Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan Pengemis)
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Fenomena pengemis kerap kali kita jumpai di wilayah perkotaan. Hampir
di seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia dapat kita temui para pengemis.
Jika di daerah jawa timur pengemis sering disebut
Bambungan
atau
Orang
Bambung.
Di kota lain bahkan ada yang menyebutnya
Gembel
. Berbeda dengan
fenomena kemiskinan di daerah pedesaan yang berarti lapisan paling bawah
dalam susunan masyarakat ekonomi desa, pengemis mempunyai dimensi sosial
psikologis disamping ekonomi.
Itu sebabnya definisi pengemis secara operasional menjadi sangat sulit.
Namun secara konseptual, pengemis ialah lapisan ekonomi, sosial dan budaya
paling bawah dalam stratifikasi masyarakat kota.
1Ciri dasar yang membedakan mereka dengan masyarakat miskin desa
adalah definisi secara operasional yang mana pengemis (di dalam kota) ini ialah
mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap atau tempat tinggal “tetapnya”
tidak termasuk dalam wilayah pencacahan atau blok sensus yang ada. Karena
pada umumnya pengemis tidak memiliki tempat tinggal tetap atau kawasan
tempat pemukiman yang lazim. Hal itu yang menyebabkan sulitnya pendataan
untuk mengetahui jumlah pasti para pengemis.
1
Soetjipto Wirosardjono, 1988, “Gelandangan dan Pilihan Kebijaksanaan Penanggulangan”, dalam Gelandangan Pandangan Ilmu Sosial, LP3ES, 1988, hal 59.
(2)
2
Sebagian besar memang fenomena pengemis kita jumpai didaerah
perkotaan, dan dengan itu pula adanya kenyataan bahwa semakin besar tingkat
perkembangan kota semakin banyak pula jumlah pengemis. Sehingga dapat
memberikan kesan bahwa adanya pengemis, adalah karena adanya kota. Dan
semakin besar kota tersebut maka semakin banyak pula jumlah pengemis.
2Sehingga para pengemis akan menjadi masalah sosial tersendiri bagi
perkembangan kota. Padahal sebetulnya masalah adanya pengemis bukan
semata-mata karena perkembangan sebuah kota, tetapi justru ada tekanan-tekanan
ekonomi dan rasa tidak aman sebagaian warga desa dan yang kemudian terpaksa
harus mencari kebutuhan ekonominya ditempat yang diduga dapat memberi
kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota.
Sering kali kita jumpai diantara mereka bertempat tinggal
perpindah-pindah atau tidak menetap, tetapi juga banyak diantara mereka yang sudah
terkoordinir dan mempunyai tempat tinggal yang sudah disediakan oleh pihak
yang mengkoordinir para pengemis tersebut. Karena para pengemis adalah
kebanyakan bukan penduduk asli kota setempat, maka mengenai tempat tinggal
mereka tidak menentu. Bahkan tidak sedikit memilih diantara mereka tinggal di
depan pertokoan pada malam hari atau di
Emperan Toko
. Juga tidak sedikit
diantara mereka yang memilih tinggal menetap di bawah kolong jembatan dan
juga di kawasan bantaran sungai. Hal ini yang menyebabkan keadaan kota
menjadi kumuh dan juga mengganggu ketertiban umum masyarakat. Karena
biasanya, para mereka menggunakan fasilitas umum untuk tempat tinggal.
2
(3)
3
Tak jarang para pengemis mencoba untuk mencari tempat tinggal tetap
dengan memanfaatkan lahan-lahan yang kosong atau tidak terawat. Dengan
demikian, para pengemis tersebut terbentuk komunitas yang tinggal dalam suatu
pemukiman yang mereka ciptakan. Akan timbul sebuah tatanan masyarakat atau
komunitas dengan jumlah yang besar jika hal ini dibiarkan.
Tentunya hal ini bagi beberapa masyarakat yang lazim menganggap
sebuah permasalahan yang besar. Bagi aparat pemerintahan misalnya, para
pengemis akan menghambat rencana pengaturan tata kota dan memunculkan
pemandangan sosial yang kumuh. Melihat dampak yang begitu besar dari
keberadaan mereka, Pemerintah Kota Malang menanggapi serius permasalahan
ini. Dan mengacu kepada peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kota Malang menterjemahkan dengan berbagai peraturan daerah
untuk menyikapi masalah sosial yang dalam hal ini adalah masalah pengemis.
Oleh karena itu pentingnya dilakukan penanganan terhadap kasus ini agar dapat
tetap terpantau dan dibina.
3Di Kota Malang masalah pengemis sangat memprihatinkan mengingat
jumlah mereka semakin tahun semakin meningkat bersamaan dengan kemajuan
kota. Malang adalah salah satu kota yang menarik bagi mereka, mengingat di kota
ini sudah mengalami banyak kemajuan, serta terkenal dengan kota pendidikan,
dan juga kota wisata. Apalagi dengan banyaknya pusat perbelanjaan seperti pasar,
mall, universitas, tempat wisata dan tempat-tempat umum lainnya. Dimana di
3
(4)
4
tempat-tempat seperti itulah banyak dijumpai para pengemis yang sedang
melakukan aktifitasnya.
Tentu saja keadaan seperti itu sangat mengganggu kenyamanan
masyarakat umum serta keindahan tata kota Malang. Karena tidak jarang diantara
mereka melakukan aktifitas mengemis ditengah-tengah kesibukan masyarakat,
dan juga di pinggir-pinggir jalan, tempat-tempat umum yang memberikan kesan
bertentangan dengan keindahan tata kota.
Hal ini yang menjadikan pemerintah daerah Malang membentuk lembaga
khusus untuk mengatasi masalah ini. Satuan Polisi Pamong Praja adalah salah
satunya lembaga yang diberi tugas untuk menangani melonjaknya fenomena
pengemis. Selain itu juga tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja yaitu menjaga
keindahan tata kota Malang yang memberikan kesan nyaman, aman, serta tertib.
Meskipun Satuan Polisi Pamong Praja bukan lembaga yang bertanggung
jawab untuk mengurusi hal tersebut, artinya bukan untuk mengatasi masalah
pengemis, namun bukan berarti peran Satpol PP tidak ada. Tugas Satpol PP dalam
hal ini hanya sebatas menertibkan para pengemis yang untuk selanjutnya akan
diserahkan kepada Dinas Sosial untuk diberikan pembinaan-pembinaan lebih
lanjut.
Dalam tugasnya Satpol PP menjadi lembaga yang turun langsung ke
lapangan untuk melakukan operasi-operasi penertiban. Sehingga tidak jarang juga
kita ketahui tindakan dari Satpol PP sangat reaktif. Karena begitu banyaknya
pengemis tersebut yang berada di penjuru Kota Malang dan menyebabkan
Kota
Bunga
ini terlihat kumuh dan tidak tertib.
(5)
5
Dari data yang bersumber dari Dinas Sosial Kota Malang yang
menyebutkan bahwa jumlah pengemis anak-anak hingga tua pada tahun 2005
jumlahnya mencapai 277 orang, 2006 berjumlah 320 orang dan 2007 berjumlah
378 orang. Jumlah tersebut dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya.
4Dan sebagian besar dari mereka tersebar di seluruh pusat-pusat keramaian
kota dalam bentuk yang terkoordinir. Sehingga ini menjadi
pekerjaan rumah
tersendiri bagi Satuan Polisi Pamong Praja untuk menjalankan tugas
penertibannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah yang peneliti akan
bahas adalah:
1.
Kebijakan apa yang terkait dengan penanganan pengemis oleh Pemerintah
Kota Malang?
2.
Bagaimama upaya penanganan pengemis oleh Satuan Polisi Pamong Praja
di Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah Kota Malang dalam
menangani permasalahan sosial (masalah banyaknya pengemis).
