HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terkategori LQ45 periode September 2010 dan September 2009. Proses penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian tersaji dalam Tabel 4.1 dimana sebanyak 34 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan yang terkategori LQ45 pada bulan September 2010 45 2. Perusahaan yang terkategori LQ45 pada bulan September 2010 dan tidak terkategori LQ45 pada bulan September 2009 _6_- 3. Perusahaan yang terkategori LQ45 pada bulan September 2010 dan juga pada bulan September 2009 39 4. Saham perusahaan yang memiliki beta negatif _5_- 5. Sampel akhir penelitian 34 Kriteria pertama Kriteria kedua Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan menetapkan dua kriteria. Kriteria pertama yaitu, perusahaan yang terkategori LQ45 pada bulan September 2010 dan juga terkategori LQ45 pada bulan September 2009. Kriteria ini mengeliminasi sebanyak 6 perusahaan yang hanya terkategori LQ45 dalam satu bulan saja baik pada September 2010 atau pada September 2009. Dari hasil eliminasi ini diperoleh sebanyak 39 perusahaan yang terkategori LQ45 pada bulan September 2010 maupun pada bulan September 2009. Kriteria kedua menyebutkan bahwa perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian adalah saham-saham perusahaan yang memiliki beta positif. Perhitungan beta pada tiap-tiap sampel perusahaan yang terseleksi dari kriteria pertama menunjukkan bahwa ada 5 perusahaan yang memiliki beta saham negatif, yaitu Gudang Garam Tbk GGRM, Lippo Karawaci Tbk LPKR, Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS, Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM, dan Unilever Indonesia Tbk UNVR. Berdasarkan proses pemilihan sampel akhirnya diperoleh sampek sebanyak 34 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan dan sekaligus menjadi sampel akhir dalam penelitian ini. Perhitungan beta dilakukan pada setiap perusahaan dengan interval waktu selama 2 tahun, dimulai dari September 2008 sampai dengan September 2010 dengan menggunakan data mingguan selama periode tersebut. Tabel 4.2 menyajikan data tentang nilai beta dari masing-masing perusahaan selama interval waktu yang telah ditetapkan. Tabel 4.2 Nilai Beta Masing-Masing Perusahaan Sampel Penelitian No. Kode Saham Beta No. Kode Saham Beta 1. AALI 0,01233 18. INCO 0,13692 2. ADRO 0,06676 19. INDF 0,08440 3. ANTM 0,01144 20. INDY 0,04663 4. ASII 0,05934 21. INTP 0,00710 5. BBCA 0,00735 22. ISAT 0,06316 6. BBNI 0,07456 23. ITMG 0,19609 7. BBRI 0,02278 24. JSMR 0,01729 8. BDMN 0,13820 25. KLBF 0,09068 9. BMRI 0,10317 26. LSIP 0,03106 10. BNBR 0,40699 27. MEDC 0,04011 11. BRPT 0,14703 28. PTBA 0,09287 12. BTEL 0,01127 29. SMCB 0,03215 13. BUMI 0,08689 30. SMGR 0,02120 14. DEWA 0,43169 31. TINS 0,04655 15. ELSA 0,02488 32. TRUB 0,25357 16. ELTY 0,49577 33. UNSP 0,06178 17. ENRG 0,04380 34. UNTR 0,10088 Sumber: Lampiran 2, diolah Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai beta masing-masing perusahaan yang masuk dalam kriteria pemilihan sampel penelitian. Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai beta tertinggi terdapat dalam saham perusahaan Bakrieland Development Tbk. dengan nilai beta sebesar 0,49577. Nilai beta terendah terdapat dalam saham perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Tbk. dengan nilai saham sebesar 0,00710. Dari data nilai beta diatas, bahwa semua perusahaan yang terseleksi sebagai sampel penelitian memiliki nilai beta kurang dari 1, artinya apabila pasar berfluktuasi sebesar 1 maka saham perusahaan sampel penelitian akan berfluktuasi sebesar nilai beta yang dimiliki atau kurang dari 1 dengan kata lain bahwa fluktuasi saham perusahaan sampel lebih kecil dari fluktuasi pasar. Saham-saham yang mempunyai beta kurang dari 1 disebut dengan saham defensif defensive stock. Kondisi ini berhubungan dengan besarnya keuntungan dan kerugian yang akan diterima oleh investor karena saham jenis defensif mencegah investor dari kerugian besar bila fluktuasi pasar turun tetapi juga sekaligus menghambat investor untuk mendapatkan keuntungan yang besar bila fluktuasi pasar naik. Berdasarkan nilai beta tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi di pasar modal Indonesia kurang menguntungkan.

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian