Pasar Tradisional (Studi Deskriptif Tentang Jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan)

(1)

Foto-foto kegiatan di pasar


(2)

foto 2: lembaran kutipan pembayaran uang kebersihan para pedagang kepada dinas kebersihan


(3)

(4)

(5)

Foto 5: Stand ikan kering yang bersampingan dengan stan penjual sayur-sayuran dan perlengkapan masakan dapur dan satand ini berada di gerbang utama jika hendak masuk ke dalam pasar


(6)

Foto 6 : Salah satu pedagang yang berada di dalam pasar dan sedang melakukan pembersihan pada sayur dagangannya.


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Belsyaw, Cyril S. Tukar-menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta: PT. Gramedia. 1981.

Bungin, Burhan. Penelitian kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Geertz, Clifford. Penjaja dan Raja Kata Pengantar: Dorodjatun Kuntjoro-jakti.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1992.

Geerz, Clifford. Mojokuto ( Dinamika Social Sebuah Kota di Jawa). Jakarta: Grafiti Pers. 1986.

Malano, Herman. Selamat Pasar Tradisional (Kata Pengantar Letjend Prn H Prabowo Subianto). Jakarta: PT Gramedia Utama. 2011.

Malau, Radinton. Bisnis Pemasaran Jaringan (Studi tentang Pemanfaatan Relasi dan Strategi Member dalam Mengembangkan Bisnis Pemasaran Jaringan PT. Melia Nature Indonesia di Stokist Medan Setia Budi). Skripsi Antropologi Sosial. USU: Tidak terbit. 2011.

Sairin, Safri, Dkk. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002.

Sihotang, Ronald. Tesis Pengaruh Pasar Modern Terhada Pedagang Pasartradisional dan Masyarakat Dalam Pengembangan Wilayah Di Kec Medan Area. Sekolah Pascah SArjana: Tidak diterbitkan. 2014


(8)

Saragih, Agustina Ika H. Jaringan Pekerja Seks Komersil di Super Diskotik Nibung Raya Medan. Skripsi Antropologi Sosial. Medan: Tidak diterbitkan. 2008.

Data Online

Dampak Perubahan Lokasi Pasar Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Nagari Muaralabuh kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan http://repository.unand.ac.id/16853/1/skripsi.pdf (diakses 03 juni 2015). Galuh Oktaviana. Bab II. Tinjauan Umum Pasar Tradisional

http://e-jurnal.uajy.ac.id/835/3/2TA12704.pdf ( diakses diakses tgl 10 februari 2015)

L.V.Ratna Devi S, Msi. Revitalisasi Pasar Tradisional Pada Masyarakat Modern. http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/Pasar-Tradisional.pdf

(diakses 08 oktober 2014)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29494/8/Chapter%20I.pdf (diakses tgl 24 mei 2015)

http://perilakuorganisasi.com/theori-biaya-transaksi-transaction-cost-theory.htm (diakses tgl 31 agustus 2015)

http://chumyelith.blogspot.com/2012/03/teori-keuangan-perusahaan.html (diakses tgl 31 agustus 2015)


(9)

BAB III

BENTUK JARINGAN DAN ATURAN-ATURAN YANG MENGIKAT DI PASAR TRADISIONAL

3.1. Fungsi Pasar

Pentingnya pasar dapat kita rasakan sendiri seandainya di suatu tempat tidak dijumpai suatu pasar, akan repot misalnya bagi para produsen maka mereka harus mencari sendiri orang atau pihak yang membutuhkan hasil produksinya dari rumah ke rumah atau dari daerah ke daerah dengan demikian pasar memiliki peranan atau fungsi yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dimana fungsi tersebut antara lain :

A.Fungsi distribusi

Dimana pasar sebagai alat distribusi berfungsi mendapatkan jarak antara produsen dan konsumen dalam melakukan transaksi.

B. Fungsi pembentukan harga adalah pasar terjadi tawar-menawar antar penjual dan pembeli sampai pada akhirnya terjadi kesepakatan atau harga pasar setelah mereka sepakat dalam bentuk transaksi jual beli.

C. Fungsi promosi agar produksi yang dihasilkan dapat laku di pasaran langkah yang harus dilakukan adalah dengan menggerakkannya secara luas kepada masyarakat (promosi) dalam pelaksanaannya promosi sangat tepat dilaksanakan di pasar karena setiap hari banyak dikunjungi konsumen.

Bagi pedagang di Simpang Limun sendiri, pasar ini sangat berarti bagi hidup mereka, karena sebagian hidup mereka tergantung pada pasar ini, hal ini berarti


(10)

penghasilan para pedagang diperoleh dari hasil penjualan di pasar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

3.2. Jaringan yang Terwujud di Pasar Simpang Limun

Pasar Simpang Limun bisa bertahan hingga sekarang karena adanya suatu jaringan yang terjalin antar sesama pelaku pasar. Pedagang-pedagang pasar yang mewujudkan jaringan-jaringan sosial tersebut yakni, pemerintah pasar, petugas keamanan dan kebersihan pasar, pedagang, pembeli, dan semua yang terlibat di dalam pasar. Para pelaku pasar inilah yang menciptakan jaringan sosial dan aturan yang berlaku di dalam pasar. Dengan kata lain, mereka yang menciptakan dan mematuhi aturan yang mereka ciptakan sendiri. Dari berbagai hubungan pelaku pasar tersebut terwujud jaringan diantara mereka yakni, antara pemerintah dan pemilik pasar berikut akan diuraikan bagaimana bentuk jaringan yang pelaku pasar ciptakan dan aturan seperti apa yang mengikat mereka hingga Pasar Simpang Limun bisa berjalan dan tetap aktif hingga sekarang ini.

3.2.1. Pemerintah dengan Pedagang

Pemerintah dengan pedagang merupakan dua oknum yang saling membutuhkan. Pemerintah yang bertugas mensejahterahkan rakyatnya seperti pedagang dengan membantu menyediakan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebaliknya pedagang (masyarakat) akan memenuhi kewajiban mereka dengan membayar fasilitas yang mereka pakai seperti lapak, kios, dan tukang kebersihan di pasar tersebut.


(11)

Lapak (tempat berjualan) yang disediakan oleh pemerintah harus dibayar oleh pedagang. Mereka yang mau berjualan akan membayar sesuai harga yang telah ditentukan yaitu berkisar antara 1-8 juta dan akan lebih murah jika pedagang menyediakan tempat berjualannya dan hanya menyewa lapak saja. Harga tersebut dibayar sekali dalam setahun dan bisa dicicil untuk beberapa kali. Tidak hanya membayar tempat berjualan saja, setiap harinya para pedagang akan membayar uang keamanan, dan kebersihan. Harga yang ditentukan berbeda-beda bagi setiap pedagang. Mereka yang berjualan di pinggir jalan sekitar pasar membayar lebih murah yaitu Rp. 10.000 dan bagi mereka yang disediakan lapak yang memang jauh lebih layak sebagai tempat jualan harus membayar Rp. 20.000- 30.000. Uang kebersihan tersebut dikutip oleh petugas pasar. Fasilitas yang disediakan pemerintah mendukung kebersihan pasar tersebut yakni, keranjang sampah, petugas kebersihan, mobil truk pengangkut sampah.

Untuk keamanan pasar sendiri pemerintah tidak menyediakan, akan tetapi jika terjadi sesuatu misalnya, perebutan lapak pedagang bisa melapor pada pemerintah yang bersangkutan seperti dinas pasar. Pedagang berpendapat bahwa pemerintah tidak selamanya ada di lingkunan pasar dan tidak menjamin jika terjadi kehilangan barang dagangan mereka akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu para pedagang membayar preman untuk menjaga dagangan mereka pada malam hari dan pagi hari. Para pedagang membayar RP. 1000/hari kepada preman. Jika pembayaran lancar keamanan para pedagang akan terjamin.


(12)

Pemerintah juga terlibat atas aturan-aturan yang berlaku di pasar. Seperti halnya pasar buka pada pagi hari. Pasar yang buka pagi hari sampai sekarang masyarakat menyebutnya “pasar pagi” pasar pagi tersebut dimulai dari jam 4.00 WIB hingga sore hari. Hal tersebut ditentukan supaya aktivitas pasar bisa berlangsung dengan tertib tanpa menganggu perlalulintasan karena pasar ini berada di pinggiran jalan besar Simpang Limun. Namun pada saat ini, ada pergeseran akan jadwal yang ditentukan yaitu lebih cepat dari sebelumnya yaitu jam 2.00-3.00 WIB. Saat itu, masyarakat mulai melangsungkan aktivitas mereka. Ditutupnya pasar tergantung dari penjual tersebut. Ada yang cepat tutup ada juga yang lebih lama. Misalnya Ibu Tarigan yang merupakan seorang pedagang sayuran, yang pada jam 11.00 WIB , sampai menutup tempat jualannya. Menurut Ibu tersebut;

“Saya hanya menjual sayuran segar saja dan sayuran ini dicari-cari pembeli biasanya pada pagi-pagi untuk segera dimasak dan biasanya hanya untuk persediaan satu hari saja dan paling lama dua hari sehingga pembeli paling rame itu pada pagi hari dan sekalipun ada pada siang hari itu hanya satu dua orang saja, jadi saya tidak perlu menghabiskan waktu satu harian berjualan di pasar ini karena masih ada pekerjaan lainnya yang mesti saya selesaikan di rumah.”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pedagang berjualan melihat situasi juga mereka belajar dari pengamatan mereka sendiri. Pembeli akan datang atau berbelanja lebih awal (pagi hari) dan lebih ramai pada pagi hari saja. Sehingga sebagian pedagang akan tutup lebih awal yaitu sore hari. Pembeli memang masih berdatangan pada siang hari namun tidak seberapa pengamatan tersebut membuat para pedagang mengambil tindakan untuk datang lebih awal dan tutup pada sore hari.


(13)

Selain menentukan waktu mulai berlangsungnya aktivitas pasar, pemilik pasar dan pemerintah juga menyediakan petugas keamanan seperti satpam, tukang bersih-bersih, tempat parkir, tempat berjualan dan lain sebagainya yang tersedia di pasar. Hal ini supaya aktivitas pasar tetap berlangsung dengan baik, dan tetap bersih. Namun pada kenyataannya, kondisi dari pasar Simpang Limun sangat jauh dari kata bersih. Menurut Ibu Suci yang tinggal di sebelah pasar tersebut, kebersihan pasar tersebut jauh lebih baik dari kondisi beberapa tahun silam. Jika dulu pasar sangat becek dan kotor, sekarang pemerintah sudah mulai membangun jalan beraspal di dalam pasar namun tidak semua pasar diperbaiki, sehingga masih ditemukan lingkungan pasar dalam keadaan becek dan memprihatinkan. Kondisi pasar pada saat hujan sangatlah memprihatinkan, dimana lumpur yang ada di pasar berkisar 3-5 cm sehingga setiap berjalan berkeliling, apalagi pada saat musim hujan, kaki akan sangat kotor dan sering terperangkap di dalam pasar dan tidak akan mau berjalan lebih jauh lagi.

Kondisi pasar yang seperti ini akibat kurangnya pengawasan dari pemerintah setempat serta umumnya kesadaran masyarakat. Para pedagang sering menumpukan jalanan yang becek dengan sampah jualan mereka seperti tangkai-tangkai sayur, sabuk kelapa dan lain sebagainya yang membuat kondisi pasar menjadi semakin memprihatinkan. Pemerintah hanya berpikir yang penting menyediakan wadah atau tempat jualan dan mempekerjakan petugas keamanan serta petugas kebersihan. Hal tersebut seharusnya masih kurang tanpa dilakukannya pengawasan dan memberikan perhatian oleh pemerintah pasar tersebut kondisi pasar.


(14)

Jaringan sosial yang terjalin tersebut disepakati oleh pemerintah dengan para pedagang. Para pedagang membayar sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam kesepakatan tersebut terdapat kerja sama antara pemerintah dengan para pedagang dalam menjalin hubungan yang baik dan memelihara serta mempertahankan ketertiban pasar.

3.2.2. Pemilik Pasar (swasta) dengan Pedagang

Hubungan pemilik pasar dengan pedagang tidak jauh berbeda dengan pemerintah. Jika pemerintah menyediakan lapak, petugas kebersihan, petugas keamanan pemilik pasar (swasta) juga menyediakan hal yang demikian.

Lapak yang disediakan oleh pemilik pasar memiliki harga yang berbeda sesuai dengan lapak yang ditawarkan. Lapak yang disediakan kios oleeh pemilik pasar jauh lebih mahal dibandingkan lapak yang hanya dilantai saja. Perbedaannya pada tempat yang diberikan pemilik pasar. Harga lapak yang disertai kios Rp. 8.000.000-9.000.000 sedangkan harga sebuah lapak Rp. 5.000.000. Pada Pasar Simpang Limun ini tidak semua lapak disewa oleh pedagang hanya beberapa saja. Namun pedagang sangat banyak kita temukan di pasar tersebut yaitu selain pedagang yang menyewa lapak ada juga pedagang liar. Pedagang liar ini hanya boleh berjualan jika membayar uang keamanan dan uang lapak kepada petugas keamanan yaitu satpam. Harga lapak Rp. 35.000/bulan namun mereka harus membayar uang keamanan sebanyak Rp. 10.000/hari. Dikatakan pedagang liar karena tidak memiliki izin pemilik pasar.

Untuk kebersihan pasar pedagang membayar RP.1.000/hari. Petugas ini disediakan pemilik pasar sendiri sehingga para pedagang bisa berjualan dengan


(15)

nyaman tanpa sampah-sampah berserakan. Biasanya petugas akan datang dan membersihkan sampah-sampah yang berserakan pada sore hari, kemudian sampah-sampah tersebut akan diangkut mobil truk besok paginya.

Pemilik pasar juga menyediakan petugas untuk menjaga kelangsungan pasar supaya berjalan dengan baik. Petugas keamanan tersebut yaitu satpam yang dibayar oleh pemilik pasar sendiri. Sejauh ini menurut pengakuan para pedagang selama mereka berjualan memang aman tidak ada barang yang berhilangan sekalipun mereka tinggal di kios mereka.

3.2.3. Pedagang dengan Pembeli

Pedagang dan pembeli memiliki peran penting dalam suatu pasar. Mereka tidak dapat dipisahkan atau saling berkaitan. Setiap pedagang membutuhkan pembeli untuk membeli barang-barang dagangannya. Selain mendapatkan untung akan penjualan barang juga menambah jaringan antarkedua belah pihak. Begitu juga dengan pembeli, sangat membutuhkan, penjual untuk memenuhi atau mendapatkan barang yang dibutuhkannya baik di pasar tradisional maupun di pasar moderen. Kedua belah pihak saling berkaitan atau membutuhkan.

Sejalan dengan keterkaitan tersebut, pasar tradisional Simpang Limun membuktikan bahwa kedua belah pihak memiliki jaringan yang mempererat hubungan keduanya. Hubungan terjalin dengan berbagai cara atau kontak yang dilakukan pembeli dengan penjual, sehingga tidak heran jika seorang pembeli hanya membeli barang pada seorang pedagang saja dan tidak mau repot-repot berkeliling pasar hanya untuk mendapatkan satu barang yang dibutuhkannya. Begitu juga dengan pembeli, dengan memberikan pelayanan yang baik dengan


(16)

bersikap ramah dan memberikan harga tidak terlalu mahal, cara tersebut untuk mencapai hubungan yang baik di antara kedua belah pihak. Istilah yang dibuat pedagang Simpang Limun, disebut “menarik pelanggan”. Menurut Ibu Susi, seorang penjual kerupuk di Pasar Simpang Limun:

“Sekarang saya memiliki pelanggan tetap keripik-keripik saya jual ke toko kue Majestik. Seetiap harinya saya menjual minimal 25 kg kripik yakni, kripik singkong, pisang, ubi rambat dan lain sebagainya. Kripik-kripik ini saya buat sendiri dengan suami saya, setiap pagi kira-kira pukul 06.00 WIB saya mengantarkan kripik tersebut kerumah ibu Murni untuk diangkut ketoko kue Majestik. Saya bisa mengenal dan mendapatkan langganan sendiri karena berjualan di pasar simpang Limun ini, kebetulan ibu tersebut lewat dan membeli beberapa bungkus jualan saya tidak tahu kenapa besoknya ibu tersebut mengunjungi tempat jualan saya dan menawarkan untuk memasukkan kripik-kripik saya ke toko kue tersebut. namun sekalipun demikian saya tetap berjualan di pasar ini setiap harinya. Biasanya saya selalu menyediakan kripik yang tidak dibungkus di toples setiap orang yang membeli saya tawarkan untuk mencicipi kripik terlebih dahulu. Hal tersebut tidak membuat saya merugi karena menurut saya tidak ada salahnya pembeli mencicipi terlebih dahulu untuk memastikan rasanya dan biasanya pembeli tersebut tidak pernah melewatkan kripik saya setelah mencicipinya.”

Uraian di atas memberikan penjelasan bahwa dalam menarik pelanggan pun harus memiliki cara-cara, tidak hanya berjualan begitu saja. Selain bersikap ramah seperti Ibu Susi, dia pun selalu menawarkan keripik dagangannya kepada pembeli. Cara tersebut berhasil dilakukan Ibu Susi dalam menarik pelanggan. Sekalipun tidak semua barang dagangannya laku setiap harinya namun pasti ada beberapa bungkus keripik yang terjual setiap harinya. Cara tersebut memberikan jaminan buat Ibu Susi dengan memiliki pelanggan tetap atau bekerja sama dengan toko kue Majestik. Setiap harinya Ibu Susi mengantongi kurang lebih Rp 200.000 keuntungan yang diperoleh dari hasil jualannya. Untuk selanjutnya dengan


(17)

pelanggan tetapnya tersebut, kedua belah pihak membangun kepercayaan untuk tidak saling mengecewakan.

Menarik pelanggan tetap, memang sedikit susah menurut para pedagang. Sehingga banyak pedagang di Simpang Limun, sekalipun sudah lama berjualan (6 tahun) dan setiap hari berjualan belum memiliki pelanggan tetap. Orang yang membeli barang kepada mereka berganti-ganti setiap hari. Menurut sebagian pedagang hal tersebut bukan masalah karena setiap orang mencari yang terbaik buat dirinya sendiri. Seperti dikatakan Ibu Simbolon;

“Bagi saya tidak ada masalah sekalipun langganan tetap saya tidak ada, kerena setiap orang pasti mencari barang yang lebih murah dan bagus. Setiap pedagang di pasar ini berbeda-beda tokenya masing-masing, sehingga harga setiap barang berbeda-beda belum lagi harga yang dibuat sendiri sebagai keuntungan pedagang berbeda ada yang mengambil Rp.500-Rp 5000/ barang. Hal tersebut membuat harga berbeda sekalipun barang yang dijual sama. Saya sebagai pedagang pun seperti itu saya tidak memiliki toke yang tetap setiap pagi pukul 04.00 WIB saya mengambil barang di pasar ini memilih barang juga mana paling bagus sayurannya dan paling murah saya mengambil barang dari dia dan hampir setiap hari saya berganti toke untuk memperoleh barang yang akan saya jual.”

Berbeda dengan Ibu Tarigan, ibu ini menjelaskan bahwa langganan tetap sangat penting dalam hal berjualan. Karena dengan langganan tetap tersebut barang dagangan bisa terjual. Pastinya, suatu saat langganan tetap tersebut akan mengajak kawannya untuk mebeli barang kepada saya, dengan demikian langganan saya akan semakin banyak. Menurut Ibu Tarigan untuk mendapatkan pelanggan tetap memang tidak mudah yang terpenting kita selalu ingat “pembeli adalah raja” sehingga kita harus memperlakukan pembeli atau pelanggan kita dengan baik. Keuntungan yang diambil dari setiap barang pun jangan terlalu


(18)

setiap hari saja sudah sangat untung. Sama halnya dengan kita mengambil keuntungan banyak namun barang kita tidak habis terjual namun membuat rugi. Misalnya, sayur, buah dan lain sebagainya yang tidak bisa bertahan lama tidak habis terjual hari ini, untuk keesokan harinya tidak bisa dijual kembali karena sudah layu.

Membangun atau membentuk suatu jaringan memang tidak gampang namun dengan jaringan membawa banyak keuntungan untuk para pedagan dan juga pembeli. Pedagang harus tetap memperlakukan pembelinya seperti raja dengan arti lain melayaninya dengan sangat baik, dan tidak perlu mengambil keuntungan terlalu besar dari setiap barang. Namun dengan kita mendapatkan misalnya pelanggan dan membangun kepercayaan sudah menjalin suatu jaringan yang dapat membawa pelanggan baru lagi sehingga dalam berjualan tidak merugi, seperti yang dilakukan ibu tarigan tersebut.

Tidak hanya pedagang saja yang diuntungkan dalam hal ini pembeli juga mendapatkan keuntungan. Seperti Ibu Harahap seorang pembeli mengatakan, tidak perlu capek lagi dengan berkeliling dalam mendapatkan suatu barang yang saya butuhkan cukup dengan mendatangi langganan kita saja. Melalui hal tersebut saya bisa mendapatkan keuntungan yakni, harga yang ditawarkan oleh pedagang tidak terlalu mahal, terkadang mereka memberikan harga sesuai dengan harga toke. Dengan kita selalu setia dengan langganan kita, kita akan diberikan pelayanan yang terbaik sekalipun semua pedagang selalu berprilaku ramah namun dengan langganan tetap, kita merasa nyaman.


(19)

Melalui uraian di atas pedagang terdiri atas dua bagian yakni; 3.2.3.a. Pedagang Yang Memiliki Lapak

Pedagang yang dimaksud disini adalah mereka yang memiliki izin dari pemerintah atau pemilik pasar (swasta) untuk berjualan di pasar tersebut dan menyewa lapak yang tersedia.

3.2.3.b. Pedagang Liar

Pedagang liar merupakan mereka yang berjualan di sepanjang jalan pasar dan tidak memiliki izin pemerintah dan pemilik pasar berjualan di daerah tersebut. akan tetapi mereka tetap membayar uang keamanan kepada petugas keamanan seperti preman, dan satpam atas persetujuan kedua belapihak.

3.2.4.Pedagang dengan Petugas

Pedagang tidak hanya menjalin jaringan dengan pembeli dengan pemerintah saja, namun dengan petugas keamanan yang ada di pasarpun harus selalu berhubungan baik. Karena dengan petugas keamanan barang-barang pedagang akan tetap aman dan juga berjualan juga akan tetap nyaman tanpa perlu kwatir akan sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Dalam hal ini pedagang akan memberikan bayaran kepada petugas-petugas pasar. Petugas yang dimaksud disini yaitu preman pasar, satpam, dan tukang parkir. Para pedagang akan membayar preman-preman seharga Rp. 1.000/ hari. Preman tersebut akan menjaga barang dagangan yang ada di kios-kios atau di bawah meja tempat berjualan para pedagang, bahkan sampai malam akan tetap dijaga. Preman tersebut dibayar pada pagi hari sebelum mulai berjualan. Salah


(20)

satu preman akan mengutip uang keamanan dari para pedagang, biasanya preman tersebut akan pergi atau nongkrong di warung dekat pasar tersebut.

Berbeda dengan petugas keamanan satpam. Satpam yang bertugas pada pasar milik pribadi (Bapak Nadeak) dibayar setiap bulan oleh pemilik pasar tersebut. Satpam lebih banyak mendapatkan keuntungan karena banyaknya pedagang liar yang berjualan di pasar tersebut. Pedagang liar adalah mereka yang tidak berjualan di kios atau tempat yang disediakan pemilik pasar. Menurut pedagang, kenapa mereka tidak memilih berjualan di tempat yang disediakan karena sewanya terlalu mahal yaitu Rp. 7.000.000-8.000.000/tahun lain lagi dengan uang harian Rp.35.000/hari. Hal tersebut membuat para pedagang berpikir dua kali untuk menyewa lapak tempat berjualan mereka. Sehingga para pedagang bekerja sama dengan satpam dengan membayar uang sewa sebanyak Rp.1000.000/ hari mereka sudah bisa berjualan satu harian.

Pedagang juga harus memikirkan kendaraan yang mereka bawa, oleh karena itu mereka membayar uang parkir Rp.2000 untuk menjamin keamanan kendaraan mereka. Semua hal yag diuraikan tersebut merupakan jaringan yang terwujud dalam Pasar Simpang Limun antara pedagang dengan petugas pasar dengan memenuhi aturan-aturan atau kesepakatan yang mereka buat untuk mendapatkan kenyamanan dalam berjualan.

3.2.5.Hubungan Tukang Becak, Kuli Angkut dengan Pedagang

Tukang becak dengan pedagang memiliki suatu hubungan. Hubungan yang terjalin yaitu hubungan langganan, keluarga, dan teman. Tukang becak


(21)

biasanya menyangkut barang dagangan pedagang pagi-pagi buta sebelum aktivitas berjualan berjalan dan setelah berlangsung.

Jasa tukang becak tidak hanya digunakan pada saat aktivitas di pasar saja. Jika pedagang membutuhkan tenaga becak untuk urusan lainnya, pedagang akan memanggil tukang becak langganannya. Pedagang juga membantu tukang becak secara tidak langsung dengan memberikan beberapa sewa. Misalnya, pembeli yang berbelanja banyak maka pedagang akan menawarkan becak langganannya membantu mengangkat barang dan mengantar pulang. Dengan demikian tukang becak telah dibantu pedagang mendapatkan sewa. Menurut Bapak Sinaga:

“Saya mendapatkan sewa terkadang dari langganan tetap, langganan tetap saya, pedagang –pedagang di pasar sini juga. Jika ada pembeli yang membutuhkan jasa saya ataupun dari langganan tersebut. Maka dia langsung memanggil saya, baik lewat telpon atau memanggil saya di tempat pangkalan becak di pasar simpang limun”.

Demikian juga dengan kuli angkut, pedagang menggunakan jasa mereka yang menjadi langganan pedagang sendiri. Setiap paginya pedagang yang membutuhkan jasa mengangkut barang mereka tidak perlu lagi mencari kuli angkutan, Karena kuli angkutan mengetahui pada saat-saat kapan mengangkut barang mereka dan jika ada keperluan mendadak pedagang tinggal menelpon langganannya (kuli angkut). Menurut kuli Angkut, Ardi:

“Saya kuli angkut sudah lama di pasar ini. Pekerjaan ini saya lakukan, karena saya butuh uang untuk kebutuhan keluarga. Setiap hari saya datang lebih awal untuk mengangkut barang-barang para pedagang ke tempat jualan mereka. Saya mendapatkan beberapa langganan tetap karena mereka mempercayaiku, bagiku juga denganku, tidak hanya mengangkut barang di pagi hari saja terkadang juga pembeli yang memborong banyak barang dagangan. Pedagang langganan saya langsung memanggil saya mengangkut barang tersebut. Tidak perlu capyk mencari saya, karena setiap hari, saya berada di pasar ini sampai pasar tutup”.


(22)

3.3. Aturan yang Mengikat Jaringan di Simpang Limun

Jaringan yang telah terwujud oleh sesama pelaku pasar juga memiliki aturan yang harus dijalankan untuk mempertahankan jaringan tersebut. Setiap jaringan yang terwujud baik antara pemerintah dengan pedagang, pedagang dengan pembeli bahkan antara pedagang dengan petugas keamanan memiliki aturan yang mengikat satu sama lainnya. Aturan-aturan tersebut yakni; alat prabayar (uang), hubungan kepercayaan satu sama lain, tanggung jawab atas hak dan kewajiban. Aturan yang mengikat tersebut diuraikan di bawah ini;

3.3.1.Alat prabayar (uang)

Gambar 1

Lembaran Kutipan Pembayaran Uang Kebersihan Para Pedagang Oleh Dinas Kebersihan


(23)

Uang merupakan alat prabayar yang digunakan setiap orang, seperti yang dilakukan para pedagang di Pasar Simpang Limun untuk memperoleh uang mereka juga harus mengeluarkan uang. Misalnya, pedagang dengan pemerintah. Pemerintah menyediakan lapak untuk tempat berjualan namun setiap pedagang harus membayar uang lapak setiap tahunnya, dan uang kebersihan keamanan dan lain sebagainya supaya tetap bisa berjualan di tempat tersebut. Melihat kewajiban yang harus dipenuhi pedagang menjelaskan, bahwa alat prabayar merupakan alat pengikat yang digunakan kedua belah pihak dan harus dipenuhi oleh masing-masing pihak yang bersangkutan.

Begitu juga antara pedagang dengan pembeli, pembeli harus membayar barang yang mereka butuhkan untuk memilikinya, dengan demikian hubungan akan berjalan dengan baik. Pedagang dengan petugas keamanan juga melakukan hal yang sama mereka harus mematuhi aturan supaya apa yang mereka kerjakan berjalan dengan baik, semua hal tersebut harus dibayar dengan uang atau harga yang telah mereka tetapkan dan sepakati.

Sering kita dengar istilah “uang yang mengatur negara” istilah ini sangat nyata bagi kehidupan sehari-hari kita. Dengan kita memiliki uang baru berani kita melangkah, kita mau berlibur, belanja, makan harus memiliki uang sebagai alat prabayar yang sah. Kadang kala uang bisa mengubah sikap seseorang menjadi baik, atau jahat kepada sesama. Begitu juga di Pasar Simpang Limun dengan kita memiliki uang keamanan kita


(24)

berjualan bisa terjamin, misalnya dengan kita membayar preman pasar mereka akan menjaga barang jualan baik yang ditinggal di lokasi atau pada saat berjualan. Begitu juga sebaliknya jika tidak membayar sesuai harga yang disepakati makan akan ada keributan, atau kurang nyaman dalam bekerja. Jika tidak melunasi kewajiban untuk preman-preman pasar mereka akan mengamuk dan memaksa untuk dibayar.

3.3.2. Hubungan Kepercayaan

Kepercayaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang yang menjalin suatu jaringan, misalnya antara pedagang dengan langganan atau dengan pihak lain yang terlibat dengan pasar yang saling menjalin hubungan. Kepercayaan yang mereka jalin akan memberikan keuntungan serta kemudahan bagi setiap orang yakni, seorang pedagang akan memperoleh langganan tetap . Karena pelayanan yang baik yang diberikannya pada setiap pembeli, dan harga yang terjangkau yang ditawarkan kepada pembeli. Hal tersebut membuat pelanggan merasa nyaman dan tidak mau capek berkeliling pasar untuk mendapatkan suatu barang. Pembeli ini suatu waktu akan mengajak teman lainnya untuk berbelanja ditempat yang sama sehingga keuntungan yang diperoleh pedagang semakin banyak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan kepercayaan antara yang satu dengan lainnya menjadi pengikat suatu hubungan untuk tidak berpaling dari langganannya. Kepercayaan ini bisa terjalin dengan baik tidak hanya satu dua kali transaksi saja namun dengan seringnya


(25)

komunikasi serta transaksi antara yang satu dengan yang lain. Jika kepercayaan telah terjalin dengan baik akan sulit untuk berpaling berbelanja di tempat pedagang lainnya. Hubungan kepercayaan ini tidak hanya berlangsung di pasar saja, bisa sampai pada hubungan di luar pasar. Misalnya Ibu A mengadakan pesta dia akan mengundang langganan tetapnya turut serta menghadiri pesta tersebut karena hubungan langganan dan kepercayaan yang mengikat menjadikan keduanya menjadi seperti saudara atau keluarga.

3.3.3. Tanggung Jawab

Tanggung jawab bisa tercipta karena adanya hubungan yang terkait satu dengan lainnya. Dalam hubungan tersebut tercipta kesepakatan-kesepakan yang harus dipatuhi. Untuk menjalin suatu hubungan yang baik setiap orang pembuat kesepakatan memiliki tanggung jawab tersendiri yang harus dipenuhi. Dari hal tersebut juga bisa menciptakan kepercayaan kedua belapihak. Setiap orang yang memiliki hubungan, akan bertanggung jawab terhadap sesuatu hal yang telah mereka sepakati. Tanggung jawab ini merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam mengikat suatu jaringan. Orang akan percaya jika sesuatu itu ditanggung jawab-pi dengan baik oleh orang yang membuat kesepakatan. Seperti pedagang dengan petugas keamanan mereka dibayar setiap hari oleh para pedagang namun dengan melimpahkan tanggung jawab yang mereka sepakati dengan


(26)

menjaga barang-barang para pedagang dan melindungi para pedagang liar. Jika suatu waktu tidak sesuai dengan kesepakatan, pedagang akan menuntut para petugas keamanan yang tidak bertanggung jawab atas tugas yang telah dilimpahkan.

3.4. Premanisme di Pasar

Preman sering diartikan sebagai perusuh namun di pasar Simpang Limun preman menjadi salah satu petugas keamanan. Preman-preman bertugas menjaga dagangan para pedagang-pedagang di Simpang Limun mulai dari pagi sampai besok paginya lagi demikian setiap hari. Keamanan bisa tercapai karena ada kesepakatan antar kedua belapihak dimana preman akan menjamin keamanan barang dagangan jika bayaran mereka lancar. Pedagang membayar para preman Rp. 1.000/hari demi keamanan mereka. Sampai saat ini para pedagang tidak pernah melewatkan pembayaran untuk para preman. Preman hanya ditemukan di pasar milik pemerintah, sedangkan di pasar milik swasta petugas keamanan disediakan sendiri oleh pemiliknya yaitu beberapa satpam yang bertugas setiap harinya. Menurut junius salah satu preman di pasar:

“Saya menyumbangkan jasa saya kepada pedagang -pedagang di sini, dengan menjaga keamanan barang dagangan mereka dari orang-orang yang berusaha mencuri barang dagangan mereka, atau siapa saja yang berusaha merusuh di pasar simpang limun ini sebagai wilayah mereka. Akan tetapi semua akan aman dan terkendali jika bayaran tetap berjalan lancar sesuai dengan kesepakatan yang kami buat”


(27)

BAB IV

DAMPAK SISTEM JARINGAN SOSIAL YANG TERJADI DI PASAR SIMPANG LIMUN

4.1. Dampak Terhadap Pembeli dan Pedagang

Pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok. Barang-barang yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern memiliki perbedaan harga yang cukup signifikan. Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa sepertiga dari harga barang yang sama yang dijual di supermarket, terutama untuk produk-produk segar seperti sayur-mayur serta bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, merica, cabai merah, cabai rawit, dan lain sebagainya.

Berbelanja di pasar tradisional memungkinkan pembeli untuk menawar harga barang-barang hingga mencapai kesepakatan dengan pedagang. Jika cukup pintar menawar, maka bisa mendapatkan barang dengan harga yang jauh lebih murah. Sedangkan di pasar modern, pembeli tidak mungkin melakukan tawar menawar karena semua barang telah dipatok dengan harga pas.

Dampak positif yang diterima oleh pedagang sendiri yakni, pedagang bisa menjual barang dagangannya sebanyak-banyaknya dengan menjaga barang dagangannya dan membuat harga sendiri atas barang jualan mereka. Selain itu setiap pedagang selalu memilih barang yang terbaik untuk ditawarkan kepada


(28)

pembeli. Sehingga setiap pembeli mendapatkan barang-barang terbaik hanya di pasar tradisional. Hubungan antara pembeli dengan pedagang akan semakin kompak dengan terjalinnya kekompakan antara pedagang dan pembeli berdampak juga terhadap harga barang. Barang akan semakin murah jika hubungan pedagang dan pembeli semakin dekat. Tidak hanya itu saja, hubungan yang terjalin dengan baik akan berjalan lebih baik, misalnya keluarga si pembeli mengadakan pesta syukuran pedagang akan diundang untuk mengikuti acara syukuran tersebut. Begitu juga sebaliknya jika pedagang mengadakan pesta, langganan-langganannya akan diundang mengikuti acara pesta.

Dampak negatif yang dirasakan pedagang akibat kekompakan yang terjalin dengan pembeli, suatu ketika pembeli berhutang terkadang langganan saya berhutang dalam jangka waktu panjang terkadang pedagang lupa akan orang yang berhutang kepadanya sehingga hangus begitu saja. Tidak hanya itu saja pedagang yang berlangganan dengan toke dan saling mempercayai satu sama lain tidak selamanya berdampak positif.

Di pasar Limun yang biasa berhutang dalam jumlah besar adalah pedagang dengan toke, biasanya berhutang dilakukan oleh pedagang karena barang jualan tidak laku terjual. Biasanya toke memberikan waktu sampai sebulan atau tergantung kesepakatan antar kedua belapihak. Tidak hanya pedagang yang memiliki hutang akan tetapi pembeli juga berhutang. Pembeli yang berhutang biasanya yang memiliki usaha seperti rumah makan.

Hubungan langganan yang mengikat tersebut membuat pedagang tidak mungkin berpaling, jika suatu ketika barang dagangan toke tidak sebagus yang


(29)

diharapkan misalnya sayuran yang dijual layu dengan berat hati pedagang harus menjualnya. Hal tersebut sangat mengurangi pendapatan karena setiap pembeli selalu mencari barang yang lebih bagus dan segar.

4.2. Dampak Terhadap Pemerintah

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, loods dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui proses tawar menawar. Pasar Simpang Limun yang memberikan.

Dampak positif yang bisa didapatkan pemerintah yakni, pemerintah bisa menjalankan tugas mereka dengan mengawasi masyarakat dan menyediakan tempat untuk bekerja bagi mereka sehingga pengangguran akan semakin berkurang dan masyarakat (petani) bisa menyalurkan hasil pertanian mereka. Itu semua bisa juga meningkatkan pembangunan ekonomi negara.

4.3. Harga dan Keseimbangan Pasar

Pasar tradisonal adalah tempat berjualan yang tradisional (turun temurun), tempat bertemunya penjual dan pembeli dimana barang-barang yang diperjual belikan tergantung kepada permintaan pembeli (konsumen), harga yang ditetapkan merupakan harga yang disepakati melalui sutau proses tawar menawar, pedagang selaku produsen menawarkan harga sedikit diatas harga standar.


(30)

Berbelanja di pasar tradisional memerlukan keahlian tersendiri khususnya dalam hal melakukan tawar menawar. Hal ini dikarenakan di pasar tradisional, pembeli memiliki kesempatan dalam menentukan harga suatu barang melalui proses tawar menawar secara langsung dengan penjual. Dari proses tawar menawar tersebut nampak adanya kesepakatan, di mana pembeli berusaha meningkatkan harga tawaran dan penjual berusaha menurunkan harga dari tawaran semula, sehingga akhirnya ditemukan titik temu harga tertentu sebagai hasil kesepakatan penjual dan pembeli. Harga yang disepakati itulah yang disebut sebagai harga keseimbangan. Jadi, pengertian harga keseimbangan adalah harga kesepakatan antara penjual dan pembeli yang tercipta melalui proses tawar menawar.

Terbentuknya harga keseimbangan melalui proses tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga tercapai kesepakatan harga. Dalam proses ini, penjual menurunkan harga permintaan, sebaliknya pembeli menaikkan penawarannya sehingga bertemu pada titik harga yang menjadi kesepakatan bersama.

4.4. Terciptanya Organisasi Antar Sesama Pedagang di Pasar

Jaringan sosial yang terdapat di pasar Simpang Limun sangat berdampak kepada para pedagang baik besar maupun eceran, juga terhdap pembeli dan semua yang terlibat selama berlangsuingnya kegiatan pasar. Dampak yang terjadi akan jaringan sosial yang terdapat di pasar Simpang Limun menciptakan suatu kepercayaan antara pedagang dengan pembeli, pedagang dengan pedagang, juga


(31)

terciptanya organisasi yang terdapat di pasar Simpang Limun yang diciptakan oleh para pedagang eceran baik berupa arisan (jula-jula), tabungan bersama dan penentuan harga atas barang-barang yang diperjual belikan.

4.4.1 Kepercayaan

Kepercayaan merupakan moralitas umum dalam pikiran ekonomi tidak muncul seketika tetapi terbit dari proses hubungan antara pribadi dari actor-actor yang sudah lama terlibat dalam prilaku ekonomi secara bersama. Ia terus menerus ditafsirkan dan di nilai oleh para actor yang terlibat dalam hubungan prilaku ekonomi. Salah satu peran kongkrit dari kepercayaan yang merupakan hasil dari proses jaringan hubungan sosial yang telah dan sedang terjadi dalam hubungan dagang yang dilakukan.

Menurut Torsvik (Damsar, 2011), kepercayaan merupakan kecenderungan prilaku yang dapat mengurangi resiko hal ini muncul dari tindakannya, sedangkan menurut Giddens 2005 (Damsar, 2011), kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada risiko namun kepada berbagai kemungkinan, kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan di tengah-tengah berbagai akibat yang serba tidak pasti, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem.

Pada Pasar Simpang Limun, kepercayaan diwujudkan oleh pedagang kepada pembeli melalui pemberian hutang, di sini pedagang memberikan hutang saat pembeli tidak mempunyai uang untuk membeli secara lunas barang tersebut, sehingga ia harus hutang kepada pedagang. Pedagang sendiri mempunyai prefrensi tersendiri mengenai hutang, tidak semua pembeli atau pelanggan ia


(32)

percaya untuk diberi hutang, bahkan banyak pedagang yang sengaja tidak memberikan hutang, karena menurut mereka tidak semua orang bisa dipercaya. Selain itu melalui kepercayaan yang terbangun antara pedagang dengan pembeli, pedagang juga seringkali memberikan harga miring kepada pembeli yang dipercayainnya, atau menyisakan jualan sipedagang untuk langganannya dengan modal SMS. Ibu Simbolon mengatakan:

“Tidak semua pembeli saya percayai hanya ada beberapa orang saja, berawal dari si pembeli sering belanja di tempat jualan saya. Biasanya saya memberikan sedikit harga miring misalnya, tomat seharga Rp. 8.000/kg saya jadi Rp. 7.500, terkadang juga saya memberikan bonus setiap dia belanja misalnya memberikan 4 tangkai daun sop”.

.

Sistem kepercayaan yang terjalin tidak hanya terjadi antara pedagang dengan pembeli saja, akan tetapi antara pedagang dengan pedagang juga terjadi (pedagang eceran dengan pedagang besar atau sering disebut toke). Ibu Simbolan yang merupakan pedagang eceran di Pasar Simpang Limun untuk memenuhi barang dagangannya seperti sayur-sayuran, cabe, tomat, lengkuas, jahe dan barang lainnya dia peroleh dari para toke yang setiap paginya. Di mulai dari pukul 4.00 WIB mendatangi pajak Simpang Limun untuk menjual barang dagangannya pada setiap pengecer di pajak tersebut. Para pengecer biasanya mendatangi para toke-toke untuk mendapatkan barang-barang segar untuk diperjual belikan, seperti Ibu Simbolon yang setia pada tokenya setiap pagi dia tidak perlu repot-repot lagi mencari toke-toke dan memilih-milih barang jualan dari yang lain, karena barang yang diperolehnya dari tokenya selalu segar dan tidak pernah mengecewakan dan juga selalu diberikan keringanan kepadanya jika sewaktu-waktu barang dagangannya tidak terjual laris seperti yang dia harapkan.


(33)

Keringanan yang dimaksud yaitu dengan membayar barang setengah dulu dan besoknya atau waktu berikutnya baru dia bayar. Kepercayaan yang terjalin tersebut menurut pengakuan Ibu Simbolon terlah berlangsung selama 10 tahun terakhir ini dan Ibu Simbolon telah berjualan selama 16 tahun. Menurut Ibu Simbolon:

“Saya memperoleh barang dari toke langganan saya (Pak Tarigan). Pukul 4.00 WIB saya telah dipajak ini menunggu toke saya, karena biasanya toke-toke dengan mobil-mobilnya telah menunggu para pedagang eceran mengambil barang sesuai yang diinginkannya, saya tetap bertahan dengan toke saya karena dia telah banyak membantu saya selama berjualan di samping itu barang yang dibawanya selalu segar-segar setiap paginya membuat dagangan saya tidak merugi atau tidak di tawar dan dibeli para pembeli. Pak Tarigan ini sering memberikan saya keringanan jika sewaktu-waktu barang jualan saya tidak terjual atau hanya sedikit saja yang terjual maka besoknya saya bisa membayar setengah kepadanya terkadang juga saya bayar pada minggu depannya”.

Sistem kepercayaan yang terjalin dengan baik antara Ibu Simbolon dengan Pak Tarigan (toke) tidak semua pedagang eceran menjalin sistem kepercayaan tersebut seperti Pak Pangaribuan selama berjualan di pasar Simpang Limun hampir 10 tahun tidak pernah memiliki satu toke saja sekalipun hampir semua toke-toke yang berdatangan dari desa Sibiru-biru mengenalnya dan dikenalnya namun dia tidak pernah menjalin hubungan dengan satu toke saja apalagi menjalin sistem kepercayaan. Menurut penjelasan Bapak Pangaribuan tersebut kenapa dia tidak pernah menjalin hubungan dengan satu toke saja karena kadang kala barang jualan toke-toke kurang bagus atau sedikit layu atau ukurannya terlalu kecil-kecil, juga terlalu mahal dibandingkan dengan jualan toke lainnya. Padahal para pembeli selalu memilih barang yang bagus-bagus dan segar-segar


(34)

para pembeli jika tidak barang dagangannya akan tinggal banyak atau tidak laku satu harian.

Penjelasan dari Bapak Pangaribuan tersebut menjelaskan bahwa tidak semua kepercayaan itu berdampak positif akan tetapi juga berdampak negatif. Di dalam pasar tradisional timbulnya kepercayaan antarindividu dipengaruhi berbagai faktor, akan tetapi faktor yang paling menentukan yaitu kedekatan hubungan yang intens antar individu memunculkan kepercayaan positif atau negatif, dimana kepercayaan positif di sini merupakan kepercayaan yang bersifat positif atau di sini penjual percaya dengan pembeli serta pembeli percaya dengan penjual atau pedagang eceran dengan para pedagang lainnya (toke). Kepercayaan positif disini ditunjukkan dengan adanya hubungan yang terjalin antara penjual maupun pembeli, di sini ketika pembeli berbelanja di salah satu toko penjual, maka pembeli akan percaya dengan kualitas serta harga yang menguntungkan baginya, sedangkan penjual percaya pada pembelian aktual dari pembeli atau di sini penjual percaya bahwa pembeli mendatangkan laba atau keuntungan bagi dirinya.

Kepercayaan negatif yang terjadi pada hubungan antar individu dapat memunculkan unsur kepercayaan maupun unsur ketidakpercayaan. Di dalam pasar tradisional kedekatan hubungan yang intens dalam hal ini komunikasi maupun keterlekatan hubungan dari aktivitas ekonomi juga dapat memunculkan kepercayaan positif maupun kepercayaan negatif. Kepercayaan negatif merupakan ketidakpercayaan dari hubungan antarindividu seperti penjual tidak percaya dengan pembeli maupun pembeli tidak percaya dengan penjual ini merupakan kepercayaan negatif. Di dalam Pasar Simpang Limun kepercayaan negatif di sini


(35)

ditunjukkan dengan ketidakpercayaan pedagang mengenai barang jualan dan harga yang ditentukan oleh pedagang-pedagang yang didatangi oleh pembeli. Kemudian kepercayaan negatif di sini juga ditunjukkan dengan pedagang pakaian yang sengaja tidak memberikan hutang kepada konsumen atau pembeli karena pedagang pernah dirugikan mengenai sistem hutang ini maka pedagang memutuskan untuk tidak memberikan hutang kepada pelanggannya. Menurut penjelasan Ibu Harahap:

“Saya memang memiliki pembeli yang bisa dikatakan sudah menjadi langganan saya karena setip membeli barang yang diperlukannya selalu ketempat saya, oleh karena itu saya memberikan barang yang terbaik diantara barang jualan saya kepada langganan saya tersebut. namun dibalik hubungan langganan kami tersebut bukan berarti saya mau memberikan dia berutang apalagi dengan jumlah yang lumayan banyak saya tidak akan pernah memberikannya, karena sewaktu-waktu bisa saja dia pergi dan tidak pernah lagi datang ketempat ini dengan begitu saya juga nantinya yang akan dirugikan”.

Penjelasan diatas membuktikan bahwa kepercayaan yang terjalin di Pasar Simpang Limun tidak selamanya berdampak positif, yang dapat seutuhnya membantu setiap pembeli dan pedagang. Namun juga ada sistem kepercayaan yang bersifat negatif.

Kepercayaan juga terjalin antara pembeli dengan pedagang selain kepercayaan antara pedagang dengan pembeli atau pedagang dengan pedagang. Ibu Harahap yang selalu berbelanja di pasar simpang Limun setelah kira-kira 40 tahun tinggal di Medan menaruh kepercayaan kepada beberapa pedagang sehingga dia tidak perlu keliling-keliling pasar untuk mendapatkan barang-barang yang dia butuhkan karena menurut dia penjual yang selalu didapatinya setiap belanja memberikan dia kepuasan dalam berbelanja, dimana selain diberikan


(36)

bonus sesekali pada saat belanja, juga setiap hari besar seperti lebaran selalu diberikan sesuatu sebagai ucapan terimakasih untuk selalu berbelanja ditempat penjual tersebut. Penjelasan Ibu Harahap, berupa:

“Saya selalu berbelanja sembako ditempat Ibu Nengsi (penjual langganan saya) dan penjual lainnya yang saya anggap telah langganan juga. Namun saya akan pindah ketempat lain jika sewaktu-waktu Ibu Nengsi tidak berjualan dipajak atau barang yang saya butuhkan sudah terjual habis atau stok nya memang tidak ada hari itu”.

Bebeda dengan Ibu Sembiring yang saya temui pada saat belanja di pasar Simpang Limun, ibu ini setiap belanja sembako dan barang lainnya tidak memiliki satu penjual yang di percayainya untuk mendapatkan barang yang dia butuhkan, karena menurut dia setiap hari barang akan berganti misalnya sayuran, buah-buahan dan kualitas setiap barang tersebut pasti bebeda pada setiap penjualan,, terkadang ada yang layu, masam atau kurang bagus atau terlalu mahal dibandingkan pedagang lainnya. Hal tersebut membuat ibu Sembiring tidak setia pada satu pedagang saja. Penjelasan Ibu Sembiring, berupa:

“Setiap berbelanja di pasar Simpang Limun saya tidak pernah mengunjungi satu pedagang saja, saya selalu berkeliling pasar terlebih dahulu untuk mendapatkan barangg yang sesuai dengan keinginan saya yaitu, bagus, segar dan lebih murah. Saya membutuhkan waktu untuk berbelanja kira-kira 3 jam, merupakan waktu yang sangat lama memang untuk memperoleh beberapa barang saja. Namun hal ini membuat saya puas dan tidak menyesal nantinya karena saya melakukan perbandingan kualitas dan harga barang terlebih dahulu. Oleh karena itu saya tidak pernah setia pada satu pedagang saja, setiap belanja sering berganti-ganti pedagang yang saya temui”.


(37)

Berikut ini bagan kepercayaan yang terbentuk di antara penjual dengan pembeli:

Gambar 1. Bagan Kepercayaan antara Penjual dengan Pembeli di Pasar Simpang Limun

Dari Gambar 1 dapat diperoleh keterangan bahwa terdapat interaksi antara penjual dan pembeli, dari interaksi yang terjalin dan terjadi secara berulang, maka penjual akan lebih mengenal pembeli hal ini terlihat dari komunikasi yang terjalin setiap harinya (selama berlangsungnya penjualan atau di luar pasar), sehingga berdasarkan hal tersebut penjual mempunyai hak untuk memutuskan akan percaya kepada pembeli atau tidak, begitu juga dengan pembeli, apabila penjual percaya maka ia akan memberikan hutang, bonus dan lain sebagainya kepada pembeli jika pembeli tidak bisa membayar sembako atau barang lainnya secara tunai, tetapi jika penjual tidak percaya pembeli maka ia tidak akan memberikan hutang kepada

PEMBELI PENJUAL

INTERAKSI

TIDAK PERCAYA KEPERCAYA

A

BERHUTANG


(38)

pembeli tersebut. Ada juga pedagang eceran yang tidak percaya akan tokenya karena kulitas barang dan harga yang ditentukan para toke sehingga pedagang tersebut dalam membeli barang yang akan didagangkan selalu memilih-milih yang terbaik dan tidak tergantung pada satu toke saja. Kepercayaan juga terjadi antara pembeli terhadap pedagang berupa percaya akan kualitas barang serta harga yang ditawarkan, sehingga pembeli akan berlangganan di toko penjual tersebut. Pada kenyataannya di Pasar Simpang Limun unsur kepercayaan antara penjual maupun pembeli ini memang terjalin namun tidak semua pedagang dan pembeli menjalin kepercayaan seutuhnya, karena banyak pedagang dan pembeli yang membandingkan barang-barang terlebih dahulu akan kualitas barang dan harga suatu barang.

Situasi pasar tradisional di kota yang semakin lama semakin tidak terkendali, baik jumlah pedagang maupun jumlah pembeli maka diperlukan organiasi pasar untuk menetapkan aturan serta peran pemerintah untuk ikut menetapkan kebijakan. Menurut Kherallah (2001) organisasi didefinisikan sebagai struktur peran. Struktur peran disini berhubungan satu sama lain dan saling terikat sehingga untuk berfungsi dengan maksimal diperlukan kerjasama antara anggota organisasi tersebut (Jurnal, Rinda Sofiatul 2014) . Sedangkan menurut Yustika (2010) organisasi merupakan alat yang memberikan ruang bagi individu pendirinya beserta anggotanya untuk mencapai tujuan, namun organisasi yang telah tersusun pada pasar tradisional belum sempurna karena proses penyusunan organisasi tidak selalu melalui kesepakatan tertulis, organisasi yang terdapat pada


(39)

pasar (tradisional) dibentuk oleh gabungan dua aturan, yakni aturan informal dan aturan formal (Jurnal, Rinda Sofiatul 2014 : 4).

Organisasi merupakan unsur penting bagi terbentuknya suatu lembaga, tidak terkecuali dalam sebuah pasar. Pada sebuah pasar pasti ada suatu sistem yang terkoordinasi baik lembaga formal maupun non formal yang berpengaruh di dalam pelaksanaan penataan pasar, hal ini yang pasti dirasakan pada setiap pedagang. Menurut para pedagang dan petugas (keamanan, kebersihan) dalam pasar aturan di dalam Pasar Simpang Limun memang sudah ada dan sudah terbentuk. Hal ini bisa terlihat melalui penjelasan para pedagang bahwa keamanan pasar Simpang Limun sangat terjaga menurut mereka dimana barang-barang dijaga pada malam hari atau setelah berakhirnya aktivitas jualan. Keamanan pasar diserahkan para pedagang kepada preman-preman pasar, setiap harinya para pedagang membayar Rp. 3.000/pedagang. Sedangkan uang kebersihan adalah Rp. 2000/pedagang yang ditugaskan oleh LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat). Namun pada kenyataannya kondisi Pasar Simpang Limun sangatlah kotor, becek, bau.

Kondisi Pasar Simpang Limun yang sangat jauh dari kata bersih membuktikan bahwa pengunjung pasar tradisional memang hanya kalangan menengah kebawah. Padahal tidak selamanya pasar tradisional itu harus kotor. Dari kondisi yang dijumpai tersebut memang sangat sulit untuk menghilangkan meansead bahwa pasar tradisional adalah tempat kotor, bau, becek. Padahal barang-barang yang dijual di pasa jauh lebih segar dari pada yang dijual di super market dan juga lebih terjangkau serta bisa meningkatkan hubungan sosial antar


(40)

sesama manusia, melihat pasar modren yang lebih individual dengan melayani diri sendiri pada saat berbelanja.

Namun di balik ke kotoran yang tersimpan di Pasar Simpang Limun. Pasar ini masih memberikan dampak positif yang bisa meningkatkan pendapatan ekonomi suatu negara, tidak hanya itu sara dalam pasar ini bisa mempererat solidaritas antar pedagang, kerabat, dan masyarakat yang berkunjung ke pasar, dimana keluarga yang jarang bertemu atau tidak ada waktu untuk bertemu karena disibukkan pekerjaan bisa sewaktu-waktu bertemu di pasar. Pertemuan tersebut bisa mempererat hubungan kekeluargaan walau hanya menanyakan kabar atau mengobrol seadanya. Ada juga dibalik berbelanja dan berdagang para pedagang atau pembeli menjajikan suatu pertemuan di pasar untuk mengundang pada suatu acara resmi. Sekalipun ada hand phone untuk berkomunikasi bagi sebagian masyarakat pertemuan itu adalah sangat penting karena dianggap lebih resmi. Menurut penjelasan Ibu Sinaga:

“Banyak hal yang saya dapatkan di pasar ini disamping memperoleh barang yang saya butuhkan, di pasar ini juga saya sering bertemu dengan keluarga saya dan menambah kawan atau saudara karena selama berbelanja dengan sangat kebetulan saya bertemu dengan satu marga saya, oleh karena itu jika ada suatu pesta yang saya buat saya akan mengundang dia karena dia satu marga saya ataupun yang bukan satu marga saya akan saya undang jika kami sudah dekat, juga jumlah anggota arisan kami bertambah karena kami ada membuat arisan satu marga”.

Pasar yang selalu dihindari sebagian masyarakat ternyata memberikan banyak dampak positif bagi kehidupan masyarakat, disamping meningkatkan solidaritas dan hubungan kekeluargaan pasar juga menjanjikan bagi kehidupan para pedagang yang berjuang keras dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.


(41)

Para pedagang yang mencitakan organisasi akibat jalinan hubungan yang ada di pasar, seperti membuat tabungan antar pedagang dan membuat arisan antar pedagang. Kelancaran organisasi yang mereka ciptakan tersebut adalah ditentukan oleh mereka sendiri tanpa ada keterlibatan dari pihak lain. Jula-jula yang terdapat di pasar Simpang Limun yang beranggotakan kira-kira 50 orang dengan pengutip jula-jula satu orang yang setiap harinya pada pukul 11.00 an akan berkeliling mengutip uang jula-jula sebesar Rp. 20.000/ orang. Arisan ini berjalan dengan lancar dan sangat membantu para pedagang untuk membantu memenuhi modal jualan mereka atau keperluan lainnya. Biasanya mereka menyisihkan uang jula-jula dari keuntungan yang mereka dapatkan setiap harinya. Ibu Tarigan yang merupakan salah satu anggota arisan di Pasar Simpang Limun menjelaskan, berupa: selama berjualan di pasar ini saya selalu mengikuti jula-jula antar kami pedagang dan ini sangat membantu saya untuk membeli barang jualan besok harinya karena kami yang beranggotakan luman banyak orang sehingga bisa menutupi sebagian pembelian barang terkadang juga hasil dari penarikan jula-jula ini saya buat untuk memenuhi kebutuhan di rumah saya.

Arisan hanyalah salah satu organisasi yang terbentuk di Pasar Simpang Limun. Para pedagang juga membuat tabungan berjalan, salah satu dari mereka akan mengutip setiap harinya minimal Rp.10.000/ orang. Namun tabungan ini bisa tidak di bayar pada waktu-waktu tertentu dan akan dibayar untuk besok harinya tergantung para penabung. Tabungan berjalan sangat membantu mereka-mereka yangg ikut di dalamnya untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Ibu Simbolon yang mengikuti tabungan para pedagang ini:


(42)

“saya memang selalu membayar tabungan saya setiap hari karena itu sangat membantu saya selaku yang berrumah tangga, saya memang pernah mengikuti jula-jula antar pedagang namun saya tinggalkan karena saya berpikir memang enak saat menarik uang jula-julanya yang tidak enaknya saat kita membayari tiap hari. Oleh karena itu saya ikut program menabung yang kami bentuk sendiri”.

Organisasi yang dibentuk oleh pelaku-pelaku pasar sangat bermanfaat baik untuk kebutuhan rumah tangga dan keamanan serta kebersihan pasar. Dari uraian diatas menjelaskan bahwa di Pasar Simpang Limun terbentuk beberapa organisasi yang diciptakan para pelaku pasar baik pedagang, pemerintah setempat dan pelaku pasar lainnya. Hal ini merupakan salah satu dampak yang diakibatkan jaringan sosial yang tercipta di pasar. Dampak tersebut membawa hal yang positif bagi setiap pelaku pasar dengan terciptanya keamanan, dan pemenuhan kebutuhan masing-masing mereka. Selain berdampak pada mereka yang terlibat dipasar juga berdampak pada negara dengan meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa dilihat pada kutipan wawancara dengan Bapak Siagian seperti berikut:

“Apakah ada manfaat organisasi yang terbentuk di pasar ini, iya jelas ada karena hal tersebut sangat mendukung perkembangan pasar, dan pemenuhan kebutuhan setiap orang. Setiap pelaku pasar memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajibannya misalnya membayar lapak, uang keamanan, serta kebersihan pasar ini juga”.

Dapat dilihat dari penjelasan Bapak Siagian bahwa, ada aturan untuk para pedagang di Pasar Simpang Limun, diantaranya harus membayar setiap uang kebersihan, lapak dan keamanan setiap harinya. Setiap pembayaran mempunyai buku peda sebagai bukti hak pemakaian lokasi berdagang untuk para pedagang pakaian berjualan di Pasar Besar tersebut, dan buku peda ini akan diperpanjang


(43)

tiap tahunnya. Selain aturan mengenai hak lokasi berdagang, terdapat juga aturan mengenai retribusi.

Bagaimanakah pengaplikasian sistem retribusi pasar di Pasar Simpang Limun?

Bapak Siagian “Kalau soal retribusi itu ada dua ya, retribusi kebersihan sama retribusi berjualan. Untuk retribusi sampah itu kalau mau sesuai dengan aturan itu Rp 50/meter, kalau untuk retribusi berjualan itu dilihat dari komoditas, lokasi, tempat berjualan, jadi ada perbedaan-perbedaan jadi kayak logam mulia itu per meter Rp 500, untuk sayuritu per meter Rp 300 kalau abrakan itu Rp 350, pedagang pakaian itu konveksi.,kalau gak salah Rp 400/ meter per hari. Tapi semua itu tidak, atau masih belum sesuai, namun kalau kita menetapkan daripada perda kita gak dapet iuran di lapangan...kalau diterapkan sesuai dengan perda yaa mereka gak bias ya ada tawar-menawar yang penting dapet uang, seperti kita tarik 10 ribu penjual bilang 8 ribu aja pak ya di tarik 8 ribu di lapangan rata-rata seribu atau duaribu ke pedagang pakaian padahal itu tidak sesuai.”

Mengenai retribusi pasar dapat dilihat menurut kepala pasar terdapat retribusi untuk kebersihan maupun retribusi berjualan, setiap retribusi mempunyai aturan tersendiri dari perda, seperti retribusi kebersihan menurut perda dengan harga Rp 50/m per hari, untuk retribusi berjualan mempunyai beberapa kualifikasi atau dibedakan untuk jenis jualannya di antaranya toko logam mulia dengan harga Rp 500/m per hari, pedagang sayur Rp 300/m per hari, pedagang peralatan dengan harga Rp 350/m per hari, pedagang pakaian Rp 400/m per hari, tetapi pada kenyataan di lapangan harga ini masih belum sesuai, jika dipaksakan atau disesuaikan maka petugas penarik uang di pasar tidak mendapatkan uang, maka harga ini masih bisa ditawar oleh pedagang, sehingga retribusi pasar belum sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan koordinasi antara pasar


(44)

itu sendiri sudah berjalan dan cukup besar, hal ini karena memang pasar tradisional Pasar Simpang Limun merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di kota Medan, maka koordinasi dari berbagai pihak di dalamnya diperlukan sebagai penunjang.

Dari setiap uraian diatas terlihat bahwa pada Pasar Simpang Limun memiliki organisasi, organisasi yang bertujuan untuk keamanan bersama masing-masing organisasi memiliki koordinator supaya setiap organisasi memiliki keteraturan. Setiap koordinator dipilih oleh mereka-mereka yang terlibat juga. Seperti koordinator jula-jula, tabungan berjalan, keamanan pasar. Dalam hal ini memudahkan pengaturan, yang sewaktu-waktu ada keperluan akan lebih mudah untuk menjumpai koordinatornya saja.

4.4.2 Dampak Terhadap Harga

Menurut Basu Swatha harga adalah jumlah uang (kemungkinan dalam jumlah barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelanggannya)15. Menurut para pedagang pasar Simpang Limun harga itu merupakan nilai suatu barang yang dicapai melalui kesepakatan antara pemilik barang dengan pembeli dengan memberikan sejumlah uang atas hasil kesepakatan tersebut untuk memperoleh barang yang dibutuhkan oleh pembeli barang.

Berbelanja di pasar tradisional memungkinkan pembeli untuk menawar harga barang-barang hingga mencapai kesepakatan dengan pedagang. Jika cukup pintar menawar, pembeli bisa mendapatkan barang dengan harga yang jauh lebih


(45)

murah. Dengan memilih barang yang diinginkan dan menawar barang tersebut dengan baik dan tepat maka kita dapat memiliki barang yang kita inginkan.

Harga yang dicapai melalui kesepakatan tersebut ada juga yang dipengaruhi oleh jaringan sosial kenapa demikian? Karena hubungan yang terjalin antara pembeli dengan penjual akan sangat berpengaruh pada pencapaian harga dengan ada rasa kepercayaan dan menganggap sebagai teman ata saudara sehingga harga tidak jauh-jauh di jatuhkan oleh penjual. Sebagian pembeli tidak lagi menawar barang hanya mengumpulkan barang-barang yang dibutuhkan dan segera menjumlahkannya saja, karena menurut dia harga yang akan diberikan penjual tidak akan jauh karena adanya kepercayaan antar kedua belapihak. Pernyataan Ibu lasni, berupa: setiap membeli barang seperti sayur-sayuran atau ikan saya langsung mendatangi langganan saya, biasanya kami langsung mengobral paling sedikitnya, kok lama kali datangnya? Sebagai sapaan hangat dari kami dan saya langsung mengumpuli barang-barang yang saya butuhkan di keranjang dan langsung hitung tanpa ada tawar-menawar karena harga yang diberikan langganan saya tidak pernah jauh dari harga pasaran sehingga saya tetap percaya. Jika Ibu Lasni mengatakan tidak lagi melakukan tawar-menawar karena menganggap langganannya, Ibu Nadeak berbeda lagi dia selalu melakukan penawaran dan menanyakan harga setiap barang pada saat berbelanja, biasanya ibu tersebut menawar dengan setengah harga dari harga yang ditawarkan oleh pembeli. Kesepakatan akan harga memang sedikit memakan waktu, hal ini membuat para ibu-ibu lebih banyak menghabiskan waktu di pasar karena tawar-menawar yang berlangsung relatif lama.


(46)

4.5. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Simpang Limun

Dari setiap uraian dari setiap bab dalam skripsi ini, kelebihan yang dimiliki pasar tradisional tidak dapat dipungkiri dan sangat bermanfaat. Kelebihan yang dimilikinya berupa,

harganya lebih murah dan bisa ditawar menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli

dekat dengan pemukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar

pengalaman berbelanja yang luar biasa, dimana kita bisa melihat dan memegang secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar Dibalik kelebihan tersebut keleman memang dimiliki pasar tradisional terkhusus pasar simpang Limun diantaranya adalah:

Pasar terlihat becek, kotor, bau dan terlalu padat lalu lintas pembelinya, ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarir sehingga hampir tidak mempunyai waktu berbelanja di pasar tradisional

Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja kepasar tradisional


(47)

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Pasar tradisional diartikan sebagai wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi masyarakat terjadi. Pasar tradisional juga merupakan wadah dalam penjualan produk-produk berskala ekonomi: petani, nelayan, pengrajin dan home industry (industri rumah tangga). Interaksi sosial di dalam pasar tradisional sangat kelihatan yang dapat dibuktikan dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar) sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalamnya (Bisnis Indonesia, 2004).

Penelitian ini telah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan dalam rumusan masalah. Pertanyaan pertama dapat dijelaskan melalui bentuk jaringan yang terdapat di Pasar Simpang Limun. Bahwa sebetulnya jaringan itu sendirilah yang membuat Pasar Simpang Limun aktif sampai sekarang. Pemerintah dan pemilik pasar (swasta) merupakan kepala pasar yang membuat pedagang dapat berjualan dengan menyediakan lapak. Namun para pedagang harus memenuhi sejumlah aturan yang dibuat sendiri pemilik pasar. Atau antara pedagang dengan pembeli, pedagang dengan petugas kebersihan dan pedagang dengan petugas keamanan. Hal ini merupakan bentuk jaringan yang terwujud di Pasar Simpang Limun.


(48)

Pertanyaan kedua dapat diketahui bahwa aturan-aturan yang mengikat diantara bentuk jaringan tersebut yaitu dengan adanya rasa saling percaya, merasa memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi masing-masing pihak, dan alat prabayar sebagai imbalan atas tanggung jawab tersebut.

Pertanyaan ketiga dapat dipahami bahwa dampak yang terjadi dari jaringan yang ada yaitu terciptanya organisasi antar pedagang atau dengan pembeli, adanya sebuah arisan antar pedagang dengan pembeli. Tidak hanya itu saja rasa percaya yang dimiliki dapat membantu pedagang atau pembeli misalnya, jualan pedagang bisa terjual dengan adanya pembeli tetap yang selalu membeli barang dagangan pedagang tersebut, dan juga pembeli dapat mendapatkan harga yang lebih murah dari langganan tetapnya tersebut.

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas pasar tradisional bersifat kompleks. Aktivitas di dalam pasar dapat bertahan karena adanya jaringan sosial yang terjalin diantara pelaku-pelaku pasar. Dengan adanya rasa percaya antar sesama pelaku pasar, rasa tanggung jawab yang harus dipenuhi, dan alat prabayar yang mereka (pelaku pasar) gunakan. Hal tersebut menjadikan hubungan diantara mereka semakin erat misalnya, hubungan langganan yang mengikat pedagang dan penjual atau pelaku pasar lainnya yang saling percaya dan beranggapan seperti saudara sendiri.


(49)

1.6. SARAN

Saran kepada pemerintah supaya diadakannya PERPRES (Perlindungan Pasar Tradisional) dan dijalankan dengan baik untuk memperlancar program dan sebagainya, perbaikan kinerja pasar tradisional perlu juga ditingkatkan. Salah satunya dengan memperbaiki bangunan pasar tradisional, serta pemberdayaan pedagang kecil dan peritel tradisional melalui berbagai program yang mendukung. Pemerintah juga harus serius dalam menanta dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah harus menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Selama ini pasar tradisional yang identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran seperti itu harus dapat diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.

Pencapaian kondisi dan suasana pasar yang baik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja akan tetapi masyarakat setempat juga dan pedagang haraus tetap menjaga kebersihan pasar dengan tidak membuang sampah-sampah secara sembarangan disekitar pasar, dan tetap berbelanja secara teratur tanpa harus berlari-lari membuat orang-orang menjadi berdesak-desakan, petugas kebersihan dan keamanan juga harus menjalankan tugas dengan sangat bertanggung jawab denmi kebersihan dan keamanan pasar.


(50)

BAB II

GAMBARAN PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN

2.1.Letak Geografis Pasar Simpang Limun

Pasar Simpang Limun merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Medan. Secara geografis,Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke Utara. Pasar Simpang Limun yang berlokasi di kelurahan Sitirejo I melalui batas-batas tertentu yang bersebelahan dengan kelurahan lainnya. Batas-batas tersebut yakni:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo II, Kecamatan Medan Amplas.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo I, Kecamatan Medan Kota.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun.

Di dalam Kelurahan Sitirejo I terdapat sebuah sungai yang bernama

“Sungai Bantuan” yang membelah Kelurahan Sitirejo I dari Selatan ke Utara

hingga menembus Kelurahan Sitirejo II. Adapun luas kelurahan Sitirejo adalah 0,45 km2 dengan perincian sebagai berikut: luas pemukiman : 0, 39 km2 luas pekarangan : 0. 2 km2 luas perkantoran : 0, 2 km2 luas prasarana umum lainnya: 0, 2 km2.


(51)

2.2.Menuju Lokasi Penelitian

Pasar tradisional merupakan ciri negara berkembang tingkat pendapatan dan perekonomian masyarakat yang kurang begitu tinggi menyebabkan masyarakat lebih suka berbelanja ke pasar tradisional. Pasar tradisional seperti yang dijelaskan bahwa pasar tempat masyarakat yang memiliki ekonomi rendah hingga menengah dapat ditemukan di salah satu pasar tradisional di Kota Medan yaitu Pasar Simpang Limun Medan. Pasar Simpang Limun berlokasi di tempat-tempat padat penduduk, strategis dan mudah dijangkau. Adapun letak lokasi dan batasan wilayah pasar tradisional Pasar Limun Medan (Pasar Simpang Limun SM. Raja) :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jln Sakti Lubis

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Jln Sm.Raja. Amplas. - Sebelah Barat berbatasan dengan Jln Sm. Raja (Jln Kemiri ) - Sebelah Timur berbatasan dengan Jln Sm Raja. (Jalan Seksama) Melalui uraian batasan lokasi pasar Simpang Limun, pasar tradisional ini terletak di kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu dari kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Pada tahun 2011, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 88.638 jiwa. Luasnya adalah 11,19 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 7.921,18 jiwa/km2. Salah satu Kecamatan yang dimiliki Sumatera Utara ini memiliki 7 kelurahan. Kelurahan ini merupakan salah kelurahan dimana pasar Limun berada. Yaitu kelurahan Sitirejo I.


(52)

2.2.1. Sejarah Terbentuknya Kelurahan Sitirejo I

Kelurahan Sitirejo 1 merupakan salah satu kelurahan di kecamatan medan kota. Kelurahan Sitirejo 1 pada awalnya merupakan sebuah wilayah dengan nama kampung Sitirejo 1 yang kemudian dibentuk menjadi sebuah kelurahan karena adanya perluasan kota Medan yang disebabkan adanya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi serta adanya perkembangan industri, perdagangan dan sebagainya sehingga dengan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 1973, kampung Sitirejo 1 dirubah statusnya menjadi sebuah kelurahan. Sejak itu hingga kini telah banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan prasarana di kelurahan Sitirejo 1 tersebut sehingga menjadi lebih baik seperti sekarang.

2.2.2. Keadaan Penduduk

Adapun komposisi penduduk dan distribusi penduduk di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel.

1. Umur

Klasifikasi masyarakat di Kelurahan Sitirejo I berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.


(53)

Tabel 1.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

ase (%)

1536 13, 62

1290 11, 44

1194

24-29 1024

30-35 1050

36-41 1050

42-47 967

48-53 999

54 Keatas 946

11274 Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo 1

Dari tabel di atas diketahui total dari penduduk di Kelurahan Sitirejo I yaitu 11. 274 orang, yang terdiri dari 5377 jiwa penduduk laki-laki dan 5897 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 17 lingkungan yang ada di Kelurahan Sitirejo I.

2. Pekerjaan

Penduduk di Kelurahan Sitirejo I memiliki jenis pekerjaan yang beragam, adapun klasifikasi jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(54)

Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

aan h (orang) ase (%)

swasta ai negeri ng hit

batu kayu

udi becak ri

aha h

Sumber : Profil Kelurahan Sitirejo 1

Dari tabel 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang paling mendominasi di Kelurahan Sitirejo I tersebut adalah sebagai pengusaha, yang mencapai persentase hingga 35, 33% dari total keseluruhan. Kemudian diikuti oleh pedagang dan buruh/ pegawai swasta. Namun demikian perbedaan persentase penduduk dari jenis pekerjaannya tidak terlalu jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penduduk di Kelurahan Sitirejo I tersebut tergolong memiliki jenis pekerjaan yang beragam.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan, melalui pendidikan maka manusia akan memiliki suatu pola berfikir dan sikap mental yang baik sehingga memungkinkan adanya pencapaian taraf hidup yang baik. Adapun komposisi pendidikan masyarakat di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(55)

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Peresentase

1. Belum sekolah 1516 13.45

2. Usia 7-45 thn. Tidak Pernah Sekolah

3055 27.09

3. Pernah Sekolah SD

tetapi tidak tamat

223 1.98

4. Tamat SD/ Sederajat 2440 21.64

5. SLTP/ Sederajat 1860 16.50

6. SLTA/ Sederajat 1650 14.64

7. D-1 90 0.80

8. D-2 110 0.98

9. D-3 170 1.51

10. S-1 130 1.15

11. S-2 30 0.27

JUMLAH 11274 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo 1

Dari tabel dapat dilihat bahwasanya masih banyak penduduk yang berusia 7-45 tahun dan belum pernah mendapatkan pendidikan formal di bangku sekolah. Dan persentase tingkat pendidikan tampak seperti bentuk piramida, dimana masyarakat lebih banyak yang mendapatkan pendidikan SD yaitu 21, 64 % dimana kemudian pada tiap tingkat selanjutnya yang lebih tinggi persentasenya semakin rendah, untuk yang lulus hingga tingkat S2 hanya ada 0,26 %.

4. Agama

Penduduk di Kelurahan Sitirejo I menganut agama yang berbeda-beda diantara enam agama yang diakui di Indonesia. Untuk melihat komposisi penduduk di Kelurahan Sitirejo I berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(56)

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Islam 6858 60.83

2. Kristen 4071 36.11

3. Katholik 290 2.57

4. Hindu 25 0.22

5. Budha 30 0.27

Jumlah 11274 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo 1

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Sitirejo I memeluk agama Islam dengan jumlah persentase hingga 60, 83 % dari total populasi yang ada. Sedangkan pada urutan yang kedua yaitu agama Kristen berjumlah sebanyak 36, 10 %, dan sisanya menganut agama Katholik, Hindu dan Budha.

5. Sarana dan Prasaran

Fasilitas sarana dan prasarana merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi terciptanya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana dalam sebuah tatanan lingkungan masyarakat maka masyarakat sekitar akan lebih mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari sarana pendidikan dan prasarana kesehatan.

Sarana Pendidikan

Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada tabel 3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan


(57)

Sitirejo I termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena masyarakat di Kelurahan Sitirejo I menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat ekonomi masyarakat di Kelurahan Sitirejo I termasuk kedalam golongan ekonomi menengah. Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di Kelurahan Sitirejo I terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana pendidikan. Untuk melihat gambaran lebih jelas mengenai pemenuhan sarana pendidikan di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel 5 di halaman sebelah.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di Kelurahan Sitirejo I tampak adanya keseragaman sarana Pendidikan, dimana masing-masing jenjang pendidikan memiliki sarananya masing-masing mulai dari TPA, SD/ Sederajat, SLTP/ Sederajat, SLTA/ Sederajat, hingga jenjang Perguruan Tinggi. Hal tersebut cukup baik, karena masyarakat dapat lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan karena terdapat sarana pendidikan di sekitar tempat tinggalnya.

Tabel 5

Keadaan Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah Presentase

1. Tpa 1 14,29

2. Tk 2 28.57

3. SD/sederajat 1 14.29

4. SLTP/sederajat 1 14.29

5. SLTA/sederajat 1 14.29

6. Perguruan tinggi 1 14.29

Jumlah 7 100


(58)

Prasarana Kesehatan

Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat seberapa besar Kelurahan Sitirejo I dalam memenuhi prasarana kesehatan masyarakat, dapat dilihat dari prasarana-prasarana yang tersedia serta jumlahnya yang akan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6

Prasarana Kesehatan

No. Prasarana kesehatan Jumlah Presentase

1. Rumah sakit umum - -

2. Puskesmas - -

3. Puskesmas pembantu - -

4. Poliklinik/balai pengobatan 1 6.25

5. Apotik 4 25

6. Posyandu 6 37.5

7. Toko obat - -

8. Tempat dokter praktek 5 31.25

Jumlah 16 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo 1

Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya jumlah prasarana kesehatan sebanyak 16 prasarana yang terdiri dari 1 Poliklinik/ Balai Pengobatan, 4 Apotik, 6 Posyandu, 5 Tempat Dokter Praktek. Hal ini cukup baik karena Kelurahan dengan luas 0, 45 km2 memiliki hingga 16 prasarana kesehatan yang tentunya sangat membantu masyarakat dalam memenuhi tingkat kesehatannya menjadi lebih baik, dan dengan jumlah tempat praktek dokter hingga 5 dapat memudahkan


(1)

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai, dan terima kasih telah mengajari penulis banyak hal baik ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan.

Medan, Februari 2016 Penulis


(2)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 21 September 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Jusnawati dan Syahrul. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Karang Sari Kec. Medan Polonia pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di Yayasan Smp Nurul Hasanah dan tamat pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan SMA di Yayasan Swasta Istiqlal Deli Tua masuk tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Setelah tamat SMA penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara tepatnya mengambil jurusan Antropologi Sosial FISIP. Alamat Email: deswita.sari89@yahoo.com.


(3)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk menilis persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Pasar Tradisional studi Deskriptif Tentang jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan”.

Ketertarikan untuk menulis tentang “Pasar Tradisional” karena penulis melihat melalui aspek seperti: Pertama, pasar sebagai mata pencaharian bagi para pedagang kecil, menengah, dan besar. Kedua, pasar sebagai tempat petani memasarkan atau menyalurkan hasil pertanian mereka. Ketiga, sebagai tempat berbelanja kebutuhan pokok yang dapat dilakukan melalui proses tawar menawar barang dagangan yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. Keempat, pasar sebagai sumber dana bagi pemerintah daerah. Kelima, pasar juga yang membantu masyarakat baik kelas bawah dan menengah tidak pengangguran.

Dalam skripsi ini saya melihat banyak hal yang dapat dilihat dalam pasar tradisional yaitu interaksi sosial yang terjadi antara pelaku pasar dalam membentuk jaringan sosial di antara mereka, baik itu sesama pedagang, pembeli, petugas pasar. Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat setempat, pemerintah daerah dan para pelaku pasar mempertahankan pasar tradisional. Hal yang paling penting adalah bagaimana pemerintah dan pemilik pasar dapat membenahi sarana dan prasarana pasar yang layak sehingga pasar ramai dikunjungi. Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pasar tradisional, khususnya tentang jaringan sosial pasar, serta menambah wawasan pembaca bahwa banyak hal yang dapat dilihat dari peran penting pasar tradisional bagi masyarakat. Akhir kata, penulis harapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan,Februari 2016 Penulis


(4)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

PERNYATAAN ORIGINAL ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... X BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Tinjauan Pustaka ... 5

1.3.Rumusan masalah... 17

1.4.Tujuan dan Manfaat ... 17

1.5.Metode Penelitian... 18

1.5.1.Observasi ... 18

1.5.2. Wawancara ... 19

1.5.3. Studi Pustaka ... 21

1.5.4. Pengalaman Penelitian. ... 21

BAB II. GAMBARAN PASAR SIMPANG LIMUN MEDAN ... 23

2.1.Letak Geografis Pasar Simpang Limun ... 23

2.2.Menuju Lokasi Penelitian ... 24

2.2.1.Sejarah Terbentuknya Kelurahan Sitirejo 1 ... 25

2.2.2. Keadaan Penduduk ... 25

2.3. Sejarah Pasar Simpang Limun ... 32

2.4. Penyedia Pasar Simpang Limun... 39

2.6. Kondisi Pasar. ... 41

BAB III. BENTUK JARINGAN YANG TERWUJUD DAN ATURAN-ATURAN YANG MENGIKAT JARINGAN SOSIAL ... 44

3.1. Fungsi Pasar ... ... 44

3.2. Jaringan yang Terwujud di Pasar Simpang Limun ... 45

3.2.1. Pemerintah dengan Pedagang ... ... 45

3.2.2. Pemilik Pasar (swasta) dengan Pedagang ... 49

3.2.3. Pedagang dengan Pembeli... ... 50

3.2.3.a. Pedagang Yang Memiliki Lapak ... 54

3.2.3.b. Pedagang Liar ... ... 54

3.2.4. Pedagang dengan Petugas ... ... 54

3.2.5. Hubungan Tukang Becak, Kuli Angkut dengan Pedagang 56 3.3. Aturan yang Mengikat Jaringan di Simpang Limun ... 57

3.3.1. Alat Prabayar (Uang) ... ... 58


(5)

3.4.3. Tanggung Jawab... ... 61

3.4. Premanisme di Pasar. ... ... 61

BAB IV. DAMPAK SISTEM JARINGAN SOSIAL YANG TERJADI DI PASAR SIMPANG LIMUN ... ... 63

4.1. Dampak Terhadap Pembeli dan Pedagang ... ... 63

4.2. Dampak Terhadap Pemerintah ... ... 65

4.3. Harga dan Keseimbangan ... ... 65

4.4.Terciptanya Organisasi Antar Sesama Pedagang di Pasar ... 66

4.4.1. Kepercayaan ... ... 67

4.4.2. Dampak Terhadap Harga ... ... 80

4.5. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Simpang Limun ... 82

BAB V. PENUTUP ... ... 83

5.1. Kesimpulan ... ... 83

5.2. Saran ... ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... ... 86 Lampiran


(6)

x DAFTAR TABEL

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... ... 26

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... ... 27

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 28

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 29

Keadaan Sarana Pendidikan ... 31

Prasarana Kesehatan... 31