4
(6)
6
2.
Untuk mendeskripsikan perilaku Satuan Polisi Pamong Praja dalam
melaksanakan kebijakan Pemerintah Kota Malang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi referensi dan menambah
pengetahuan dalam mempelajari fenomena-fenomena sosial dalam kaitannya
dengan konsep kebijakan publik.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Satpol PP.
E. Definisi Konseptual
1. Kebijakan Pemerintah Kota
Kebijakan Pemerintah Kota dalam hal ini yaitu lebih menekankan
sikap Pemerintah Kota Malang dalam menangani masalah sosial. Selain
itu juga dalam kebijakan Pemerintah Kota akan menghasilkan
langkah-langkah dalam mengatasi masalah sosial.
2. Masalah Sosial (Pengemis)
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan
dengan meminta-minta di muka umum dengan pelbagai cara dan alasan
untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
53. Satuan Polisi Pamong Praja
Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah perangkat
5
(7)
7
Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum
serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan
Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Satpol PP dapat
berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten atau Kota.
6F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk melukiskan atau memberi
gambaran mengenai suatu fenomena atau pokok permasalahan yang
timbul di lapangan tanpa mempersoalkan jalinan atau hubungan antar
variable. Sehingga, jika dilihat dari tujuan pengembangan teori, maka jenis
penelitian ini arahnya lebih condong pada penelitian deskriptif. Pada
penelitian deskriptif tentunya terdapat pengukuran terhadap fenomena
sosial tertentu yang tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antar
suatu fenomena.
72. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian mengenai pengemis ini, lokasi penelitiannya
adalah di wilayah Kota malang yaitu wilayah Alun-alun Kota Malang dan
sekitarnya. Selain itu juga lokasi penelitian akan di fokuskan di kantor
Satuan Pamong Praja
6
“Polisi Pamong Praja”di http://www.wikipedia.id.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja 7
Sofian Effendi dan Masri Singarimbun, “Metode Penelitian Sosial Survai”,LP3ES, Jakarta, 1989, hal 107.
(8)
8
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang akan diteliti antara lain :
a. Pengemis yang mangkal di sekitar alun-alun Kota Malang
sejumlah 5 orang.
b. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang.
c. 3 orang anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang.
d. Masyarakat Kota Malang yang menetap di sekitar wilayah
Alun-alun Kota Malang, seperti pemilik toko yang disekitarnya
banyak pengemis mangkal sejumlah 5 toko.
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil
penelitian di lapangan.
8b. Data Sekunder
Dimana nantinya peneliti akan melakukan
penelitian dan mencari data langsung kepada beberapa
gelandangan, pengemis, anak jalanan, satuan polisi pamong praja,
dan masyarakat Kota Malang.
Data sekunder adalah data yang dapat memberikan
informasi dan data yang telah disalin, diterjemahkan, atau
dikumpulkan dari sumber-sumber aslinya, dan dibuat
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif – Suatu Tinjauan Singkat”, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003, hal 12.
(9)
9
fotokopinya.
9Sumber data yang digunakan nantinya berasal dari
jurnal, surat kabar, majalah, internet yang berkaitan dengan
pembahasan permasalahan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Interview (wawancara)
Wawancara merupakan salah sau metode pengumpulan
data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan
pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data
(responden).
10b. Teknik Observasi
Dalam penelitian ini digunakan sistem wawancara
secara langsung, yaitu peneliti berhadapan langsung dengan
responden untuk menanyakan hal-hal yang diinginkan secara lisan,
dan jawaban responden dicatat.
Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi yaitu
cara pengumpulan data dengan cara mengamati gejala yang
diteliti.
11c. Teknik Dokumentasi
Peneliti mengamati gejala yang ditangkap, dicatat, lalu
dianalisis sehingga menghasilkan data yang dibutuhkan.
9
DR. Kartini Kartono, “Pengantar Metodologi Riset Sosial”, Mandar Maju, Bandung, 1990, hal 73.
10
Rianto Ardi, “Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum”, Granit, Jakarta, 2005, hal 72. 11
(10)
10
Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti memperoleh data
dengan sumber dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Malang serta Dinas Sosial Kota Malang.
6. Teknik Analisis Data dan Pengolahan
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data
tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan
dikerjakan. Proses awal pengolahan data itu dimulai dengan melakukan
editing
setiap data yang masuk. Dalam
editing
, yang akan dikerjakan
adalah meneliti: lengkap tidaknya kuesioner yang akan diisi, keterbacaan
tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian atau keajekan antara
pernyaan yang satu dengan yang lain, relevansi jawaban, dan
keseragaman kesatuan data. Setelah proses
editing
dilakukan proses
coding,
yaitu mengklasifikasikan jawaban responden menurut
macamnya. Kemudian untuk memperjelas melihat kategori atau
klasifikasi data tersebut, dibuat table frekuensinya. Table tersebut dapat
berbentuk monotab (tabulasi tunggal) dan crosstab (tabulasi silang).
1212
Bagong Suyanto dan Sutinah, “Metode Penelitian Sosial – Berbagai alternative Pendekatan”, kencana, Jakarta,2008, hal: 56-57.
(11)
KEBIJAKA
D
AN PEMER
(Study Ten
Di Susun dan memperole JU FAKULTA UNIVER RINTAH K PERMAS ntang Perila dalam Pen
n diajukan u eh gelar Sarj Jurusan I
Lucky M
URUSAN IL AS ILMU S RSITAS MU SKRIPSI KOTA MAL SALAHAN aku Satuan nanganan P untuk meme rjana Ilmu P Ilmu Pemer Oleh : Marlina Sar 06230028 MU PEME SOSIAL DA UHAMMAD 2011 ANG DALA SOSIAL Polisi Pamo Pengemis) enuhi salah Politik (S.IP) rintahan raswati ERINTAHA AN ILMU P DIYAH MA AM PENAN ong Praja satu syarat P) Strata-1 AN POLITIK ALANG NGANAN
(12)
LEMBAR PENGESAHAN
Dipertahankan di depan dewan Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Dan diterima sebagai persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Pada tanggal : 7 Mei 2011 Didepan Dewan Penguji
1. Drs. Asep Nurjaman, M.Si ( )
2. Prof. M. Mas’ud Said, PhD ( )
3. Drs. Jainuri, M.Si ( )
4. Dr. Vina Salviana DS, M.Si ( )
Mengetahui, Dekan FISIP - UMM
(13)
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
Nama : Lucky Marlina Saraswati
NIM : 06230028
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan Pengemis)
Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Jainuri, M.Si Dr. Vina Salviana DS, M.Si
Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
(14)
SURAT PERNYATAAN
Penulisan Bukan Hasil Plagiat
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Lucky Marlina Saraswati
NIM : 06230028
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan ini adalah benar-benar karya saya, dan dalam skripsi ini tidak ada karya orang lainyang telah dipublikasikan, juga bukan karya orang lain dalam rangka mendapatkan gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dan atau dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari ternyata karya tulis ini terbukti tidak sesuai dengan pernyataan di atas, saya bersedia mendapat sanksi akademis.
Malang, 5 Mei 2011 Yang menyatakan
(15)
BERITAACARABIMBINGANSKRIPSI
NAMA : Lucky Marlina Saraswati
NIM : 06230028
JURUSAN : Ilmu Pemerintahan
JUDUL SKRIPSI :Kebijakan Pemerintahan Kota Malang Dalam
Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Pada Perilaku )
PEMBIMBING I : Drs. Jainuri, M.Si
PEMBIMBING II : Dr. Vina Salviana DS, M.Si KONSULTASI
Tanggal Keterangan Pembimbing I Pembimbing II
23 Oktober 2010 ACC BAB I 23 Maret 2011 ACC BAB II 30 Maret 2011 ACC BAB III 28 April 2011 ACC BAB IV
2 Mei 2011 ACC BAB V
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Jainuri, M.Si Dr. Vina Salviana DS, M.Si
Mengetahui, Dekan FISIP UMM
(16)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Syukur Alhamdulillahi rabbil aalamin, segala puji hanya untuk Alloh SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena telah melimpahkan semua keberkahan dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Dengan telah terselesaikanya skripsi ini penulis juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
3. Bapak Drs. Jainuri, M.Si, selaku dosen pembimbing I
4. Bapak Dr. Vina Salviana DS, M.Si selaku dosen pembimbing II 5. Bapak Drs. Krishno Hadi, selaku dosen wali
6. Bapak/Ibu Dosen, Staff dan seluruh karyawan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kemudahan penulis selama berkuliah.
7. Kepala Satpol PP kota Malang, Kasi Trantib Satpol PP Kota Malang dan seluruh pegawai Satpol PP kota Malang yang telah memberikan bantuan dalam pengumpulan data yang diperlukan.
(17)
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah banyak memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil kepada peneliti.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk skripsi pada penelitian selanjutnya.
Waslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Malang, 1 Mei 2011
(18)
MOTTO
- Tuntutlah Ilmu setinggi langit,karena dengan ilmu yang sangat berlimpah kita bisa menjadi orang yang sangat berguna untuk diri kita sendiri,keluarga,dan juga orang lain.
- Dalam hidup ini kita harus selalu menghargai orang lain,supaya kita selalu dihormati dan dihargai sama orang lain pula.
- Kehidupan akan lebih bermakna jika kita bisa bekerja keras untuk menghidupi diri kita sendiri.Tetapi akan lebih bermakna jika kita bisa menghidupi orang lain dengan tulus dan ikhlas.
(19)
PERSEMBAHAN
Syukur bagi saya amatlah sederhana kupersembahkan buat orang tua tercinta, Bapak Sumarno dan Ibu Siti Asrifah dan adaik satu-satunya Jefri adi Gunawan,
(20)
ABSTRAKSI
Lucky Marlina Saraswati, 06230028. Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Pemerintahan. “Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penanganan Permasalahan Sosial (Studi Tentang Perilaku Satpol PP dan Pengemis)”. Pembimbing I : Drs. Jainuri, M.Si; Pembimbing II : Dr. Vina Salviana DS, M.Si.
Kota Malang adalah salah satu kota besar yang terdapat di provinsi Jawa Timur. Karena merupakan salah satu kota besar, setiap tahunnya kota ini mengalami peningkatan penduduk secara drastis baik dari pendatang dan juga dari angka kelahiran. Dengan semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula pekerjaan rumah pemerintah kota Malang. Dimana hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya pengangguran yang disebabkan oleh semakin kecilnya peluang kerja seseorang. Dengan keadaan seperti itu membuat banyak masyarakat kota Malang yang mengambil jalan pintas dalam mencari penghidupan. Antara lain yaitu dengan bekerja sebagai pengemis. Tentu saja dengan keberadaan para pengemis ini akan mengganggu rencana pembangunan kota, karena selain merusak pemandangan kota, namun juga mengganggu ketertiban dan ketentraman umum. Untuk wilayah alun-alun kota malang sendiri saja terdapat puluhan pengemis, dan akan sangat mengganggu setiap pengunjung alun-alun yang berkunjung kesana. Dengan kondisi seperti itu, mengharuskan pemerintah kota Malang untuk mengambil sikap.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahannya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang diperoleh (1) Melihat fenomena pengemis di Kota Malang yang cukup tinggi jumlanhya, maka Pemerintah Kota Malang membuat kebijakan mengenai penanganan permasalahan pengemis ini. Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan berupa diturunkannya beberapa produk hukum, dimana isi dari kebijakan tersebut adalah menugaskan beberapa instansi termasuk Satpol PP untuk menanganinya. Dalam produk hukum tersebut terdapat 3 cara dalam proses penanganan pengemis, yaitu : penertiban, pembinaan, dan pemberian keterampilan. Dari ketiga cara tesebut Satpol PP bertugas dalam proses penertibannya saja. (2) Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh Satpol PP, tahapan-tahapan tersebut antara lain tahapan proses perencanaan program, tahapan proses koordinasi, tahapan operasi, dan tahapan penindakan. Sedangkan untuk pengemis itu sendiri mereka melakukan kegiatan mengemis ini dikarenakan adanya beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Dan dari alasan-alasan itulah yang membuat mereka tetap bekerja sebagai pengemis dan tidak mau meninggalkan pekerjaan ini. Namun
(21)
demikian tentu saja masih ada kendala-kendala yang harus dihadapi oleh para pengemis dalam menjalankan pekerjaannya ini, kendala-kendala tersebut antara lain adalah ketakutan mereka dengan adanya razia sewaktu-waktu dari Satpol PP, serta susahnya mencari wilayah untuk mengemis karena kebanyakan wilayah-wilayah yang ada sudah dikuasai oleh beberapa pihak dari sesama pengemis.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(22)
ABSTRACT
Lucky Marlina Saraswati, 06230028. Muhammadiyah University of Malang. Faculty of Social and Political Sciences. Department of Governmental Science.
"The policy of the City Government of Malang in Handling Social Issues (Study on Attitudes Satpol PP and Beggars)". First Advisors: Drs. Jainuri, M. Si; Advisors II: Dr. Vina Salviana DS, M.Si.
Malang City is one of the major cities located in East Java province. Because it is one big city, every year this city has increased the population dramatically both from entrants and also the birth rate. With the increasing population is also growing homework Malang city government. Where this occurs because of the increasing number of unemployment caused by the increasing size of one's employment opportunities. In such circumstances it makes a lot of people the city of Malang who take shortcuts in search of livelihood. Among others is to work as beggars. Of course with the existence of these beggars will disrupt the plan of city development, because in addition to damaging views of the city, but also disrupt public order and tranquility. For the poor town square alone there are dozens of beggars, and will greatly disturb any visitors who visit the square there. With such conditions, requiring the government to take the attitude of Malang city.
This research was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Techniques of collecting data through observation, interviews, and documentation. After checking its validity, the data were analyzed by way of presenting the data at once analyzed and conclusion.
From research result obtained by (1) Viewing the phenomenon of beggars in the city of Malang high enough, then the Government of Malang City establish a policy regarding the handling of problems this beggar. Policies that produced a revelation of some legal products, where the contents of this policy is to assign several agencies, including the Satpol PP to handle it. In such a legal product, there are 3 ways in the process of handling a beggar, namely: control, guidance, and administration skills. Of the three ways only served in the process. (2) In performing its duties there are several steps that must be done by Satpol PP, the stages include phases of program planning process, stages of the coordination process, stages of operation, and stage action. As for the beggars themselves begging them to do this activity because of several reasons that lie behind them.
(23)
And of the reasons that makes them continue to work as beggars and do not want to leave this job.
Yet of course there are still obstacles to be faced by the beggars in the work of this, these constraints include their fears with the raid at any time from Satpol PP, and hard to find areas to beg because most of the territories which is already dominated by some of his fellow beggar.
Approve,
Advisor I Advisor II
(24)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan………..i
Lembar Persetujuan……….ii
Lembar Pernyataan……….iii
Berita Acara Bimbingan Skripsi……….iv
Kata Pengantar………....v
Motto……….vii
Persembahan……….viii
Abstraksi………ix
Daftar Isi………xi
Daftra Gambar………...xv
Daftar Tabel………..xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..………..1
B. Rumusan Masalah………..……….5
C. Tujuan Penelitian………...5
D. Manfaat Penelitian………..….6
E. Definisi Konseptual……….6
F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian………..…...7
2. Lokasi Penelitian………..………7
3. Subyek Penelitian………..………...8
4. Jenis Data………..…………...8
5. Teknik Pengumpulan Data………..….9
6. Teknik Analisis Data dan Pengolahan………...10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan 1. Pengertian Kebijakan………...11
(25)
2. Tahap Proses Pembuatan Kebijakan………..13
3. Proses Pembuatan Kebijakan………...14
B. Pemerintah Daerah / Kota 1. Pengertian Pemerintah Daerah / Kota………....15
2. Pemerintah Kota Malang………16
C. Beberapa Substansi Tentang Kebijakan Permasalahan Pengemis 1. Permasalahan Pengemis……….18
2. Upaya Penanganan Permasalahan Pengemis……….20
3. Kebijakan Pemerintah Kota Malang Terhadap Pengemis………….…22
BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Malang 1. Sejarah Singkat Kota Malang………...24
2. Letak Geografis dan Kondisi Iklim………...………...25
3. Luas Wilayah dan Batas Wilayah………...………..….26
3. Pembagian Wilayah Administratif…...………..…27
4. Keadaan Sosial Kependudukan……….28
5. Keadaan Ekonomi………..…29
6. Keadaan Obyek Wisata………..30
7. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk………32
8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur………..34
9. Keadaan Demografis……….35
10. Keadaan Pendidikan………36
B. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang 1. Sejarah Satpol PP………..………….37
2. Pengertian Satpol PP………..………40
3. Satpol PP Kota Malang………..………40
(26)
5. Struktur Organisasi Satpol PP………..……..44 6. Mekanisme Kerja/Tugas Pokok dan Fungsi dari Masing-masing Sub
Bagian………45 7. Tata Kerja Satpol PP……..………46 8. Kerjasama dan Koordinasi Satpol PP…….………...46 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
A. Kebijakan Pemerintah Kota Malang Tentang Pengemis
1. Produk Hukum Tentang Penanganan Pengemis………....48 2. Bentuk-bentuk Kebijakan Tentang Pengemis………50 B. Penanganan Permasalahan Pengemis
1. Prosedur Penanganan Pengemis……….57
2. Pengemis Antara Penertiban dan Permasalahan Kesejahteraan Sosial..60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……….70
B. Saran………...72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(27)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Kota Malang………...16
Gambar 2.1 Skema Penanganan Pengemis………..23
Gambar 3.1 Peta Kota Malang……….27
Gambar 3.2 Logo Satpol PP……….43
(28)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian administrative Kota Malang………28
Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kota Malang Tahun 2009…………29
Tabel 3.3 Obyek Wisata di Kota Malang………...30
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Laki-laki, Perempuan, dan Keluarga Kota Malang Tahun 2009……….32 Tabel 3.5 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk per km² Per Kecamatan Kota
Malang Tahun 2009………..………33 Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota
Malang Tahun 2009………..34
(29)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ardi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta : Granit.
Dunn, N William. 2000. “Pengantar Analisis kebijakan Publik”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Effendi, Sofian dan Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Sosial Survai. Jakarta:LP3ES.
Hanif Nurcholis. 2005. “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”. Jakarta : Grasindo.
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif – Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.
Surianingrat, Bayu. 1980. “Pamong Praja dan Kepala Wilayah”. Jakarta : Aksara Baru.
Sutaat, dkk. 2006. Executive Summary Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2006 Puslitbang Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Depsos.
Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2008. Metode Penelitian Sosial – Berbagai alternative Pendekatan. Jakarta : Kencana.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1976. Analisa Kebijaksaan dalam Proses Perencanaan Pembangunan Nasiona. Jakarta : LP3ES.
Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wirosardjono, Soetjipto, 1988. Gelandangan Pandangan Ilmu Sosial. Jakarta : LP3ES.
Undang-Undang :
Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 317 Tahun 2005.
Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaporan Satuan Polisi Pamong Praja.
