Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penentuan atas: 1. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan.
2. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan. 3. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi.
1. Barang Fisik yang Harus Dimasukkan dalam Persediaan
Pembelian harus dicatat ketika hak legal atas barang berpindah ke pembeli. Namun biasanya, pencatatan pembelian pada saat barang diterima, karena sulit bagi pembeli untuk menentukan
secara pasti kapan hak legal berpindah untuk setiap pembelian. a. Barang dalam Perjalanan
Jika barang dikirimkan atas dasar FOB shipping point, maka hak kepemilikan berpindah ke tangan pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan jasa pengangkut, yang
bertindak sebagai agen atau pembeli. Jika barang dikirimkan atas dasar FOB destination, maka hak kepemilikan belum berpindah sebelum pembeli menerima barang dari perusahaan jasa
pengangkut. Secara teknis, barang yang hak legalnya telah berpindah ke pembeli harus dicatat sebagai
pembelian pada periode fiskal. Barang yang dikirimkan atas dasar FOB shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus
diperlihatkan dalam catatan pembeli. Hak legal atas barang ini berpindah ke pembeli pada saat barang dikirimkan.
b. Barang Konsinyasi Metode ini menjelaskan bahwa terjadi kesepakatan antara perusahaan yang mengirimkan
barang dagang ke sebuah agen dalam menjual barang konsinyasi tersebut. Agen tersebut menyetujui untuk menerima barang tanpa kewajiban apapun selain melindungi dari kehilangan
atau kerusakan, sampai barang terjual kepada pihak ketiga atau pembeli. Ketika agen menjual barang, pendapatan dikurangi komisi penjualan dan beban penjualan diserahkan kepada
perusahaan. Barang yang telah diserahkan kepada agen, tetap menjadi property perusahaan dan dimasukkan dalam persediaan perusahaan pada harga beli atau biaya produksi. Sementara agen
120
tidak membuat ayat jurnal pada akun persediaan untuk barang konsinyasi yang diterima karena barang tersebut merupakan milik perusahaan.
c. Perjanjian Penjualan Khusus Seringkali transfer hak legal kepemilikan dan substansi yang mendasari transaksi tidak cocok.
Bisa saja hak legal telah berpindah ke pembeli tetapi penjual barang tetapn menanggung resiko kepemilikan. Sebaliknya, transfer hak legal mungkin belum terjadi, tetapi substansi ekonomi dari
transaksi itu menyiratkan bahwa resiko kepemilikan telah berpindah ke pembeli. Tiga situasi penjualan khusus yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
- Penjualan dengan perjanjian beli kembali
Inti dari transaksi ini adalah bahwa pihak pertama membiayai persediaannya dan mempertahankan risiko kepemilikan, sekalipun hak legal atas barang secara teknis telah
berpindah kepada pihak kedua akibat penjualan. Keuntungan yang diterima pihak pertama adalah terhindar dari pajak property pribadi, dan terhapusnya kewajiban lancar
dari neraca. Sementara bagi pihak kedua, pembelian barang bisa melakukan perjanjian respirokal di masa depan.
- Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi
Industri-industri yang memiliki perjanjian formal atau informal yang memungkinkan persediaan dikembalikan dengan menerima seluruh atau sebagian uang yang telah
dibayarkan. Salah satu alternative melaporkan transaksi penjualan tersebut adalah mencatat penjualan dengan nilai penuh dan kemudian mencatat penjualan sampai
kondisinya menunjukkan jumlah persediaan yang akan dikembalikan oleh pembeli. Ketika jumlah retur dapat diestimasi secara memadai, maka barang dapat dipandang telah
dijual. Sebaliknya, jika jumlah retur tidak dapat diramalkan, maka penghapusan barang ini dari persediaan penjual tidaklah tepat.
- Penjualan cicilan
Barang yang dijual secara cicilan menjelaskan bahwa setiap jenis penjualan yang pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena resiko
kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan dibandingkan dengan transaksi penjualan lain, maka penjualan biasanya menahan hak legal atas barang
121
sampai seluruh pembayaran dilakukan. Barang harus dihapus dari persediaan penjual jika persentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara memadai.
d. Pengaruh Kesalahan Persediaan Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak tepat ketika penentuan harga pokok
penjualan akibat kesalahan penyajin persediaan akan menyebabkan laporan keuangan tidak sesuai. Kesalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut :
- Salah saji persediaan akhir
Jika persediaan akhir kurang saji, maka modal kerja dan rasio lancar kurang saji. Jika harga pokok penjualan lebih saji, maka laba bersih kurang saji.
Pengaruh kesalahan-kesalahan ini dapat menurunkan laba bersih pada periode berjalan, dan meningkatkan laba bersih pada periode selanjutnya. Kesalahan tersebut akan dioffset
pada periode berikutnya karena persediaan awal akan kurang saji, dan laba bersih akan lebih saji.
- Salah saji pembelian dan persediaan
Kesalahan ini adalah barang tertentu perusahaan tidak dicatat sebagai pembelian dan tidak diperhitungkan dalam persediaan akhir. Pengaruh dari kesalahan ini terhadap
laporan keuangan adalah seperti berikut :
122
Kesalahan dalam pencantuman barang dari pembelian dan persediaan akan menyebabkan persediaan dan hutang usaha kurang saji dalam neraca serta pembelian dan persediaan
akhir periode akan kurang saji dalam laporan laba rugi. Namun, laba bersih untuk periode berjalan tidak dipengaruhi oleh pengabaian seperti itu, karena pembelian dan persediaan
akhir sama-sama kurang saji dengan jumlah yang sama. Kesalahan tersebut kemudian akan saling mengoffset dalam harga pokok penjualan. Modal kerja juga tidak berubah,
tetapi rasio lancar akan lebih saji karena persediaan dan utang usaha kurang saji dengan jumlah yang sama.
C. BIAYA-BIAYA YANG HARUS DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN