b. Inventory Control Alasan perlunya persediaan bagi industri, yaitu:
• Antisipasi adanya unsur ketidakpastian permintaan • Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier
• Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu lead time waktu pemesanan
Inventory persediaan di industri farmasi, terdiri dari raw material bahan baku, packaging material bahan pengemas, finished product obat jadi, dan
work in process barang setengah jadi. Tujuan diadakannya persediaan antara
lain: • Untuk memberikan layanan terbaik bagi pelanggan.
• Untuk memperlancar proses produksi. • Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan
stockout. • Untuk menghadapi fluktuasi harga.
F. Limbah
Departemen teknik dan QC bekerja sama menangani limbah di PT. MUTIFA. Departemen teknik memusatkan perhatian pada pemeliharaan instalasi
pengelolahan limbah sedangkan departemen QC memantau proses pengolahan limbah dan tolak ukurnya agar memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan.
Limbah di PT. MUTIFA dibagi dua yaitu limbah non beta laktam dan limbah beta laktam.
Universitas Sumatera Utara
a. Limbah Non Beta Laktam Jenis limbah non beta laktam di PT. MUTIFA ada 3 jenis yaitu:
1. Limbah cair .
Limbah cair ini berasal dari limbah produksi, limbah laboratorium, limbah domestik, dan limbah bengkel
Diagram sistem pengolahan limbah cair dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini:
.
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah cair adalah berdasarkan baku mutu air limbah yang diisyaratkan dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51MENLH101995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Industri seperti yang terdapat dalam tabel 2.
Gambar 4 . Diagram Sistem Pengolahan Limbah Cair di PT.MUTIFA
Oli bekas dari bengkel Dijual
Limbah domestik
Limbah cair produksi termasuk pembersihan
daerah produksi Limbah cair
laboratorium
Badan Air buangan
Bak Aerasi
Bak Biokontrol
Limbah bengkel cair kecuali oli
Bak Penampungan
n Bak
Sedimentasi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Tolak Ukur Pemantauan Limbah Cair di PT. MUTIFA Parameter
Formulasi Pencampuran
mgL
BOD Biological Oxygen Demand
75 COD
Chemical Oxygen Demand 150
TSS Total Suspended Solid
75 Total-N
- Fenol
- pH
6,0-9,0 Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51MENLH101995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri 2.
Limbah Padat. Limbah padat ini berasal dari:
a. Bekas kemasan bahan awal bahan bakubahan kemasan seperti kertas,
kotak karton, wadah kayuplastikkaca, drum, kaleng. b.
Buangan proses produksi seperti tepung sisa proses, produk antararuahan yang rusak atau kotor, kemasan aluminium foil, botol, dus
c. Buangan bahan hasil pengujian laboratorium seperti tablet bekas pengujian
kekerasan, waktu hancur, dan lain-lain. d.
Bahan awal dan produk jadi yang rusak e.
Wadah bekas bahan produksi plastik, tong rusak, dan lain-lain. f.
Limbah padat domestik.
Universitas Sumatera Utara
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah padat adalah kualitas lingkungan atau kebersihan di dalam area industri, dimana tidak terdapat lagi
limbah padat yang berserakan di pabrik. Diagram sistem pengolahan limbah padat di PT. MUTIFA adalah sebagai berikut:
Kemasan bahan awal yang rusak Debu Produksi
Debu Lantai Limbah Domestik
TongKarton Bahan baku, Produk antara, Produk
ruahan, dan Produk jadi yang rusak
Aluminum foil, Botol, Pot plastik yang rusak atau sisa cetakan lama
Dust Collector Vacum Cleaner
Incenerator
Kertas karton plastik tanpa label pabrik, Botol rusak
Pembuangan terakhir milik PEMDA
Dijual
Gambar 5. Diagram Sistem Pengolahan Limbah Padat di PT. MUTIFA
3. Limbah Udara . Limbah udara ini berasal dari:
a. Gas, uap dan asap -
Bahan kimia reagensia. -
Bahan baku seperti ammonia liquida, alkohol, dan lain-lain. -
Proses produksi seperti metilen klorida dari proses coating.
Universitas Sumatera Utara
b.Debu produksi. Tolak ukur yang dipakai untuk pamantauan limbah udara adalah kualitas
udara di dalam dan di luar lingkungan pabrik, meliputi kadar H
2
S, NH
2
, SO
2
, CO, NO
2
, TSP. Sistem penanggulangan limbah udara antara lain tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Sistem Penanggulangan Limbah Udara di PT. MUTIFA Jenis
Cara Pengendalian
1.Bahan kimiareagensia Laboratorium
2. Asap pembakaran sampah 3. Uap solven
4. Debu Produksi 1. Lemari Asam
2. Incenerator cerobong tinggi 3. Exhaust fan
4. Pemasangan dust collector
4. Limbah Suara. Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset, mesin sistem
penunjang AHU, mesin boiler. Cara pengendalian limbah suara ini dapat diatasi dengan menggunakan ear insert oleh pekerja.
Tolak ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka kebisingan dan getaran di dalam dan di luar area pabrik yang diukur sesuai dengan
angka kebisingan maksimum 65 dB dan getaran maksimum 7,5 Hz.
b. Limbah Beta Laktam
Jenis limbah beta laktam dapat berupa limbah cair, padat, udara, dan suara. Limbah cair berasal dari gedung produksi beta laktam berupa pencucian
alatmesin. Limbah padat berupa wadah bekas bahan baku antibiotik beta laktam, bahan baku beta laktam yang rusak, tong plastik, buangan proses produksi, dan
produk jadi antibiotik beta laktam yang rusak. Limbah udara berupa debu
Universitas Sumatera Utara
produksi antibiotika beta laktam. Limbah suara berasal dari mesin produksi,
genset, mesin sistem penunjang AHU
Pengelolaan Limbah Beta Laktam adalah sebagai berikut: 1.
Limbah Cair. Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke bakkolam
perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah itu dialirkandigabung dengan limbah cair non beta laktam di bak penampungan, dan
seterusnya diolah bersama. 2.
Limbah Padat. Limbah padat yang berupa wadah yang mengandung bahan antibiotik beta
laktam dicuci dan dibilas bersih dengan air bersih di ruang pencucian di dalam gedung beta laktam. Air pencucian tersebut merupakan limbah cair dari gedung
beta laktam yang dialirkan ke bak perusak cincin beta laktam, sedangkan wadah yang telah dicuci dan dibilas bersih tersebut dikeluarkan dari gedung beta laktam
dan ditangani limbahnya seperti pada pengelolaan limbah padat non beta laktam. 3.
Limbah Udara. Limbah udara berupa debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust
collector .
4. Limbah Suara. Limbah suara sistem penanganannya sama dengan penanganan limbah
suara di non beta laktam.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
Industri farmasi sebagai produsen obat-obatan harus dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan terus menjaga
konsistensi mutunya dalam setiap pembuatan. Salah satu pedoman yang digunakan industri farmasi untuk menghasilkan produk yang bermutu adalah Cara
Pembuatan Obat yang Baik CPOB. PT. MUTIFA Medan sebagai salah satu PMDN yang memproduksi obat
telah menerapkan CPOB sejak bulan April tahun 1994. Penerapan CPOB dan seluruh aspek rangkaian produksi merupakan suatu langkah untuk menjamin mutu
obat jadi, sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam prosesnya, mutu dalam produk harus dibentuk di dalam
produk tersebut, tidak cukup hanya lulus dari pemeriksaan mutu. Aspek-aspek yang mempengaruhi proses pembentukan mutu terhadap produk tertuang dalam
aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam CPOB. Selama Praktek Kerja Profesi PKP, penulis melakukan pengamatan terhadap proses pembentukan mutu
melalui penerapan CPOB.
A. Manajemen Mutu
Untuk menjamin khasiat, keamanan dan mutu produknya, PT. MUTIFA memiliki manajemen mutu sesuai dengan CPOB 2006. Hal ini dapat dilihat dari
adanya pemisahan kewenangan dan tanggung jawab departemen QA dan QC. Departemen QA bertanggung jawab dalam menjamin mutu produk mulai
dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
Universitas Sumatera Utara