BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumatera utara mempunyai empat lapangan golf yang bertaraf internasional. Pengelola lapangan golf menyediakan wanita sebagai caddy di sumatera utara adalah di lapangan golf bukit
barisan Tuntungan, graha metropolitan golf, serta royal sumatera dan martabe. Ketika kasus kematian direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen 50
yang melibatkan Rani Juliani 23 seketika profesi sebagai caddy mulai dikenal public, padahal sebelumnya caddy hanya dikenal oleh pemain golf, yaitu seorang perempuan yang biasa
membawakan stick-stick golf para pemain. Golf sendiri dianggap sebagai olahraga yang penuh dengan filosofi, golf mensyaratkan kemampuan untuk menahan diri, menahan emosi, nafsu, dan
godaan. Itulah esensi dari setiap pukulan golf. Deepak Chopra dalam bukunya “golf for enlightment” mengatakan bahwa pencerahan dapat kita peroleh melalui lapangan golf.
Olah raga golf memang tidak bisa dipisahkan dengan peranan caddy. Setiap orang yang bermain golf hampir tidak mungkin sendirian tanpa dibantu oleh caddy.
Secara umum tugas caddy adalah membawa tas atau bag pemain golf yang beratnya bisa 10-20 kgan, membersihkan stick golf, memperbaiki bekas pukulan pada bola golf,
membersihkan halangan di perangkap pasir, mengangkat bendera penunjuk lubang. Selain itu caddy bisa menjadi penasehat atau teman berdiskusi pemain golf, misalnya untuk bisa membaca
situasi lapangan, keadaan cuaca, arah angin, serta membantu pemilihan tongkat golf.
Universitas Sumatera Utara
Seorang caddy juga dituntut untuk bisa menghadapi berbagai perlakuan kasar dari pemain golf, mulai dari caci maki, dilempar stick golf, hingga merasakan kepalan tangan sang
pemain golf, dan bahkan pelecehan seksual. Farha Cicik 1999 mengemukakan bahwa ada beberapa sebab yang menyebabkan
terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu : 1.
Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. 2.
Masyarakat masih membesarkan anak laki-laki dengan mendidiknya agar mereka yakin bahwa mereka harus kuat dan berani serta tanpa ampun.
3. Kebudayaan kita mendorong perempuan supaya bergantung kepada laki-laki khususnya
ekonomi. 4.
Masyarakat tidak menganggap KDRT sebagai persoalan social tetapi persoalan pribadi. 5.
Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama yang menganggap bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.
Menurut Kristi E Purwandari dalam Achie Sundiarti Luhulima mengemukakan beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut :
1. Kekerasan Fisik seperti : memukul, menampar, mencekik
2. Kekerasan Psikologi seperti : berteriak, menyumpa,mengancam,melecehkan
3. Kekerasan Seksual seperti : melakukan tindakan yang mengarah keajakandesakan
seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dan sebagainya.
4. Kekerasan Spiritual seperti : merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari latar belakang pemain golf umumnya ada perbedaan antara pemain golf local dan pemain golf asing. Biasanya perbedaan kebiasaan antara pemain golf local dan pemain
golf asing yaitu pemain golf asing lebih banyak merendahkan para caddy secara verbal atau dengan kata-kata yang merendahkan caddy, namun sebaliknya para pemain golf local lebih
menggunakan tindakan misalnya melakukan pemukulan atau cubitan apabila seorang caddy melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.
Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan ancaman yang terus menerus bagi perempuan dimanapun di dunia. Walaupun diakui bahwa angka kekerasan terhadap laki-laki lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi harus diingat bahwa kedudukan perempuan disebagian dunia yang tidak dianggap sejajar dengan laki-laki membuat masalah ini menjadi
momok bagi perempuan terlebih lagi rasa takut perempuan terhadap kejahatan jauh lebih tinggi dibandingkan yang dirasakan oleh laki-laki.
Dari pemaparan diatas hal ini menjadi menarik untuk diteliti adalah bagaimana bentuk- bentuk kekerasan yang dialami oleh caddy golf yang bekerja dilapangan golf graha metropolitan
golf?
1.2 Perumusan Masalah