekatkan
pada mereka. Stereotipe ini berakibat wajar sekali jika pendidikan kaum perempuan
dinomorduakan.
Demikian pula perempuan adalah jenis manusia yang lemah fisik maupun
intektualnya sehingga tidak layak untuk menjadi pemimpin. Perempuan sarat dengan
keterbatasan, tidak sebagaimana laki-laki. Aktivitas laki-laki lebih leluasa, bebas,
lebih berkualitas, dan produktif. Misalnya laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah
utama, perempuan hanya dinilai sebagai suplemen yang selalu berada dibawah status
laki-laki, karena itu perempuan dalam sistem penggajian atau upah dapat diberikan
upah dan posisi kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

2.4.3 Diskriminasi
Diskriminasi terhadap perempuan ini berakar dari budaya patriarki yang
disosialisasikan melalui pendidikan di rumah. Di sektor publik, negara mengukuhkan
nilai-nilai gender dan ideologi dalam keluarga yang bias gender itu ke dalam
kebijakan, peraturan hukum, dan program-program yang bias gender. Salah satu

Universitas Sumatera Utara

bentuk diskriminasi di pasar kerja yang banyak mendapat sorotan adalah diskriminasi
upah menurut jenis kelamin. Perusahaan dianggap melakukan pembedaan upah tanpa
kriteria obyektif atau terkait dengan kinerja buruh. Diskriminasi pekerjaan tidak
mengenal pembedaan upah antara laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan sama,
tetapi membatasi akses perempuan pada pekerjaan tertentu, lebih spesifik lagi,
perempuan hanya diberi akses untuk pekerjaan marginal yang upahnya lebih rendah
ataupun tidak adanya peningkatan kerja bagi buruh perempuan tersebut di lingkungan
kerja. Akibat budaya patriarkat, maka lahir berbagai bentuk diskriminasi terhadap
buruh perempuan. Diskriminasi atas perempuan tidak hanya pada kesempatan
pekerjaan saja namun juga pada hal apapun khususnya dalam hal peningkatan karier
dan dunia politik.

2.3 Hak-hak Buruh Secara Umum di Indonesia

Hak adalah sesuatu yang harus diterima setelah menjalankan suatu kewajiban,
sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang perlu dilakukan sebelum menuntut hak.
Seorang buruh mempunyai beberapa hak dan kewajiban dalam lingkungan kerja.
Perusahaan memberikan beberapa syarat atas apa saja yang nantinya menjadi hak dan
kewajiban bagi buruh, atas dasar undang-undang ketenaga kerjaan yang telah
ditetapkan pemerintah. Dengan diadakannya perjanjian kerja antar majikan dan
buruh, itu akan menimbulkan suatu hak bagi buruh yang akan bekerja di perusahaan
sesuai dengan undang-undang ketenaga kerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Hak-hak yang diterima buruh hendaknya sesuai dengan kontribusinya ke
perusahaan. Buruh yang berprestasi diberi haknya berupa bonus atau penghargaan
yang membuat karyawan terpacu untuk mempertahankan bahkan meningkatkan
kinerjanya. Dengan begitu tercipta hubungan timbak balik yang baik antara
perusahaan dan buruh. Tidak adanya pembedaan hak-hak antara buruh laki-laki dan
perempuan dalam perusahaan yang sesuai dengan undang-undang tenaga kerja.
Adapun hak-hak buruh berdasarkan undang-undang ketenaga kerjaan, yaitu:
2.3.1 Hak-hak Buruh Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003
1. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6).
2. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan
dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja. (Pasal 11).
3. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah
mengikuti pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah,
lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja. Pasal 18 ayat (1).
4. Pasal 23, tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak
atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.
5. Pasal 31, setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan
yang layak di dalam atau di luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

6. Pasal 82, pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5
(satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Pekerja/buruh
perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5
(satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau
bidan.
7. Pasal 84, setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d, Pasal 80, dan Pasal
82 berhak mendapat upah penuh.
8. Pasal 86, setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. moral dan kesusilaan, dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.

9. Pasal 88 ayat (1), setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
10. Pasal 99 ayat (1), setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk
memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
11. Pasal 104 ayat (1), setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh.

Universitas Sumatera Utara

12. Pasal 137, mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya
perundingan.

2.3.2 Kewajiban Buruh Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003

Pasal 9
Kewajiban Melaksanakan Tugas
1. Melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
2. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
perusahaan.
3. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan
kesatuan sesame karyawan
perusahaan.
4. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.
5. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik perusahaan dengan
sebaik-baiknya.
6. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
7. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap
bawahannya.
8. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
9. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
kariernya.

2.4 Teori Fenomenologi
Pandangan Alfred Schutz melihat apa yang terjadi dalam kesadaran manusia
dalam melihat realita sosial. Dalam sosiologi fenomenologi, manusia dianggap

Universitas Sumatera Utara

sebagai stock knowledge yang didalamnya manusia dijadikan objek kesadaran
(intersubjektif) dan memahaminya dalam kehidupan sosial. Cara orang memahami
kesadaran orang lain, sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri.
Dalam dunia intersubjektif ini, orang menciptakan realita sosial dan dipaksa oleh
kehidupan sosial yang telah ada dan sudah menjadi struktural kultural ciptaan
mereka.
Secara keselurahan, Schutz memusatkan perhatian pada hubungan dialektika
antara cara individu membangun realitas sosial dan realitas kultural yang mereka
warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia sosial. Fenomenologi yang
menekankan masyarakat dalam membangun interaksi sosial, memandang makna dari
interaksi sosial dari kenyataan sosial yang dianggap penting, menangkap makna yang
ada pada tindakan aktor yang memiliki tindakan dan tujuan yang berubah-ubah
(George Ritzer:2004).
Dalam penjelasan ini, dunia yang dialami manusia dikembangkan dari kultur
yang diciptakan laki-laki dan mengasumsikan pria sebagai subjek, yakni sebagai
kesadaran diri dalam dunia yang dilihat dan didefenisi. Perbedaan yang terjadi antara
laki-laki dan perempuan sebagian berasal dari fakta ko

Dokumen yang terkait

Analisis Kebutuhan Modal Kerja pada CV.Mitra Anugrah Medan

0 24 91

Posisi Buruh Migran Perempuan Dalam Jaringan Pengriman Buruh Migran (Studi Kasus Buruh Migran Perernpuan Di Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat)

0 2 199

Analisis Perilaku Konsumen Terhadap KeputusanPembelian Sayur Organik di Pasar Simpang limun Kota Medan ( Studi kasus Pada Keputusan Konsumen dalam pebelian keputusan di pasar simpang limun kota medan)

0 7 90

Pasar Tradisional (Studi Deskriptif Tentang Jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan)

4 37 104

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PURWOSARI SURAKARTA (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Hasanudin, Jalan Perintis ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PURWOSARI SURAKARTA (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Brigjen Slamet Riya

0 3 14

PENERAPAN SISTEM PENGUPAHAN BURUH DAN DAMPAKNYA BAGI KESEJAHTERAAN BURUH DI CV ANUGRAH BANGUN SEJAHTERA Penerapan Sistem Pengupahan Buruh dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Buruh di CV Anugrah Bangun Sejahtera Sragen.

0 3 16

PENERAPAN SISTEM PENGUPAHAN BURUH DAN DAMPAKNYA BAGI KESEJAHTERAAN BURUH DI CV ANUGRAH BANGUN Penerapan Sistem Pengupahan Buruh dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Buruh di CV Anugrah Bangun Sejahtera Sragen.

0 2 13

Analisis Perancangan Sistem Kerja Dilihat Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di CV. Anugrah Trijaya Sakti).

0 0 99

Pasar Tradisional (Studi Deskriptif Tentang Jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan)

0 0 11

Pasar Tradisional (Studi Deskriptif Tentang Jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan)

0 0 1