Peraturan Walikota Malang Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang
(30)
Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja “Polisi Pamong Praja”. http://www.pemkot-malang.go.id/dinassosial “Satpol PP akan adakan operasi”. www.malangkota.go.id
www.depdagri.go.id www.depsos.go.id
(1)
2. Tahap Proses Pembuatan Kebijakan………..13
3. Proses Pembuatan Kebijakan………...14
B. Pemerintah Daerah / Kota 1. Pengertian Pemerintah Daerah / Kota………....15
2. Pemerintah Kota Malang………16
C. Beberapa Substansi Tentang Kebijakan Permasalahan Pengemis 1. Permasalahan Pengemis……….18
2. Upaya Penanganan Permasalahan Pengemis……….20
3. Kebijakan Pemerintah Kota Malang Terhadap Pengemis………….…22
BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Malang 1. Sejarah Singkat Kota Malang………...24
2. Letak Geografis dan Kondisi Iklim………...………...25
3. Luas Wilayah dan Batas Wilayah………...………..….26
3. Pembagian Wilayah Administratif…...………..…27
4. Keadaan Sosial Kependudukan……….28
5. Keadaan Ekonomi………..…29
6. Keadaan Obyek Wisata………..30
7. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk………32
8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur………..34
9. Keadaan Demografis……….35
10. Keadaan Pendidikan………36
B. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang 1. Sejarah Satpol PP………..………….37
2. Pengertian Satpol PP………..………40
3. Satpol PP Kota Malang………..………40
(2)
5. Struktur Organisasi Satpol PP………..……..44 6. Mekanisme Kerja/Tugas Pokok dan Fungsi dari Masing-masing Sub
Bagian………45 7. Tata Kerja Satpol PP……..………46 8. Kerjasama dan Koordinasi Satpol PP…….………...46 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
A. Kebijakan Pemerintah Kota Malang Tentang Pengemis
1. Produk Hukum Tentang Penanganan Pengemis………....48 2. Bentuk-bentuk Kebijakan Tentang Pengemis………50 B. Penanganan Permasalahan Pengemis
1. Prosedur Penanganan Pengemis……….57 2. Pengemis Antara Penertiban dan Permasalahan Kesejahteraan Sosial..60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……….70 B. Saran………...72 DAFTAR PUSTAKA
(3)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Kota Malang………...16
Gambar 2.1 Skema Penanganan Pengemis………..23
Gambar 3.1 Peta Kota Malang……….27
Gambar 3.2 Logo Satpol PP……….43
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian administrative Kota Malang………28 Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kota Malang Tahun 2009…………29 Tabel 3.3 Obyek Wisata di Kota Malang………...30 Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Laki-laki, Perempuan, dan Keluarga Kota Malang
Tahun 2009……….32 Tabel 3.5 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk per km² Per Kecamatan Kota
Malang Tahun 2009………..………33 Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota
Malang Tahun 2009………..34
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :Ardi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta : Granit.
Dunn, N William. 2000. “Pengantar Analisis kebijakan Publik”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Effendi, Sofian dan Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Sosial Survai. Jakarta:LP3ES.
Hanif Nurcholis. 2005. “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”. Jakarta : Grasindo.
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif – Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.
Surianingrat, Bayu. 1980. “Pamong Praja dan Kepala Wilayah”. Jakarta : Aksara Baru. Sutaat, dkk. 2006. Executive Summary Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2006
Puslitbang Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Depsos.
Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2008. Metode Penelitian Sosial – Berbagai alternative Pendekatan. Jakarta : Kencana.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1976. Analisa Kebijaksaan dalam Proses Perencanaan Pembangunan Nasiona. Jakarta : LP3ES.
Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wirosardjono, Soetjipto, 1988. Gelandangan Pandangan Ilmu Sosial. Jakarta : LP3ES.
Undang-Undang :
Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 317 Tahun 2005.
Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaporan Satuan Polisi Pamong Praja.
Peraturan Walikota Malang Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang
(6)
Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja “Polisi Pamong Praja”. http://www.pemkot-malang.go.id/dinassosial “Satpol PP akan adakan operasi”.
www.malangkota.go.id www.depdagri.go.id www.depsos.go.id