Kesejahteraan Dan Kemandirian Wanita Binaan Sosial

72

V.4. Kesejahteraan Dan Kemandirian Wanita Binaan Sosial

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan Panti dalam melakukan pelayanan dan pembinaan terhadap warga binaan sosial, maka keberhasilan tersebut biasanya dilihat dari tingkat keberhasilan panti dalam membina dan menyalurkan warga binaan sosialnya. Panti memberikan Pelayanan dan Pembinaan melalui program-programnya dengan baik sehingga tujuan dari program yang telah direncanakan dapat tercapai yakni kesejahteraan dan kemandirian kepada wanita binaan sosial PSKW Parawasa. Melalui tabel-tabel berikut ini akan diuraikan distribusi responden terhadap kesejahteraan dan kemandirian yang telah diperoleh. Tabel 28 Ada Tidaknya Perubahan Yang Dialami Oleh Responden Selama Berada Di Dalam Panti No. Kategori Frekuensi 1 Ada 25 100 2 Belum ada Jumlah 25 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan data pada tabel 28 dapat diketahui bahwa pada umumnya keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu sebanyak 25 responden 100 sudah mengalami perubahan selama berada di PSKW Parawasa. Selama mengikuti bimbingan selama 6 bulan, mereka merasa mengalami perubahan, harga diri yang berkembang karena sudah mendapat Universitas Sumatera Utara 73 didikan untuk hidup lebih baik. Dengan demikian, berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden dapat dikemukakan bahwa proses pemberian pelayanan sosial melalui bimbingan dan latihan yang diberikan oleh panti sudah berjalan dengan baik. Hal ini berarti bahwa panti telah mampu melaksanakan tugas dan fungsinya karena pembinaan dan pelayanan sosial memberikan pengaruh yang positif bagi warga binaan. Perubahan yang dirasakan responden antara lain: karena dapat memperbaiki tingkah laku mereka, lebih mengetahui secara mendalam jenis keterampilan yang digeluti, telah mengerti tentang ajaran agama yang dianut, karena kemauan yang cukup tinggi dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Lalu data mengenai jenis bimbingan yang paling utama yang membuat responden menjadi sadar untuk meninggalkan pekerjaan yang melanggar norma- norma asusila telah disajikan pada tabel 29 berikut ini. Tabel 29 Jenis Bimbingan Yang Paling Utama Yang Membuat Responden Menjadi Sadar Untuk Meninggalkan Profesi WTS No. Kategori Frekuensi 1 Bimbingan Sosial 6 24 2 Bimbingan Mental 15 60 3 Latihan Keterampilan 4 16 Jumlah 25 100 Sumber: Data Primer Universitas Sumatera Utara 74 Berdasarkan data pada tabel 29 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel dalam penelitian menyatakan bimbingan mental merupakan program yang paling berperanan dalam merubah dan menyadarkan mereka. Program bimbingan mental merupakan bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk memberi kemampuan pemeliharaan kondisi fisik, integrasi diri, rasa percaya diri dan disiplin diri. Bimbingan yang diberikan berupa: kegiatan ceramah keagamaan dengan pendekatan spiritual, diskusi, sholat dan ibadah, kegiatan olah raga dan kegiatan lainnya. Sebanyak 6 responden 24 menyatakan bahwa bimbingan sosial yang paling membuat mereka sadar dan mengalami perubahan untuk meninggalkan pekerjaan lama dan nantinya ingin kembali ke masyarakat dengan pekerjaan yang baik. Bimbingan sosial ini berupa: konsultasi dan bimbingan perorangan, dan kegiatan lainnya. Sedangkan, sebanyak 4 responden 16 menyatakan bimbingan atau latihan keterampilan yang paling berperanan dalam perubahan dalam diri mereka. Kemudian data mengenai sudah belumnya responden mendapatkan keterampilan yang menjadi bekal setelah keluar dari panti disajikan pada tabel 30 berikut ini. Universitas Sumatera Utara 75 Tabel 30 Sudah Belumnya Responden Mendapatkan Keterampilan Yang Menjadi Bekal Setelah Keluar Dari Panti No. Kategori Frekuensi 1 Sudah 24 96 2 Belum 1 4 Jumlah 25 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan data pada tabel 30 dapat diketahui bahwa sebanyak 24 responden 96 menyatakan bahwa mereka sudah mendapatkan dan menguasai keterampilan untuk dijadikan bekal setelah keluar dari panti sehingga bisa hidup mandiri dan tidak kembali lagi melakukan pekerjaan sebelumnya. Secara umum, hal ini juga sangat berpengaruh terhadap proses resosialisasi yang dilakukan oleh pihak panti, dimana nantinya para klien akan membaur kembali dalam lingkungan sosialnya baik pribadi, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat. Sedangkan, ada 1 responden 4 yang menyatakan belum mendapatkan atau menguasai keterampilan yang telah diberikan oleh panti. Ada kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh karena latar belakang pendidikan yang sangat rendah dan sikap responden yang tidak sungguh-sungguh sehingga kurang mampu memahami keterampilan yang diajarkan. Universitas Sumatera Utara 76

BAB VI PENUTUP